DISUSUN OLEH :
TANTI DWI CAHYANI
NIM. 132011263001
1.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites,
efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot &
tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Virus Dengue (DENV) adalah patogen manusia bawaan arthropod-borne yang mewakili ancaman
kesehatan masyarakat yang parah baik di daerah endemik maupun non-endemik. Sejauh ini, tidak ada
vaksin berlisensi atau obat spesifik yang tersedia untuk demam berdarah.”(Text, 2018)
1.2 Etiologi
Etiologi demam dengue (dengue fever/DF) adalah virus dengue dengan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor penularnya.
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Peningkatan hematokrit 5 – 10 %
- Akhir fase demam setelah hari ke-3 saat demam mulai menurun, hati-hati karena
pada fase tersebut dapat terjadi syok. Demam Hari ke-3 sampai ke-6, adalah fase
kritis terjadinya syok.
b. Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati, trombositopenia dan
gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji Tourniquet positif
(uji Rumple Leed/ uji bendung), petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan
konjungtiva. Petekie dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula
dijumpai setelah hari ke-3 demam.
Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk membedakannya:
lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau
penggaris plastik transparan, atau dengan meregangkan kulit. Jika bintik merah
menghilang saat penekanan/ peregangan kulit berarti bukan petekie. Perdarahan lain
yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis. Pada anak yang belum
pernah mengalami mimisan, maka mimisan merupakan tanda penting. Kadang-
kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva atau hematuri.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba ( just palpable) sampai 2-4 cm di bawah
lengkungan iga kanan dan dibawah procesus Xifoideus.
Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba, dapat meramalkan
perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya
penyakit, namun nyeri tekan di hipokondrium kanan disebabkan oleh karena peregangan
kapsul hati. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar dari pada anak kecil.
c. Syok
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok
pada penderita Demam Berdarah Dengue dapat dilihat pada Boks A
Sumber : Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada Anak; UKK
Infeksi & Penyakit Tropis IDAI; Tahun 2014
• Ensefalopati
• Ensefalitis
• Perdarahan hebat
• Infeksi ganda
• Peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) > 4% di darah tepi
yang biasanya dijumpai pada hari sakit ketiga sampai hari ke tujuh.
b. Trombosit
Pemeriksaan trombosit antara lain dapat dilakukan dengan cara:
• Semi kuantitatif (tidak langsung)
• Langsung (Rees-Ecker)
c. Fase Penyembuhan/konvalesen
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen/ sekunder akan muncul pada daerah
esktremitas. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi
reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan
tidak dikurangi, akan menyebabkan edema palpebra, edema paru dan distres pernafasan.
2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-
3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), melena atau hematesis.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
6. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
7. Riwayat gizi Status gizi
anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami
diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas
tidur maupun istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi
tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa
nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
4) Mata Konjungtiva anemis
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
gradeII,III, IV.
6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
7) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
9) Dada / thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama.
Perkusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang
tertimbun pada paru
Auskutasi : Adanya bunyi ronchi.
10) Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Palpasi :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : Adanya penurunan bising usus
11) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet.
Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan
tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan
diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan
tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian
volarlenga bawah (Soedarmo,2008).
12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah
13) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tida
14) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
Ig. D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan pH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
4.Kolaborasi
pemberian cairan
56
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI (2017) ‘Pedoman Demam Berdarah Dengue Indonesia’, pp. 12–38.
Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia 2017’,
Journal of Vector Ecology, pp. 71–78. Available at:
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-
Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf.
Text, F. (2018) ‘Mosquito-Borne Diseases - Dengue Hemorrhagic Fever ; Researchers from
Mahidol University Report Recent Findings in Dengue Hemorrhagic Fever ( A synthetic
peptide derived from domain III envelope glycoprotein of Dengue virus induces neutralizing
antibody )’, pp. 1–4.
57