Anda di halaman 1dari 77

PROPOSAL KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

Manajemen Stress pada Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19

(MASTERPIECE)

Disusun oleh :
KELOMPOK 2 TUTORIAL 2
Indrianti Alvini Rizki (220110190011)
Faiz Zahran Alfairuz (220110190015)
Shafa Salsabila (220110190017)
Ima Rismawati (220110190018)
Qoori Salmaa L (220110190019)
Amellia Agustin (220110190021)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, berkat dan
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kegiatan promosi kesehatan dengan
tema “Manajemen Stress pada Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19
(Masterpiece)“.
Adapun tujuan penulisan laporan ini yaituagar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh
dari pembelajaran  secara daring yang menyebabkan stres maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Sri Hartati Pratiwi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing
2. Seluruh teman Kelompok 2 Promosi Kesehatan
3. Seluruh partisipan yang ikut berpartisipasi sebagai perserta dalam kegiatan promosi
kesehatan
Diharapkan proposal kegiatan promosi kesehatan ini bermanfaat bagi semua pihak, dan
kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat bermanfaat bagi seluruh peserta.

Jatinangor , Desember 2020

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Manajemen Stress pada Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19

(Masterpiece)

Kegiatan : Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Tujuan : Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh dari pembelajaran  secara

daring yang menyebabkan stres. 

Waktu : Sabtu, 5 Desember 2020

10.00 s/d 11.50 WIB

Tempat : WhatsApp Group

Sumedang, 30 November 2020

Dosen Pembimbing

Sri Hartati Pratiwi, S.Kep.,Ners.,M.Kep

NIP.  19860225 201404 02001

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR i

LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan yang Ditemukan 5

1.3 Tujuan Kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan 6

1.4 Ruang Lingkup6

BAB II 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Tinjauan Teori 8

2.1.1 Stres 8

2.1.2 Proses Pembelajaran 22

2.2 Evaluasi Teori 30

BAB III 31

METODE KEGIATAN 31

3.1 Metode Pelaksanaan Pendidikan dan Promosi Kesehatan 31

3.1.1 Ceramah/Lecture 31

3.1.2 Diskusi 31

3.2 Media 31

3.2.1 Youtube 31

iii
3.2.2 Video 31

3.2.3 Poster31

3.3 Jadwal Kegiatan 32

3.4 Rundown Acara Pendidikan dan Promosi Kesehatan 32

3.5 Susunan Kepanitiaan Kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan………….………….33


3.6 Evaluasi Pendidikan dan Promosi Kesehatan 33

BAB IV ……………………………………………………………………………………….....35

4.1 Hasil………………………………………………………………………………………35
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………………41
BAB V…………………………………………………………………………………………...43
5.1 Simpulan………………………………………………………………………………….43
5.2 Saran………………………………………………………………………………….…..43
SIMPULAN………………………………………………………………………………….....44
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..67

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kajian Teoritis
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia saat ini menyebabkan banyak p
ermasalahan yang sulit untuk ditangani oleh masyarakat. Pandemi Covid-19 adalah kri
sis kesehatan yang pertama dan utama di dunia saat ini, banyak Negara memutuskan u
ntuk menutup sekolah, perguruan tinggi dan Universitas (Purwanto Dkk, 2020). World
Health Organization (WHO) (2020) mencatat pada 2 maret 2020 sebanyak 90.308 teri
nfeksi Covid-19 dan diperkirakan akan semakin bertambah. Semakin cepat penyebara
n covid-19 mengakibatkan banyak Negara-negara di dunia melakukan lockdown agar
memutus rantai penyebaran Covid-19. Data pada tanggal 15 Mei 2020 di Indonesia did
apatkan 16.496 terkonfirmasi Covid19 dengan kasus baru sebanyak 490 orang, 11.617
orang dalam perawatan, 3.803 dinyatakan sembuh dan 1.076 meninggal, sedangkan or
ang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 262.919 dan pasien dalam pengawasan (PDP)
sebanyak 34.360 orang (Gugus Covid, 2020).
Kondisi yang terjadi saat ini memberikan dampak terhadap berbagai sektor sep
erti ekonomi dan sosial, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia sendiri su
dah mulai menetapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hal tersebut tertera d
idalam Permenkes No. 9 Tahun 2020. PSBB sendiri meliputi pembatasan kegiatan pen
duduk dalam satu wilayah, termasuk pembatasan terhadap pergerakan orang atau bara
ng untuk satu provinsi atau kabupaten kota untuk mencegah penyebaran covid-19.
Kemendikbud mengeluarkan surat edaran instruksi kepada seluruh universitas
yang ada di Indonesia untuk melakukan perkuliahan jarak jauh (daring) secara online.
Kuliah daring atau yang biasa disebut dengan sebutan kuliah online adalah proses bela
jar mengajar berbasis internet yang dilakukan oleh mahasiswa, maupun dosen, dimana
peserta dapat mengakses materi, saling berinteraksi, mendiskusikan materi, dan menge
mbangkan diri lewat pengalaman belajar berbasis online (Universitas Indonesia,2020).
Tujuan Program Kuliah Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu menurut Kemendikbu
d (2014), yaitu : (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, (2) Men
ingkatkan kepastian mendapat layanan pendidikan yang baik, (3) Meningkatkan keterj

1
angkauan layanan pendidikan, (4) Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, (5)
Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan layanan pendidikan yang baik. Dalam pr
oses pelaksanaannya, perkuliahan daring menimbulkan beberapa masalah. Banyak ma
hasiswa yang mengeluh karena kuliah berbasis online membuat mereka kurang paham
akan materi-materi perkuliahan yang disampaikan, dan pemberian tugas yang jumlahn
ya lebih banyak dibandingkan kuliah seperti biasa. Oleh karena itu, tidak sedikit maha
siswa mengalami stres dikarenakan sistem perkuliahan daring ini. Stres adalah suatu k
ondisi respon fisik, emosi, kognitif, dan perilaku terhadap suatu peristiwa yang dinilai
mengancam atau menantang individu tersebut (Ciccarelli,2014). Menurut Kamus Besa
r Bahasa Indonesia (KBBI), stres ialah kekacauan atau gangguan mental dan emosiona
l yang diakibatkan oleh faktor luar; ketegangan. Respon stres pada setiap orang berbed
a-beda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2017) respon stres dapat be
rupa perilaku menghindari tugas,menarik diri, sulit tidur, tidur terus, dan sulit makan.
Secara fisiologis respon stres dapat berupa jantung berdebar, tekanan darah tinggi, pan
as, keringat dingin, pusing, sakit perut, cepat lelah. Sedangkan pada aspek psikologis,
stres dapat berbentuk frustasi, depresi, kecewa, merasa bersalah, bingung, takut, tidak
berdaya, cemas, tidak termotivasi, dan gelisah (Wahyuni, 2017).
Ketidaksesuaian antara tuntutan dan kemampuan akan menghasilkan suatu per
masalah seperti stress, dan masalah yang sering terjadi di lingkungan pendidikan adala
h stress belajar. Menurut Looker dan Gregson (2005) stres belajar merupakan suatu ke
adaan individu yang mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor a
kademik, yang berhubungan dengan belajar di lingkungan sekolahnya dan mahasiswa
cenderung akan mengalami stres belajar. Menurut Hawari (2011) bentuk dari stres di li
ngkungan pendidikan adalah merasa takut menghadapi ujian, merasa tidak percaya diri
dalam tindakannya, merasa tidak mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, kec
ewa, dan merasa gurunya tidak adil. Wlodkowski (2004) menyatakan jika seorang mah
asiswa ingin mencapai kesuksesan dibandingkan dengan pencapaiannya saat ini, kunci
nya adalah jangan pernah berhenti belajar. Stres yang terjadi pada setiap individu akan
memiliki perbedaan, dimana hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fungsi fis
iologis, kepribadian, karakteristik perilaku, dan karakteristik stressor yang dialami dim
ana mencakup durasi, intensitas, jumlah, cakupan, dan sifat stressor itu sendiri. Menur

2
ut Gadzella (2001) terdapat lima kategori stressor yang akan dialami mahasiswa yaitu t
ekanan, frustasi, konflik, perubahan-perubahan dan keinginan diri. Adanya motivasi be
lajar yang tinggi membuat mahasiswa belajar dengan tekun, yang pada akhirnya akan t
erwujud dalam prestasi akademik. Perlu ditanamkan pada diri mahasiswa bahwa denga
n belajar akan mendapatkan pengetahuan yang baik, dan mahasiswa akan mempunyai
bekal menjalani kehidupannya di kemudian hari. Hal yang mempengaruhi motivasi bel
ajar mahasiswa dapat berasal dari dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun dari lin
gkungan keluarga. Mahasiswa yang tidak memiliki motivasi belajar akan dapat menye
babkan prestasi belajarnya menurun (Hakim, 2001).

1.1.2 Kajian Empiris Hasil Penelitian Terdahulu


Adapun yang menjadi landasan penelitian terdahulu dalam proposal ini adalah
sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan di bawah ini, yakni :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah Novitasari, Sahuri Teg
uh Kurniawan, Maria Wisnu Kanita di Universitas Kusuma Husada Surakarta selama
Study From Home (SFH) di masa pandemi Covid-19 didapatkan bahwa tingkat stress r
esponden mahasiswa Profesi Ners angkatan XI selama study from home (SHF) di mas
a pandemi Covid-19 mayoritas mahasiswa tidak mengalami stress / normal sebanyak 6
0 responden (48.4%) dengan nilai interval kepercayaan 95% didapatkan nilai minimu
m 39,6% dan maksimum 57,2%, stress ringan sebanyak 50 responden (40.3%) dengan
nilai interval kepercayaan 95% didapatkan nilai minimum 31,5% dan maksimum 49,1
%, stress sedang sebanyak 6 mahasiswa (4,8%) dengan nilai interval kepercayaan 95%
didapatkan nilai minimum 0,9% dan nilai maksimum 8,7%, serta stress berat sebanyak
8 mahasiswa (6,5%) dengan interval kepercayaan 95% didapatkan nilai minimum 2,2
% dan nilai maksimum 10,8%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat stress mahasis
wa dengan kategori normal, stress ringan, stress sedang dan stress berat masuk dalam i
nterval kepercayaan 95%.
Berdasarkan artikel penelitian lainnya yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah,
Ludiana, Immawati, Livana PH yang melibatkan 190 mahasiswa pada bulan Mei 2020
pada mahasiswa Akper Dharma Wacana menunjukkan terdapat beberapa mahasiswa y
ang mengalami stres ringan, yaitu 23 mahasiswa (12,11%) akibat pembelajaran daring.

3
Stres dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya banyaknya materi pelajaran yang h
arus dipelajari, kurangnya feedback yang diberikan dosen, kualitas dosen yang mengaj
ar, serta banyaknya tugas yang diberikan dosen (Yusof MS, Rahim AF, 2010).

1.2 Permasalahan yang Ditemukan


Hingga saat ini dunia masih belum lekas sembuh dari paparan virus baru yang disebu
t virus corona yang dapat menyebabkan suatu penyakit yang disebut COVID-19. Virus yang
muncul sejak 2019 ini awalnya berasal dari kota Wuhan, Tiongkok dan akhirnya menyebar k
e seluruh penjuru dunia, salah satunya Indonesia. Virus corona ini mulai muncul di Indonesi
a sejak awal tahun 2020. Hingga saat ini kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah menca
pai angka 441 rb. Dengan kondisi yang terjadi saat ini, tentu sangat berdampak terhadap ber
bagai sektor, salah satunya sektor pendidikan.
Di dalam sektor pendidikan sendiri, terjadi berbagai perubahan akibat kondisi yang t
erjadi, terutama perubahan dalam metode pembelajaran. Dalam upaya untuk memutus rantai
penyebaran virus dan menjaga keamanan serta keselamatan para peserta didik dan tenaga pe
ndidik, pada tanggal 24 maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi
a mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidi
kan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19. Dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan b
ahwa proses belajar mengajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh
Akhirnya hingga saat ini kegiatan pembelajaran baik pada tingkat SD, SMP, SMA, maupun
perkuliahan dilakukan dalam sistem online.
Pembelajaran daring ini tidak hanya memiliki dampak positif saja, namun memiliki d
ampak negatif juga. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa pem
belajaran daring ini menyebabkan mahasiswa mengalami stres. Penyebab stres dalam pembe
lajaran daring menurut beberapa analisis penelitian diantaranya tugas dan pemahaman mater
i pembelajaran sulit dipahami, perasaan bosan kerap muncul karena di rumah saja dan proses
pembelajaran daring yang membosankan, mahasiswa tidak dapat mengaplikasikan hasil pem
belajaran, ketersediaan sarana penunjang kurang dan keterbatasan kuota internet, dan mahasi
swa tidak dapat menjalankan hobi seperti biasanya. Stres ini berpengaruh terhadap proses pe
mbelajaran salah satunya membuat mahasiswa menjadi sulit untuk berkonsentrasi saat menja

4
lankan proses pembelajaran. Sehingga kami akan mengadakan promosi kesehatan yang berj
udul “Manajemen Stres pada Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19”.

