Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KOMUNITAS SEHAT DAN KONSEP PRIMARY HEALTH


CARE (PHC)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas
dan Kesehatan Keselamatan Kerja

Disusun oleh :
Kelompok Tutorial I

Silvia Nurhaliza 220110170095 Jatinangor Annisa Aulia H 220110170104 Jatinangor


Rahmawati Nur B 220110170096 Jatinangor N Nunik Virgianty 220110170194 Garut
Claudya Tama P 220110170097 Jatinangor Ajeng Fajriati N.F 220110170195 Garut
Riza Nurul Ihsan 220110170098 Jatinangor Meisha Shafira 220110170196 Garut
Wafa Firyal S.N 220110170099 Jatinangor Tanti Tazkia P 220110170197 Garut
Rachmawati K 220110170100 Jatinangor Nike Aprilia 220110170198 Garut

Devi Fitriani 220110170101 Jatinangor Yessi Ainurrachman 220110170247 Pangandaran


Maniatunufus 220110170102 Jatinangor Ulzana Zie-zie S 220110170248 Pangandaran
Asri Wahyu C 220110170103 Jatinangor

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Komunitas Sehat Dan Konsep PHC (Primary Health Care)” dengan baik.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW yang membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu.

Jatinangor, 01 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II ISI .................................................................................................................................. 3
2.1. KONSEP KOMUNITAS SEHAT .............................................................................. 3
A. Batasan Komunitas ...................................................................................................... 3
B. Bentuk-Bentuk Komunitas .......................................................................................... 4
C. Komunitas Sebagai Klien ............................................................................................ 4
2.2. KONSEP PRIMARY HEALTH CARE (PHC) .......................................................... 5
A. Batasan PHC ............................................................................................................... 5
B. Sejarah PHC ................................................................................................................ 5
C. Elemen Pokok PHC ..................................................................................................... 7
D. Prinsip-Prinsip PHC .................................................................................................... 7
E. PHC Sebagai Model Pendekatan dalam Mengatasi Masalah...................................... 8
F. Bentuk Operasional PHC di Indonesia........................................................................ 9
G. Peran Keperawatan dalam PHC ................................................................................ 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan manusia bergerak maju atau mundur dalam kontinuitas tertentu, dimana
jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat atau sakit. Ada 4 faktor utama
yang mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan (Hendric L. Blum 1974 dalam Nasrul Effendy 2012).
Lingkungan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kesehatan
masyarakat, karena dilingkunganlah manusia mengadakan interaksi dalam proses
kehidupannya, baik dalam lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya, ekonomi, dimana
kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat yang erat kaitannya dengan norma. Dengan demikian kesehatan sangat
ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
membuat tujuan yang realistis dan berarti serta kemampuan untuk menggerakan energi
dan sumner-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut secara efisien.
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas, yang lebih
menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai
gangguan kesehatan dan keperawatan, dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan
dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam
kondisi pemulihan terhadap penyakit. Perawatan kesehatan komunitas ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui
intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya. Perawat sebagai orang pertama dalam
tatanan pelayanan kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan dengan
kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep komunitas sehat?
2. Bagaimana konsep dari Primary Health Care (PHC)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, batasan dan bentuk-bentuk dari komunitas sehat
2. Untuk mengetahui makna dari komunitas sebagai klien
3. Untuk mengetahui untuk mengetahui definisi primary health care (PHC)
4. Untuk mengetahui batasan, sejarah, elemen pokok, prinsip-prinsip PHC

1
5. Untuk mengetahui PHC sebagai model pendekatan dalam mengatasi masalah
6. Untuk mengetahui bentuk operasional PHC di Indonesia
7. Untuk mengetahui peran keperawatan dalam PHC
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan bagi pembaca
mengenai konsep komunitas sehat dan konsep primary health care (PHC).

