Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PRAKTIK KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

………………… ………………….. 1/1


Tanggal terbit Ditetapkan Direktur,
RSUD SUNGAI RUMBAI

………………….
dr. SUJITO
NIP. 197908212008041001
Suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh
PENGERTIAN salah satu dari 4 serotipe virus dengue DEN-1, DEN-
2, DEN-3, atau DEN-4 (genus Flavivirus, famili
Flaviviridae) yang ditandai dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan
renjatan/syok dan kematian. Virus ini
ditularkan kepada manusia melalui
perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus.
Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan
penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang dapat
merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan
namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.
Demam Berdarah Dengue ini lebih dikenal oleh
masyarakat sebagai Penyakit Demam Berdarah
1. Demam merupakan tanda utama, terjadi
ANAMNESIS mendadak tinggi, selama 2-7 hari
2. Adanya manifestasi perdarahan spontan
berupa: perdarahan kulit (petekie, purpura,
ekimosis), perdarahan gusi, mimisan
(epistaksis), perdarahan saluran cerna
(hematemesis, melena)
3. Nyeri perut/ulu hati
4. Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala
dan nyeri otot/sendi
5. Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
6. Diare kadang-kadang dapat ditemukan
Lakukan pemeriksaan fisik:
PEMERIKSAAN 1. Ukur suhu badan : demam mendadak tinggi suhu
FISIK >38,5˚C
2. Periksa manifestasi perdarahan:
a. Spontan: perdarahan kulit (petekie, purpura,
ekimosis), perdarahan gusi, mimisan
(epistaksis), perdarahan saluran cerna
(hematemesis, melena)
b. Uji tourniquet (+)
3. Periksa pembesaran hepar : hepatomegali (sering
ditemukan pada DBD/DSS)
4. Periksa tanda-tanda kebocoran plasma (ditemukan
pada DBD/DSS) berupa:
a. edema palpebra,
b. asites,
c. efusi pleura (umumnya paru kanan),
d. tanda-tanda renjatan/syok
1) nadi lemah, cepat, dan kecil sampai tak
teraba;
2) tekanan nadi <20 mmHg;
3) tekanan darah turun;
4) akral teraba dingin dan lembab;
5) pemanjangan waktu pengisian kapiler;
a. sianosis sekitar mulut
Kriteria Diagnosis DBD:
KRITERIA 1. Diagnosis klinis
DIAGNOSIS a. bila didapatkan >2 gejala klinis
b. trombositopenia dan
c. hemokonsentrasi
2. Diagnosis pasti dengan uji serologis

Kriteria WHO berdasarkan:


1. Gejala Klinis:
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang
jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari
b. Manifestasi perdarahan:
1) Spontan: perdarahan kulit (petekie, purpura,
ekimosis), perdarahan gusi, mimisan
(epistaksis), perdarahan saluran cerna
(hematemesis, melena)
2) Uji tourniquet (+)
2. Hepatomegali
3. Tanpa atau dengan gejala renjatan/syok:
a. Nadi lemah, cepat, dan kecil sampai tidak
teraba
b. Tekanan nadi <20 mmHg
c. Kulit teraba dingin dan lembab, terutama
daerah akral (ujung hidung, jari, kaki)
- Pemanjangan waktu pengisian kapiler
- Sianosis sekitar mulut
4. Laboratorium:
- Trombositopenia (<100.000/m3)
- Hemokonsentrasi (Ht >20%)
1.
Demam Berdarah Dengue derajat I, II, III, IV/DSS
DIAGNOSIS KERJA
1. Infeksi virus lainnya seperti campak, rubella,
DIAGNOSIS demam chikungunya
BANDING 2. Leptospira, malaria dan demam tifoid
3. ITP, leukemia, anemia aplastik
4. Sepsis atau meningitis bila mengalami demam
disertai syok
Laboratorium :
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Darah Rutin dilakukan setiap 12 jam
PENUNJANG pada hari pertama dan ke dua perawatan, dan
selanjutnya dilakukan dilakukan pemeriksaan
setiap 24 jam. Pemeriksaan darah rutin meliputi;
2. Uji serologis IgG- IgM anti Dengue dilakukan pada
hari ke 5 sakit

Bila dicurigai komplikasi efusi pleura, maka perlu


dilakukan pemeriksan radiologis foto toraks AP dan
RLD

Tindakan yang dilakukan:

1. Untuk Demam Dengue dan DBD tanpa syok


(derajat I dan II)
Pemberian Cairan intra vena (RL/Ringer
Asetat/NaCl 0,9%) dengan kebutuhan:
a. Inisial: 10 ml/kgbb untuk setiap kehilangan
1% dari BB normal
b. Rumatan: dengan rumus Holliday segar (BB 0-
10 kg: 100 ml/kgbb; BB 11-20 kg: 1000 ml+50
ml/kgbb; >20 kg: 1500 ml+20 ml/kgbb)