1.3 Tujuan Kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari kegiatan pendi
dikan dan promosi kesehatan mengenai manajemen stress pada pembelajaran daring di era p
andemi Covid-19.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan mengenai manajemen
stress pada pembelajaran daring di era pandemi Covid-19 yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh dari pembelajaran  secara daring yang menyebabkan stres. 
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab stress pada pembelajaran daring di era pand
emi Covid-19.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya stress pada pem
belajaran daring di era pandemi Covid-19. 
3. Mahasiswa dapat mengelola stress agar tidak menimbulkan dampak yang buruk ter
hadap dirinya sendiri. 

1.4 Ruang Lingkup


Kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan mengenai manajemen stress pada pemb
elajaran daring di era pandemi Covid-19 ini ditujukan kepada mahasiswa di wilayah Jawa B
arat. Sesuai dengan permasalahan di masa pandemi ini, adanya kebijakan belajar secara dari
ng merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi penyebara
n Covid-19. Disisi lain kebijakan tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap mahasiswa
yaitu mengalami stress dalam proses pembelajaran secara daring. oleh karena itu diperlukan
pendidikan dan promosi kesehatan mengenai manajemen stress di masa pandemi Covid-19.
Agar pendidikan dan promosi lebih terarah maka ada batasan topik yang akan dibahas yaitu :
1. Penyebab stress pada mahasiswa dalam proses pembelajaran daring di masa pandemi Cov
id-19.

5
2. Solusi yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi stress pada mahasiswa dalam prose
s pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Stress
2.1.1.1 Definisi Stres
Menurut Luthans (2011:8) stres adalah suatu tanggapan dalam menyes
uaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologi, se
bagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang telah
banyak mengadakan tuntutan psikologi dan fisik seseorang.

2.1.1.2 Penyebab stress


a. Faktor internal
Stressor yang berasal dari dalam diri individu. Biasanya berhubunga
n dengan fungsi fisiologis tubuh suatu individu, seperti demam, kondisi ter
tentu, seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti
rasa bersalah.
b. Faktor eksternal
Stressor yang berasal dari luar diri individu, seperti perubahan pada
suhu atau temperatur lingkungan sekitar individu, perubahan dalam peran
keluarga atau sosial individu, atau tekanan yang diberikan oleh pasangan d
ari individu.
c. Penyebab stress pada kalangan mahasiswa
The National Institute of Mental Helath (NIMH) menyebutkan beb
erapa hal yang pada umumnya menyebabkan stress di kalangan pelajar ma
hasiswa:
1). Meningkatnya tuntunan akademik
2). Sendiri dalam lingkungan yang baru
3). Perubahan dalam hubungan keluarga
4). Tanggung jawab keuangan
5). Perubahan dalam kehidupan sosial
6). Menghadapi orang asing, ide-ide dan cobaan yang baru

7
7). Kesadaran akan identitas dan orientasi seksual
8). Persiapan untuk kehidupan setelah wisuda
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Livana PH, Mohamm
ad Fatkhul Mubin, Yazid Basthomi menjelaskan bahwa terdapat beberapa
penyebab stress yang terjadi dikalangan mahasiswwa diantaranya:
 Tugas pembelajaran
 Bosen dirumah saja
 Proses pembelajaran daring yang mulai membosankan
 Tidak dapat bertemu dengan orang yang disayangi
 Tidak dapat mengikuti pembelajaran karena kuota internet terbatas
 Gangguan jaringan saat proses pembelajaran
 Tidak dapat melaksanakan hobi seperti biasanya

2.1.1.3 Gejala-gejala Stres Akademik


Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala emosional dan
fisik (Hernawati, N. 2006;Inayatillah, V. 2015). Lebih lanjut dijelaskan sebagai
berikut.
1. Gejala emosional
Siswa yang mengalami stres akademik secara emosional ditandai
dengan: gelisah atau cemas, sedih atau depresi karena tuntutan akademik,
dan merasa harga dirinya menurun atau merasa tidak mampu untuk
melaksanakan tuntutan dari pendidikan atau akademik.
2. Gejala fisik
Siswa yang mengalami stres akademik secara fisik ditandai dengan:
sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, susah tidur, sakit punggung,
mencret, lelah atau kehilangan energi untuk belajar. Menurut (Simbolon, I.
2015; Fahmi, F. 2011) gejala stres terdiri atas fisik, emosi, dan ditambah
dengan perilaku, lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
Gejala yang termasuk kategori fisik yaitu: sakit kepala, jantung
berdebar-debar, perubahan pola makan lemah atau lemas, sering buang air
kecil, dan sulit menelan.

8
Gejala emosi antara lain: depresi, cepat marah, murung, cemas,
khawatir, mudah menangis, gelisah terhadap hal-hal yang kecil, panik, dan
berperilaku impulsif.
Gejala perilaku seperti: dahi berkerut, tindakan agresif,
kecenderungan menyendiri, ceroboh, menyalahkan orang lain, melamun,
gelak tawa gelisah bernada tinggi, berjalan mondar-mandir, dan perilaku
sosial yang berubah.

2.1.1.4 Fisiologis Stress


Stres juga dapat terlihat dari indikasi fisiologis yang salah satunya
adalah stres dapat mengakibatkan berbagai bentuk keluhan pada otot dan
tulang (muskuloskeletal) (Tarwaka, 2010) keluhan muskuloskeletal ini dapat
terjadi sementara dan biasanya akan segera hilang ketika pembebanan
dihentikan. Ketika keluhan terus terjadi meskipun beban kerja dihentikan
artinya individu mengalami keluhan muskuloskeletal menetap. Bagian tubuh
yang paling banyak dirasakan keluhannya adalah bagian pantat,
pinggang, punggung, pergelangan tangan, siku-siku dan leher. Keluhan
pada pantat dikarenakanpada posisi duduk memang bagian ini berfungsi
sebagai penopang tubuh dan mengalami tekanan akibat berat tubuh.
Sementara pinggang dan punggung berfungsi menahan tubuh menjadi
tegak dan menyanggah sebagian berat badan.Keluhan pada pinggang dan
punggung muncul akibat postur kerja yang tidak ergonomis seperti
melakukan kegiatan membungkuk dikarenakan individu misalnya melakukan
aktivitas menulis atau mengetik menggunakan laptop dalam waktu
yang cukup lama. Begitu pula bagian leher dirasakan paling sering
mengalami keluhan muskuloskeletal dikarenakan individu sering
menundukkan kepalanya selama proses bekerja dalam posisi duduk
dalam durasi yang cukup lama.
Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung lama dalam jangka
waktu yang lama akan mengakibatkan stres postural pada bagian tubuh
tertentu dan kurangnya istirahat pada bagian tubuh tertentu (Pheasant, 2003).

9
Keluhan pada muskuleskeletal yang dirasakan individu memang diakibatkan
aktivitas fisik namun demikian beberapa riset juga menyebutkan bahwa
keadaan stres dapat memicu terjadinya low back pain (nyeri ringan di bagian
punggung) seperti riset yang dilakukan oleh Reene Shibukawa yang
menyebutkan bahwa karyawan dengan stres kerja memiliki resiko untuk
mengalami low back pain sejumlah 4.93 lebih besar dibandingkan karyawan
yang tidak mengalami stres kerja (Dalam Wijaya, Darwita, & Bahar, 2011)
Indikasi fisiologis lainnya dari gangguan mental stres adalah membuat
individu sering merasakan sakit dan nyeri kepala. Sebuah riset yang
dilakukan oleh Tandaju (2016) menjelaskan bahwa keluhan nyeri kepala
primer. Lebih lanjut studi ini menunjukkan bahwa stres memicu 84% dari
kasus nyeri kepala.Terkait indikasi fisiologis stres dengan nyeri sakit kepala
beberapa literasi menyebutkan bahwa faktor pencetusnya adalah karena
permasalahan atau gangguan istirahat dan tidur. Selanjutnya gangguan tidur
pada studi literatur ini akan dikelompokkan pada indikasi stres perilaku,
karena stres dapat mengubah perilaku seseorang. Sebagaimana Arora (2008)
menyebutkan gejala perilaku orang stres diantaranya adalah kurang tidur atau
akan tidur berlebihan, kehilangan nafsu makan atau akan makan berlebihan
dan sering merokok.

2.1.2 Manajemen Stress


2.1.2.1 Definisi Manajemen Stress
Manajemen stress adalah sebuah kecakapan dalam menghadapi
tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan (respon) secara proporsional
dengan demikian manusia bisa memperbaiki kualitas hidupnya.

2.1.2.2 Coping Stress


A. Definisi Coping Stress
Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu
dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun

10
masyarakat. Coping digunakan seseorang untuk mengatasi stress dan
hambatan–hambatan yang dialami.
Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002 ; 112), coping behavior
diartikan sebagai sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan
sesuatu (tugas atau masalah).
Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) mengartikan
coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur
kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan
kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Sedangkan (dalam Smet 1994 ; 143) Lazarus dan Folkman
mendefinisikan coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba
untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik itu
tuntutan yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi
stress.
Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang
yang mengalami stres atau ketegangan psikologis dalam menghadapi
masalah kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan pribadi
maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres yang
dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui oleh
individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah
merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya
baik fisik maupun psikologis (Rasmun, 2004 ; 29)
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa coping
adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan
segala konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan
persepsi antara tuntutan situasi baik yang berasal dari individu maupun
lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi stress.

11
Berdasarkan beberapa pengertian diatas coping stress merupakan
suatu bentuk upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan
meminimalisasikan situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara
kognitif maupun dengan perilaku.

B. Macam-Macam Coping Sress


1. Coping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis
tergantung pada dua faktor, yaitu:
1). Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor,
artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu
tersebut terhadap stressor yang diterima
2). Keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya
dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif
maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola
baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
2. Coping psiko-sosial
Reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang
diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut Stuart dan Sundeen
mengemukakan (dalam Rasmun ; 2004) bahwa terdapat 2 kategori
coping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction).
Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah,
menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat
3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:
a. Perilaku menyerang (fight) Individu menggunakan energinya
untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan
integritas pribadinya

12
b. Perilaku menarik diri (withdrawal) Merupakan perilaku yang
menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang
lain.
c. Kompromi Merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan
individu untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah
atau negosiasi.
2) Reaksi yang berorientasi pada Ego Reaksi ini sering digunakan
oleh individu dalam menghadapi stres, atau ancaman, dan jika
dilakukan dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi
kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan
dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya
hubungan interpersonal dan menurunkan produktivitas kerja.
(Rasmun, 2004 ; 30-34).

