Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

(PPK) SMF PEDIATRI

DENGUE FEVER
A. 09 Dengue fever
1. DEFINISI Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4
jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui
perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
2.ANAMNESIS - Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7
hari.
- Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri
perut.
- Diare kadang-kadang dapat ditemukan
- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan
mimisan.

3.PEMERIKSAAN FISIK 1. Gejala klinis DBD diawalai demam mendadak tinggi, facial flush,
muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta
tersebut lebih mencolok pada DD daripada DBD.
2. Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering
ditemukan pada DBD.
3. Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma,
hipovolemia dan syok.
4. Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam
rongga pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam.
5. Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat
ini suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi
ringan namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.
6. Perdarahan dapat berupa ptekie, epistaksis, melena, ataupun
hematuria.

Tanda-tanda syok:
a. Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
b. Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba.
c. Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg
d. Akral dingin, capillary refill menurun
e. Dieresis menurun sampai anuria.
Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi komplikasi berupa
asidosis metabolic dan perdarahan hebat.
4.PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium:
a. Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit, dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai
limfosit plasma biru, peningkatan >15 % menunjang diagnosis DBD.
b. Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan
fase konvalesens
- Infeksi primer, serum akut < 1:20, serum konvalesens naik 4x atau
lebih namun tidak melebihi 1:1280
- Infeksi sekunder, serum akut < 1:20, konvalesens 1:2560; atau serum
akut 1:20, konvalesens naik 4x atau lebih
- Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive
secondary infection): serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat
lebih besar atau sama.
c. Pemeriksaan radiologis (urutan pemeriksaan sesuai indikasi klinis)
.Pemeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi (1) dalam keadaan klinis
ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada
perembesan plasma 20-40%, (2) pemantauan klinis, sebagai pedoman
pemberian cairan.
.Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus
kanan, hemithoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah
diafragma kanan lebih tinggi dari pada kanan, dan efusi pleura.
.USG : efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan
fesica urinaria.

8.KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan criteria klinis dan laboratorium
(WHO tahun 1997)
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bending positif, ptekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
Kriteria Laboratorium
a) Trombositopenia (100.000/µl atau kurang)
b) Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut
standart umur dan jenis kelamin.
Dua criteria klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi,
serta dikonfirmasi secara uji serologic hemaglutinasi.
9.DIAGNOSIS KERJA DEMAM DENGUE
A. 09 Dengue fever
10.DIAGNOSIS BANDING 1. Demam tifoid
2. Malaria
3. Campak
4. Infeksi saluran kemih
5. Otitis media akut
11.TERAPI Terapi infeksi virus dengue dibagi menjadi 4 bagian,
(1) Tersangka DBD,
(2) Demam Dengue (DD),
(3) DBD derajat I dan II
(4) DBD derajat II dan IV (DSS). Lihat Bagan 1,2,3, dan 4 dalam
lampiran.

DBD tanpa syok (derajat I dan II)


Medikamentosa
.Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberiaan parasetamol bukan
aspirin.
.Diusahakan tidak memberikan obat-obatan yang tidak diperlukan
(misalnya antacid, antiemetic) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat
dalam hati.
.Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
.Antibiotic diberikan untuk DBD ensefalopati.
Suportif
.Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan perdarahan.
.Kunci keberhasilan terletak pada kemapuan untuk mengatasi masa
peralihan dari fase demam ke fase syok disebut time of fever
differvesence dengan baik.
.Cairan intravena diperlukan, apbila (1) anak terus-menrus muntah, tidak
mau minum, demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya
syok, (2) nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.

DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat II dan IV)


.Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat
10-20 ml/kgbb secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila
syok belum teratasi tetap diberikan ringer laktat 20 ml/kgBB ditambah
koloid 20-30 ml/kgbb/jam, maksimal 1500 ml/hari.
.Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4 jam pasca syok.
Volume cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml dan
3ml apabila tanda vital dieresis baik.
.Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik.
.Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok
teratasi.
.Oksigen 2-4 l/menit pada DBD syok
.Koreksi asidosis metabolic dan elektrolit pada DBD syok.
.Indikasi pemberiaan darah:
Terdapat perdarahan secara klinis :
a. Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok menetap,
hematokrit turun, diduga telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10
ml/kgBB
b. Apabila kadar hematokrit tetap >40 vol%, maka berikan darah
dalam volume kecil
c. Plasma segar beku dan suspense trombosit berguna untuk koreksi
gangguan koagulopati atu koagulasi intravascular desiminata (KID) pada
syok berat yang menimbulkan perdarahan massif.
d. Pemberian transfuse suspense trombosit pada KID harus selalu
disertai plasma segar (berisi factor koagulasi yang diperlukan), untuk
mencegah perdarahan lebih hebat.

DBD Ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila
syok telah teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HCO3ˉ dan jumlah cairan segera dikurangi. Larutan ringer laktat segera
ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 3:1

Pemantauan
Pemantauan selama perawatan
Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah pembesaran
hati, tanda perdarahan saluran cerna, tanda ensefalopati, harus dimonitor
dan dievaluasi untuk menilai hasil pengobatan.

Kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 6 jam, minimal tiap 12


jam.

Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, dieresis ditampung, dan
jumlah perdarahan.

Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan transfuse
darah apabila diperlukan.

kriteria memulangkan pasien:


.Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
.Nafsu makan membaik
.Secara klinis tampak perbaikan
.Hematokrit stabil
.Tiga hari setelah syok teratasi
.Jumlah trombosit >50.000/ml
.Tidak dijumpai distress pernafasan.
33.EDUKASI Nasehat kepada orang tua sebelum pasien dipulangkan :
1. Cukup minum air putih, susu, jus, elektrolit. Frekuensi buang air
kecil baik setiap 4-6 jam.
2. Paracetamol 10mg/kgBB/kali apabila suhu > 38ºC interval 4-6
jam.
3. Berikan kompres hangat dan istirahat.
34.PROGNOSIS Kematian karena demam dengue hamper tidak ada. Pada DBD/DSS,
mortalitasnya (angka kematian) cukup tinggi.
35.PENELAAH KRITIS KELOMPOK STUDI IDAI
36.DAFTAR RUJUKAN Surat Keputusan Pengurusan Besar Ikatan Dokter Indonesia no
1530/PB/.A.4/12/2014 tentang Panduan Praktek Klinik bagi dokter di
fasilitas Kesehatan primer.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran 2022
Handinegoro SRH. Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksanan
demam dengue/demam berdarah dengue pada anak. Dalam: Handinegoro
SRH, Satari HI, penyunting. Demam berdarah dengue. Edisi ke-2. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI: 2002, h. 8-132.
Halstead, SB. Dengue fever and dengue haemorrhagic fever. Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-17. Philadhelpia: 2004. H. 1092-4.
Kanesa-Thassan N, Vaughn DW. Shope RE. Dengue and dengue
haemorrhagic fever. Dalam: Anne AG, Peter JH, Samuel LK, penyunting
Krugman’s infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia:
2004. H. 73-81.
Thongcharoen P, Jatanasen S. Epidemiology of dengue and dengue
hemmoraghic fever. Dalam: Monograph on dengue/dengue haemmoraghic
fever. World Health Organization, SEARO, New Delhi: 1993. H.1-8
World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever. Diagnosis,
treatment, prevention, and control. Edisi ke-2. WHO;1997.

Anda mungkin juga menyukai