Oleh:
Muhammad Arif Shah Bin Jamaludin 2040312154
Muhammad Adzka Putra A 2140312047
Preseptor:
dr. Elfitrimelly, Sp.A, M.Biomed
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah case report session yang
berjudul Demam Berdarah Dengue. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Elfitrimelly, Sp.A, M.Biomed
sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
Diperkirakan kasus infeksi dengue, termasuk DBD, akan terus meningkat dan
cakupan sebarannya semakin luas. Vektor utama dalam penularan penyakit ini,
nyamuk Aedes aegypti, tersebar luas di mana saja, termasuk permukiman penduduk.5
Penyebaran virus dengue tergantung pada faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik
meliputi virus, vektor, dan host (inang), sedangkan faktor abiotik mencakup suhu dan
kelembaban. Terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan DD maupun
DBD, di antaranya distribusi air yang kurang memadai, perubahan demografi dan
sosial, dan kurangnya infrastruktur untuk mengendalikan vektor pembawa virus
dengue.2
Sampai sekarang, belum ada obat atau vaksin yang secara spesifik untuk
infeksi virus dengue. Akan tetapi, bila seseorang yang telah terinfeksi ditangani
dengan cepat dan tepat, biasanya masih dapat diselamatkan. Upaya pengendalian
penyakit ini adalah dengan cara mengendalikan nyamuk pembawa virus tersebut
dan mengurangi
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit ini ditandai dengan demam 2-7 hari diikuti dengan gejala perdarahan,
penurunan trombosit, dan adanya hemokonsentrasi.1,2,5 Virus ini memiliki empat jenis
serotipe, yaitu DENV-1, 2, 3, dan 4. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue bisa terinfeksi lebih dari satu kali semasa hidupnya, baik oleh serotipe yang
sama maupun yang berbeda. Yang perlu diperhatikan, infeksi dengan salah satu
serotipe virus memicu terbentuknya antibodi terhadap serotipe tersebut, namun tidak
pada serotipe lainnya.3 Infeksi sekunder virus dengue oleh serotipe lain atau infeksi
berulang dengan serotipe yang berbeda dapat memicu manifestasi klinis yang lebih
serius, yakni demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue (DSS).2
Infeksi virus dengue dapat menimbulkan tampilan klinis yang bervariasi, mulai
dari demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), hingga sindrom syok
dengue (DSS).6
2.2 Epidemiologi
Sejak 50 tahun terakhir, infeksi virus dengue sudah meningkat lebih dari 30 kali
lipat.7 Epidemi dari infeksi dengue pertama kali dijumpai di Asia, Afrika, dan
Amerika Utara pada 1980, namun etiologinya baru diketahui pada tahun 1940-an.
Setelah Perang Dunia II, virus dengue menyebar secara global hingga sekarang.
Lebih dari 2,5 miliar penduduk di seluruh dunia berisiko terinfeksi dengue, dengan 50
juta kasus infeksi dengue terjadi setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 500.000 pasien
DBD memerlukan rawat inap di rumah sakit setiap tahun, dimana sekitar 90% kasus
terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan 2,5% di antaranya meninggal
dunia.2
Gambar 2.4 Peta persebaran angka kesakitan (IR) infeksi dengue di Indonesia
per 100.000 penduduk pada tahun 2016. Keterangan: Merah: ≥49, Kuning: 25-
49, Hijau: <25.3
2.4 Klasifikasi
Tanda dan gejala infeksi dengue tidak khas, sehingga menyulitkan penegakkan
diagnosis.Pendapat para pakar mengatakan bahwa dengue merupakan suatu entitas
penyakit dengan presentasi klinis beragam dan perubahan klinis serta outcome yang
tidak dapat diprediksi. WHO dalam panduannya telah melakukan klasifikasi terhadap
infeksi dengue mulai dari WHO 1997, kemudian WHO 2009 dan yang terakhir yaitu
WHO 2011. Klasifikasi diagnosis dengue WHO 2011 dibagi menjadi
undifferentiated fever, DD, DBD, dan expanded dengue syndrome terdiri dari
isolated organopathy dan unusual manifestation (Gambar 2.8). 2
Tabel 2.1 Klasifikasi infeksi virus dengue menurut WHO dan tingkat keparahan
DHF2
DF/DHF Grade Tanda dan gejala Labor
DF Demam dengan dua tanda - Leukopenia
berikut : (leukosit
- Sakit kepala ≤5000 sel/mm3)
- Nyeri retro-orbital - Trombositopeni
a (trombosit
- Myalgia <150.000
- Arthalgia/nyeri tulang sel/mm3)
- Ruam - Peningkatan
hematokrit (5-
- Manifestasi perdarahan
10%)
- Tidak ada bukti - Tidak ada
kebocoran plasma bukti
kehilangan
plasma
2.6 Diagnosis
2.6.1 Kriteria diagnosis klinis5
Demam Dengue (DD)
Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih
gejala/tanda penyerta:
- Nyeri kepala
2.7 Tatalaksana5
Pada dasarnya pengobatan infeksi dengue bersifat simtomatis dan suportif, yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD
dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi
diperlukan perawatan intensif.
1. Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga
tidak mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi
sehingga mempercepat terjadinya syok
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat (10-20%) pada pemeriksaan
berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi
dan kehilangan elektrolit; dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan
NaCI 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat
7,46%, 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.
3. Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid sesuai cairan dehidrasi
sedang (6-7 ml/kgBB/jam). onitor tanda vital, diuresis setiap jam dan
hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak nampak
tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan
kadar
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25
Ht cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut,
maka tetesan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Apabila dalam
observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi
3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam.
c. Fase Penyembuhan
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen/ sekunder akan muncul pada daerah
esktremitas. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat
terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler. Apabila
pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema palpebra, edema
paru dan distres pernafasan.
2.8 Prognosis
Anak dengan sindrom syok dengue yang mengalami syok
berkepanjangan mempunyai prognosis meninggal 16 kali lebih besar atau 88%
lebih tinggi dibanding anak dengan sindrom syok dengue yang tidak mengalami
prolonged shock. Kondisi syok pada DBD berhubungan dengan angka kematian
yang tinggi (9%) dan meningkat menjadi 47% jika syok tidak tertangani dengan
baik dan menjadi profound shock. Syok berkepanjangan diikuti dengan asidosis
metabolik, hipoksemia dan dapat menimbulkan DIC sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan berat yang berakhir dengan kematian.9
Identitas
Nama : EPU
Umur : 16 th 8 bln/ 11-09-2005
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga dengan demam yang sama
Riwayat kehamilan :
Pemeriksaan kehamilan ke bidan, teratur. Lama hamil 38-39 minggu,
persalinan dibantu oleh bidan lahir spontan pervaginam, langsung menangis
kuat, berat badan lahir 3300 gr, Panjang badan 50 cm
Ayam : 5 x/minggu
Ikan : 5 x/minggu
Telur : 3 x/minggu
Sayur : 5-7 x/minggu
Buah : 3 x/minggu
Riwayat keluarga :
Ayah Ibu
Nama : Nasrullah Ny M
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 112 x/ menit
Nafas : 20 x/ menit
Suhu : 36.2oC
Tinggi Badan : 150 cm Berat Badan : 50 kg
BB/U : 13/13.5 = 96%
TB/ U : 89/90 = 98%
BB/TB : 13/13.5 = 96%
Gizi : Baik
Kulit : pucat (-), sianosis (-), ptekie (+)
Kepala : normocephal, simetris
Rambut : hitam, tidak mudah di cabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-) , sklera tidak ikterik (-/-)
Tatalaksana :
Makanan biasa tinggi karbohidrat tinggi protein (MBTKTP)
IVFD Ringer Laktat 60 tpm makro
Injeksi ranitidin 1 amp
Paracetamol infus 1000 mg
Injeksi ondansentron 1 amp
Domperidon 3x1 tab
Vitamin c
Edukasi :
Tirah baring
Minum air putih cukup, boleh ditambah dengan minuman lain seperti jus
buah, susu dll.
Melakukan 3M+ (Menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air,
mengubur sampah, memakai kelambu/obat nyamuk).
Rencana Pemeriksaan
Cek darah rutin