C. Bentuk – Bentuk Coping Stress


Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) secara umum
membedakan bentuk dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu
sebagai berikut:
1. Problem-focused coping
Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused
coping) adalah strategi untuk penanganan stress atau coping yang
berpusat pada sumber masalah, individu berusaha langsung
menghadapi sumber masalah, mencari sumber masalah, mengubah
lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha
menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau
hilang.
Untuk mengurangi stres individu akan mengatasi dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru.
Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya
yakin akan dapat mengubah situasi karena individu secara aktif
mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi

13
atau situasi yang menimbulkan stress. Strategi ini akan cenderung
digunakan seseorang jika dia merasa dalam menghadapi masalah
dia mampu mengontrol permasalahan itu.
2. Emotion-focused coping
Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused
coping) adalah strategi penanganan stress dimana individu memberi
respon terhadap situasi stress dengan cara emosional. Digunakan
untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini
melalui perilaku individu bagaimana meniadakan fakta-fakta yang
tidak menyenangkan. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi
yang menekan individu akan cenderung untuk mengatur emosinya
dalam rangka penyesuaian diri dengan dampak yang akan
ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Individu akan cenderung menggunakan strategi ini jika dia merasa
tidak bisa mengontrol masalah yang ada.
3. Berawal dari pendapat yang dikemukakan Lazarus mengenai tipe
coping stres, suatu studi lanjutan dilakukan oleh Folkman, dkk
(dalam Smet, 1994 ; 145) mengenai variasi dari kedua strategi
terdahulu, yaitu problem-focused coping dan emotion focused
coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan bentuk
coping yang muncul, yaitu :
a. Problem focused coping, antara lain;
 Planful Problem Solving Menggambarkan usaha
pemecahan masalah dengan tenang dan berhati-hati disertai
dengan pendekatan analisis untuk pemecahan masalah.
 Confrontive Coping Menggambarkan reaksi agresif untuk
mengubah keadaan, yang menggambarkan pula derajat
kebencian dan pengambilan resiko.
 Seeking Social Support Menggambarkan usaha untuk
mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi,
bantuan nyata maupun dukungan emosional.

14
b. Emotion focused coping
 Distancing
Menggambarkan reaksi melepaskan diri atau berusaha tidak
melibatkan diri dalam permasalahan, disamping
menciptakan pandangan-pandangan yang positif.
 Self-Control
Menggambarkan usaha-usaha untuk meregulasi perasaan
maupun tindakan.
 Accepting Responsibility
Usaha-usaha untuk mengakui peran dirinya dalam
permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk
mendudukkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana
mestinya.
 Escape-Avoidance
Menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindar
atau melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi.
 Positive Reappraisal
Menggambarkan usaha untuk menciptakan makna yang
positif dengan memusatkan pada pengembangan personal
dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

Lahey (2004 ; 519-521) mengemukakan coping yang efektif an


tara lain :
1. Menjauhi sumber-sumber stress (removing stressor)
2. Melakukan penyesuaian dalam pemikiran ketika menghadapi
suatu permasalahan (cognitive coping)
3. Mengatur reaksi yang ditimbulkan karena stress atau segala
tekanan (managing stress reaction)
Sedangkan coping yang tidak efektif antara lain :
1. Penghindaran (withdrawal)
2. Bersikap agresi (aggression)

15
3. Mengobati diri sendiri, seperti minum-minuman keras dan
pelarian pada obat terlarang (self-medication)
4. Melakukan ego pertahanan diri (defense mechanism) seperti
melakukan displacement, sublimasi, proyeksi, reaksi formasi,
regresi, rasionalisasi, represi, denial, dan intelektualisasi.

Smet (1994 ; 146) juga berpendapat bahwa, tidak ada satupun


metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stress. Tidak ada c
oping stres yang paling berhasil. Menurut Rutter (dalam Smet, 1994 ;
146) coping yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan je
nis stress dan situasi. Keberhasilan coping lebih tergantung pada pen
ggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing ke
jadian yang penuh stress, daripada mencoba menemukan satu strateg
i yang paling berhasil.

D. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Coping stres


Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi sebab
kecenderungan seseorang akan coping stres yang dipilihnya telah
dilakukan oleh beberapa tokoh. Diantaranya Bandura (dalam Pergament,
1997 ; 100) yang mengatakan bahwa optimisme yang muncul dari efikasi
diri dalam hidup seseorang memiliki hubungan dengan banyak
konsekuensi positif, termasuk dalam kemampuan menghadapi kondisi
yang sulit sehingga menimbulkan ketenangan emosional dalam
copingnya.
Menurut Pergament (1997 ; 101) beberapa hal yang menjadi
sumber coping. Dalam hal ini, sumber coping meliputi hal-hal yang
memiliki pengaruh terhadap pemilihan seseorang atas coping stres
tertentu. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Materi (seperti makanan, uang);
2) Fisik (seperti vitalitas dan kesehatan);
3) Psikologis (seperti kemampuan problem solving);

16
4) Sosial (seperti kemampuan interpersonal, dukungan sistem sosial);
dan
5) Spiritual (seperti perasaan kedekatan dengan Tuhan).

Sedangkan Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa cara individu


menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber
daya individu sendiri yang meliputi :
1) Kesehatan fisik; kesehatan merupakan hal yang penting karena
selama dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk
mengesahkan tenaga yang cukup besar.
2) Keyakinan atau pandangan positif; keyakinan menjadi sumber daya
psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib
(eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada
penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan
kemampuan strategi coping tipe problem-focused coping.
3) Keterampilan memecahkan masalah; keterampilan ini meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut
sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya
melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
4) Keterampilan sosial; keterampilan ini meliputi kemampuan untuk
berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai
dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
5) Dukungan sosial; dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan
kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang
diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman dan
lingkungan masyarakat sekitarnya.
6) Materi; dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-
barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang memiliki pengaruh terhadap

17
pemilihan seseorang atas coping stressnya, antara lain : materi
(seperti makanan, uang); fisik (seperti vitalitas dan kesehatan);
psikologis (seperti kemampuan problem solving); sosial (seperti
kemampuan interpersonal, dukungan sistem sosial); dan spiritual
(seperti perasaan kedekatan dengan Tuhan).

E. Proses Coping Stress


Proses Coping menurut Lazarus dalam (Syamsu yusuf, 2004 ;
115) dapat dilihat pada bagan berikut :

F. Fungsi Coping Stres


Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa’adah, 2008 ; 65-66), coping
yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk
meregulasi respon emosional terhadap masalah. Sedangkan coping stress
yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk

18
mengatur dan merubah masalah penyebab stres. Coping ini sebagian
besar terdiri dari proses-proses kognitif yang ditujukan pada pengukuran
tekanan emosional dan strategi yang termasuk di dalamnya adalah :
1) Penghindaran, peminiman atau pembuatan jarak
2) Perhatian yang selektif
3) Memberikan penilaian yang positif pada kejadian yang negatif
Sedangkan coping yang berpusat pada masalah (problem-focused
coping) berfungsi untuk mengatur dan merubah masalah penyebab
stres. Strategi yang termasuk di dalamnya adalah :
 Mengidentifikasikan masalah
 Mengumpulkan alternatif pemecahan masalah
 Mempertimbangkan nilai dan keuntungan alternatif tersebut
 Memilih alternatif terbaik
 Mengambil tindakan

2.1.2.3 Manajemen stress menurut WHO

WHO merumuskan strategi untuk menghadapi stress selama pandemi


Covid-19, diantaranya:
a. Merasa sedih, tertekan, bingung, takut dan marah adalah hal yang lumrah
selama krisis terjadi. Berbincang dan berbagi cerita dengan orang-orang
yang dapat dipercayai bisa membantu mengurangi rasa tertekan yang
dialami.
b. Selama pandemi ini, berdiam di rumah lebih dianjurkan untuk
meminimalisir penyebaran virus dan kontak fisik dengan orang banyak.
Menjaga gaya hidu sehat dengan asupan gizi yang cukup, pola tidur yang
baik, olahraga dan berinteraksi dengan orang-orang yang disayang bisa
dilakukan selama berdiam di rumah.
c. Menghindari rokok, alkohol dan narkotika untuk menyelesaikan masalah
emosi.

19
d. Mencari fakta-fakta dan info terbaru yang dapat membantu dalam
menentukan tahap pencegahan yang tepat dan menghindari berita-berita
yang tidak valid dan kredibel.
e. Mengurangi kecemasan dengan membatasi media yang menyebarkan
informasi yang membuat semakin cemas dan takut.
f. Mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur emosi
selama masa pandemi ini.

2.1.2.4 Manajemen stress menurut PMI

PMI menyebutkan terdapat 5 teknik manajemen stress dalam buku


Panduan Manajemen Stress, yaitu:
a. Mengenal diri sendiri. Mengetahui kekuatan, kelemahan, hal-hal yang
disukai dan yang tidak disukai dapat membantu kita memetakan ke arah
mana kehidupan akan kita bawa. Dengan mengenal diri sendiri, akan
lebih mudah untuk menentukan cara dan strategi apa yang tepat untuk
meringankan stress.
b. Peduli diri sendiri. Setelah mengetahui diri secara mendalam, maka
kebutuhan- kebutuhan dan kewajiban juga akan tampak. Memenuhi
kebutuhan diri sendiri merupakan salah satu cara untuk mengatur stres
yang dihadapi. Peduli akan diri sendiri dapat dimulai dengan mencoba
pola hidup sehat, bersosialisasi dengan teman dan sanak saudara,
merencanakan kegiatan yang realistis dan menjalani hobi.
c. Perhatikan keseimbangan. Sebagaimana manusia yang dianugerahi
beberapa aspek dalam dirinya, maka kelima aspek ini harus dipelihara
dan dipenuhi secara seimbang. Lima aspek pemeliharaan diri ini adalah:
Aspek Mental Emosional, Aspek Intelektual, Aspek Fisik, Aspek
Spiritual dan Aspek Rekreasional
d. Bersikap proaktif dalam mencegah gangguan stres dengan merawat
kelima aspek di atas dengan baik dan rutin agar menjadi sosok yang
resilien dan memiliki kemampuan dan kekuatan lebih dalam menghadapi
stres.

20
e. Sinergi: Langkah-langkah sebelumnya ialah satuan proses yang perlu
dilakukan secara berurutan dan terpadu dengan kehendak dan kesadaran
penuh untuk bangkit dari keterpurukan dan stres. (Palang Merah
Indonesia: 2015)

2.1.3 Proses Pembelajaran


2.1.3.1 Waktu yang Efektif
Setiap individu membutuhkan waktu untuk menyerap materi yang akan
dipelajari. Waktu belajar adalah waktu yang digunakan siswa untuk belajar
yang baik dan tepat sesuai dengan situasi dirinya. Waktu dalam belajar perlu
disesuaikan khusus untuk lebih efisien dalam pencapaian target belajar.
Sukardi (1998, P.60), mengatakan “belajar secara teratur setiap hari dan tidak
mengesampingkan waktu semestinya. Dengan belajar yang disiplin dan teratur
niscaya akan dapat meningkatkan hasil belajarnya”. Keteraturan belajar adalah
pangkal utama dari belajar yang baik untuk disiplin pribadi yang tinggi siswa
dapat menjauhi godaan dan gangguan-gangguan yang mendorong siswa malas
belajar.
Purwanto (2007, P.114), mengemukakan dari hasil eksperimen ternyata
bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal,
mengetik, mengerjakan soal hitung, dan sebagainya adalah antara 20-30 menit.
Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar
memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif. Selain
itu, belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat
tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif
diperlukana adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini “hukum Jost”
masih tetap diakui kebenarannya. Menurut hukum Jost tentang belajar, 30
menit 2 X sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar
selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
Menurut Kartini (1985: 17), untuk menentukan waktu belajar ada
beberapa petunjuk agar bisa lebih efektif yaitu: (1) pilihlah waktu yang
memungkinkan anda dapat belajar dengan baik, di waktu pagi, di waktu siang,