2. Untuk DBD dengan syok/DSS ( derajat III dan IV )


a. Penggantian volume plasma segera cairan IV
larutan RL 10 – 20 ml / kgbb secara bolus
diberikan dalam waktu 30 menit . Apabila syok
belum teratasi tetap berikan RL 20 ml/kgbb,
TERAPI
ditambah koloid 20 – 30 ml/kgbb/jam,
maksimal 1500 ml/hr
b. Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam, tetap
diberikan sampai 24 jam pasca syok. Volume
cairan diturunkan menjadi 7ml/kg/jam,
selanjutnya 5 ml/kgbb/j, kemudian 3 ml
/kgbb/j, apabila tanda vital baik.
c. Jumlah urine 1 ml/kg /jam merupakan
indikasi bahwa sirkulasi membaik.
d. Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan
lagi 48 jam setelah syok teratasi.
e. Oksigen 2-4 l/m
f. Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit
g. Indikasi pemberian darah:
1) Terdapat perdarahan secara klinis
2) Setelah pemberian cairan kristaloid dan
koloid , syok menetap, Ht turun, Diduga
telah terjadi perdarahan, beri kan darah
segar 10 ml/kg.
3) Apabila kadar Ht tetap > 40 vol %, maka
berikan darah dalam volume kecil.
4) Plasma segar beku dan suspensi trombosit
berguna untuk koreksi gangguan
koagulopati atau koagulopati intravaskuler
diseminata ( KID) dan pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan masif.
5) Pemberian tranfusi suspensi trombosit
pada KID harus selalu disertai plasma segar
(berisi faktor koagulasi yang diperlukan )
untuk mencegah perdarahan lebih hebat.

3. DBD ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak
dan alkalosis, maka bila syok telah teratasi, cairan
diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HCO3 dan jumlah cairan segara kurangi. Larutan
RL segera ditukar dengan larutan NaCl ( 0,9%) :
glukosa (5%) = 3:1

Pemantauan:
1. adakah pembesaran hati, tanda-tanda
perdarahan, tanda ensefalopati, dan tanda-
tanda renjatan
2. kadar Hb, Ht, dan trombosit tiap 6 jam, minimal
tiap 12 jam.
3. balans cairan dicatat (jumlah cairan yang
masuk, diuresis, dan perdarahan)
pada DSS, lakukan cross match darah untuk
persiapan transfusi darah apabila diperlukan

Pengobatan yang diberikan:

1. Untuk Demam Dengue dan DBD tanpa syok


(derajat I dan II)
a. Antipiretik: parasetamol tiap 6 jam bila
hiperpireksia (suhu >38,5˚C) atau mempunyai
kecenderungan kejang demam
b. Kortikosteroid diberikan pada DBD dengan
ensefalopati. Apabila terdapat perdarahan
saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
c. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati
atau pada DSS.
d. Ranitidin (bila diperlukan) diberikan dengan
dosis 1-2 mg/kgbb tiap 12 jam
e. Suportif : Banyak minum bisa berupa air teh,
sirop, susu, oralit, jus orange, jus jambu, dll.

2. Untuk DBD dengan syok/DSS ( derajat III dan IV )


a. Jumlah urine 1 ml/kg /jam merupakan
indikasi bahwa sirkulasi membaik.
b. Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan
lagi 48 jam setelah syok teratasi.
c. Oksigen 2-4 l/m
d. Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit
e. Indikasi pemberian darah:
1) Terdapat perdarahan secara klinis
2) Setelah pemberian cairan kristaloid dan
koloid , syok menetap, Ht turun, Diduga
telah terjadi perdarahan, beri kan darah
segar 10 ml/kg.
3) Apabila kadar Ht tetap > 40 vol %, maka
berikan darah dalam volume kecil.
4) Plasma segar beku dan suspensi trombosit
berguna untuk koreksi gangguan
koagulopati atau koagulopati intravaskuler
diseminata ( KID) dan pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan masif.
5) Pemberian tranfusi suspensi trombosit
pada KID harus selalu disertai plasma segar
(berisi faktor koagulasi yang diperlukan )
untuk mencegah perdarahan lebih hebat.

3. DBD ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak
dan alkalosis, maka bila syok telah teratasi, cairan
diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HCO3 dan jumlah cairan segara kurangi. Larutan
RL segera ditukar dengan larutan NaCl ( 0,9%) :
glukosa (5%) = 3:1
1. Orangtua diminta untuk membawa kembali
anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut : demam tinggi
kembali, kesadaran menurun.
2. Langkah promotif/preventif :
a. ASI tetap diberikan bila anak masih menyusu
b. Kebersihan perorangan
EDUKASI
c. Kebersihan lingkungan dan edukasi
pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M,
menguras penampungan air seminggu sekali,
mengurangi gantungan pakaian yang terlalu
lama.
Memberikan makanan dengan gizi yang cukup

Quo ad vitam : dubia ad bonam


PROGNOSIS Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Diagnosis : I / II/ III/ IV (referensi no 1-4)


TINGKAT EVIDENS
Terapi : I / II/ III/ IV (referensi no 1-4)
PANDUAN
PRAKTIK KLINIS DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

………………… ………………….. 1/2


1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Hemodinamik stabil
3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup
6. Tidak ditemukan distress dari efusi pleura dan
INDIKATOR MEDIS tidak ditemukan asites
7. Trombosit > 50.000, Hematokrit stabil
8. Tidak ada bukti perdarahan baik internal
maupun eksternal
9. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
10. Kembalinya nafsu makan
11. Mulai timbul ruam penyembuhan
1. Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2010
2. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. IDAI,
2008
3. World Health Organization-South East Asia
Regional Office. Comprehensive Guidelines for
Prevention and Control of Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011.p.1-67.
4. Centers for Disease Control and Prevention.
Dengue Clinical Guidance. Updated 2010 sept 1.
Available from:
http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.
KEPUSTAKAAN html.
5. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis,
treatment prevention and control. Edisi kedua.
WHO, Geneva, 1997.
6. WHO. Dengue for Diagnosis, treatment,
prevention and control. 2009:1-146
7. Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for
water in parenteral fluid therapy. Pediatrics
1957;19:823
8. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap
Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak &
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata
laksana Kasus DBD. Hadinegoro SR, Satari HI,
penyunting. Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2005.

DIREKTUR RSUD SUNGAI RUMBAI

dr. SUJITO
NIP. 197908212008041001

Anda mungkin juga menyukai