Anda di halaman 1dari 26

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

Vinzia Ethiofia Caneabung


16-033
Tutorial B3
Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh Pada DBD juga terdapat
infeksi virus dengue dengan hemokonsentrasi atau peningkatan
manifestasi klinis: hematokrit yang terjadi akibat
- Demam penumpukan cairan di rongga tubuh.
- Nyeri otot/nyeri sendi
- Ruam
- Limfadenopati
- Diatesis hemoragik
- Leukopenia, dan
- Trombositopenia
2
Epidemiologi
✢ Endemis > 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur,
Asia Tenggara, dan Pasifik Barat
✢ Angka kejadian DBD di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya dengan kelompok usia terbanyak 5-14 tahun
✢ Tahun 2019: KLB pada beberapa wilayah di Indonesia seperti
Sulawesi Utara, Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah, serta
Kabupaten Manggarai Barat dan Kota Kupang di Nusa
Tenggara Timur

3
Maps

4
Faktor Resiko
Faktor agent yaitu virus host yaitu sikap dan
dengue perilaku hidup: Lingkungan:
- Kebersihan - Kepadatan penduduk
vektornya berupa:
- Pendidikan - Kualitas perumahan
- perkembangbiakan
- Pekerjaan - Jarak antar rumah
vektor
- Umur - Mobilitas penduduk
- kebiasaan menggigit
- Suku bangsa - Curah hujan
- kepadatan vektor di
- Kerentanan paparan - Suhu
lingkungan
penyakit - Sanitasi.
- transportasi vektor dari
- Terdapat penderita di
satu tempat ke tempat
lingkungan atau
yang lain
keluarga

5
Etiologi

✢ Virus dengue (DENV): DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan


DENV-4
✢ Flavivirus berukuran kecil (40-65 nm) dan berbentuk bulat dengan
selubung lipid
✢ Genom virus RNA untai tunggal  daerah yang tidak diterjemahkan
(Untranslated Region atau UTR) pada ujung 5’ dan 3’, reading
frame: 3 protein struktural yang mengkode 3 nukleokapsid atau
protein inti (C), membrane-associated protein (prM atau M) dan
protein selubung (ENV atau E), diikuti oleh 7 protein nonstruktural
(NS)
6
Vektor
Nyamuk spesies:
Aedes aegypti dan Aedes albopticus sebagai vektor primer
Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris, serta Ae (Finlaya)
niveus sebagai vektor sekunder
Perbedaan
Aedes Aegypti Aedes Albopictus
Daerah tropis dan subtropis di Asia negara tropis maupun di iklim sedang, di
Tenggara Asia Tenggara
• Perkotaan • Hutan, namun telah beradaptasi
• Rumah kumuh, rumah toko dan flat dengan lingkungan pedesaan,
bertingkat pinggiran kota dan perkotaan
• Urbanisasi • Lingkungan hidupnya tidak
berhubungan dengan tipe perumahan
tetapi cenderung di daerah dengan
ruangan terbuka dan vegetasi
Diurnal, 2 fase menggigit Siang hari, senja dan waktu fajar
Tidak menggigit di malam hari, tetapi
nyamuk ini tetap akan beraktivitas di
malam hari pada ruangan yang terang
umur sekitar 3-4 minggu betina hidup lebih lama daripada jantan
4 tahap siklus hidup yaitu telur, larva, 4 tahap siklus hidup yaitu telur, larva,
pupa, dan dewasa pupa, dan dewasa 8
Klasifikasi dan Manifestasi
Klinis
Klasifikasi Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium
Demam Demam akut 2-7 hari dengan 2 dari  Leukopenia (leukosit ≤5000
Dengue tanda berikut: sel/mm³)
 Sakit kepala  Trombositopenia (trombosit
 Nyeri retro-orbital <150.000 sel/mm³)
 Nyeri otot  Peningkatan hematokrit (5-
 Nyeri sendi 10%)
 Ruam  Tidak terdapat tanda
 Manifestasi perdarahan kebocoran plasma
 Tidak terdapat tanda kebocoran
9
plasma
Demam Berdarah I Demam disertai manifestasi perdarahan  Trombositopenia (<100.000
Dengue (tes tourniket positif) dengan tanda sel/mm³
kebocoran plasma  Peningkatan hematokrit (≥20%)

Demam Berdarah II Tanda dan gejala klinis seperti pada derajat I  Trombositopenia (<100.000
Dengue disertai perdarahan spontan sel/mm³
 Peningkatan hematokrit (≥20%)

Demam Berdarah III Tanda dan gejala klinis seperti pada derajat I  Trombositopenia (<100.000
Dengue atau II disertai kegagalan sirkulasi (hipotensi, sel/mm³
nadi lemah, restlessness, tekanan nadi  Peningkatan hematokrit (≥20%)
sempit ≤ 20 mmHg)

Demam Berdarah IV Tanda dan gejala klinis seperti pada derajat  Trombositopenia (<100.000
Dengue III disertai syok berat; tekanan darah dan sel/mm³
nadi yang sulit dinilai  Peningkatan hematokrit (≥20%)

10
11
Fase DBD

Fase Fase
Fase Kritis
Demam Pemulihan

12
FASE DEMAM FASE KRITIS FASE PEMULIHAN
5 - 7 hari 3-7 hari sejak timbulnya demam 48-72 jam setelah fase kritis
dan berlangsung selama 24-48
jam.
demam tinggi gejala demam yang menurun Keadaan umum yang membaik
sampai dengan syok

sakit kepala dan retro-orbital


tanda vital stabil

mual, dan muntah. nafsu makan meningkat

arthralgia, mialgia, malaise hematokrit stabil atau menurun


sampai 35-40%
diuresis telah kembali normal

13
14
15
16
Manifestasi klinis, antara lain:
✢ Demam dengan awitan akut, tinggi dan terus-menerus, berlangsung 2 hingga
7 hari dalam banyak kasus.
✢ Manifestasi hemoragik termasuk tes tourniquet positif, petekie, purpura (di
lokasi vena puncture), ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, dan
hematemesis dan/atau melena.
✢ Pembesaran hati (hepatomegali).
✢ Syok, ditandai dengan tanda dan gejala seperti takikardia, perfusi jaringan
yang buruk dengan denyut nadi lemah dan tekanan nadi menyempit (≤20
mmHg) atau hipotensi dengan kulit yang dingin, lembab, dan/atau gelisah.

17
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan laboratorium
✢ Leukosit: normal atau menurun dan neutrofil adalah sel
dominan pada fase demam awal  titik terendah menjelang
akhir fase demam  limfositosis relatif >45% dari total
leukosit di hari ketiga dengan limfosit plasma biru pada hapusan
darah tepi >15% dari jumlah total leukosit.

18
✢ Trombosit: fase awal demam jumlah trombosit normal, kemudian
mengalami penurunan ringan pada hari ketiga sampai kedelapan 
penurunan ke titik terendah akhir fase demam

✢ Hematokrit: normal pada fase awal demam  meningkat mulai hari


ketiga demam

✢ Hemostasis: penurunan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor


XII, antitrombin III dan yang lebih jarang penurunan plasmin
inhibitor. Dapat terjadi pemanjangan waktu tromboplastin parsial
dan waktu protrombin, serta waktu trombin juga mengalami
pemanjangan pada kasus yang berat.

19
✢ Protein: albuminuria ringan dan hipoproteinemia
✢ Enzim hati: AST dan ALT meningkat
✢ Elektrolit: hiponatremia, hipokalsemia.
✢ Asidosis metabolik dan peningkatan nitrogen urea darah dapat
terjadi pada kasus syok berkepanjangan.
✢ Isolasi virus: mengetahui karakteristik serotipe atau genotipe
virus,
✢ Asam nukleat virus.

20
✢ Antigen virus, yaitu mendeteksi glikoprotein flavivirus (NS-1)
✢ Pemeriksaan imunoserologi, meliputi:
 IgM: dapat terdeteksi mulai hari ketiga sampai kelima,
meningkat hingga minggu ketiga dan menghilang setelah
60-90 hari.
 IgG: mulai terdeteksi pada hari ke-14 pada infeksi primer
dan hari ke-2 pada infeksi sekunder.
✢ Lain-lain: uji NS-1 yang dapat dideteksi pada hari pertama
sampai hari kedelapan.

21
Kriteria Diagnosis
✢ Periode demam akut selama dua sampai tujuh hari,
✢ Manifestasi hemoragik, yang terdiri dari gejala berikut: tes tourniquet
positif, petekie, ekimosis atau purpura, maupun perdarahan dari mukosa,
saluran pencernaan, tempat injeksi, atau lokasi lain.
✢ Jumlah trombosit ≤ 100.000 sel/mm3
✢ Tanda kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh
darah yang ditunjukkan dari gejala berikut:
✢ Meningkatnya hematokrit/hemokonsentrasi ≥20% dari baseline atau
perlambatan pada proses pemulihan,
✢ Bukti adanya kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia/albuminaemia.
22
Diagnosis Banding
✢ Tifoid
✢ Campak
✢ Leptospirosis
✢ Influenza
✢ Chikungunya

23
Komplikasi

✢ Komplikasi neurologis: kejang, penurunan


kesadaran, ensefalitis.
✢ Kegagalan multiorgan seperti efusi paru masif
dan gangguan pernafasan, gagal jantung,
disfungsi hati dan ginjal.
✢ Syok berlangsung lama: asisdosis metabolik dan
perdarahan hebat karena terjadinya koagulasi
intravaskular diseminata.
24
Prognosis
✢ Prognosis penyakit DBD ditentukan oleh pemahaman
penyakit dan bagaimana perjalanan klinis infeksi virus,
imunologis, dan faktor host.
✢ Pada DBD, gejala timbul secara mendadak dan tidak ada
tanda-tanda awal yang memungkinkan untuk memprediksi
hasil yang parah.

25
26

Anda mungkin juga menyukai