21
sore, atau malam hari; belajar larut malam itu kurang efektif, (2) bertanyalah
pada diri sendiri, pelajaran mana yang anda anggap sukar dan mana yang
mudah, (3) mata pelajaran yang sukar bagi anda, hendaknya dipelajari lebih
lama, agar betul-betul anda kuasai, (4) berilah waktu yang cukup untuk setiap
mata pelajaran, (5) tidak ada pedoman yang pasti untuk menetapkan berapa
lama seharusnya waktu belajar, (6) ulangilah pelajaran yang baru saja diberikan
di kelas, hal ini akan lebih mudah diingat, (7) belajar setiap hari 1 jam selama 6
hari berturut-turut akan memberikan hasil lebih besar dari pada belajar 6 jam
sekaligus dalam satu hari, dan (8) jangan menyia-nyiakan waktu belajar.
Menurut Hakim (1992: ) adalah: (1) pemilihan atau penentuan jadwal
belajar sifatnya individual; ada siswa yang lebih cocok belajar pada malam
hari, ada yang lebih cocok pada sore hari dan ada pula yang lebih cocok pada
pagi hari, (2) atur jadwal belajar dengan mempertimbangkan jumlah mata
pelajaran yang harus dipelajari dalam satu semester, (3) sediakan waktu belajar
yang sesuai dengan tingkat kesulitan mata pelajaran, dan (4) buat jadwal
pelajaran secara fleksibel (jangan terlalu terikat dengan jadwal).
Kemudian menurut Thabrani (1994: 60) adalah: ”Dalam menyusun
rencana belajar, buatlah variasi antara mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran yang lain. Variasi antara mata pelajaran yang anda sukai dan yang
kurang anda sukai. Waktu istirahat, dapat anda gunakan untuk mencukur kumis
atau menggunting kuku, waktu tunggu di apotik atau di halte bus, dapat anda
gunakan untuk mereview. Yang penting, kita harus membiasakan diri
menggunakan setiap waktu yang kita punyai untuk menghasilkan sesuatu”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa
pemilihan waktu belajar setiap orang berbeda-beda ada yang lebih konsentrasi
belajar pada malam hari, sore hari, siang hari bahkan ada yang lebih
konsentrasi belajar pada pagi hari. Pelajaran yang lebih sukar hendaknya
dipelajari lebih lama, agar kita bisa menguasai pelajaran tersebut. Buatlah
jadwal agar belajar bisa lebih teratur.
Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak siswa yang tidak dapat
belajar dengan efektif, kebanyakan siswa menganggap belajar adalah sesuatu

22
yang membosankan, sehingga banyak siswa yang belajar tetapi tidak
memperoleh manfaat dari belajar itu sendiri. (Susanti, 2007)
Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan bahwa belajar sebenarnya
sangat menyenangkan dan mengasyikan, apabila kita bisa menyiasatinya
dengan baik. Kebanyakan dari siswa menganggap belajar adalah hal yang
membosankan, tetapi dalam penjelasan Susanti, belajar itu menyenangkan.
Dalam menggunakan waktu belajar di rumah, agar dapat tertata dengan baik
dan teratur maka harus dibuat jadwal belajar, sehingga siswa akan lebih teratur
lagi dalam menata waktu yang tersedia di rumah dan dapat memanfaatkannya
dengan lebih efektif. 

2.1.3.2 Gaya Belajar


Dalam mencapai keberhasilan dalam belajar, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Salah satunya adalah gaya belajar. Gaya belajar sudah
banyak dijabarkan oleh beberapa ahli. Salah satunya teori gaya belajar VARK
oleh Neil D Fleming. Gaya belajar ini berfokus pada rangsangan dalam
merespon materi sesuai dengan pilihan belajarnya (Fleming, 2012). Singkatan
dari gaya belajar VARK adalah visual, aural, read/write, dan kinesthetic.
Berikut adalah penjelasan dari gaya belajar VARK :
 Visual
Dalam gaya ini, kecenderungan seseorang dalam menyerap dan
memproses informasi dengan cara melihat. Kebanyakan mereka senang
menggunakan media visual seperti gambar, poster, diagram, warna,
simbol, video, animasi,  peta konsep, dan grafik dalam mendapat
informasi atau materi pembelajaran. Hal yang memudahkan mereka
dalam memaparkan apa yang mereka lihat contohnya gambar adalah
dengan cara membayangkan setiap sudut, titik, dan hal kecil dalam
gambar itu. Jika contohnya bacaan dalam buku, mereka akan
membayangkan tata letak halamannya. Terkadang mereka juga
mengganti kalimat-kalimat dalam bentuk simbol dan inisial. Simbol yang

23
digunakan pun bisa simbol bentuk atau simbol warna sesuai apa yang
mereka pahami.
 Aural
Gaya belajar yang satu ini cenderung menggunakan indera
pendengaran. Orang-orangnya senang jika mendengarkan ceramah,
menghadiri presentasi/tutorial, cerita dan lawakan untuk memperoleh
informasi. Kebanyakan dari mereka itu senang berdialog, misalnya
berdiskusi dan menyampaikan ide dengan suara yang lantang. Media
yang mereka gunakan biasanya berupa tape recorder (rekaman) untuk
mereka putar kembali setelah selesai proses pembelajaran. Biasanya
mereka memiliki catatan yang buruk karena catatan mereka ada dalam
rekaman. Mereka lebih suka belajar dalam keadaan sunyi karena menurut
mereka itu lebih membuat mereka berkonsentrasi dalam belajar
dibandingkan belajar dalam keramaian.
 Read/Write
Membaca dan menulis bagi mereka sangat efektif untuk
memperoleh, memproses, dan menyimpan informasi dalam otak mereka.
Mereka mampu memproses apa yang mereka tulis, kemudian mereka
juga mampu membacanya berulang-ulang sampai mereka benar-benar
paham. Kegiatan yang mereka sukai adalah merangkum materi
pembelajaran dengan menggunakan bahasa sendiri. Segala bentuk materi
dari mulai gambar, grafik, dan diagram akan mereka tafsirkan sendiri
dalam bentuk tulisan. Media yang mereka perlukan adalah teks dan alat
tulis. Biasanya kebiasaan belajar mereka dinilai lebih teratur.
 Kinesthetic
Kecenderungan gaya belajar ini adalah melibatkan seluruh panca
indera. Hal yang mereka suka dalam belajar adalah belajar secara
langsung atau praktik. Kebanyakan dari mereka menyukai aktivitas gerak
fisik dalam belajar. Saat di kelas pun mereka menyukai pembelajaran di
laboratorium untuk kunjungan lapangan, metode “trial and error”,
mendengarkan, dan mengingat contoh nyata yang terjadi di dekat

24
maupun yang jauh dari mereka. Media yang mereka butuhkan adalah alat
peraga.

2.1.3.3 Metode Pembelajaran


Pada proses pembelajaran dibutuhkan metode untuk mencapai tujuan
dari suatu pembelajaran itu. Berikut beberapa metode pembelajaran menurut
beberapa artikel yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran :
a. Ceramah
Menurut Roestiyah, ceramah merupakan metode mengajar yang
dipakai untuk menjelaskan materi ataupun uraian tentang suatu pokok
permasalahan atau materi pembelajaran yang disampaikan melalui lisan.
Ceramah ini biasa disebut dengan strategi menginformasikan atau strategi
lecture sebab strategi ini banyak dipakai di perguruan tinggi. Ceramah
dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu secara sederhana ceramah cenderung
dimaknai sebagai metode penyampai pesan, sedangkan secara luas dapat
dimaknai sebagai metode untuk membahas sesuatu hal yang sifatnya bisa
saja berbentuk wacana atau problematika (Wina Sanjaya: 2008).
b. Active Knowledge Sharing
Menurut Silberman (2009), Strategi Active Knowledge Sharing
merupakan cara yang optimal untuk mengarahkan perhatian siswa kepada
materi pelajaran. Guru dapat memakainya, sebagai alat ukur sudah sejauh
mana pengetahuan siswa, bahkan penggunaan strategi titu juga
memperkuat hubungan tim siswa, Strategi itu dapat berjalan antara materi
pelajaran ataupun antar beberapa ragam mata pelajaran. Menurut Trianto
2010, active knowledge sharing ialah strategi pembelajaran yang
penekanannya lebih fokus pada materi pelajaran yang diajarkan, dalam
hal ini pembelajaran diarahkan kepada berkelompok atau membentuk tim
belajar untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman belajar. Dengan
demikian lebih mudah untuk menilai tingkat kemajuan siswa.
c. iLearning : Metode Pembelajaran Inovatif di Era Education 4.0

25
Dalam artikel yang berjudul iLearning : Metode Pembelajaran
Inovatif di Era Education 4.0 Untung Raharja dkk dosen Universitas
Raharja menyebutkan dalam metode ini memiliki kelebihan yang
disingkat dengan 4B yakni belajar, bermain, berdoa, dan bekerja.
iLearning di Universitas Raharja berkembang menjadi dua metode
belajar yaitu iMe (iLearning Media) dan iDu (iLearning Education)
.Secara garis besar, iMe dan iDu dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan metode pembelajaran secara mandiri yang berbasis online.
Jika di Universitas Padjadjaran sistemnya bernama Reguler Live Unpad
dan MOOC.
d. Small Group Discussion
Small group discussion merupakan proses pembelajaran dengan
diskusi pada kelompok kecil dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dan agar keaktifan
mahasiswa meningkat.
e. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Metode pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab mahasiswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Mahasiswa tidak hanya mempelajari pokok
bahasan yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan pokok bahasan tersebut kepada kelompoknya. Mahasiswa
dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang
beranggotakan 5-6 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal mahasiswa terdiri
dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang. Dosen dituntut terampil dan mengetahui
latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap
anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok
mahasiswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami pokok bahasan tertentu untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari kelompok

26
asal yang berbeda, bertemu dengan pokok bahasan yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari pokok bahasan mereka tersebut. Peran dosen adalah
memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai,
para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka
dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli
harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat
melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut
diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci cooperative
learning tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap mahasiswa
terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
Artinya mahasiswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang
positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang diberikan.

2.1.3.4 Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan
informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Evaluasi ini
bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu
program.
Bila ditinjau dari sasarannya dalam proses pembelajaran, evaluasi ada
yang bersifat makro dan juga mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya
adalah program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk
memperbaiki bidang pendidikan. Sedangkan evaluasi mikro sering digunakan
di tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian belajar peserta
didik.

27
Hal-hal yang dijadikan objek dalam evaluasi program pembelajaran
diantaranya:
1. Desain program pembelajaran
 Kompetensi yang akan dikembangkan
 Strategi pembelajaran
 Isi program pembelajaran
2. Implementasi program pembelajaran
3. Hasil program pembelajaran
Berikut ini adalah beberapa model yang dapat dijadikan sebagai evaluasi
program pembelajaran:
a. Evaluasi model Kirkpatrick
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal
dengan istilah “Kirkpatrick four levels evaluation model”. Evaluasi
terhadap efektivitas program training menurut Kirkpatrick mencakup
empat level evaluasi, yaitu: level 1 – Reaction, level 2 – Learning,
level 3 – Behavior, level 4 – Result
b. Evaluasi model CIPP
Konsep evaluasi model CIPP (Context, Input, Process and
Product) pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965
sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and
Secondary Education Act). Dalam bidang pendidikan. Stufflebeam
menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi, yaitu:
1) Context : situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-
jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan
dalam sistem yang bersangkutan, seperti misalnya masalah
pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, pandangan
hidup masyarakat dan seterusnya.
2) Input : sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
3) Process : pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/
bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan.

28
4) Product : hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir
pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan.
c. Evaluasi model Stake ( Model Countenance )
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi,
yaitu description dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap
dalam program pendidikan, yaitu antecedent (context), transaction
(process) dan outcomes. Stake mengatakan bahwa apabila kita
menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan
yang relatif antara program dengan program yang lain, atau
perbandingan yang absolut yaitu membandingkan suatu program
dengan standar tertentu.

2.1.3.5 Fasilitas Pembelajaran


Fasilitas pembelajaran adalah segala sesuatu yang disediakan agar
proses pembelajaran dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Fasilitas pembelajaran ini terdiri dari:
A. Sarana
Sarana pembelajaran adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pembelajaran.
Contoh: Buku pelajaran, buku bacaan, alat laboratorium, dan berbagai
media pembelajaran lainnya. Dalam kondisi belajar daring seperti yang
terjadi saat ini, handphone/laptop dan kuota juga merupakan sarana yang
penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran.
B. Prasarana
Prasarana pembelajaran adalah semua komponen yang langsung
menunjang jalannya proses pembelajaran. Contoh: gedung, ruang belajar,
lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang laboratorium, dan yang lainnya.
Fasilitas pembelajaran ini memiliki pengaruh penting dalam proses
pembelajaran. Ketika fasilitas yang menunjang dalam proses
pembelajaran  tersedia dan dapat berfungsi dengan baik maka akan
memberi pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan proses

29
pembelajaran. Sebaliknya, ketika fasilitas tidak dapat terpenuhi, maka
proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan semestinya.

