Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD SULTAN SULAIMAN
SERDANG BEDAGAI
2022 – 2024

GASTROENTRITS AKUT

1. Pengertian Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan


(Definisi) usus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang
berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi
lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit
3 kali dalam 24 jam.

2. Anamnesis 1. Feses semakin cair


2. Mual
3. Muntah
4. Badan terasa lemas
5. Berat badan menurun (bila dehidrasi berat)
6. Turgor kulit berkurang
7. Bibir kering
8. Bab lebih dari 4x dengan konsistensi encer
3. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa :
a. Keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
b. Tanda utama : keadaan umum gelisah atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
c. Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata,
mukosa bibir, mulut dan lidah
d. Mata cekung, membrane mukosa kering, anus kemerahan
e. Terdengar bising usus lebih dari 12x/ menit
f. Berat badan
g. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung
(hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
h. Penilaian derajat dehidrasi
i. Pemeriksaan ekstremitas (Perfusi dan capillary refill time)
perlu karena dapat menentukan derajat dehidrasi.
4. Pemeriksaan a. Pemeriksaaan tinja
Penunjang
− Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
− Mikroskopis : eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
− Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
− Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kadar ureum dan kreatinin darah.
c. Pemeriksaan urin: urin rutin

Tinja
a. Pemeriksaan Makroskopik
5. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi
diluar saluran gastrointestinal.
6. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus seperti: E. Histolytica, B. Coli dan T.
Trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur
dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica
darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada
infeksi EHEC terdapat garis – garis darah pada tinja. Tinja
yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.

b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis
serta adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja
diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang
mukosa kolon.
• Lekosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan
adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi
sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. Jejuni, EIEC, C.
Difficile, Y. Enterocolitica, V. Parahaemolyticus, dan
kemungkian Aeromonas atau P. Shigelloides.

• Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat


hemolytic Ureum Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila
terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita
immunocompromised.
7. Diagnosis Kerja Gastroenteritis Akut
8. Diagnosis Banding 1. Demam Tifoid
2. Dengue Fever
3. Kolitis Pseudomembran
9. Penatalaksanaan A. Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama
dengan :
a. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah
muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)
(Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
2. Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang
dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung
Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85
cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral :
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,
NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama
oralit.
2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung
komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula,
air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap.
b. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama
pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi:
1) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk.,
1994 dalam Wicaksana, 2011).
B. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada: Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh
antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3
– 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari),
Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14
hari oral atauIV).

C. Obat anti diare


1. Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai
tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali
sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga
enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan
fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.
2. Kelompok opiate
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl
serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 –
4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
3. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin,
kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa
zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin.
Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak
langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi
elektrolit.
4. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,
Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan
Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen
usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses
tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air
atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
5. Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami
peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek
yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor
saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.
10. Komplikasi a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
11. Edukasi Pada kondisi gastroenteritis yang ringan, diberikan edukasi kepada
keluarga untuk membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan
untuk mencegah terjadinya GE dan mencegah penularannya.
12. Konsultasi Dokter spesialis penyakit dalam
13. Indikator Klinis dan laboratorium

Anda mungkin juga menyukai