2
BAB II
ISI

2.1. KONSEP KOMUNITAS SEHAT


A. Batasan Komunitas
Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan oleh batasan geografis
atau nilai dan interes yang umum guna menciptakan norma, nilai dan sosial
institusi (WHO,1984). Komunitas digambarkan sebagai tempat kumpul orang dan
sistem sosial. Tempat terdiri dari lingkungan fisik dan sosial, sedangkan kumpulan
orang terdiri dari gambaran populasi termasuk jumlah, komposisi tingkat
pendidikan, dan lain-lain. Dan sistem sosial terdiri dari interaksi individu,
kelompok, keluarga dan masyarakat. (Saunders, 1982). Masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi. Kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat hidup tertentu yang
berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
(Koentjoraningrat, 1990).
Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang
berempat tinggal disuatau wilayah dengan batas-batas tertentu, dimana yang
menjadi dasarnya adalah interkasi yang lebih besar dari anggota-anggotanya,
dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. (Soedjono, Soekanto,
1992).
Dari berbagai penjelasan di atas maka komunitas itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Nasrul Effendi, 1990):
• Interaksi diantara sesama anggota
• Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
• Saling tergantung satu dengan yang lainnya
• Memiliki identitas bersama
Ada beberapa batasan komunitas yang digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Komunitas adalah unit dari organisasi sosial dan teritorial, yang tergantung
dari besarnya, sehingga dapat berupa RT, RW, desa dan kota.
2. Komunitas adalah sekelompok manusia serta hubungan yang ada di dalamnya
sebagaimana yang berkembang dan digunakan dalam suatu agen, institusi
serta lingkungan fisik yang lazim.

3
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada di luarnya serta saling
tergantung untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting, untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.

B. Bentuk-Bentuk Komunitas
Menurut Soekanto (1983), terdapat tiga bentuk komunitas, yaitu:
1. Gemeinschaft by blood, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau
keturunan.
2. Gemeinschaft of place, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat
tinggal atau kesamaan lokasi.
3. Gemeinschaft of mind, hubungannya didasarkan pada kesamaan ideologi
meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang
berdekatan.
Sedangkan menurut Cholil (1987), berdasarkan hubungan antar anggota,
komunitas terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Primary group, hubungan antar anggota komunitas lebih intim dalam jumlah
anggota terbatas dan berlangsung dalam jangka waktu relatif lama. Contoh:
keluarga, suami-istri, pertemanan, guru-murid, dan lain-lain.
2. Secondary group, hubungan antar anggota tidak intim dalam jumlah anggota
yang banyak dan dalam jangka waktu relatif singkat. Contoh: perkumpulan
profesi, atasan-bawahan, perkumpulan minat/hobi, dan lain-lain.
Ada juga menurut maurer dan mith (2013), terdapat dua bentuk komunitas,
yaitu geopolitical communities yaitu komunitas geolopolitik dan komunitas
fenomenologi. Kemunitas geopolitik merupakan komunitas yang ditentukan atau
dibentuk oleh suatu batasan alam/ secara buatan manusia, termasuk negara,kota,
kabupaten, bangsa. Komunitas ini umumnya dikenal seperti distrik, sekolah, jalur
sensus, kode pos dan lingkungan. Komunitas fenomenologi mengacu pada relasi
atau hubungan.

C. Komunitas Sebagai Klien


Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada
pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
4
tujuan. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi
antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, dan daerah kumuh.

2.2. KONSEP PRIMARY HEALTH CARE (PHC)


A. Batasan PHC
Sesuai dengan pengertian WHO, Primary Health Care (PHC) adalah
pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi
praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu
maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta
dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandiri (self-reliance) dan menentukan nasib sendiri (self-determination). Maka
batasan PHC Terdiri dari:
1. Metodologi dan Teknologi Praktis
Sebuah metode yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang praktis
dan mudah diterima masyarakat.
2. Dapat di terima secara ilmiah dan sosial oleh masyarakat
Berdasarkan data ilmiah dan sesuai dengan kebutuhan medis dari masyarakat.
3. Dapat dijangkau oleh masyarakat dan negara secara biaya.
Pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan kondisi perekonomian
masyarakat melibatkan partisipasi masyarakat.
4. Melibatkan masyarakat
Pelayanan yang diberikan harus melibatkan tenaga dan sumber daya lain dari
masyarakat dan sesuai kebutuhan masyarakat.

B. Sejarah PHC
Pada masa awalnya di tahun 1950-an terdapat kampanye-kampanye massal
mengenai pemberantasan penyakit menular, karena pada tahun tersebut banyak
negara-negara yang tidak mampu mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit
TBC, campak, dan juga diare. Pada tahun 1960, dunia kesehatan mulai mengalami
perkembangan dengan mulai masuknya teknologi dalam pelaksanaan kuratif dan
preventif dalam struktur pelayanan kesehatan. Sehingga saat itu timbullah
pemikiran dalam mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”.