2.2 Evaluasi Teori


Menurut (Potter & Perry, 2005), Stres membuat seseorang yang mengalaminya berpi
kir dan berusaha keras dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau tantangan dalam hidu
p sebagai bentuk respon adaptasi untuk tetap bertahan. Gejala stres meliputi gejala
emosional dan fisik. Gejala emosional ditandai dengan gelisah atau cemas, sedih atau
depresi. Gejala fisik ditandai dengan sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, susah tidur,
sakit punggung, mencret, lelah atau kehilangan energi. Jika seseorang telah mengetahui
gejala stres otomatis mereka akan mencari cara agar stres yang dialami tidak berdampak
buruk. Setelah itu dibutuhkan manajemen stres atau coping stress yang baik. Ada 2 coping
stres yaitu Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi
untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber masalah. penyelesaian dari
masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress dan Coping
yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah strategi penanganan stress
dimana individu memberi respon terhadap situasi stress dengan cara emosional.
Selain itu, salah satu sumber stres saat ini adalah pembelajaran secara daring.
Mengapa demikian? Karena keadaan yang memaksa setiap orang untuk tetap di dalam
rumah saja membuat kejenuhan. Jika mahasiswa telah jenuh, semangat belajar berkurang.
Hal ini berdampak pada beberapa aspek, salah satunya pada nilai yang diperoleh nanti.
Selain itu mahasiswa kesulitan memahami materi karena terkadang bermasalahnya sarana
dan prasarana (fasilitas belajar). Jika terus-terusan seperti itu, mahasiswa akan cenderung
mudah stres. Maka dibutuhkan pula cara belajar yang efektif pada masa pandemi covid-19
ini. Dengan demikian, pendidikan dan promosi kesehatan terkait manajemen stress pada
pembelajaran daring di era pandemi covid-19 ini penting untuk mengurangi dan memberi
solusi untuk mahasiswa yang belum menemukan coping stres yang cocok untuk
menanggulangistresnya.

30
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1  Metode Pelaksanaan Pendidikan dan Promosi Kesehatan
 3.1.1 Ceramah / Lecture
Metode penyuluhan dengan cara ceramah atau lecture dapat mempermudah ma
hasiswa untuk mengetahui penyebab stress pada pembelajaran daring, dan juga meng
etahui bagaimana cara mencegah terjadinya stress pada pembelajaran daring di era pa
ndemi sehingga mahasiswa dapat mengelola stress agar tidak menimbulkan dampak y
ang buruk terhadap dirinya sendiri. 
3.1.2 Diskusi
Dengan melakukan diskusi, peserta juga dilatih untuk lebih memahami mate
ri yang disampaikan sehingga mereka dapat membagikan atau menukar pengetahu
an (sharing knowledge) yang mereka miliki kepada sesama peserta didik. Menurut
learning pyramid, dengan melakukan diskusi, peserta didik lebih mudah memaham
i materi yang disampaikan pada saat lecture. Dimana diskusi memiliki persentase 5
0% sementara lecture hanya 5%.

3.2  Media
3.2.1 YouTube
Kami menggunakan youtube untuk pendidikan kesehatan ini karena youtube m
erupakan sebuah situs web video sharing (berbagi video) yang populer, praktis dan m
udah diakses. Dengan begitu peserta akan lebih mudah untuk menonton video pendid
ikan kesehatn yang akan kami kirim di youtube. 
3.2.2 Video
Video merupakan salah satu media pembelajaran berbasis multimedia yang ma
mpu digunakan untuk penyampaian materi. media pembelajaran berupa video mudah
diakses dimana saja dan dapat dilihat berulang-ulang jika masih ada yang belum dim
engerti. 
3.2.3 Poster
Kami menggunakan poster untuk memberikan gambaran mengenai materi yang
akan disampaikan kepada peserta promosi kesehatan. Selain itu, poster yang kami gu

31
nakan juga berfungsi untuk menarik perhatian lalu tertarik untuk mengikuti promosi
kesehatan yang kami laksanakan. 

3.3 Jadwal Kegiatan


Kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan akan dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 5 Desember 2020
Pukul : 10.00 s.d 11.50
Tempat : Rumah masing-masing
Platform  : WhatsApp Group

3.4  Rundown Acara Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Waktu Kegiatan Penaggung Jawab

10.00 – 10.0 Pembukaan + doa MC : Laras


3

10.03 – 10.0 Absensi Sekre : Amel


8

10.08 – 10.1 Ketentuan challenge dan doorprize MC : Laras


0

10.10 – 10.1 Sambutan dosen tutorial Nabila


5

10.15 – 10.2 Pre test 1 Neneng


0

10.20 – 10.3 Video promkes 1 Neneng


5

10.35 – 10.4 Tanya Jawab Neneng


5

10.45 – 10.5 Post test 1 Neneng


0

32
10.50 – 11.0 Break time Faiz
0

11.00 – 11.0 Pengkondisian peserta Shafa


5

11.05 – 11.1 Pre test 2 Shafa


0

11.10 – 11.2 Video promkes 2 Shafa


5

11.25 – 11.3 Tanya jawab Shafa


5

11.35 – 11.4 Post Test 2 Shafa


0

11.40 – 11.4 Pengumuman pemenang doorprize dan challeng MC : Laras


5 e

11.45 – 11.5 Penutupan Mc : Laras


0

3.5  Susunan Kepanitiaan Kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan


Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan, terdapat susunan pelaksanaan
kegiatan sebagai berikut :
Ketua : Nabilah Al Adawiyah
Sekretaris : Amelia Agustin
Humas : Neneng Rivalda
  Shafa Salsabila
PDD : Qoori Salma Luthfiyyah
  Annisa Indah Tetania
  Laras Amelia Ramadhani
  Ima Rismawati
Acara : Tazkia Badliana Audly
  Indrianti Alvini Rizki

33
  Faiz Zahran Alfairuz

3.6  Evaluasi Pendidikan dan Promosi Kesehatan


Instrumen evaluasi pada pendidikan kesehatan mengenai manajemen stress pada pem
belajaran daring di era pandemi Covid-19 ini menggunakan kuesioner berupa pre test dan po
st test. Pre test merupakan kegiatan menguji pengetahuan awal peserta mengenai materi yan
g akan disampaikan, dalam hal ini yaitu pengetahuan mengenai permasalahan stress pada pe
mbelajaran daring di era pandemi Covid-19. Pelaksanaan pre test dilakukan sebelum kegiata
n berlangsung. Uji tingkat pengetahuan menggunakan google formulir yang diberikan kepad
a peserta untuk diisi sesuai kemampuan masing-masing peserta. Sedangkan post test masih s
ama seperti pre test, namun bedanya post test bertujuan untuk mengetahui peningkatan peng
etahuan responden sebelum mendengarkan pemaparan materi dan setelah mendengarkan pe
maparan materi. Pelaksanaan post test dilakukan setelah kegiatan berlangsung. Evaluasi ini
menjadi tolak ukur tercapainya tujuan dari pendidikan dan promosi kesehatan yang telah dir
encanakan sebelumnya.
Untuk pelaksanaan pre test dan post test akan dibagikan kepada (55/50) peserta deng
an jumlah 10 soal dalam bentuk pilihan ganda. Isi dari kuesioner tersebut mengenai definisi 
stres, penyebab terjadinya stress, gejala dari stress, dan proses pembelajaran seperti waktu y
ang efektif dalam belajar, cara belajar yang benar, evaluasi dalam belajar serta fasilitas sela
ma pembelajaran. Indikator keberhasilan kegiatan pendidikan kesehatan ini yaitu  minimal 7
0% dari peserta memperoleh nilai ≥ 70 dari hasil pengerjaan post test. Uraian Kuesioner terc
antum pada lampiran proposal.

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan manajemen stress pada pembelajaran
daring di era pandemi covid-19 yang dilaksanakan secara daring atau online melalui platform
WhatsApp Group, Youtube, dan video terlaksana sesuai dengan apa yang direncanakan yaitu
terlaksana pada tanggal 5 Desember 2020 pada pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.50
WIB. Sasaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa atau mahasiswi yang berada di Jawa Barat.
Dalam pelaksanaannya berjalan dengan baik. Hal itu dapat terlihat dari antusias peserta pada
saat kegiatan berlangsung. Pelaksanaan kegiatan juga sudah sesuai dengan rencana kontrak
waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.
Presenter menyampaikan materi dengan baik dan lancar. Hal ini terlihat dari
antusiasnya peserta setelah pematerian untuk bertanya kepada presenter. Seluruh peserta
memerhatikan setiap penjelasan yang disampaikan oleh presenter. Presenter menyampaikan
materi melalui media video. Peserta yang hadir pada kegiatan ini berjumlah 55 orang, maka
dalam hal ini jumlah sasaran tercapai.
Untuk mengevaluasi pengetahuan peserta, dilakukan pre dan post test. Test ini
menggunakan instrumen yang berisi 10 pertanyaan. Poin benar jika menjawab benar 1
pertanyaan adalah 10. Maka total nilai yang akan didapatkan peserta adalah 100. Peningkatan
pengetahuan peserta dapat dilihat pada tabel berikut.

Data Statistik Hasil Pretest dan Posttest Peserta

No Nama Pre test Post test

1. Adriyan Dwi Agusti 90 90

2. Alfiyatul Hasanah 80 60

3. Anissa Aqillah Alifah Balkis 100 100

4. Ardian Saputra 80 90

35
5. Arfan Pandhu Nugraha 100 100

6. Asri Wanda Azzahra 90 100

7. Aulia Putri Regita 100 100

8. Aulia Royhanatun Nisa 90 100

9. Azril N Firmansyah 90 90

10. Batara Manggala Buana 60 100

11. Dani mulyana 80 50

12. Dwi Murti Nurinsani 70 100

13. Dwi Wulandari 60 100

14. Eka Fauziah Pratiwi 80 100

15. Eris Ernawati 80 100

16. Fatuh Rohman 80 100

17. Fitri Susanti 100 100

18. Fitriani Muthoharoh 70 90

19. Gabe Valentina Elisabeth Napitu 90 90

20. Gilang Ramadhan 50 60

21. Hardianti azhari putri 80 100

22. Hibar Taufikurachman 100 100

23. Hilal Azkia Fadlillah 100 100

24. Imeldha R Pramesty Putri 70 80

25. Janwar Alamsah 100 100

26. Luthfi Wildan Nawa 70 90

27. M. Pasha 60 90

28. Maulana Yusuf Ibrahim 80 80

29. Mochamad Ridwan Masrin Ar'raffi 80 80

30. Muhammad iqbal assafa 100 100

36
31. Nabhilla Adzra Suwandi 80 90

32. Nara Raihani 80 100

33. Nafisah Zahratunnisa 70 90

34. Neng Vera Nurani 100 100

35. Pirda Nurhopipah 90 100

36. Pramadisa Dwi Amanda 70 80

37. putri andriani 80 90

38. R. Rahmat Fadli Sadikin 60 90

39. Rangga Dimas Gunadi 80 90

40. Ratna Nurliani 100 100

41. Raveena Brigitta Viola 90 70

42. Raven Kongnando Lasher 100 100

43. Resti Rianti 80 100

44. Rifki Febriansyah 100 100

45. Rina asmala 90 90

46. Salman Fadhilah Malik 90 100

47. Sarah Fahdah 80 90

48. Sevtrisa Virdayanti 70 90

49. Siti Maylinda 90 100

50. Syahda Alya Azaria F 100 100

51. Vicki Ramdani 90 100

52. Yulia Rahmawati 70 70

53. Yunisa R 90 90

54. Yurike Frisca Maulani 70 100

55. Zalfa Alivia 80 70

37
Diagram statistik hasil jawaban peserta.

Soal Pretest Posttest


No

38
5

10

39
Pertanyaan dari pre-test dan post-test dapat dikategorikan menjadi beberapa pokok bahasan,
yakni penyebab stress, gejala stress, coping stress, manajemen stress menurut WHO dan PMI,
waktu efektif untuk belajar, dan gaya belajar.

