Anda di halaman 1dari 57

DEMAM BERDARAH DENGUE

DAN DISPEPSIA

DISUSUN OLEH :

Skolastika Juita Jenadut,SKM

UPTD Puskesmas Nanu


Tahun 2023
DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh empat serotipe virus
dari genus Flavivirus, virus RNA dari keluarga
Flaviviridae. Virus ini ditularkan dari gigitan vektor
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
EPIDEMIOLOGI
Penyakit Dengue sering ditemukan di daerah tropis
dan sub tropis. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2017 populasi di dunia diperkirakan
berisiko mengalami penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar.
Diperkirakan ada 50 juta manusia terinfeksi dengue yang
500.000 di antaranya memerlukan rawat inap, dan
hampir 90% dari pasien rawat inap adalah anak-anak
kurang dari 15 tahun.
Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun
2015, World Health Organization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.
Indonesia

Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di


Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten
ETIOLOGI
Demam Berdarah Dengue diketahui disebabkan oleh virus
dengue. Virus dengue merupakan RNA virus dengan
nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid.
Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili
Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang
berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif
sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada
suhu 70oC. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1,
DEN 2, DEN 3, DEN 4.

Aedes aegypti
MANIFESTASI KLINIS
1. SINDROM VIRUS
Bayi, anak-anak, dan dewasa yang terlahir terinfeksi virus
dengue, terutama untuk pertama kali (infeksi primer) dapat
menunjukkan manifestasi klinis berupa demam yang tidak khas,
yang sulit dibedakan dengan demam akibat infeksi virus lain.
Ruam makulopapular dapat menyertai demam atau pada saat
penyembuhan. Gejala saluran pernafasan juga sering ditemukan.
Sindrom virus akan sembuh semdiri (self limited). Namun
dikhawatirkan jika kemudian hari terkena infeksi kedua akan
lebih berat.
2.DEMAM DENGUE

• Demam: 39-40°C, berakhir 2-7 hari


• Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit
makulopapular/rubeolliform
• Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie
pada kaki bagian dorsal, lengan atas, dan tangan
• Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah
yang pucat pada kulit yg normal, dapat disertai rasa
gatal.
3. DEMAM BERDARAH DENGUE
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit,
meliputi fase demam, kritis, dan masa penyembuhan
(convalescence, recovery).
• Fase demam
• Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C, serta
terjadi kejang demam. Dijumpai facial flush, muntah,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan
dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga
kanan, dan nyeri perut.
Manifestasi perdarahan yaitu :
• Uji bendung positif (≥10 petekie/inch2) merupakan manifestasi
perdarahan yang paling banyak pada fase demam awal.
• Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
• Mimisan, perdarahan gusi
• Perdarahan saluran cerna
• Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan dan
kelainan fungsi hati (transaminase) lebih sering ditemukan pada
DBD.
• Tanda kebocoran plasma secara klinis berupa efusi pleura dan
asites. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
hematokrit (≥20% dari nilai dasar) dan penurunann albumin
serum (0,5 g/dl dari data dasar).
.

Fase Kritis (time of fever defervescence)


• Pada saat ini terjadi puncak kebocoran plasma
sehingga pasien dapat mengalami syok
hipovolemik. Pada fase ini penting untuk
mengenali warning sign untuk mengantisipasi
syok
Warning sign terjadi menjelang akhir fase demam
antara hari ke 3-7. Tanda awal berupa muntah terus
menerus dan nyeri perut hebat. Perdarahan mukosa
spontan atau perdarahan di tempat pengambilan darah
merupakan manifestasi perdarahan penting. Sering
ditemukan hepatomegali. Terjadi penurunan jumlah
trombosit dibawah 100.000 sel/mm3 serta kenaikan
hematokrit diatas data dasar, serta leukopenia (≤5000
sel/mm3).4
Fase penyembuhan (convalescence, recovery)
Apabila pasien dapat melalui fase kritis selama 24-
48 jam, terjadi reabsorbsi cairan dari ruang
ekstravaskular ke ruang intravaskular yang berlangsung
secara bertahap selama 48-72 jam. Fase penyembuhan
ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan
kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan
pengganti. Gejala umum dapat ditemukan sinus
bradikardia/ aritmia dan karakteristik confluent petechial
rash seperti pada DD.
4. Dengue Shock Syndrome
Dibagi atas 2 yaitu :
1. Syok Terkompensasi
2. Syok Dekompensasi
Parameter Sirkulasi stabil Syok terkompensasi Syok dekompensasi

Kesadaran Clear dan lucid Clear dan lucid Perubahan status


mental
Waktu pengisian < 2 detik > 2detik Sangat memanjang,
kapiler (CRT) kulit mottled

Ekstremitass Hangat dan Dingin Dingin dan lembab


kemerahan
Volume nadi Volume baik Lemah dan halus Lemah atau menghilang
perifer
Frekuensi jantung Normal sesuai usia Takikardi Takikardi berat,
bradikardi pada syok
lanjut

Tekanan darah Tekanan darah Tekanan diastolik Hipotensi (syok


normal sesuai usia meningkat, tekanan hipotensi)
Tekanan nadi normal sistolik tetap Tekanan darah tidak
sesuai usia Tekanan nadi terukur (profound
menyempit (≤20 shock)
mmHg)

Frekuensi nafas Normal sesuai usia Quite tachypnea Asidosis


metabolik/hiperpnea
pernafasan Kusmaull

Diuresis Normal Cenderung menurun Oligouria/anuria


PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
- Hematokrit ↑ yang selalu dijumpai pada dhf
- trombositopenia
- leukopenia

2. PEMERIKSAAN ANTIGEN NS1


- mendeteksi virus spesifik, sekuens genom, antibodi, dan
antigen virus
- dideteksi sejak hari ke-1 sejak onset demam sampai
hari ke-3
3. UJI SEROLOGI IgM dan IgG ANTI DENGUE
- uji hambatan hemaglutinasi gold standar
WHO untuk mendiagnosis infeksi virus
dengue
- uji fiksasi komponen dan uji netralisasi
- uji ELISA
DIAGNOSA BANDING
1. DEMAM BERDARAH DENGUE
2. DEMAM THYPOID
3. MALARIA
4. CHIKUNGUNYA
5. LEPTOSPIROSIS
6. ITP
DIAGNOSA KERJA :
Demam Berdarah Dengue Stage II
DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium
DD Demam disertai minimal dengan 2  Leukopenia (jumlah
gejala leukosit ≤4000
 Nyeri kepala sel/mm3)
 Nyeri retro-orbital  Trombositopenia
 Nyeri otot (jumlah trombosit
 Nyeri sendi/ tulang <100.000 sel/mm3)
 Ruam kulit makulopapular  Peningkatan hematokrit
 Manifestasi perdarahan (5%-10%)
 Tidak ada tanda perembesan  Tidak ada bukti
plasma perembesan plasma

DBD I Demam dan manifestasi perdarahan Trombositopenia <100.000


(uji bendung positif) dan tanda sel/mm3; peningkatan
perembesan plasma hematokrit ≥20%
DBD II Seperti derajat I ditambah Trombositopenia <100.000
perdarahan spontan sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%
DBD* III Seperti derajat I atau II ditambah Trombositopenia <100.000
kegagalan sirkulasi (nadi lemah, sel/mm3; peningkatan
tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, hematokrit ≥20%
gelisah, dieresis menurun
DBD* IV Syok hebat dengan tekanan darah Trombositopenia <100.000
dan nadi yang tidak terdeteksi sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%
*DBD derajat III dan IV juga disebut Dengue Shock Syndrome(DSS)
Diagnosis infeksi dengue:
Gejala klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi, dikonfirmasi dengan deteksi antigen
virus dengue (NS-1) atau dan uji serologi anti dengue positif (IgM anti dengue atau
IgM/IgG anti dengue positif
Indikasi Pasien Masuk Rumah Sakit

1. Tanda-tanda syok
2. Perdarahan
3. Trombosit <100.000/mm3 dan atau peningkatan
hematokrit 10-20%
4. Nyeri abdominal hebat
5. Tempat tinggal jauh dari rumah sakit
6. Hiperpireksia.
Indikasi Memulangkan Pasien

1. Pasien dapat dipulangkan apabila:


2. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
3. Nafsu makan membaik
4. Secara klinis tampak perbaikan
5. Hematokrit stabil dan hemodinamik baik (24 jam
stabil)
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Jumlah trombosit > 50.000/μl
8. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh
Prognosis
• Terapi yang cepat, tepat dan adekuat
memberikan prognosis yang baik. (Dubia ad
bonam)
KOMPLIKASI
1. Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Shock Syndrome)
3. Hepatomegali
4. Efusi Pleura
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga,
dan istirahat yang cukup
2. Perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa,
sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus
dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita
mengalami demam atau panas tinggi
5. Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat
penangkal nyamuk yang mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak
terlindungi.
EDUKASI
• Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya
tentang perjalanan penyakitnya dan tatalaksananya sehingga
pasien dapat mengerti bahwa terapi hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit.
• Anjurkan tetap tirah baring selama demam
• Bila perlu anjurkan kompres air hangat
• Perbanyak asupan cairan per oral
• Modifikasi gaya hidup, dengan melakukan kegiatan 3M,
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makanan bergizi, melakukan olahraga secara rutin.
DISPEPSIA
PENDAHULUAN

• Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu “dys”


berarti buruk dan “pepsis” artinya pencernaan.
• British Society of Gastroenterology (BSG) 
Dispepsia bukan diagnosis melainkan kumpulan
gejala yang mengarah pada penyakit/ gangguan
saluran pencernaan atas.
TINJAUAN PUSTAKA

• Dispepsia  istilah yang digunakan untuk suatu


sindrom atau kumpulan gejala/keluhan yang
terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di uluh
hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa
cepat kenyang, perut rasa penuh/begah.
• Secara global terdapat sekitar 15 – 40% penderita
dyspepsia. Setiap tahun gangguan ini mengenai 25%
populasi dunia. Prevalensi dyspepsia di Asia berkisar 8-
30%.
• Gaya hidup modern (makanan berlemak, rokok, NSAID,
kurang aktivitas fisik) mungkin berkontribusi.
EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan penelitian pada populasi umum:
- 15 – 30% pada orang dewasa.
- 15-40% dengan keluhan dyspepsia kronis atau
berulang, sepertiganya dengan dispepsia organik
(struktural).
• Dari data pustaka Negara barat didapatkan
angka prevalensinya berkisar 7 – 40%, tapi
hanya 10 – 20% yang akan mencari
pertolongan medis . Angka insiden
dyspepsia diperkirakan antara 1 – 8%. Belum
ada data epidemiologi di Indonesia
ETIOLOGI

• Penyebab Dispepsia
• Esofagogastroduodenal
Tukak peptic, gastritis, tumor.
• Obat-obatan
Antiinflamasi non steroid, teofilin, digitalis,
antibiotik
• Hepatobilier
Hepatitis, kolesistitis, tumor, disfungsi sphincter Odii
• Pankreas
Pankreatitis, keganasan
• Penyakit Sistemik
Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal,penyakit
jantung coroner
• Gangguan fungsional
Dispepsia fungsional, Irritable bowel syndrome
KLASIFIKASI

• Secara garis besar, penyebab sindroma dispepsia


dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Dispepsia Organik
Adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
2. Dispepsia Fungsional
Sarana penunjang diagnostik tidak menunjukkan
adanya kelainan patologik
• Dispepsia fungsional dibagi 3 kelompok :
1. Dispepsia tipe seperti ulkus (like ulcer)
lebih dominan nyeri epigastrik (+)
2. Dispepsia tipe seperti dismotility (like dismotility)
Lebih dominan keluhan kembung, mual, muntah, rasa
penuh, cepat kenyang
3. Dispepsia tipe non spesifik
Tidak ada keluhan yang dominan
Manifestasi Klinis
Secara Umum, yaitu:
• Mual
• Muntah
• Kembung
• Nyeri ulu hati
• Sendawa
• Rasa terbakar
• Cepat merasa kenyang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Mengidentifikasi adanya faktor infeksi (Lekositosis),
pankreatitis (amilase, lipase), keganasan saluran cerna
(CEA, CA19-9, AFP)

2. Ultrasonografi
- Mengidentifikasi kelainan pada intraabdomen
3. Endoskopi
- Mengidentifikasi dengan akurat adanya kelainan
structural/organik intralumen saluran cerna bagian
atas

4. Radiologi
- Mengidentifikasi kelainan strukural dinding/ mukosa
saluran cerna bagian atas
DIAGNOSA BANDING
• Dispepsia
• GERD (Gastroesofageal Refluks Disease)
• IBS (Irritable Bowel Syndrome)
• Gastritis
• Penyakit Chorn
• Ulkus Peptikum
• Kanker Lambung.
DIAGNOSA KERJA

• DISPEPSIA
PENATALAKSANAAN
1. NON MEDIKAMENTOSA
Modifikasi pola hidup dan dietik

2. MEDIKAMENTOSA
-Antasida
Menetralisir sekresi asam lambung
obat yang termasuk golongan ini : Alumunium
hidroksida, Magnesium trisiklat, kalsium
-Antagonis reseptor H2
Menghilangkan rasa nyeri di ulu hati dan tidak
memperbaiki keluhan umum lainnya. Obat golongan ini:
Simetidin, ranitidin, famotidin, nizatidin.

-PPI (proton pump inhibitor)


Bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan
mempengaruhi enzim H, K, ATP-ase. Obat golongan ini:
omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, rabeprazole,
esomeprazole.
-Sitoprotektif
Menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Prostagladin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan
enprostil (PGE2).
-Golongan Prokinetik
Meningkatkan peristaltik dan mencegah refluks.
Obat golongan ini:
metoklopramid, domperidon, cisapride
-Obat lain
obat anti depresan gol. Trisiklik dosis rendah
PROGNOSIS

• Dispepsia yang ditegakkan setelah


pemeriksaan klinis dan penunjang yang
akurat, mempunyai prognosis yang baik.
(dubia ad bonam)
KOMPLIKASI

• Komplikasi yang mungkin terjadi pada


dispepsia adalah gastritis, tukak lambung,
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus
peptikum,dan perforasi
PENCEGAHAN

• Pola makan yang teratur


• Pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan
• Tidak mengkonsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabe, alkohol dan
pantang rokok
• Melakukan olah raga rutin
EDUKASI
Adapun edukasi yang dilakukan meliputi:
• Pemahaman tentang dispepsia dan bahaya komplikasinya.
• Penggunaan obat.
• Menjaga pola makan dan aktifitas fisik yang sesuai dengan
penyakit dan kondisi pasien
• Edukasi bila keluhan timbul kembali lakukan kontrol ke pelayanan
kesehatan
• Edukasi keikutsertaan program JKN atau BPJS pada pasien dan
keluarga

Anda mungkin juga menyukai