5
Selanjutnya pada tahun 1972/1973 World Health Organization (WHO)
mengadakan studi dan mendapatkan hasil jika banyak negara-negara yang tidak
puas atas sistem kesehatan yang dijalankan di negaranya dan munculnya isu-isu
tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan.
Akhirnya pada tahun 1977 dalam Sidang Kesehatan Sedunia (World Health
Essembly) dihasilkan kesepakatan “Health For All by The Year 2000 atau
Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000, dengan Sasaran Semesta Utamanya adalah:
“Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup
Produktif Baik Secara Soial Maupun Ekonomi”.
Konsep Primary Health Care (PHC) atau yang disebut dengan pelayanan
kesehatan pertama dikenalkan pertama kali di dunia deklarasi Alma-Ata pada
tahun 1978 yang menjadi sejarah dalam kesehatan global di dunia. Selanjutnya
pada tahun 1978, konferensi di Alma Ata menetapkan Primary Health Care
(PHC) sebagai pendekatan atau strategi global untuk menilai kesehatan bagi
semua (KBS) atau Health for All by The Year 2000 (HFA, 2000) dalam konferensi
tersebut indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil kesepakatan
global dengan menyatakan bahwa untuk mencapai kesehatan bagi semua tahun
2000 kuncinya adalah PHC (Primary Health Care) dan bentuk operasional dari
PHC tersebut di indonesia adalah PKMD (Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Desa). Empat puluh tahun setelah kejadian ini diadakanlah konferensi global
tentang PHC untuk memperbaharui konsep yang ada dalam meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan untuk semua masyarakat.
Kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan gizi, pemeliharaan
kesehatan, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Oleh karena itu Primary
Health Care merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai Kesehatan
bagi Semua Pada tahun 2000 sebagai tujuan pembangunan kesehatan semesta
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Di Indonesia bentuk operasional
PHC adalah PKMD dengan berlandaskan kepada Garis-Garis Besar Haluan
negara (GBHN) yang merupakan ketetapan MPR untuk dilaksanakan dengan
melibatkan kerjasama lintas sektoral dari instansi-instansi yang berwenang dalam
mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan
strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk
6
pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun
1986. Indikator tersebut adalah:
1. Perkembangan sosial dan ekonomi
2. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
3. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskaan usaha
perawatan PHC adalah Dr. Amelia Mengny Maglacas pada tahun 1986.
Dalam konsep yang terbaru, PHC menjelaskan komponen-komponen PHC,
gambaran-gambaran bagaimana mempromosikan kesehatan, kesetaraan, dan
efisiensi yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Ini menjelaskan
bagaimana PHC selaras dalam berkontribusi untuk Sustainable Development
Goals (SDG’s) dan Universal health Coverage (UHC).

C. Elemen Pokok PHC


Dalam pelaksanaan Primary Health Care harus memiliki 8 elemen pokok, yaitu:
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat esensial

D. Prinsip-Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip
PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi
semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut:
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer
dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam
masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis
kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
7
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran
serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan
diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal
dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi
masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab
atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan
mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama
pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten
atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan
atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya
dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan;
pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan
sanitasi dasar); pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela ,
dll).

E. PHC Sebagai Model Pendekatan dalam Mengatasi Masalah


Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama
multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat.
8
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan, yang mana sejalan dengan
Sistem Kesehatan Nasional (2009). Ada 5 nilai inklusif yang Kementerian
Kesehatan adopsi dalam pembangunan kesehatan, antara lain pro-rakyat, inklusif,
responsif, efektif dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Untuk strategi ketiga, ada salah satu program Kemenkes yang dimulai pada
2010 agar meningkatkan akses masyarakat terhadap obat-obatan. Jamu merupakan
obat herbal yang beredar di masyarakat sehingga apabila teregistrasi akan menjadi
lebih terjamin kualitas dan mutunya serta dapat diintegrasikan di kesehatan formal
jika dilakukan hal tersebut.

F. Bentuk Operasional PHC di Indonesia


Bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah PMKD (Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa). PKMD mencakup serangkaian kegiatan swadaya
masyarakat berazaskan gotong royong, yang didukung oleh pemerintah melalui
koordinasi lintas sektoral dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
atau yang terkait dengan kesehatan, agar masyarakat dapat hidup sehat guna
mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.
Tujuan PKMD terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan umum:
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
2. Tujuan khusus:
• Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.

9
• Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri.
• Menghasilkan lebih banyak tenaga – tenaga masyarakat setempat yang
mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan
desa.
• Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa
indikator:
- Angka kesakitan menurun
- Angka kematian menurun; terutama Angka Kematian Ibu, Bayi & Anak
- Angka kelahiran menurun
- Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita.
Program PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan pedesaan
yang menyeluruh, dibawah naungan BPD (Badan Perwakilan Desa). BPD
bertanggung jawab terhadap sepuluh sisi pembangunan, termasuk kesehatan
dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Program PKMD mencakup kegiatan seperti:
1. Asuransi kesehatan
2. Pos obat desa (POD)
3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
4. Pos kesehatan
5. Pondok bersalin Desa (Polindes)
6. Tenaga kesehatan sukarela
7. Kader kesehatan
8. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah
tangga)
Kegiatan PKMD miliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa
masyarakat sendiri : dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri
sebagai kebutuhan.
2. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan
mufakat.