Peningkatan Pengetahuan Peserta Mengenai Manajemen Stress dalam Pembelajaran di


Masa Pandemi Covid-19

No Pokok Bahasan Pre Test (nilai Post test (nilai Perubahan


Rata-Rata Rata-rata

1 Penyebab stress 77,9 98,2 26,5%

2 Gejala stress 88,9 91,2 2,5%

3 Coping stress 79,6 88,4 11%

4 Manajemen stress 89,8 94,8 5,5%


menurut WHO dan PMI

5 Waktu yang efektif untuk 89,8 96,6 7,6%


belajar

40
6 Gaya belajar 69,5 81 16,5%

Hasil 82,4 91,7 11,6%

Berikut kami lampirkan data di atas ke dalam diagram batang.

Rata-rata Nilai Peserta Berdasarkan Kategori Pertanyaan


120
98.2 96.6
100 88.9 91.2 88.4 89.8 94.8 89.8
77.9 79.6 81
80 69.5
60
40
20
0
Penyebab  Gejala Coping Manajemen Waktu Gaya Belajar
stress stress stress stress Belajar
Efektif

Pretest Posttest
4.2 Pembahasan
Peningkatan pengetahuan para mahasiswa mengenai stress dapat dilihat dari nilai pre test
dan post test pada tabel di atas. Pengetahuan para mahasiswa mengenai penyebab stress
meningkat dari 77,9 menjadi 98,2. Lalu terjadi juga peningkatan pengetahuan mahasiswa
mengenai gejala stress sebesar 2.5 % dan cara coping stress sebesar 11%. Pengetahuan
mahasiswa mengenai manajemen stress menurut WHO dan PMI juga terjadi peningkatan,
yang awalnya rata-rata nilainya sebesar 89,8 meningkat menjadi 91,2. Untuk materi
mengenai waktu yang efektif untuk belajar dan gaya belajar juga mengalami peningkatan
sebesar 7,6 % untuk waktu efektif dan 16,5% untuk gaya belajar. Sehingga dari hasil analisis
tersebut dapat kita simpulkan bahwa setelah dilakukannya kegiatan promosi kesehatan

41
ternyata terjadi peningkatan pengetahuan para mahasiswa mengenai stress selama
pembelajaran daring di era pandemi covid-19 ini sebesar 11,6 %.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoadmodjo, 2003). Peningkatan pengetahuan
dapat terjadi dengan cara pemberian informasi mengenai sesuatu kepada sasaran.
Peningkatan pengetahuan yang terjadi pada para mahasiswa mengenai manajemen stress
saat pembelajaran daring di era pandemi covid-19 adalah hasil dari pemberian informasi
melalui kegiatan promosi dan pendidikan kesehatan yang telah kami lakukan. Promosi
kesehatan yang kami lakukan diberikan dengan cara menyajikan informasi mengenai
manajemen stress dalam bentuk video yang dapat ditonton berkali-kali oleh para mahasiswa.
Dengan adanya video ini, kami harap para mahasiswa dapat mengingat dan mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diberikan dalam kehidupannya sehari-hari.

42
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan mengenai manajemen stress pada pembe
lajaran daring di era pandemi Covid-19 ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui pen
garuh dari pembelajaran secara daring yang menyebabkan stres. Setelah dilakukan kegiatan
pendidikan dan promosi kesehatan ini melalui WhatsApp Group, Youtube, dan video
kegiatan promosi kesehatan ternyata terjadi peningkatan pengetahuan para mahasiswa.
Pemberian informasi dalam kegiatan ini menjadi salah satu alternatif bagi mereka untuk
meningkatkan pengetahuan dalam manajamen stress pada pembelajaran daring di era
pandemi Covid-19.

5.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan mengenai manajemen
stress pada pembelajaran daring di era pandemi Covid-19, saran yang dapat diberikan
sebagai berikut :
1. Bagi intansi terkait
Perlu dilakukannya ketika pembelajaran daring di era pandemi Covid-19
pembawaan yang menarik agar sedikit mengurangi rasa jenuh mahasiswa dan
ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran daring ini
2. Bagi mahasiswa
Menerapkan manajemen stress, pola hidup sehat dan menjaga pola tidur dengan
baik membantu mengurangi stress pada pembelajaran daring di era pandemic Covid-19

43
LAMPIRAN I

Pendaftaran Acara

No. Nama Usia Asal Institusi


1.
Adriyan Dwi Agusti 20 Universitas Padjdjaran
2.
Ahmad Maulana 19 Universitas Pendidikan Indonesia
3.
Alfiyatul Hasanah 20 Sekolah Tinggi Agama Islam Sukabumi
4.
Anggi Egliana Putri 18 Universitas Pendidikan Indonesia
5.
Anissa Aqillah Alifah Balkis 20 Universitas Padjadjaran
6.
Ardian Saputra 21 IKOPIN
7.
Arfan Pandhu Nugraha 20 Universitas Gadjah Mada
8.
Asri Wanda Azzahra 19 Politeknik Piksi Ganesha
9.
Aulia Putri Regita 19 Universitas Padjadjaran
10.
Aulia Royhanatun Nisa 19 Universitas Muhammadiyah Cirebon
11.
Dani mulyana 19 Universitas Djuanda
12.
Deah Baweleng 18 Universitas Sam Ratulangi
13.
Dwi Murti Nurinsani 19 Universitas Padjadjaran
14.
Eka Fauziah Pratiwi 19 Universitas Pendidikan Indonesia

44
15.
Elsa Rahmatinnisa 20 Universitas Aisyiyah bandung
16.
Eris Ernawati 20 UIN Sunan Gunung Djati
17.
Erlina Sri Maudianti 20 Universitas Wanita Internasional
18.
Fadly Yusuf Sofyan 18 Politeknik Pos Indonesia
19.
Fauzy H 19 Unjani Yogyakarta
20.
Fitriani Muthoharoh 18 STIE PTSA Sumedang
21.
Gabe Valentina Elisabeth Napitu 19 Universitas Padjadjaran
22.
Gilang Ramadhan 19 Politeknik Negeri Indramayu
23.
Hardianti azhari putri 22 Universitas Padjadjaran
24.
Henda hendardi 19 Universitas Indonesia
25.
Hibar Taufikurachman 19 Universitas Pendidikan Indonesia
26.
Hilal Azkia Fadlillah 19 UPN "Veteran" Yogyakarta
27.
Imeldha R Pramesty Putri 19 UNJANI
28.
Janwar Alamsah 19 STIE SAS
29.
Luthfi Wildan Nawa 18 Universitas Sam Ratulangi
30.
M Irsyad Naufal 19 UNPAR
31.
M. Pasha 20 UNPAR
32.
Maulana Yusuf Ibrahim 19 Universitas Padjadjaran
33.
Melyssa Shalma Alghyfari 18 STIE PGRI KOTA SUKABUMI
34. Meylia Tesalonika Walukow
Sumual 19 Universitas sam ratulangi manado
35. Mochamad Ridwan Masrin
Ar'raffi 18 Ma'soem University

45
36.
Muhammad iqbal assafa 22 Fkep unpad
37.
Nabhilla Adzra Suwandi 19 Unpad
38.
Nara Raihani 19 Universitas Padjadjaran
39.
Neng Vera Nurani 20 Universitas Padjadjaran
40.
Pramadisa Dwi Amanda 21 Universitas Islam Indonesia
41.
Putri Andriani 20 Universitas Padjadjaran
42. Universitas islam Negeri Sunan Gunung
Rangga Dimas Gunadi 19 Djati Bandung
43.
Ratna Nurliani 19 Politeknik Piksi Ganesha
44.
Raveena Brigitta 20 Universitas Pakuan
45.
Raven Kongnando Lasher 19 Binus University Jakarta
46.
Resti Rianti 19 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
47.
Salman Fadhilah Malik 19 Universitas Padjadjaran
48.
Sarah Fahdah 19 Universitas Padjadjaran
49.
Sevtrisa Virdayanti 19 Universitas Padjadjaran
50.
Sheilla Aulia SM 19 Politeknik Negeri Bandung
51.
Siti Maylinda 19 Universitas Wiralodra
52.
Sugih 22 International women university
53.
Syahda Alya 19 Universitas Padjadjaran
54.
Vicki Ramdani 20 Universitas Padjadjaran
55.
Yasmin Shafa 20 Universitas Padjadjaran
56.
Yulia Rahmawati 19 Universitas Swadaya Gunung Jati

46
57.
Yunisa R 19 Universitas Padjadjaran
58.
Yurike Frisca Maulani 20 STIE 11 April
59.
Zalfa Alivia 18 Universitas Pasundan

47
LAMPIRAN II

Soal Pretest – Posttest

1. Dibawah ini penyebab stress dari dalam diri individu/ stressor internal yaitu..

a. perubahan pada lingkungan sekitar individu


b. suatu keadaan emosi seperti rasa salah
c. tekanan dari individu lain
d. peran keluarga atau sosial individu

2. Berikut merupakan gejala stress emosional adalah …

a. sakit punggung
b. sakit kepala
c. cemas
d. mencret

3. Berikut merupakan gejala stress fisik adalah …

a. mudah menangis
b. mudah marah
c. sulit tidur
d. cemas

4. Berikut merupakan coping yang tidak efektif yaitu…

a. Menjauhi sumber-sumber stress


b. Melakukan penyesuaian dalam pemikiran ketika menghadapi suatu permasalahan
c. Menghindari masalah
d. Mengatur reaksi yang ditimbulkan karena stress atau segala tekanan

48
5. WHO merumuskan strategi untuk menghadapi stress selama pandemi Covid-19,
diantaranya...

a. Merokok
b. Mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki selama masa pandemic coping biologis dan
coping psikososial
c. Overthinking
d. Makan-makan sepuasnya di luar

6. Strategi penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress
dengan cara emosional. Strategi tersebut merupakan bentuk coping stress seperti apa?

a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping)


b. Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping)
c. Confrontive Coping
d. Seeking Social Support

7. PMI menyebutkan terdapat 5 teknik manajemen stress dalam buku Panduan Manajemen
Stress. Manakah teknik manajemen stress menurut PMI yang termasuk ke dalam Emotion
focused coping adalah ..

a. Mengenal diri sendiri


b. Peduli diri sendiri
c. Sinergi
d. semua benar

8. Waktu yang efektif untuk belajar berapa lama?

a. 20-30 menit
b. 1 hari
c. > 30 menit
d. 5 menit

9. Gaya belajar visual merupakan dalam menyerap dan memproses informasi dengan cara?

49
a. mendengar
b. melihat
c. praktek
d. semua benar

10. Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya
individu sendiri meliputi…

a. Keyakinan atau pandangan positif


b. kesehatan lingkungan
c. memenuhi kebutuhan materi
d. kemampuan mengisolasi diri

50
LAMPIRAN III

Langkah Pelaksanaan Pendidikan dan Promosi Kesehatan

No. Kegiatan Tanggal Kegiatan

1. Pencarian jurnal terkait pendidikan 28 Oktober – 5 November


kesehatan
2. Konsultasi BAB I Proposal Pendidikan 7 November – 11 November
Kesehatan dengan dosen tutor
3. Konsultasi BAB II Proposal Pendidikan 13 November – 19 November
Kesehatan
4. Membuat BAB III, SAP dan Video 20 November – 24 November
5. Konsultasi BAB III dengan dosen tutor 27 November
6. Membuat Whatsapp Group Pendidikan 29 November
Kesehatan
7. Menyebarkan Poster dan link Whatsapp 30 November
Group ke peserta
8. Seluruh peserta sudah masuk Whatsapp 2 Desember
Group
9. Mengupload video ke Youtube 3 Desember
10. Pelaksanaan penyuluhan (Pendidikan 5 Desember
Kesehatan)

51
LAMPIRAN IV

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Permasalahan kesehatan pembelajaran daring di era

pandemi covid-19

Sub pokok bahasan : Manajemen stress pada pembelajaran daring di era

pandemi covid-19

Sasaran : Mahasiswa di wilayah Jawa Barat

Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Desember 2020

Waktu : 35 menit

Tempat : Rumah maing-masing

Platform : WhatsApp Group

1. Tujuan Umum

Tujuan dari kegiatan Pendidikan dan Promosi Kesehatan mengenai manajemen stress pada
pembelajaran daring di era pandemi Covid-19 yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh
dari pembelajaran secara daring yang menyebabkan stres.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit sasaran dapat:

52
a. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab stress pada pembelajaran daring di era pandemi
Covid-19.
b. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya stress pada
pembelajaran daring di era pandemi Covid-19.
c. Mahasiswa dapat mengelola stress agar tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadap
dirinya sendiri.

3. Materi Penyuluhan
a. Definisi stress
b. Penyebab stress
c. Gejala stress
d. Definisi manajemen stress
e. Definisi coping stress
f. Fungsi coping stress
g. Macam-macam coping stress
h. Bentuk-bentuk coping stress
i. Manajemen stress menurut WHO
j. Manajemen stress menurut PMI
k. Waktu yang efektif untuk belajar

4. Kegiatan Belajar-Mengajar

 Metoda : ceramah dan diskusi (tanya jawab)


 Langkah – langkah kegiatan:

a. Pra pembelajaran

 Menyiapkan media
 Memberi salam perkenalan dan berdoa bersama

53
b. Kegiatan membuka pembelajaran

 Pre test

c. Kegiatan inti
d. Materi manajemen stress.

 Menjelaskan definisi stress


 Menjelaskan penyebab stress
 Menjelaskan gejala stress
 Menjelaskan definisi manajemen stress
 Menjelaskan definisi coping stress
 Menjelaskan fungsi coping stress
 Menjelaskan macam-macam coping stress
 Menjelaskan bentuk-bentuk coping stress
 Menjelaskan manajemen stress menurut WHO
 Menjelaskan menjelaskan Manajemen stress menurut PMI
 Menjelaskan waktu yang efektif untuk belajar

e. Penutup

 Membuka sesi tanya jawab untuk peserta


 Post test
 Memberikan salam penutup.

5. Media

Media : Video, poster, dan aplikasi Youtube

54
6. Evaluasi

Prosedur : Pre test & Post test

Bentuk : Pilihan ganda

Jenis : Google form

11. Dibawah ini penyebab stress dari dalam diri individu/ stressor internal yaitu..

a. perubahan pada lingkungan sekitar individu


b. suatu keadaan emosi seperti rasa salah
c. tekanan dari individu lain
d. peran keluarga atau sosial individu

12. Berikut merupakan gejala stress emosional adalah …

a. sakit punggung
b. sakit kepala
c. cemas
d. mencret

13. Berikut merupakan gejala stress fisik adalah …

a. mudah menangis
b. mudah marah
c. sulit tidur
d. cemas

14. Berikut merupakan coping yang tidak efektif yaitu…

a. Menjauhi sumber-sumber stress


b. Melakukan penyesuaian dalam pemikiran ketika menghadapi suatu permasalahan
c. Menghindari masalah

55
d. Mengatur reaksi yang ditimbulkan karena stress atau segala tekanan

15. WHO merumuskan strategi untuk menghadapi stress selama pandemi Covid-19,
diantaranya...

a. Merokok
b. Mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki selama masa pandemic coping biologis dan
coping psikososial
c. Overthinking
d. Makan-makan sepuasnya di luar

16. Strategi penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress
dengan cara emosional. Strategi tersebut merupakan bentuk coping stress seperti apa?

a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping)


b. Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping)
c. Confrontive Coping
d. Seeking Social Support

17. PMI menyebutkan terdapat 5 teknik manajemen stress dalam buku Panduan Manajemen
Stress. Manakah teknik manajemen stress menurut PMI yang termasuk ke dalam Emotion
focused coping adalah ..

a. Mengenal diri sendiri


b. Peduli diri sendiri
c. Sinergi
d. semua benar

18. Waktu yang efektif untuk belajar berapa lama?

a. 20-30 menit
b. 1 hari
c. > 30 menit
d. 5 menit

56
19. Gaya belajar visual merupakan dalam menyerap dan memproses informasi dengan cara?

a. mendengar
b. melihat
c. praktek
d. semua benar

20. Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya
individu sendiri meliputi…

e. Keyakinan atau pandangan positif


f. kesehatan lingkungan
g. memenuhi kebutuhan materi
h. kemampuan mengisolasi diri

Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Metode Media


Pre test Menggali pengetahuan klien -  Google form
tentang materi yang akan
(5 menit)
disampaikan (reinforcement)
dengan cara mengajukan
pertanyaan.
Penyajian / Menjelaskan materi penyuluhan Ceramah Video
Materi tentang manajemen stress pada
mahasiswa, meliputi:
( 15 menit )
a. Definisi stress
b. Penyebab stress
c. Gejala stress
d. Definisi
manajemen stress
e. Definisi coping

57
stress
f. Fungsi coping
stress
g. Macam-macam
coping stress
h. Bentuk-bentuk
coping stress
i. Manajemen stress
menurut WHO
j. Manajemen stress
menurut PMI
k. Waktu yang
efektif untuk
belajar

Diskusi Memberikan kesempatan kepada Tanya jawab WhatsApp Group


para peserta (mahasiswa) untuk
( 10 menit)
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang belum dipahami.
Post test  Melakukan evaluasi dengan -  Google form
memberikan beberapa
( 10 menit )
pertanyaan.
Pengumuman Memberikan rewards kepada para - WhatsApp Group
pemenang peserta yang aktif selama
doorprize kegiatan

Jatinangor, 28 November 2020

Penyuluh

58
MATERI PROMKES

MANAJEMEN STRESS

STRESS
Definisi stress
Menurut (Potter & Perry, 2005), Stres membuat seseorang yang mengalaminya berpikir dan
berusaha keras dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai
bentuk respon adaptasi untuk tetap bertahan.
Penyebab stress
Faktor internal
Stressor yang berasal dari dalam diri individu. Biasanya berhubungan dengan fungsi fisiologis
tubuh suatu individu, seperti demam, kondisi tertentu, seperti kehamilan atau menopause, atau
suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah.
Faktor eksternal
Stressor yang berasal dari luar diri individu, seperti perubahan pada suhu atau temperatur
lingkungan sekitar individu, perubahan dalam peran keluarga atau sosial individu, atau tekanan
yang diberikan oleh pasangan dari individu.
Penyebab stress pada kalangan mahasiswa
The National Institute of Mental Helath (NIMH) menyebutkan beberapa hal yang pada umumnya
menyebabkan stress di kalangan pelajar mahasiswa:
a. Meningkatnya tuntunan akademik
b. Sendiri dalam lingkungan yang baru
c. Perubahan dalam hubungan keluarga
d. Tanggung jawab keuangan
e. Perubahan dalam kehidupan sosial
f. Menghadapi orang asing, ide-ide dan cobaan yang baru
g. Kesadaran akan identitas dan orientasi seksual
h. Persiapan untuk kehidupan setelah wisuda

59
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Livana PH, Mohammad Fatkhul Mubin, Yazid
Basthomi menjelaskan bahwa terdapat beberapa penyebab stress yang terjadi dikalangan
mahasiswwa diantaranya:
Tugas pembelajaran
Bosen dirumah saja
Proses pembelajaran daring yang mulai membosankan
Tidak dapat bertemu dengan orang yang disayangi
Tidak dapat mengikuti pembelajaran karena kuota internet terbatas
Gangguan jaringan saat proses pembelajaran
Tidak dapat melaksanakan hobi seperti biasanya

Gejala stress
Gejala emosional
Gejala emosional yang terjadi pada seseorang yang mengalami stress ditandai dengan cemas atau
gelisah, sedih atau depresi, merasa harga diri turun, khawatir, mudah menangis, panik, dan
berperilaku impusif.
Gejala fisik
Gejala fisikl yang terjadi pada seseorang yang mengalami stress ditandai dengan sakit kepala,
pusing, tidur tidak teratur, susah tidur, sakit punggung, mencret atau sembelit, lelaj, kehilangan
energi untuk belajar, dan sulit menelan.

MANAJEMEN STRESS
Definisi manajemen stress
Manajemen stress adalah sebuah kecakapan dalam menghadapi tantangan dengan cara
mengendalikan tanggapan (respon) secara proporsional dengan demikian manusia bisa
memperbaiki kualitas hidupnya.
Coping stress
Definisi coping stress
Proses mengatasi stress dan hambatan-hambatan yang dialami atau kemampuan menyelesaikan
situasi atau mengurangi stress (tekanan) baik secara kognitif maupun dengan perilaku.

60
Fungsi coping stress
Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa’adah, 2008 ; 65-66), coping yang berpusat pada emosi
(emotion-focused coping) berfungsi untuk meregulasi respon emosional terhadap masalah.
Sedangkan coping yang berpusat pada masalah (problem focused coping) berfungsi untuk
mengatur dan merubah masalah penyebab stress.
Macam-macam coping stress

Coping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung pada dua faktor,
yaitu:

1) Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat
ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterima

2) Keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi
stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi
suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.

Coping psikososial

Reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien.
Menurut Stuart dan Sundeen mengemukakan (dalam Rasmun ; 2004) bahwa terdapat 2 kategori
coping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan:

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction). Cara ini digunakan untuk
menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3
macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

a Perilaku menyerang (fight)

b Perilaku menarik diri (withdrawal)

61
c Kompromi

2) Reaksi yang berorientasi pada Ego Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam
menghadapi stres, atau ancaman, dan jika dilakukan dalam waktu sesaat maka akan dapat
mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan
gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunkan produktivitas
kerja. (Rasmun, 2004 ; 30-34).

Bentuk coping stress


a. Emotion-focused coping
Digunakan untuk mengatur respons emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku
individu, seperti penggunaan obat penenang, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang
stressful, individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.
b. Problem-focused coping
Untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila
dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Metode atau fungsi masalah ini lebih sering
digunakan oleh orang dewasa.
Ada delapan strategi coping yang berbeda yang secara umum dikenal dalam psikologi, yaitu: 1.
konfrontasi, 2. mencari dukungan sosial, 3. merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan
problem-focused coping, 4. kontrol diri, 5. membuat jarak, 6. penilaian kembali secara positif, 7.
menerima tanggung jawab, dan 8. lari atau penghindaran.

Manajemen stress menurut WHO


WHO merumuskan strategi untuk menghadapi stress selama pandemi Covid-19, diantaranya:
Merasa sedih, tertekan, bingung, takut dan marah adalah hal yang lumrah selama krisis terjadi.
Berbincang dan berbagi cerita dengan orang-orang yang dapat dipercayai bisa membantu
mengurangi rasa tertekan yang dialami.
Selama pandemi ini, berdiam di rumah lebih dianjurkan untuk meminimalisir penyebaran virus
dan kontak fisik dengan orang banyak. Menjaga gaya hidu sehat dengan asupan gizi yang cukup,

62
pola tidur yang baik, olahraga dan berinteraksi dengan orang-orang yang disayang bisa dilakukan
selama berdiam di rumah.
Menghindari rokok, alkohol dan narkotika untuk menyelesaikan masalah emosi.
Mencari fakta-fakta dan info terbaru yang dapat membantu dalam menentukan tahap pencegahan
yang tepat dan menghindari berita-berita yang tidak valid dan kredibel.
Mengurangi kecemasan dengan membatasi media yang menyebarkan informasi yang membuat
semakin cemas dan takut.
Mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur emosi selama masa pandemi ini.

