SMF : THT-KL
RUMAH SAKIT KARTIKA PULOMAS
TAHUN 2021
1
11. Penelaah Kritis dr. Mohammad Rizki Tri Ronoadi, SpTHT-KL
2
Panduan Praktik Klinis
SMF : THT-KL
RUMAH SAKIT KARTIKA PULOMAS
TAHUN 2021
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
3
Ad vitam : bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
4
Panduan Praktik Klinis
SMF : THT-KL
RUMAH SAKIT KARTIKA PULOMAS
TAHUN 2021
5
2. Pembedahan
Intubasi Endotrakea
Krikotiroidotomi
Transient Tracheostomy
9. Edukasi 1. Penjelasan tentang rencana pengobatan dan operasi
2. Penjelasan penyakit utama dan tatalaksana selanjutnya
Ad vitam : dubia
10. Prognosis Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
6
RHINITIS ALERGI
Penyakit Simtomatis pada hidung yang terinduksi oleh proses
1. Pengertian (Definisi) inflamasi yang diperantara IgE pada mukosa hidung setelah
pajanan allergen. Karakteristik gejala rhinitis alergi adalah
bersin berulang, hidung tersumbat, hidung berair dan hidung
gatal.
Gejala hidung: berair, tersumbat dan gatal
2. Anamnesis Gejala mata: mata merah, gatal dan berair
Gejala lain: batuk, tenggorokan gatal, gangguan konsentrasi,
gangguan tidur. Penderita dengan asma dapat ditemukan
keluhan sesak nafas dan mengi
7
Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2012
Krouse JH, Chadwick SJ, Gordon BR, Derebery MJ,
editors. Allergy and Immunology an Otolaryngic Approach.
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia; 2002
SERUMEN IMPAKSI
Derumen yang terkumpul di dalam liang telinga sehingga
1. Pengertian (Definisi) menimbulkan gejala yang dikeluhkan, dan menghalangi
8
pemeriksaan liang telinga, membrane telinga atau system
audiovestibular.
Asimptomatik
2. Anamnesis Sensasi telinga penuh
Tinitus
Nyeri/gatal pada telinga
Penurunan pendengaran
Vertigo
Di dalam liang telinga terdapat banyak kumpulan serumen
berwarna coklat kehitaman
Liang telinga biasanya normal atau bias disertai otitis
3. Pemeriksaan Fisik eksterna
Penurunan pendengaran bisa berkisar 5-40 dB
Faktor modifikasi yang perlu diperhatikan karena
mempengaruhi teknik penatalaksanaan
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
9
Ad vitam : bonam
10. Prognosis Ad sanationam : bonam
Ad fumgsionam : bonam
10
Kebocoran cairan otak (Le Fort III)
Mekanisme trauma : tentang kekuatan, lokasi dan arah
benturan yang terjadi
Cedera di bagian tubuh yang lain
Riwayat perubahan status mental dan penuruna kesadaran
Adanya disfungsi yang berhubungan dengan jalan nafas,
penglihatan, syaraf otak ataupun pendengaran
Inspeksi:
Evaluasi kelainan lokal berupa : luka, disproporsi, asimetri
wajah, adakah gangguan fungsi mata, gangguan oklusi,
trismus, paresis fasialis dan edema jaringan lunak serta
3. Pemeriksaan Fisik ekimosis.
Palpasi:
Di daerah supraorbital, lateral orbital rim, zygoma, infra
orbital, hidung, mandibula, sendi temporomandibular,
palpasi bimanual (ekstra – intra oral)
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
TRAUMA WAJAH DAN MAKSILOFASIAL:
5. Diagnosis Fracture of skull and facial bones (ICD 10: S 02)
Fracture of malar and maxillary bones (ICD 10:S 02.4)
Fracture of other skull and facial bones (ICD 10:S 02.8)
Fracture of skull and facial bones, part unspecified (ICD
10:S 02.9)
11
9. Edukasi Penjelasan penyakit utama dan tatalaksana selanjutnya
12
Riwayat perinatal seperti cara lahir tidak normal, saat lahir
tidak menangis, berat badannya yang tidak normal, umur
kelahiran yang tidak cukup bulan
Riwayat post natal seperti adanya riwayat kejang,
hiperbilirubinemia, infeksi TORCHs, campak, parotitis,
meningitis dan kelainan bawaan (genetik)
Pemeriksaan lingkar kepala: mikrosefali atau hidrosefalus
Kelainan anatomi maksilofasial
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan telinga, daun telinga, liang telinga dan
membran timpani yang abnormal
Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Speech and language development delay to hearing loss
5. Diagnosis (ICD 10: F80.4)
Conductive hearing loss, bilateral (ICD 10: H90.0)
Conductive hearing loss, unilateral with unrestricted
hearing on the contralateral side (ICD 10: H90.1)
Conductive hearing loss, unilateral, right ear, with
unrestricted hearing on the contralateral side (ICD10:
H90.11)
Conductive hearing loss, unilateral, left ear, with
unrestricted hearing on the contralateral side (ICD10:
H90.12)
Conductive hearing loss, unspecified (ICD10: H90.2)
Sensorineural hearing loss, bilateral (ICD10: H90.3)
Sensorineural hearing loss, unilateral with unrestricted
hearing on the contralateral side (ICD10: H90.4)
Sensorineural hearing loss, unilateral, right ear, with
unrestricted hearing on the contralateral side (ICD10:
H90.4)
Sensorineural hearing loss, unilateral, left ear, with
unrestricted hearing on the contralateral side (ICD10:
H90.42)
Neuropati Auditori
6. Diagnosis Banding ADHD
Autism
CAPD
Afasia
Retardasi mental
Disleksia
Gangguan komunikasi (keterlambatan perkembangan
lainnya)
Pemeriksaan fungsi koklea dan pendengaran:
7. Pemeriksaan Penunjang Timpanometri (high frequency < 6 bulan)
Oto Acoustic Emission (OAE)
Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) click
dan tone burst
BERA hantaran tulang
Auditory Steady-State Response (ASSR)
Pemeriksaan Behavioral audiometry
8. Terapi 1. Tentukan usia sesuai maturasi yang tepat (prematur/
cukup bulan/usia koreksi)
2. Penilaian perkembangan mendengar dan wicara serta
perkembangan motorik
3. Evaluasi faktor risiko ketulian, termasuk kemungkinan
13
adanya sindroma yang berhubungan dengan ketulian
4. Konsul dokter spesialis anak (tumbuh kembang),
neurologi anak
5. Bila diperlukan konsul dokter spesialis mata, jantung,
dan psikolog/psikiatri anak
6. Pemeriksaan genetik jika diperlukan
7. Habilitasi :
Alat Bantu Dengar (ABD) (ICD 9CM: 95.48)
Implan koklea (ICD 9CM: 20.98)
8. Terapi wicara (ICD 9CM : 93.74)
9. Terapi mendengar (ICD 9CM : 93.74)
Taman latihan & observasi/ PAUD (Pendidikan Anak
9. Edukasi Usia Dini)
Edukasi orang tua
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
14