Anda di halaman 1dari 5

Masalah kesehatan remaja, ibu, dan anak

Masalah kesehatan anak

Pengertian kesehatan anak

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat
tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 1975 yaitu sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit,
baik fisik, mental, dan sosial.

Beberapa penilaian kesehatan atau sehat yaitu :

1. Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan


dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang
sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas struktural. ( Menurut Pender, 1982 )

2. Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self


care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self
care actions) secara adekuat. Self care resouces : mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care actions merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
(Menurut Paune, 1983)

Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis. Kesehatan seorang anak
dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat diterapkan dari yang terkecil
mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan yang sehat dan
teratur. (Soegeng, Santoso. 2008).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik,
tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif atau gesit dan
gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak segar,
pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan. (Soegeng, Santoso. 2008).

Faktor-faktor yang mempengatuhi kesehatan pada anak diantaranya :

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan ini adalah merupakan faktor utama yang dapat menentukan status
kesehatan anak secara umum. Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan anak itu
sendiri, status gizi dan kondisi sanitasi.

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi. Salah satunya adalah dengan
pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian
untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

2. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

3. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak
baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan
ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat
badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

4. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks

TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut
Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

5. Faktor kebudayaan

Pengaruh budaya sangat menentukan status kesehatan anak, dimana keterkaitan secara
langsung antara budaya dengan pengetahuan. Budaya dimasyarakat dapat menimbulkan
penurunan kesehatan dimasyarakat yang dianggap baik oleh masyarakat, padahal
budaya tersebut justu menurunkan kesehatan anak, sebagai contoh, anak yang badannya
panas akan dibawa kedukun, dengan keyakinan terjadinya kesurupan atau kemasukkan
barang gaib, anak pascaoperasi dilarang makan daging ayam, kerena daging ayam
dianggap dapt menambah nyeri yang ada pada luka operasi ( nyeri atau ada anggapan
lain bahwa luka tersebut sulit sembuhnya ), kebiasaan memberikan pisang pada bayi
abru lahir dengan anggapan bahwa anak akan cepat besar dan berkembang, atau anak
tidak boleh makan daging dan telur karena dapat menimbulakan penyakit cacingan.
Berbagai contoh budaya yang ada dimasyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi
derajat kesehatan anak, mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
yang tentunya membutuhkan perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.

6. Faktor keluarga

Faktor keluarga biasanya menentukan keberhasilan perbaikkan status kesehatan anak.


Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar
melalui pola hubungan anak dan keluarga serta nilai-nialinya yang ditamankan. Apakan
anak dijadikan sebagai pekerja atau anak diperkaukan sebagaiman semestinya dan
dipenuhi kebutuhannya, baik silih asah, asuh, dan asihnya. Peningkatan status kesehatn
anak juga terkait langsung dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anakanya, seperti
membesarkan anak, memberikan anak, menyediakan makanan, melindungi kesehatn,
memberikan perlindungan, secara psikolog, menanamkan nilai budaya yang baikk,
mempersiapkan pendidikan anak, dan lain-lainya ( Berman, 2000 ).

Alimatul Hidayat Aziz A. 2008. Ilmu Kehatanan Anak . Salemba Medika.

Jakarta

Indikator kesehatan pada anak diantaranya :

1. ANGKA KEMATIAN BAYI

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak
(WHO,2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka
kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor penyakit
infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian
terbesar dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran
napas bagian bawah (Hapsari,2004).

Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah
dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya
kesadaran masyarakat untuk memberi imunisasi pada anak.

Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma persalinan dan kelainan bawaan
yang kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan
serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan (WHO, 2002).

Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Masalah tersebut
terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit menular, terutama pneumonia,
malaria, dan diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80%
kematian anak (WHO,2002).

2. ANGKA KESAKITAN BAYI

Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena
nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka
kesakitan tersebut juga dapat dipengaruh oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak,
perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi, dan pendidikan ibu.
3. STATUS GIZI

Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak, status gizi yang
baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan
yang opimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan
tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih
dini resiko terjadinya masaah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

4. ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR

Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolak ukur selanjutnya dalam menentukan
derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh
mana pekembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam menetukan program
perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia harapan hidup juga dapat menunjukan baik atau
buruknya staus kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, seperti faktor sosial,
ekonomi, budaya dan lain-lain.

Yang termasuk dalam usia anak adalah bayi, anak balita serta anak prasekolah

1. Bayi

2. Anak balita

3. Anak Prasekolah

UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA

Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak,
khususnya untuk menurunkan angka kematian anak, diantaranya sebagai berikut.

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan

Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat telah dilakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan meletakkan dasar
pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas
induk, puskesmas pembantu, posyandu, serta unit-unit yang terkait di masyarakat.
Semua bentuk pelayanan kesehatan perlu didorong dan digerakan untuk menciptakan
pelayanan yang prima. Selain itu, cakupan pelayanan diperluas dengan pemerataan pelayanan
kesehatan untuk segala aspek atau lapisan masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut dilakukan
dalam rangka jangkauan pemerataan pelayanan keseahtan. Upaya pemerataan tersebut dapat
dilakukan dengan penyebaran bidan desa, perawat komunitas, fasilitas balai kesehatan, pos
kesehatan desa, dan puskesmas keliling.
Berkaitan dengan kematian bayi akibat persalinan, maka upaya yang dapat dilakukan
adalah memperbaiki pelayanan kebidanan serta menyebarkan buku KIA, alat monitor kesehatan
oleh tenaga kesehatan, dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. Di Jepang
buku KIA yang digunakan sejak tahun 1948 mampu menurunkan secara signifikan angka
kematian bayi-AKB dan angka kematian ibu-AKI (Hapsari,2004).

2. Meningkatkan status gizi masyarakat


Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong terciptanya
perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak. Upaya
tersebut dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, diantaranya upaya perbaikan gizi keluarga
atau dikenal dengan nama UPGK. Kegiatan UPGK tersebut didorong dan diarahkan pada
peningkatan status gizi, khususnya pada masyarakat yang rawan atau memiliki resiko tinggi
terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok resiko tinggi terdiri atas anak balita, ibu hamil, ibu
menyusui, dan lansia yang golongan ekonominya rendah. Melalui upaya tersebut, peningkatan
kesehatan akan tercakup pada semua lapisan masyarakat khususnya pada kelompok resiko tinggi.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat

Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan ini penting,
sebab upaya pemerintah dalam rangka menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan
hanya oleh pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan keterlibatan atau partisipasi
secara langsung. Upaya masyarakat tersebut sangat menentukan keberhasilan program
pemerintah sehingga mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Melalui peran serta
masyarakat diharapkan mampu pula bersifat efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan.
Upaya atau program pelayanan kesehatan yang membutuhkan peran serta masyarakat antara lain
pelaksanaan imunisasi, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan gizi, dan lain-lain.
Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan program kesehatan yang tepat pada sasaran yang
ada.

4. Meningkatkn manajement kesehatan

Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dengan berhasil dengan
baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini
adalah peningkatan manajement pelayanan kesehatan melalui pendayagunaan tenaga kesehatan
profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak. Tenaga kesehatan
yang dimaksud antara lain tenaga perawat, bidan, serta dokter yang berada dipuskesmas yang
secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Behrman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehaan Anak Nelson. Volume 1. Diterjemahkan oleh A. Samik
Wahab. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai