Anda di halaman 1dari 30

Proposal Penelitian :

Stres Kuliah Online pada Mahasiswa dalam Masa Pandemi

Dosen Pengampu Psikogerontologi

Faridah Ainur Rohmah, S.Psi, M.Si, Psikolog

Di Susun Oleh

DWI ESTI KURNIAWATI : 1700013070

Fakultas Psikologi

Universitas Ahmad Dahlan

2021

1
2
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Covid-19 menimbulkan berbagai macam dampak yang mengakibatkan

terganggunya kinerja dan akitivitas di berbagai macam sektor di dunia baik

pendidikan, ekonomi, wisata, transportasi dan lainnya. Tercatat sampai hari ini

angka kasus covid telah mencapai 38,2 juta kasus, meninggal 1,09 juta dan tingkat

kesembuhan mencapai 26,5 juta (World Health Organizer). Corona virus disease-19

pertama kali muncul di China tepatnya di kota Wuhan menjelang akhir tahun 2019.

Wabah pandemi ini kemudian menyebar sampai ke negara lainnya termasuk

di Indonesia. Wabah ini menyerang sistem pernapasan pada manusia sehingga

gejala yang diitimbulkan akibat covid19 tidak berbeda jauh dengan permasalahan

pada flu biasa. Akibatnya banyak sekali pasien-pasien covid yang awalnya mengira

mereka hanya terkena flu saja. Bahkan diberbagai kasus ada pula yang tidak

menunjukkan tanda atau pun gejala yang diakibatkan oleh covid.

3
Dengan adanya covid19 ini berpengaruh terhadap kesehatan mental individu

di seluruh dunia. Hampir setengah manusia di seluruh dunia merasakan stres akibat

pandemi ini, yang dapat menganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terutama

para pekerja di lapangan. Seperti yang diketahui salah satu sektor yang terkena

dampak covid19 ialah sektor penidikan, hal ini dikarenakan adanya sistem

pembelajaran secara online (Kompas.com)

Selama masih belum ditemukan vaksin yang tepat untuk mecegah penularan

agar terhindar dari covid19 maka sistem belajar mengajar masih diterapkan melalaui

via online. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pelajar

baik siswa atau pun mahasiswa dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh

para tim pengajar, baik guru maupun dosen. Akibatnya timbullah rasa cemas dan

stres yang diakibatkan oleh sistem pembelajaran online. Dikutip dari berbagai

macam sumber diberitakan bahwa sekitar 86% persen pelajar mengeluh karena

kurang memahami diskusi secara online dibandingkan dengan pembelajaran tatap

muka secara langsung.

Belum lagi kendala-kendala lain yang timbul akibat sistem pembelajaran

online diantaranya koneksi yang sering terputus pada saat pembelajaran

berlangsung, atau pun sebagian warga dengan ekonomi menengah kebawah cukup

sulit, dalam mengakses pembelajaran karena, diharuskan menggunakan beberapa

alat elektronik agar mendapatkan informasi terkait dengan pembelajaran tersebut.

Serta banyak orang tua yang mengalami kebingungan dalam mendampingi anak-

anak mereka dalam proses pembelajaran dari rumah.

4
Banyak mahasiswa perguruan tinggi yang mengeluhkan permasalahan

terkait dengan pembelajaran online beberapa diantaranya terkait dengan proses

pelaksanaan praktikum, penyusunan skripsi atau pun kegiatan yang seharusnya

dilaksanakan secara langsung yang mengharuskan terjun lapangan untuk proses

pengambilan data dan lainnya. Ada pula pemberian tugas yang terus-menerus dari

beberapa pengajar membuat mahasiswa merasa “kewalahan” dalam menyelesaikan

tugas-tugas tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Livana, Mubin dan

Basthomi(2020) didapatkan hasil analisis sebagai berikut :

1. Tugas pembelajaran

2. Bosan Dirumah saja

3. Tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang disayangi

4. Proses pembelajaran daring/online yang mulai membosankan

5. Tidak dapat mengaplikasikan pembelajaran praktek laboratorium karena

ketidaktersediaan alat

6. Tidak dapat mengikuti pembelajaran karena kuota internet yang terbatas

7. Tidak dapat melaksanakan hobi seperti biasanya

Dari hasil tersebut didapatkan data simpulan mayoritas mahasiswa Indonesia

yang mengalami stres berusia 21 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Mayoritas

penyebab stress mahasiswa Indonesia selama covid-19 adalah tugas pembelajaran.

5
Berdasarkan penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran

online sangat menganggu keadaan psikologis mahasiswa dalam hal ini stres yang

dialami, baik ringan maupun stres berat.

Menurut Selye stres sendiri merupakan keadaan psikologis yang

mengakibatkan terjadinya perubahan pada tubuh sebagai respon dalam

menghadapi tekanan ataupun tuntutan lingkungan (1976).

Apabila stres yang dialami tidak ditangani dengan baik maka hal ini bisa saja

menimbulkan gejala-gejala atau gangguan psikologis yang lain diantaranya depresi

ringan ataupun berat. Depresi dapat menyebabkan gangguan-gangguan pada

psikomotor berupa keadaan gairah, dan daya pikir yang melambat. Sehingga

menganggu proses ataupun aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan sosial

bahkan dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang berdampak pada

menurunnya prestasi akademik mahasiswa itu sendiri.

Hasil penelitian Maia, Berta, Rodrigues, Paulo (2020) menunjukkan bahwa

para pelajar yang dievaluasi selama periode pandemi menunjukkan tingkat

kecemasan, deperesi, dan stres yang jauh lebih tinggi, dibandingkan dengan pelajar

pada masa-masa normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi memiliki

efek negatif pada para pelajar.

Hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis

pada 3 subjek yang merupakan mahasiswa semester tiga (3) pada tanggal

24 september 2020 yang dilakukan secara online via whatsapp messenger.

Ketiganya mengeluhkan hal yang sama, yaitu terkait dengan proses

6
perkuliahan online yang cukup menganggu kenyamanan psikis dan fisik

mereka selama kurang lebih enam bulan pembelajaran yang dilakukan dari

rumah sepeerti merasa useless, bingung,dan terbebani. Salah satu

diantaranya bahkan merasa tidak berdaya akibat di rumah saja selama masa

pandemi berlangsung hanya melaksanakan pembelajaran online.

Berdasarkan hal tersebut penulis bertujuan melakukan proses

penelitian ini dalam rangka memberikan solusi serta mengetahui kendala

terbsesar yang dapat diselesaikan atau bahkan meminimalisir terjadinya

stres ketika di masa pandemi terkhususnya dalam menghadapi perkuliahan

atau pembelajaran online.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah stres kuliah online pada mahasiswa

selama pandemi. Sehinga yang menjadi rumusan masalah dalam hal ini ialah

“Apakah mahasiswa mengalami stres kuliah online semasa pandemi?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah mengetahui apakah kuliah online

dapat mengakibatkan stres pada mahasiswa selama masa pandemi

7
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis: Kegunaan penelitian ini untuk menunjang perkembangan

ilmu psikologi.

2. Maupun praktis. Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat membantu

menambah wawasan serta dapat diterapkan kepada masyarakat luas dari

hasil penelitian ini.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya ditinjau dari segi

subjek, metode dan tempat pengambilan data.

1. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan

Majalah Mother and Baby. oleh Tri Wartono

2. Pengaruh Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi

terhadap Turnover Intention Medical Representative. Oleh Muhammad

Irfan Nasution

3. Hubungan Self Efficacy, Motivasi Berprestasi, Prokrastinasi, Akademik

dan Stres Akademik Mahasiswa. Oleh Dony Darma Sagita, Daharnis

Daharnis, Syahniar Syahniar.

8
F. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Stres

Stres merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat dirasakan oleh

setiap individu yang ada di muka bumi ini. Stres dapat dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal. Selain itu stres juga

dapat berdampak pada fisik atau pun psikis seorang individu.

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu

dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-

tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem

biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang (Sarafino, 2008)

Menurut Selye stres sendiri merupakan keadaan psikologis yang

mengakibatkan terjadinya perubahan pada tubuh sebagai respon dalam

menghadapi tekanan ataupun tuntutan lingkungan (Selye, 1976).

Stres adalah kondisi yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang

diterima sebagai suatu hal yang mengancam atau merusak keseimbangan

kehidupan seseorang. Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat

dari stimulus atau respon yang dialami seseorang (Lazarus & Folkman,

1984).

Menurut Hardjana (1994) stres adalah keadaan yang tercipta bila individu

yang mengalami stres dianggap mendatangkan stres dan membuat individu

9
yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, antara keadaan atau kondisi

dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada pada diri

individu.

James dkk., menjelaskan bahwa stres terjadi akibat adanya rangsangan atau

stresor yang mempengaruhi keadaan fisik atau pun psikologis seseorang

(1997).

B. Aspek-aspek dan Gejala-gejala Stres

James dkk., mengklasifikasi aspek stres sebagai berikut:

1. Aspek biologis: gangguan tidur, gangguan seksual, gangguan makan,

gangguan kulit, gangguan pencernaan, kelelahan.

2. Aspek psikologis: Depresi, gangguan daya ingat, kurang semangat dll.

Adapun turut mempengaruhi gejala perilaku sesorang seperti kecanduan

alkohol, penggunaan narkoba, tindakan kekerasan, merokok, dan melakukan

tindakan negatif lainnya.

Menurut Hardjana (1994) gejala-gejala stres ada empat, yaitu :

a. Gejala Biologis

Gejala biologis dari stres berupa gejala fisik: sakit kepala, sakit punggung,

gangguan tidur, sembelit, mencret, gangguan pencernaan, gangguan makan,

gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.

10
b. Gejala Intelektual: Individu yang mengalami stres cenderung mengalami

gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit membuat keputusan,

produktivitas menurun

c. Gejala Emosional: Individuyang mengalami stres akan menunjukkan

gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu,

gugup, mudah tersinggung, gelisah, dsb.

d. Gejala Interpersonal: Cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah

dalam hubungan interpersonal seperti mendiamkan orang lain, senang

mencari kesalahan orang lain, menutup diri secara berlebihan dll.

C. Faktor penyebab terjadinya stres

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan penyebab yang berasal dari dalam diri atau

individu itu sendiri, yang bersifat penyakit atau pun konflik.

● Konflik (conflict), konflik atau pun pertentangan terjadi dikarenakan

individu tidak mampu menentukan pilihan-pilihan yang sulit yang

dapat mempengaruhi masa depan seseorang.

● Penyakit (ilness)¸penyakit kronis yang dialami seperti kanker dapat

memperparah kondisi pasien apabila mengalami stres berat.

2. Faktor eksternal

11
● Keluarga, perbedaan pendapat bahkan tuntuan dari orang tua dapat

mengakibatkan seseorang mengalami stres hal ini dikarenakan

adanya pertentangan yang terjadi antara individu dengan pihak

keluarga dalam menentukan atau memutuskan hal-hal penting dalam

hidupnya terutama persoalan masa depan.

● Pekerjaan, tekanan yang didapatkan akibat dari pekerjaan biasanya

terjadi akibat adanya konflik antara atasan dan bawahan, kurangnya

pemahaman dan keahlian dalam menyelesaikan pekerjaan dll.

● Akademik, hal ini tentu dapat mempengaruhi keadaan fisik maupun

psikologis seseorang. Adanya ketidaksesuaian jurusan atau bahkan

keterpaksaan seorang individu dalam menjalankan tugas-tugasnya

sebagai seorang pelajar

● Lingkungan, ketidakmampuan seseorang dalam beradaptasi dengan

seseorang dapat mengakibatkan timbulnya gejala stres. Belum lagi

tekanan yang datang dalam lingkup sosial yang kuat tidak mampu

diatasi oleh individu.

Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain:

a. Variabel dari dalam diri individu, meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis

kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku,

kebudayaan, status ekonomi.

b. Karakteristik kepribadian, meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi

secara umum, locus of control, kekebalan, ketahanan.

12
c. Variabel sosial-kognitif, meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan

sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.

d. Hubungan dengan lingkungan sosial, adalah dukungan sosial yang

diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.

e. Strategi koping, merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-

unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber

stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan

sekitar.

E. Respon tubuh terhadap stres

Salah satu konsep yang dikemukakan oleh Selye ialah terkait dengan

sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) menjelaskan

efek umum yang terjadi pada tubuh apabila ada tekanan yang dialami oleh

individu tersebut. Adapun tahap yang dikemukakan oleh selye dalam GAS

yaitu: peringatan, perlawanan, dan kelelahan. Tahap peringatan merupakan

alarm yang mengakibatkan individu dapat mengalami shock yang lebih

bersifat sementara. Sedangkan pada tahap kedua individu mulai mengalami

countershock yaitu kondisi ketika seseorang mulai menerapkan perlawana

atau pertahanan sebagai upaya mengatasi stres, apabila pada tahap ini

individu tidak mampu mengatasi stres maka individu akan memasuki tahap

kelelahan, ialah kondisi pada saat individu mulai merasakan kerusakan pada

tubuh secara meningkat bahkan dapat mengakibatkan seseorang mengalami

jatuh pingsan. Sehingga pada tahap ini cenderung lebih mudah terkena

13
berbagai penyakit atau bahkan dapat memperparah kondisi penyakit yang

sudah dimiliki sebelumnya.

D. Tahapan dan Tingkat Stres

Dari penjelasan respon tubuh yang dikemukakan oleh Selye maka dapat

dikatakan respon GAS merupakan tahapan atau pun fase terjadinya stres

sebagai berikut:

a. Reaksi waspada (alarm reaction stage): Reaksi ini menggerakkan tubuh

untuk sebagai upaya pertahanan diri. Dimulai oleh otak dan diatur oleh

sistem endokrindan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini

disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).

b. Reaksi Resistensi (resistance stage): Merupakan tahap ketika sistem

endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres

tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.

c. Reaksi Kelelahan (exhaustion stage): Terjadi apabila stresor tetap

berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk keadaan.Tahap

ini ditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai

akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun.

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut

Priyoto (2014) tahapan stres dibagi menjadi enam tahap, yaitu:

a. Tahap Pertama

14
Merupakan tahapan stres yang paling rendah yang ditandai, penglihatan

tajam tidak sebagaimana umumnya, merasa senang dengan pekerjaan, akan

tetapi tanpa disadari cadangan energi yang dimiliki semakin menipis.

b. Tahap Kedua

Adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya segar, merasa

mudah lelah setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, dan tidak bisa

santai.

c. Tahap Ketiga

Ditandai dengan adanya gangguan lambung dan usus seperti maag, buang

air tidak teratur, ketegangan otot semakin teras, dan koordinasi tubuh

terganggu.

15
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Strategi Penyelidikan (Strategy of Inquiry).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun menurut

Kirk dan Miller (1986), menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan

ilmu yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia

yang menjadi subjek penelitian.

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif dinamakan

sebagai metode artistik karena pebelitian lebih bersifat seni atau dalam kata lain

kurang terpola, dan disebut sebagai metode interpretative karena data atau hasil

penelitian dijelaskan sesuai dengan interpretasi yang ada di lapangan. Penelitian

kualitatif sering juga dikatakan sebagai penelitian yang bersifat natiuralistik karena

dilakukan dalam prosedur yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif

juga disebut sebagai metode penelitian etnogafi. Metode penelitian ini banyak

16
digunakan oleh bidang keilmuan antropologi pada awalnya. Karena data yang

terkumpul serta hasil analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Metode kualitatif bersifat deskriptif dalam menjelaskan setiap permasalahan,

gejala atau pun temuan yang diperoleh dari penelitian tersebut. Dalam perolehan

hasil atau pun data yang mengguanakan metode penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus atau pun fenomenologi.

Sehingga dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Karena

proses pengungkapan data yang komprehensif menggunakan proses pengambilan

data dengan cara melakukan teknik observasi, dan wawancara.

B. Sampling.

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif tentu saja berbeda dengan

penelitian kuantitatif. Menurut Salim dan Syahrum (2012)., keberadaan sampling

untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sumber,

dengan maksud dan tujuan agar dapat merinci kekhususan yang ada dalam konteks

ramuan yang unik. Selain itu sampling dalam penelitian kualitatif juga bertujuan

untuk mendapatkan informasi yang nantinya akan menjadi dasar dari rancangan

17
teori yang muncul sehingga di dalam penelitian kualitatif hanya ada sampel

bertujuan (purposive sampling) tidak ada sampling acak

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini ialah tiga mahasiswa dari tiga

universitas dan jurusan keilmuan yang berbeda, akan tetapi ketiga subjek tersebut

berada di tingkat dan jenis kelamin yang sama yaitu perempuan mahasiswa s-1

semester V.

C. Metode Pengambilan Data.

Dalam penelitian kualitatif digunakan teknik pengumpulan data berupa

observasi participant, dan wawancara.

1. Observasi

Banister menjelaskan bahwa istilah observasi diturunkan dari bahasa latin

yang berarti “melihat” dan “memperhatikan” secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut

( Reza, 2017).

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant

observation.

Observasi Partisipan peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

18
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Sedangkan observasi non partisipan

peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka

dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat

independen(Sugiyono,2013).

Menurut Williams yang diterjemahkan oleh Moleong (1989), dijelaskan

bahwa salah satu obseravsi participant yang dapat digunakan dalam pengumpulan

data adalah peranserta pasif yaitu pengamat atau peneliti hadir dalam situasi akan

tetapi tidak berperan dengan orang-orang yang ada di dalam.

Dalam memperoleh berbagai macam informasi peneliti dalam hal ini

menggunakan bentuk adalah anecdotal-record.

2. Wawancara

Menurut Bogdan dan Biklen (1982) wawancara yaitu percakapan yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan oleh salah seorang dengan

maksud memperoleh sebuah keterangan.

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang

oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai berikut.

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya

19
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sarna dengan apa yang dimaksudkan oleh

peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan

dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan

telepon (Sugiyono,2013).

1. Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

2. Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur, adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

D. Desain Penelitian.

Dalam penelitian jumlah subjek terdiri dari tiga orang mahasiswa semester V

serta lokasi penelitian di lakukan di tempat asal peneliti yaitu Maluku Utara, kegiatan

penelitian akan dilakukan secara online melalui platfrom yang telah ditentukan

seperti zoom, google meet, dan whatsapp dalam bentuk video call atau streaming.

20
E. Pendekatan dalam Analisis Data.

Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan "Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang "grounded".

Dalam menganalisis data pendekatan yang digunakan dalam analisis data

kualitatif ialah analisis isi (content analysis) dan analisis tematik (thematic analysis).

Analisis isi sifatnya mendalam dan menginterpretasi makna di balik apa yang

diucapkan responden/subjek penelitian. Tahapan analisis isi:

1. BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Strategi Penyelidikan (Strategy of Inquiry).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun menurut

Kirk dan Miller (1986), menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan

ilmu yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia

yang menjadi subjek penelitian.

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif dinamakan

sebagai metode artistik karena pebelitian lebih bersifat seni atau dalam kata lain

kurang terpola, dan disebut sebagai metode interpretative karena data atau hasil

penelitian dijelaskan sesuai dengan interpretasi yang ada di lapangan. Penelitian

21
kualitatif sering juga dikatakan sebagai penelitian yang bersifat natiuralistik karena

dilakukan dalam prosedur yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif

juga disebut sebagai metode penelitian etnogafi. Metode penelitian ini banyak

digunakan oleh bidang keilmuan antropologi pada awalnya. Karena data yang

terkumpul serta hasil analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Metode kualitatif bersifat deskriptif dalam menjelaskan setiap permasalahan,

gejala atau pun temuan yang diperoleh dari penelitian tersebut. Dalam perolehan

hasil atau pun data yang mengguanakan metode penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus atau pun fenomenologi.

Sehingga dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Karena

proses pengungkapan data yang komprehensif menggunakan proses pengambilan

data dengan cara melakukan teknik observasi, dan wawancara.

B. Sampling.

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif tentu saja berbeda dengan

penelitian kuantitatif. Menurut Salim dan Syahrum (2012)., keberadaan sampling

untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sumber,

22
dengan maksud dan tujuan agar dapat merinci kekhususan yang ada dalam konteks

ramuan yang unik. Selain itu sampling dalam penelitian kualitatif juga bertujuan

untuk mendapatkan informasi yang nantinya akan menjadi dasar dari rancangan

teori yang muncul sehingga di dalam penelitian kualitatif hanya ada sampel

bertujuan (purposive sampling) tidak ada sampling acak

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini ialah tiga mahasiswa dari tiga

universitas dan jurusan keilmuan yang berbeda, akan tetapi ketiga subjek tersebut

berada di tingkat dan jenis kelamin yang sama yaitu perempuan mahasiswa s-1

semester V.

C. Metode Pengambilan Data.

Dalam penelitian kualitatif digunakan teknik pengumpulan data berupa

observasi participant, dan wawancara.

1. Observasi

Banister menjelaskan bahwa istilah observasi diturunkan dari bahasa latin

yang berarti “melihat” dan “memperhatikan” secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut

( Reza, 2017).

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant

observation.

23
Observasi Partisipan peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data, dan ikut merasakan suka dukanya. Sedangkan observasi non partisipan

peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka

dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat

independen(Sugiyono,2013).

Menurut Williams yang diterjemahkan oleh Moleong (1989), dijelaskan

bahwa salah satu obseravsi participant yang dapat digunakan dalam pengumpulan

data adalah peranserta pasif yaitu pengamat atau peneliti hadir dalam situasi akan

tetapi tidak berperan dengan orang-orang yang ada di dalam.

Dalam memperoleh berbagai macam informasi peneliti dalam hal ini

menggunakan bentuk adalah anecdotal-record.

2. Wawancara

Menurut Bogdan dan Biklen (1982) wawancara yaitu percakapan yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan oleh salah seorang dengan

maksud memperoleh sebuah keterangan.

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang

oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai berikut.

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri

24
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sarna dengan apa yang dimaksudkan oleh

peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan

dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan

telepon (Sugiyono,2013).

1. Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

2. Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur, adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

D. Desain Penelitian.

Dalam penelitian jumlah subjek terdiri dari tiga orang mahasiswa semester V

serta lokasi penelitian di lakukan di tempat asal peneliti yaitu Maluku Utara, kegiatan

25
penelitian akan dilakukan secara online melalui platfrom yang telah ditentukan

seperti zoom, google meet, dan whatsapp dalam bentuk video call atau streaming.

E Pendekatan dalam Analisis Data

Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan "Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang "grounded".

Dalam menganalisis data pendekatan yang digunakan dalam analisis data

kualitatif ialah analisis isi (content analysis) dan analisis tematik (thematic analysis).

Analisis isi sifatnya mendalam dan menginterpretasi makna di balik apa yang

diucapkan responden/subjek penelitian. Tahapan analisis isi:

1. Mengidentifikasi meaning unit, yaitu kata atau kalimat yang paling relevan

dengan topik penelitian.

2. Menarik makna deskriptif dari meaning unit, dan dilanjutkan dengan

menarik makna interpretatif dari rumusan makna deskriptif.

3. Menggabungkan makna interpretatif dari semua subjek dan

mengelompokkan makna interpretatif yang sama secara konseptual lalu

memberi nama kategori tersebut.

Sementara itu analisis tematik sifatnya lebih deskriptif dan tidak terlalu

mendalam sebagaimana analisis isi. Tahapan analisis tema:

26
1. Dimulai dengan membuat koding, yaitu mengidentifikasi meaning unit dan

menuliskannya disamping transkrip.

2. Mengumpulkan semua koding (tulisan yang disamping transkrip), dan

mengklusterkan (mengelompokkan) yang sama secara konseptual dan

kemudian diberi nama kategori (Widiana dkk, 2019).

F. Keterpercayaan (Trustworthiness) Penelitian.

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, untuk mengecek

kebasahan suatau penelitian dikatakan sebagai validitas atau disebut juga dengan

“kredibilitas”. Dalam hal ini pengecekan kredibilitas penelitian ini menggunakan

teknik sebagai berikut:

1. Triangulasi

Dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagi sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

dernikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,

dan waktu.

2. Menggunakan bahan referensi

27
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh,

data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu

didukung oleh foto-foto.

3. Mengadakan Membercheck

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data

(Sugiyono,2012).

2. Menarik makna deskriptif dari meaning unit, dan dilanjutkan dengan

menarik makna interpretatif dari rumusan makna deskriptif.

3. Menggabungkan makna interpretatif dari semua subjek dan

mengelompokkan makna interpretatif yang sama secara konseptual lalu

memberi nama kategori tersebut.

28
Sementara itu analisis tematik sifatnya lebih deskriptif dan tidak terlalu

mendalam sebagaimana analisis isi. Tahapan analisis tema:

1. Dimulai dengan membuat koding, yaitu mengidentifikasi meaning unit dan

menuliskannya disamping transkrip.

2. Mengumpulkan semua koding (tulisan yang disamping transkrip), dan

mengklusterkan (mengelompokkan) yang sama secara konseptual dan

kemudian diberi nama kategori (Widiana dkk, 2019).

29
Daftar Pustaka

Agus M. Hardjana, (1994). Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres: Yogyakarta:  
Kanisius.

Bogdan, R., C. &Biklen K., S. (1982). Qualitative Research for Education: An


Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon, Inc.: Boston London

Kirk, J. & Miller, M. L., (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research, 
Beverly Hills, CA, Sage Publications.

Lazarus, R.S & Folkman, S. (1984). Stress appraisal and coping. Newyork : Springer
Publishing Company.Inc.e

Moleong, L. J. (1989) Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

 Priyoto., (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Salim, and Syahrum. (2012). Metodologi penelitian Kualitatif. Citapustaka Media

Sarafino, E. P. (2008). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions Sixth


Edition. USA: The College of New Jersey

Selye, H. (1976). The Stress of Life. Vol. 5. McGraw-Hill : New York

30

Anda mungkin juga menyukai