10
3. Pelaksanaan kegiatan berlandaskan pada peran serta aktif dan swadaya
masyarakat dalam arti : memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber
daya yang dimiliki masyarakat.
4. Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang ; tidak
mengakibatkan ketergantungan.
5. Kegiatan dilakukan oleh tenaga – tenaga masyarakat setempat
6. Memanfaatkan teknologi tepat guna
7. Kegiatan yang dilakukan sekurang – kurangnya mencakup salah satu dari 8
unsur PHC.

G. Peran Keperawatan dalam PHC


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dan unit social (Robbins, 2002). Peran
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah (Widyanto,2014):
a. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care provider)
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu,
keluarga,kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat
yang utuh (holistic) serta berkesinambungan (komprehensif). Asuhan
keperawatan dapat diberikan secara langsung maupun secara tidak langsung
pada berbagai tatanan kesehatan meliputi puskesmas, ruang rawat inap
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling sekolah, panti,
posyandu, dan keluarga.
b. Peran Sebagai Pendidik (Educator)
Peran sebagai pendidik (educator) menuntut perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik di rumah, puskesmas dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
optimal. Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu
mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok
masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program
penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit.
c. Peran sebagai konselor (Counselor)
11
Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat dilakukan
dengan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Peran sebagai panutan (Role Mode)
Peran kesehatan masyarakat harus dapat memberi contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
e. Peran sebagai pembela (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada pada masyarakat. Seorang pembela klien adalah
pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa
yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien.
f. Peran Koordinasi (Coordinator)
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagai coordinator adalah:
a) Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan
menguntungkan klien.
b) Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c) Menggunakan keterampilan perawat untuk:
1. Merencanakan
2. Mengorganisasikan
3. Mengarahkan
4. Mengontrol
g. Peran sebagai manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
h. Peran sebagai kolaborator (Collaborator)

12
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan
lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan
keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini
berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan.
i. Peran sebagai penemu kasus (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap
status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan observasi
dan pengumpulan data. (Widyanto, 2014).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunitas digambarkan sebagai tempat kumpul orang dan sistem sosial. Tempat
terdiri dari lingkungan fisik dan sosial, sedangkan kumpulan orang terdiri dari gambaran
populasi termasuk jumlah, komposisi tingkat pendidikan, dan lain-lain. Dan sistem sosial
terdiri dari interaksi individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. (Saunders, 1982).
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada pada lokasi atau
batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama
serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Bentuk-Bentuk Komunitas Menurut Soekanto (1983), terdapat tiga bentuk komunitas,
yaitu: Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of place, dan Gemeinschaft of mind. Sedangkan
menurut Cholil (1987), berdasarkan hubungan antar anggota, komunitas terdiri dari dua
bentuk, yaitu: Primary group, dan Secondary group. Ada juga menurut maurer dan mith
(2013), terdapat dua bentuk komunitas, yaitu geopolitical communities yaitu komunitas
geolopolitik dan komunitas fenomenologi.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat. Konsep Primary Health Care (PHC)
atau yang disebut dengan pelayanan kesehatan pertama dikenalkan pertama kali di dunia
deklarasi Alma-Ata pada tahun 1978. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama,
yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat, Bentuk operasional dari PHC di
Indonesia adalah PMKD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
Batasan PHC Terdiri dari: Metodologi dan Teknologi Praktis, Dapat di terima secara
ilmiah dan sosial oleh masyarakat, Dapat dijangkau oleh masyarakat dan negara secara biaya,
Melibatkan masyarakat. PHC mempunyai 5 Prinsip yaitu : Pemerataan upaya kesehatan,
Penekanan pada upaya preventif, Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan,
Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian, Kerjasama lintas sektoral dalam
membangun kesehatan. Serta Peran Keperawatan dalam PHC menurut (Widyanto,2014) yaitu
: Care Provider, Educator, Counselor, Role Mode, Advocate, Coordinator, Case Manager,
Collabolator, Case Finder.

14
3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca dengan
dapat lebih memahami tentang konsep komunitas sehat dan konsep primary health (PHC)
serta mengetahui bagaimana penerapannya di indonesia

15
Daftar Pustaka

Effendy, D. N. (2012). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Akbar, Agung. 2019. Konsep-konsep Dasar dalam Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:


Penerbit Deepublish

Kemenkes RI. (2016). Buku Ajar Cetak Kebidanan: Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Kemenkes RI. (2016). Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Jakarta

Aisyah, F., et all. (2011) Primary Health Care

Samba, dkk.(2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai