Anda di halaman 1dari 30

DHF

Preseptor:
dr. Yanti W, Sp.PD

Presentan:
Nadya Hasnafi Inra 12100119158
Fitria Dwi Anggraini 12100119004
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus

DEFINISI dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah dengue.


 DBD tersebar di wilayah asia tenggara, pasifik barat, dan

EPIDEMIOLO karibia.

GI  Dengue infection menyebabkan 20 dari 25.000 kematian,

terutama pada anak.

 Kejadian di Indonesia 71.668 kasus.


VIRUS DENGUE
 Genus : Flavivirus
 Family : Flaviviridae
 Ukuran : 50 nm
 Single-strand RNA (+)
ETIOLOGI  4 serotypes:
✓ DENV-1
✓ DENV-2
✓ DENV-3 : serotype terbanyak
✓ DENV-4
 Sanitasi lingkungan yang kurang baik , misalnya timbunan
sampah, timbunan barang bekas, genangan air di tempat
tinggal pasien sehari-hari.
FAKTOR  Curah hujan yang tinggi
RESIKO  Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di
tempat tinggal pasien sehari-hari
 Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar
pasien
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
MANIFESTAS
I KLINIK
Anamnesis
 Demam tinggi, mendadak, 2-7 hari, biphasic
 Manifestasi perdarahan: bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah berdarah atau buang air besar berdarah

DIAGNOSIS (gastrointestinal bleeding)


 Sakit kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retro-orbital (saat
menggerakan mata atau menekan mata)
 Gejala gastrointestinal: mual, muntah, anoreksia
Pemeriksaan Fisik:
 Demam
 Tanda Pendarahan : Petechiae, ekimosis, purpura

DIAGNOSIS  Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma diperiksa tanda-


tanda efusi pleura, ascites, edema
 Hepatomegaly
Pemeriksaan Penunjang:
 Pemeriksaan darah rutin : Leukopenia, Trombositopenia,
hemokonsentrasi
 Serologi : IgG-IgM Antidengue (+), Pemeriksaan Protein NS-1
Dengue
DIAGNOSIS  Foto Thoraks : Pengumpulan Sudut Costofrenicus
 USG Abdomen : Double Layer pada dinding kandung empedu,
atau Asites
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis klinis DBD (WHO)

1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:
• Uji torniquiet : Positif
• Ptechiae, ekimosis, atau purpura
• Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
KRITERIA • Hematemesis atau melena

DIAGNOSIS 3. Trombositopenia (Jumlah Trombosit <100.000/ml)


4. Terdapat minimal 1 tanda-tanda plasma leakage:
• Peningkatan HCT > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin
• Peningkatan HCT > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai HCT sebelumnya
• Tanda kebocoran plasma seperti : effuse pleura, asites, hypoproteinemia/
1. Chikungunya

DIAGNOSIS 2. Influenza

BANDING 3. Campak
4. Demam tiphoid
5. Leptospirosis
 Non – Farmakologis

1. Istirahat, makanan lunak, tingkatkan asupan cairan oral

2. Pantau tanda tanda syok, terutama pada transisi fase febris (hari
TREATMENT 4-6)
 Klinis: Tingkat kesadaran, nadi, tekanan darah
 Laboratorium: Hb, Ht, Trombosit, Leukosit
 Farmakologis
Protokol Penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa :
Protokol 1 : Penanganan tersangka (probable) DBD Dewasa tanpa shock
TREATMENT Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan HCT > 20%

Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

Protokol 5 : Tatalaksana syndrome shock dengue pada dewasa


Protokol 1 : Penanganan tersangka (probable) DBD Dewasa tanpa shock

TREATMEN
T
Penanganan protocol
rawat inap untuk DBD
(protokol 2)
Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

TREATMEN
T
Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan HCT > 20%

TREATMENT
Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

TREATMEN
T
Protokol 5 : Tatalaksana syndrome shock dengue pada dewasa

TREATMENT
1. DSS
2. Ensefalopati dengue
KOMPLIKASI 3. Perdarahan saluran cerna
4. KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD
derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat

PROGNOSIS dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian
pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan
terapi penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %.
Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu terjadinya kegagalan
sirkulasi darah karena plasma darah merembes keluar dari

DENGUE pembuluh darah yang mengakibatkan darah semakin mengental

SHOCK yang ditandai dengan denyut nadi lemah dan cepat, disertai
hipotensi dengan tanda kulit yang teraba dingin dan lembab, serta
SYNDROME penderita tampak gelisah. (Kemenkes RI, 2103).
DSS terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV.

 Derajat III terjadi syok dengan tanda nadi cepat dan lemah,
hipotensi, gelisah, sianosis sekitar mulut, kulit teraba dingin dan
lembab terutama pada tangan dan kaki.

 Derajat IV pasien mengalami syok, terjadi penurunan kesadaran,


nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.

Dengue Shock Syndrome merupakan kondisi DBD yang berkembang


menjadi lebih parah dan biasanya terjadi pada hari ke 3 hingga 7
pada saat tubuh mulai menurun.

DSS umumnya dapat menyebabkan kematian dalam waktu 8-24 jam


apabila tidak ditangani dengan cepat.
Tata laksana dengue shock syndrome berdasarkan Depkes, yaitu :
1. Segera beri infus kristaloid (RL atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/kg BB
secepatnya dan oksigen 2-4 liter/menit.
Untuk DSS berat diberikan RL 20ml/kg BB/jam bersama koloid.
Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit setiap
4-6 jam.
TATA LAKSANA
DENGEU SHOCK 2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi , RL tetap

SYNDROME dilanjutkan 15-20 ml/kg BB/jam, ditambah plasma atau kolod sebanyak
10-20ml/kg BB. Observasi kembali.
a. Apabila syok telah teratasi, cairan dikurangi menjadi 10ml/kg
BB/jam dan dipertahankan selama 24 jam. Atau menjadi 7ml/kg BB
sampai keadaan klinis stabil lalu diturunkan bertahap 5 ml/kg
BB/jam dan seterusnya 3 ml/kg BB/jam. Observasi tanda vital dan
urin tiap jam. Serta pemeriksaan Ht dan trombosit tiap 4-6 jam.
b. Apabila syok belum teratasi, berikan darah segar volume kecil
(10ml/kg BB). Apabila tampak pendarahan massif, berikan darah
segar 20 ml/kg BB dan lanjutkan cairan kristaloid 10 ml/kg
BB/jam.
 Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau
kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral,
dan pemberian koloid dapat ditambah hingga jumlah
maksimum 30 ml/kgBB dengan sasaran tekanan vena sentral
15-18 cmH2O

 Bila belum teratasi, observasi terhadap gangguan asam basa,


elektrolit, anemia, KID, infeksi sekunder.

 Bila tekanan vena sentral sudah sesuai, tetapi shock belum


teratasi maka dapat diberikan vasopresor
a) Penjelasan mengenai diagnosis, komplikasi, prognosis, dan
rencana tata laksana.
b) Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya (warning sign)
yang perlu diwaspadai dan kapan harus segera ke layanan
KONSELING kesehatan.

DAN c) Penjelasan mengenai jumlah cairan yang dibutuhkan oleh


anak.
EDUKASI d) Penjelasan mengenai diet nutrisi yang perlu diberikan.
e) Penjelasan mengenai cara minum obat.
f). Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara pencegahan yang
berkaitan dengan perbaikan higiene personal, sanitasi lingkungan,
terutama metode 4M plus seminggu sekali, terdiri atas :
 Menguras wadah air, seperti bak mandi, tempayan, ember, vas
bunga, tempat minum burung, dan penampung air kulkas agar
telur dan jentik Aedes aegypti mati.
 Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes aegyti
tidak dapat masuk dan bertelur.
 Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat
menampung air hujan agar tidak menjadi sarang dan tempat
bertelur nyamuk Aedes aegypti.
 Memantau semua wadah air yang menjadi tempat nyamuk
Aedes aegypti berkembang biak.

Anda mungkin juga menyukai