MASTERPIECE
Manajemen Stress pada Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19
KELOMPOK 2 TUTORIAL 2
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia saat ini menyebabkan banyak
permasalahan yang sulit untuk ditangani oleh masyarakat. Pandemi Covid-19
adalah krisis kesehatan yang pertama dan utama di dunia saat ini, banyak Negara
memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan tinggi dan Universitas (Purwanto
Dkk, 2020). World Health Organization (WHO) (2020) mencatat pada 2 maret
2020 sebanyak 90.308 terinfeksi Covid-19 dan diperkirakan akan semakin
bertambah. Semakin cepat penyebaran covid-19 mengakibatkan banyak Negara-
negara di dunia melakukan lockdown agar memutus rantai penyebaran Covid-19.
Data pada tanggal 15 Mei 2020 di Indonesia didapatkan 16.496 terkonfirmasi
Covid19 dengan kasus baru sebanyak 490 orang, 11.617 orang dalam perawatan,
3.803 dinyatakan sembuh dan 1.076 meninggal, sedangkan orang dalam
pemantauan (ODP) sebanyak 262.919 dan pasien dalam pengawasan (PDP)
sebanyak 34.360 orang (Gugus Covid, 2020).
Kondisi yang terjadi saat ini memberikan dampak terhadap berbagai sektor
seperti ekonomi dan sosial, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia
sendiri sudah mulai menetapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hal
tersebut tertera didalam Permenkes No. 9 Tahun 2020. PSBB sendiri meliputi
pembatasan kegiatan penduduk dalam satu wilayah, termasuk pembatasan
terhadap pergerakan orang atau barang untuk satu provinsi atau kabupaten kota
untuk mencegah penyebaran covid-19.
Kemudian berdasarkan artikel penelitian lain yang dilakukan oleh Livana PH,
Mohammad Fatkhul Mubin, Yazid Basthomi yang melibatkan 1.129 mahasiswa
semua jurusan di 22 dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia didapatkan hasil
Mayoritas mahasiswa Indonesia yang mengalami stres berusia 21 tahun dan
berjenis kelamin perempuan. Mayoritas penyebab stres mahasiswa Indonesia
selama pandemi Covid-19 adalah tugas pembelajaran, seperti yang tersaji pada
tabel dibawah ini
Hingga saat ini dunia masih belum lekas sembuh dari paparan virus baru
yang disebut virus corona yang dapat menyebabkan suatu penyakit yang disebut
COVID-19. Virus yang muncul sejak 2019 ini awalnya berasal dari kota Wuhan,
Tiongkok dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia, salah satunya
Indonesia. Virus corona ini mulai muncul di Indonesia sejak awal tahun 2020.
Hingga saat ini kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai angka 441
rb. Dengan kondisi yang terjadi saat ini, tentu sangat berdampak terhadap
berbagai sektor, salah satunya sektor pendidikan.
Pembelajaran daring ini tidak hanya memiliki dampak positif saja, namun
memiliki dampak negatif juga. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas,
menunjukkan bahwa pembelajaran daring ini menyebabkan mahasiswa
mengalami stres. Penyebab stres dalam pembelajaran daring menurut beberapa
analisis penelitian diantaranya tugas dan pemahaman materi pembelajaran sulit
dipahami, perasaan bosan kerap muncul karena di rumah saja dan proses
pembelajaran daring yang membosankan, mahasiswa tidak dapat mengaplikasikan
hasil pembelajaran, ketersediaan sarana penunjang kurang dan keterbatasan kuota
internet, dan mahasiswa tidak dapat menjalankan hobi seperti biasanya. Stres ini
berpengaruh terhadap proses pembelajaran salah satunya membuat mahasiswa
menjadi sulit untuk berkonsentrasi saat menjalankan proses pembelajaran.
Sehingga kami akan mengadakan promosi kesehatan yang berjudul “Manajemen
Stres pada Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19”.
TINJAUAN PUSTAKA
Stres terjadi jika adanya stresor. Stressor adalah hal yang menyebabkan
terjadinya stres pada individu. Penyebab stres atau stressor dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Stressor Eksternal
Stressor yang berasal dari luar diri individu, seperti perubahan pada
suhu atau temperatur lingkungan sekitar individu, perubahan dalam peran
keluarga atau sosial individu, atau tekanan yang diberikan oleh pasangan
dari individu.
b. Stressor Internal
Stressor yang berasal dari dalam diri individu. Biasanya
berhubungan dengan fungsi fisiologis tubuh suatu individu, seperti
demam, kondisi tertentu, seperti kehamilan atau menopause, atau suatu
keadaan emosi seperti rasa bersalah.
c. Stressor perkembangan
Stressor yang terjadi pada waktu yang dapat diprediksi pada
suatu kehidupan seseorang, seperti yang nampak pada tabel di bawah ini:
d. Stressor situasional
Stressor yang tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi kapan saja
selama hidup. Stressor situasional mungkin positif atau negatif. Contoh
stressor situasional, diantaranya Kematian salah satu anggota keluarga,
pernikahan atau perceraian, kelahiran seorang anak, pekerjaan baru,
penyakit.
