Preseptor:
dr. Yanti W, Sp.PD
Presentan:
Nadya Hasnafi Inra 12100119158
Fitria Dwi Anggraini 12100119004
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
EPIDEMIOLO karibia.
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:
• Uji torniquiet : Positif
• Ptechiae, ekimosis, atau purpura
• Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
KRITERIA • Hematemesis atau melena
DIAGNOSIS 2. Influenza
BANDING 3. Campak
4. Demam tiphoid
5. Leptospirosis
Non – Farmakologis
2. Pantau tanda tanda syok, terutama pada transisi fase febris (hari
TREATMENT 4-6)
Klinis: Tingkat kesadaran, nadi, tekanan darah
Laboratorium: Hb, Ht, Trombosit, Leukosit
Farmakologis
Protokol Penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa :
Protokol 1 : Penanganan tersangka (probable) DBD Dewasa tanpa shock
TREATMENT Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
TREATMEN
T
Penanganan protocol
rawat inap untuk DBD
(protokol 2)
Protokol 2 : Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
TREATMEN
T
Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan HCT > 20%
TREATMENT
Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
TREATMEN
T
Protokol 5 : Tatalaksana syndrome shock dengue pada dewasa
TREATMENT
1. DSS
2. Ensefalopati dengue
KOMPLIKASI 3. Perdarahan saluran cerna
4. KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD
derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat
PROGNOSIS dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian
pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan
terapi penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %.
Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu terjadinya kegagalan
sirkulasi darah karena plasma darah merembes keluar dari
SHOCK yang ditandai dengan denyut nadi lemah dan cepat, disertai
hipotensi dengan tanda kulit yang teraba dingin dan lembab, serta
SYNDROME penderita tampak gelisah. (Kemenkes RI, 2103).
DSS terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV.
Derajat III terjadi syok dengan tanda nadi cepat dan lemah,
hipotensi, gelisah, sianosis sekitar mulut, kulit teraba dingin dan
lembab terutama pada tangan dan kaki.
SYNDROME dilanjutkan 15-20 ml/kg BB/jam, ditambah plasma atau kolod sebanyak
10-20ml/kg BB. Observasi kembali.
a. Apabila syok telah teratasi, cairan dikurangi menjadi 10ml/kg
BB/jam dan dipertahankan selama 24 jam. Atau menjadi 7ml/kg BB
sampai keadaan klinis stabil lalu diturunkan bertahap 5 ml/kg
BB/jam dan seterusnya 3 ml/kg BB/jam. Observasi tanda vital dan
urin tiap jam. Serta pemeriksaan Ht dan trombosit tiap 4-6 jam.
b. Apabila syok belum teratasi, berikan darah segar volume kecil
(10ml/kg BB). Apabila tampak pendarahan massif, berikan darah
segar 20 ml/kg BB dan lanjutkan cairan kristaloid 10 ml/kg
BB/jam.
Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau
kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral,
dan pemberian koloid dapat ditambah hingga jumlah
maksimum 30 ml/kgBB dengan sasaran tekanan vena sentral
15-18 cmH2O