Manajemen stress menurut PMI


PMI menyebutkan terdapat 5 teknik manajemen stress dalam buku Panduan Manajemen Stress,
yaitu:
Mengenal diri sendiri. Mengetahui kekuatan, kelemahan, hal-hal yang disukai
dan yang tidak disukai dapat membantu kita memetakan ke arah mana kehidupan akan kita
bawa. Dengan mengenal diri sendiri, akan lebih mudah untuk menentukan cara dan strategi apa
yang tepat untuk meringankan stress.
Peduli diri sendiri. Setelah mengetahui diri secara mendalam, maka kebutuhan- kebutuhan dan
kewajiban juga akan tampak. Memenuhi kebutuhan diri sendiri merupakan salah satu cara untuk
mengatur stres yang dihadapi. Peduli akan diri sendiri dapat dimulai dengan mencoba pola hidup
sehat, bersosialisasi dengan teman dan sanak saudara, merencanakan kegiatan yang realistis dan
menjalani hobi.
Perhatikan keseimbangan. Sebagaimana manusia yang dianugerahi beberapa aspek dalam
dirinya, maka kelima aspek ini harus dipelihara dan dipenuhi secara seimbang. Lima aspek
pemeliharaan diri ini adalah: Aspek Mental Emosional, Aspek Intelektual, Aspek Fisik, Aspek
Spiritual dan Aspek Rekreasional
Bersikap proaktif dalam mencegah gangguan stres dengan merawat kelima aspek di atas dengan
baik dan rutin agar menjadi sosok yang resilien dan memiliki kemampuan dan kekuatan lebih
dalam menghadapi stres.
Sinergi: Langkah-langkah sebelumnya ialah satuan proses yang perlu dilakukan
secara berurutan dan terpadu dengan kehendak dan kesadaran penuh untuk bangkit dari
keterpurukan dan stres. (Palang Merah Indonesia: 2015)

63
Waktu yang efektif untuk belajar

Waktu belajar adalah waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang baik dan tepat sesuai
dengan situasi dirinya. Waktu dalam belajar perlu disesuaikan agar lebih efisien dalam
pencapaian target belajar.

Purwanto (2007, P.114), mengemukakan jangka waktu belajar yang produktif seperti menghafal,
mengetik, mengerjakan soal hitung, dan sebagainya adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu
yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi relatif kurang
atau tidak produktif. Selain itu, belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa
istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan
adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini “hukum Jost” masih tetap diakui kebenarannya.
Menurut hukum Jost tentang belajar, 30 menit 2 X sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif
daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.

Beberapa petunjuk untuk menentukan waktu belajar agar lebih efektif yaitu:

1. Pilihlah waktu yang memungkinkan anda dapat belajar dengan baik, di waktu pagi, di
waktu siang, sore, atau malam hari; belajar larut malam itu kurang efektif.
2. Bertanya lah pada diri sendiri, pelajaran mana yang anda anggap sukar dan mana yang
mudah.
3. Mata pelajaran yang sukar bagi anda, hendaknya dipelajari lebih lama, agar betul-betul
anda kuasai.
4. Berilah waktu yang cukup untuk setiap mata pelajaran.
5. Tidak ada pedoman yang pasti untuk menetapkan berapa lama seharusnya waktu belajar.
6. Ulangilah pelajaran yang baru saja diberikan di kelas, hal ini akan lebih mudah diingat.
7. Belajar setiap hari 1 jam selama 6 hari berturut-turut akan memberikan hasil lebih besar
dari pada belajar 6 jam sekaligus dalam satu hari.
8. Jangan menyia-nyiakan waktu belajar.

64
65
LAMPIRAN V

DAFTAR HADIR

Peserta Kehadiran
Adriyan Dwi Agusti Hadir
Ahmad Maulana
Alfiyatul Hasanah Hadir
Anggi Egliana Putri
Anissa Aqillah Alifah Balkis Hadir
Ardian Saputra Hadir
Arfan Pandhu Nugraha Hadir
Asri Wanda Azzahra Hadir
Aulia Putri Regita Hadir
Aulia Royhanatun Nisa Hadir
Azril N Firmansyah Hadir
Batara Manggala Buana Hadir
Dani mulyana Hadir
Deah Baweleng Hadir
Dwi Murti Nurinsani Hadir
Dwi Wulandari Hadir
Eka Fauziah Pratiwi Hadir
Elsa Rahmatinnisa
Eris Ernawati Hadir
Erlina Sri Maudianti
Fadly Yusuf Sofyan
Fatuh Rohman Hadir
Fauzy H
Fitri Susanti Hadir
Fitriani Muthoharoh Hadir
Gabe Valentina Elisabeth Napitu Hadir
Gilang Ramadhan Hadir
Hardianti azhari putri Hadir
Henda hendardi
Hibar Taufikurachman Hadir
Hilal Azkia Fadlillah Hadir
Imeldha R Pramesty Putri Hadir
Janwar Alamsah Hadir

66
Luthfi Wildan Nawa Hadir
M Irsyad Naufal
M. Pasha Hadir
Maulana Yusuf Ibrahim Hadir
Melyssa Shalma Alghyfari
Meylia Tesalonika Walukow Sumual
Mochamad Ridwan Masrin Ar'raffi Hadir
Muhammad iqbal assafa Hadir
Nabhilla Adzra Suwandi Hadir
Nafisah Zahratunnisa Hadir
Nara Raihani Hadir
Pirda Nurhopipah Hadir
Neng Vera Nurani Hadir
Pramadisa Dwi Amanda Hadir
putri andriani Hadir
R. Rahmat Fadli Sadikin Hadir
Rangga Dimas Gunadi Hadir
Ratna Nurliani Hadir
Raveena Brigitta Hadir
Raven Kongnando Lasher Hadir
Resti Rianti Hadir
Rifki Febriansyah Hadir
Rina Asmala Hadir
Salman Fadhilah Malik Hadir
Sarah Fahdah Hadir
Sevtrisa Virdayanti Hadir
Sheilla Aulia SM
Siti Maylinda Hadir
Sugih
Syahda Alya Azaria F Hadir
Vicki Ramdani Hadir
Yasmin Shafa
Yulia Rahmawati Hadir
Yunisa R Hadir
Yurike Frisca Maulani Hadir
Zalfa Alivia Hadir

67
LAMPIRAN VI

68
DAFTAR PUSTAKA

Arora, A. (2008). 5 Langkah Mencegah dan Mengatasi Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular

Azizah, R. and Hartanti, R. D. (2016) ‘Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Kualitas Hidup
Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Pekalongan’, Jurnal
Universyty Reseach Coloquium, pp. 261–278.

Berman, A. et al. (2012) Kozier and Erb’s Fundamentals of Nursing, Kozier and Erb’s
Fundamentals of Nursing.

Desrianti, D. I., Rahardja, U., & Rinie, R. (2014). iLearning Metode Belajar Efektif Untuk
Sekolah Tinggi. CCIT Journal, 7(3), 308-334.

Duri Kartika, C. (2015) ‘Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Stres Akademik
Mahasiswa’, Universitas Muhammadiyah Surakarta, (1994), pp. 8–43. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/37501/6/BAB II.pdf.

Febriani, P. S., & Sarino, A. (2017). Dampak cara belajar dan fasilitas belajar dalam
meningkatan prestasi belajar siswa sekolah menengah kejuruan. Manajerial: Jurnal
Manajemen dan Sistem Informasi, 16(1), 163-172.

Fleming, Neil D. 2012. Facts, Fallacies and Myths: VARK and Learning
Preferences.http://www.varklearn.com/documents/Some_Facts_About_VARK. pdf.

Fleming, Neil D. dan David Baume. 2006. Learning Style Again: VARKing up the right tree!.
Educational Developments. SEDA Ltd. Issue 7.4. (4-7).

Fleming, Neil D. dan Colleen Mills. 1992. Not Another Inventory, Rather a Catalyst for
Reflection. To Improve the Academy. Paper 246.

Gadzella, B.M. et all. (2001). Confirmatory factor analysis and internal consistency of the
student life-stress inventory. Journal of Instructional Psychology/Student Life-Stress
Inventory.

69
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 .(2020). Diakses pada 20 Juni 2020.
https://palu.tribunnews.com/2020/05/15/update-covid-19-indonesia-jumat-15-mei-2020-
ada-490-kasus-barutotal-1076-meninggal-3803- sembuh

Hakim, Thursan. (2001). Belajar secara efektif. Jakarta : Puspa Swara Hawari, D. (2011).
Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Handayani, A., Setiawan, T. I., & Karsih, K. (2013). PROFIL GAYA BELAJAR SISWA SMP
AL MA’ MUR JAKARTA PUSAT. INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2),
20-24.

Hanum, L. (2020). Analisis Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing dan Ceramah
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Fitrah: Journal of Islamic Education,
1(1), 36-54.

Henderi, H., Yusup, M., & Rantama, Y. A. (2013). Penggunaan Metode iLearning Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Perguruan Tinggi. CCIT Journal, 6(3), 332248

Hernawati, N. 2006. Tingkat stres dan strategi koping menghadapi stres pada mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama tahun akademik 2005/2006. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 11(2),
43-49

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2014). Panduan Pengembangan dan


Penyelenggaraan KDITT, Jakarta: Kemendikbud.

Lazarus, R.S, & Monat, A. (1991). Stress and Coping. Newyork: Columbia University Press.

Looker, Terry., & Gregson, Olga. (2005). Managing stres “mengatasi stres secara mandiri”.
Yogyakarta : Baca.

Lumban Gaol, N. T. (2016) ‘Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional’, Buletin
Psikologi, 24(1), p. 1. doi: 10.22146/bpsi.11224.

Maulidah, H., & Kamal, B. (2020). STUDI KOMPARATIF METODE COOPERATIVE


LEARNING TIPE JIGSAW DAN METODE CERAMAH UNTUK

70
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI D3 AKUNTANSI
PADA MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI:
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, 14(1), 144-150.

Muslim, M. (2020). MANAJEMEN STRESS PADA MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal


Manajemen Bisnis, 192-201.

Nagata, K. et al. (2003) ‘Synthesis of 2-substituted benzimidazoles by reaction of o-


phenylenediamine with aldehydes in the presence of Sc(OTf)3’, Heterocycles, 61, pp.
93–96. doi: 10.1002/chin.200418108.

Novitasari, I., Kurniawan, S.T.,& Kanita, M.W (2020). Gambaran Tingkat Stress Mahasiswa

Pheasant, S. (2003). Body Space (2ndEdition). Philadephia: Taylor & Francis.

Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta Selama Study From Home (Sfh) Di Masa
Pandemi Covid-19

Putriawati, W. (2019). Penerapan Metode Pembelajaran Small Group Discussion untuk


Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Mahasiswa. Prisma Sains: Jurnal
Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, 7(1), 80-90.

Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Gramedia

Rahardja, U., Lutfiani, N., Harahap, E. P., & Wijayanti, L. (2020). iLearning: Metode
Pembelajaran Inovatif di Era Education 4.0. Technomedia Journal, 4(2), 261-276.

Ramon, Z. (2019) ‘Lingkungan Kerja, Disiplin Dan Stres Kerja Pada Pt Escotama Handal
Batam’, Hilos Tensados, 1, pp. 1–476.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana..

Sillberman, Melvin L., 2009. Active Learning. 1001 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani

71
Simbolon, I. 2015. Reaksi stres akademis mahasiswa keperawatan dengan sistem belajar blok di
fakultas keperawatan x bandung. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(01).

Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik.(Penterjemah: Nurulita
Yusron dan Dr. Zubaedi). Bandung: Nusa Indah.

Tandaju, Y., Runtuwene, T. ., & Kembuan, M. A. H. N. (2016). Gambaran nyeri kepala primer
pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. E-CliniC, 4(1). Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/12076

Tarwaka. (2010). Ergomonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. (Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyuni, N. E. (2017). Mengelola Stres Dengan Pendekatan Cognitive Behavior Modification.


(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Baru Pendidikan Agama Islam (Pai) Fakultas Ilmu
Tarbiyah & Keguruan Uin Maliki Malang).88 (1). 99- 117.

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: pustaka pelajar, 238.

Wlodkowski, R, J. (2004). Hasrat untuk belajar. Yogyakata : Pustaka Pelajar

Zahroh, C., Khamida, K., & Saleh, N. R. (2018). Pengaruh Islamic Progressive Muscle.

72

Anda mungkin juga menyukai