Aural
Gaya belajar yang satu ini cenderung menggunakan indera
pendengaran. Orang-orangnya senang jika mendengarkan ceramah,
menghadiri presentasi/tutorial, cerita dan lawakan untuk memperoleh
informasi. Kebanyakan dari mereka itu senang berdialog, misalnya
berdiskusi dan menyampaikan ide dengan suara yang lantang. Media yang
mereka gunakan biasanya berupa tape recorder (rekaman) untuk mereka
putar kembali setelah selesai proses pembelajaran. Biasanya mereka
memiliki catatan yang buruk karena catatan mereka ada dalam rekaman.
Mereka lebih suka belajar dalam keadaan sunyi karena menurut mereka itu
lebih membuat mereka berkonsentrasi dalam belajar dibandingkan belajar
dalam keramaian.
Read/Write
Membaca dan menulis bagi mereka sangat efektif untuk
memperoleh, memproses, dan menyimpan informasi dalam otak mereka.
Mereka mampu memproses apa yang mereka tulis, kemudian mereka juga
mampu membacanya berulang-ulang sampai mereka benar-benar paham.
Kegiatan yang mereka sukai adalah merangkum materi pembelajaran dengan
menggunakan bahasa sendiri. Segala bentuk materi dari mulai gambar,
grafik, dan diagram akan mereka tafsirkan sendiri dalam bentuk tulisan.
Media yang mereka perlukan adalah teks dan alat tulis. Biasanya kebiasaan
belajar mereka dinilai lebih teratur.
Kinesthetic
Kecenderungan gaya belajar ini adalah melibatkan seluruh panca
indera. Hal yang mereka suka dalam belajar adalah belajar secara langsung
atau praktik. Kebanyakan dari mereka menyukai aktivitas gerak fisik dalam
belajar. Saat di kelas pun mereka menyukai pembelajaran di laboratorium
untuk kunjungan lapangan, metode “trial and error”, mendengarkan, dan
mengingat contoh nyata yang terjadi di dekat maupun yang jauh dari
mereka. Media yang mereka butuhkan adalah alat peraga.
a. Ceramah
Menurut Roestiyah, ceramah merupakan metode mengajar yang
dipakai untuk menjelaskan materi ataupun uraian tentang suatu pokok
permasalahan atau materi pembelajaran yang disampaikan melalui lisan.
Ceramah ini biasa disebut dengan strategi menginformasikan atau strategi
lecture sebab strategi ini banyak dipakai di perguruan tinggi. Ceramah dapat
dimaknai dari dua sisi, yaitu secara sederhana ceramah cenderung dimaknai
sebagai metode penyampai pesan, sedangkan secara luas dapat dimaknai
sebagai metode untuk membahas sesuatu hal yang sifatnya bisa saja
berbentuk wacana atau problematika (Wina Sanjaya: 2008).
b. Active Knowledge Sharing
Menurut Silberman (2009), Strategi Active Knowledge Sharing
merupakan cara yang optimal untuk mengarahkan perhatian siswa kepada
materi pelajaran. Guru dapat memakainya, sebagai alat ukur sudah sejauh
mana pengetahuan siswa, bahkan penggunaan strategi titu juga memperkuat
hubungan tim siswa, Strategi itu dapat berjalan antara materi pelajaran
ataupun antar beberapa ragam mata pelajaran. Menurut Trianto 2010, active
knowledge sharing ialah strategi pembelajaran yang penekanannya lebih
fokus pada materi pelajaran yang diajarkan, dalam hal ini pembelajaran
diarahkan kepada berkelompok atau membentuk tim belajar untuk saling
berbagi ilmu dan pengalaman belajar. Dengan demikian lebih mudah untuk
menilai tingkat kemajuan siswa.
c. iLearning : Metode Pembelajaran Inovatif di Era Education 4.0
Dalam artikel yang berjudul iLearning : Metode Pembelajaran
Inovatif di Era Education 4.0 Untung Raharja dkk dosen Universitas Raharja
menyebutkan dalam metode ini memiliki kelebihan yang disingkat dengan
4B yakni belajar, bermain, berdoa, dan bekerja. iLearning di Universitas
Raharja berkembang menjadi dua metode belajar yaitu iMe (iLearning
Media) dan iDu (iLearning Education) .Secara garis besar, iMe dan iDu
dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan metode pembelajaran secara
mandiri yang berbasis online. Jika di Universitas Padjadjaran sistemnya
bernama Reguler Live Unpad dan MOOC.
d. Small Group Discussion
Small group discussion merupakan proses pembelajaran dengan
diskusi pada kelompok kecil dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dan agar keaktifan
mahasiswa meningkat.
e. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Metode pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab mahasiswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Mahasiswa tidak hanya mempelajari pokok bahasan
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
pokok bahasan tersebut kepada kelompoknya. Mahasiswa dibagi dalam
beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 5-6 orang
dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal
adalah kelompok awal mahasiswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli
yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Dosen
dituntut terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya
suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli,
yaitu kelompok mahasiswa yang terdiri dari anggota kelompok lain
(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami pokok bahasan tertentu
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari
kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan pokok bahasan yang sama
dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk
mempelajari pokok bahasan mereka tersebut. Peran dosen adalah
memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan
di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi
pengetahuan yang didapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli,
sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok
asal. Kunci cooperative learning tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap
mahasiswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang
diperlukan. Artinya mahasiswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja
sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi
dan memecahkan masalah yang diberikan.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Metode Pelaksanaan Pendidikan dan Promosi Kesehatan
3.1.2 Diskusi
3.2 Media
3.2.1 YouTube
3.2.2 Video
3.2.3 Poster
Hari : Sabtu
Untuk pelaksanaan pre test dan post test akan dibagikan kepada (55/50)
peserta dengan jumlah 10 soal dalam bentuk pilihan ganda. Isi dari kuesioner tersebut
mengenai definisi stres, penyebab terjadinya stress, gejala dari stress, dan proses
pembelajaran seperti waktu yang efektif dalam belajar, cara belajar yang benar, evaluasi
dalam belajar serta fasilitas selama pembelajaran. Indikator keberhasilan kegiatan
pendidikan kesehatan ini yaitu minimal 70% dari peserta memperoleh nilai ≥ 70 dari
hasil pengerjaan post test. Uraian Kuesioner tercantum pada lampiran proposal.
BAB IV
HASIL
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, P., & Amrullah, Y. (2019). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Menstruasi. Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(3), 287–291.
https://doi.org/10.33024/jkm.v5i3.1423
Beevi P., N., L., M., S, A. B., Haran, J. C., & Jose, R. (2017). Menstrual problems
among adolescent girls in Thiruvananthapuram district. International
Journal Of Community Medicine And Public Health, 4(8), 2995.
https://doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20173360
Belayneh, Z., & Mekuriaw, B. (2019). Knowledge and menstrual hygiene practice
among adolescent school girls in southern Ethiopia: A cross-sectional
study. BMC Public Health, 19(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12889-
019-7973-9
Biran, A., Schmidt, W., Hernandez, O., Hutton, G., Lanata, C., Luvendijk, R., …
Weinger, M. (2011). Background Paper on Measuring WASH and Food
Hygiene Practices – Definition of Goals to. 1–81.
Dutta, D., Badloe, C., Lee, H., & House, S. (2016). Supporting the rights of girls
and women through Menstrual Hygiene Management (MHM) in the East
Asia and Pacific Region: Realities, progress and opportunities. Bangkok.
House, S., Mahon, T., and Cavill, S. (2012). Menstrual hygiene matters: a
resource for improving menstrual hygiene around the world. Wateraid.
Kennedy, E., Suriastini, W., Macintyre, A., Huggett, C., Wheen, R., Faiqoh, …
Inathsan, B. (2015). Menstrual Hygiene Management in Indonesia. Burnet
Institute, 1–45.
Sumpter, C., & Torondel, B. (2013). A Systematic Review of the Health and
Social Effects of Menstrual Hygiene Management. PLoS ONE, 8(4).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0062004
Sommer, M., Sutherland, C., & Chandra-Mouli, V. (2015). Putting menarche and
girls into the global population health agenda. Reproductive Health, 12(1),
10–12. https://doi.org/10.1186/s12978-015-0009-8
Tim Pembina UKS & UNICEF. (2016). Kenapa Berdarah? Panduan Khusus Anak
Perempuan untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
UNICEF Indonesia
Torondel, B., Sinha, S., Mohanty, J. R., Swain, T., Sahoo, P., Panda, B., … Das,
P. (2018). Association between unhygienic menstrual management
practices and prevalence of lower reproductive tract infections: a hospital-
based cross-sectional study in Odisha, India. BMC Infectious Diseases,
18(1). https://doi.org/10.1186/s12879-018-3384-2
UNICEF. (2016). Supporting the Rights of Girls and Women through Menstrual
Hygiene Management (MHM)in the East Asia and Pacific Region.
UNICEF East Asia and Pacific Regional Office, (February), 10–80.