AURIKEL ABSES
1. Pengertian (definisi) Merupakan komplikasi dari Perikondritis
aurikularis : adalah infeksi supuratif pada
perikondrium tulang rawan daun telinga.
2. Anamnesis - Daun telinga terasa nyeri, merah dan
bengkak.
- Kadang-kadang disertai demam
3. Pemeriksaan Fisik - Daun telinga hiperemi, udim, dan nyeri
tekan.
- Terdapat fluktuasi bila terjadi supurasi.
- Dapat disertai deformitas daun telinga
4. Kriteria 1. Seringkali tanpa di sertai fluktuasi
2. Rasa nyeri pada telinga yang makin
lama meningkat
3. Khas : Lobulus bebas, tidak terkena
4. Oedem pada daun telinga, warna
merah, keras dan nyeri tekan
5. Diagnosis Kerja Aurikel Abses
6. Diagnosis Banding 1. Furunkel MAE
2. Perikondritis Aurikula
3. Othaematoma
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap
2. Pungsi Aspirasi
IMPACTED SERUMEN
1. Pengertian (definisi) Impacted serumen adalah serumen yang
terkumul di dalam liang telinga.
Terkumulnya serumen ini bisa menyumbat
sebagian atau total liang telinga.
2. Anamnesis - Asimptomatik
- Sensasi telinga penuh
- Tinnitus
- Nyeri telinga
- Gatal telinga
- Penurunan pendengaran
- Vertigo
3. Pemeriksaan Fisik - Di dalam liang telinga tampak
kumpulan serumen berwarna coklat
kehitaman yang bercampur epitel
skuamosa yang biasanya berbentuk
seperti bola
- Liang telinga normal / disertai otitis
eksterna
4. Kriteria 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja Impacted serumen
6. Diagnosis Banding Kolesteatoma eksterna / keratosis
obturans
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Otoskopi
2. Tes bisik
3. Tes garpu tala
4. Audiogram
8. Tata Laksana 1. Ekstraksi manual
2. Irigasi / spoeling
3. Penghisapan / suctioning
4. Bahan pelunak serumen
9. Edukasi - Menjelaskan diagnosis penyakit dan
(Hospital Health Promotion) pilihan tatalaksana.
- Tidak boleh melakukan pembersihan
telinga sendiri menggunakan cotton
bud, karena pada dasarnya serumen
akan keluar sendiri.
- Pada individu dengan serumen padat,
disarankan kontrol teratur 2-4 kali
setahun untuk pembersihan telinga.
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
PRESBIAKUSIS
1. Pengertian (definisi) Presbiakusis adalah gangguan kurang
pendengaran yang disebabkan oleh
proses ketuaan
2. Anamnesis 1. Gangguan pendengaran dan sulit
berkomunikasi
2. Telinga mendenging
3. Suara terdengar dobel (diplakusis)
4. Kadang-kadang disertai vertigo
3. Pemeriksaan Fisik 1. Fisik telinga dalam batas normal
2. Tes Bisik
3. Tes Garpu Tala
4. Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis (No. 1-4)
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
(No. 1-3)
3. Memenuhi kriteria pemeriksaan
penunjang
5. Diagnosis Kerja Presbiakusis
6. Diagnosis Banding 1. Post trauma kapistis
2. Tinitus et causa HT
3. Tinitus et causa DM
4. Tinitus et causa obat-obat ototoksis
5. Tinitus et causa trauma akustik
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Audiometri
2. Audiogram nada murni menunjukkan
tuli persepsi bilateral simetris, dengan
penurunan pada frekuensi diatas 1000
Hz
8. Tata Laksana Tidak ada terapi definitif yang memuaskan
- Vasodilator asam nikotinat
- Vit B, C + Vit A selama 1 bulan +
Neurotropik
- Bilamana perlu dengan “Alat Pembantu
Mendengar (APM)
- Pengobatan kardiovaskuler bila ada
keluhan jantung
9. Edukasi Pencegahan :
(Hospital Health Promotion) Menghindari kebisingan
Diet rendah lemak
Menghindari rokok, ketegangan,
avitaminosis, anemi
Makanan 4 sehat 5 sempurna
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis dr. ERIE TRIJONO, Sp. THT-KL
14. Indikator 95% dengan penatalaksanaan dini
mencegah terjadinya perburukan
15. Kepustakaan 1. Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung
Dan Tenggorok Edisi III Tahun 2005
2. Buku Pedoman Standard SOP 2010
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TINITUS
1. Pengertian (definisi) Tinitus adalah kelainan sensasi suara
pada seseorang yang tidak ada
hubungannya dengan rangsangan sumber
suara dari luar. Suara yang terdengar
dinyatakan sebagai suara yang
mendenging, mendengung, menderu,
berdenyut atau seperti suara jangkrik /
suara lainnya.
2. Anamnesis 1. Onset mendadak, hilang
timbul/menetap
2. Terdapat pemicu / pencetus
3. Terdapat keluhan yang menyertai :
gangguan pendengaran, vertigo dan
rasa penuh di telinga
4. Terdapat riwayat penyakit lain : Infeksi
telinga, HT, DM, metabolisme lipid,
Trauma akustik, Obat ototoksik,
Gangguan fungsi tiroid, gangguan
hematologik, dan gangguan sendi
tempoto-mandibularis
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tekanan darah
2. Tinitus Pulsatif : auskultasi leher dan
kepala
3. Pemeriksaan Somatognatia
4. Kontrol THT rutin
5. Pemeriksaan fungsi tuba eustachius
(otopneumatoskopi)
4. Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
3. Memenuhi kriteria pemeriksaan
penunjang
5. Diagnosis Kerja Tinitus
6. Diagnosis Banding 1. Meniere’s disease
2. Neuroma Akustik
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes Bisik
2. Audiometri
3. Tes Garpu Tala
8. Tata Laksana Terapi dapat diberikan salah satu /
kombinasi dari :
- Medikamentosa
o Memperbesar aliran darah koklear
dan saraf sentral dengan preparat
Betahistin, atau terapi SWD.
o Menenangkan saraf dengan
tranquiliser, anti depresant dan
sedatif, karena tinitus makin keras
terdengar bila penderita stress.
o Memperbaiki integritas vaskuler
dengan vitamin dan mineral.
o Anti konvulsif untuk mengurangi
eksitasi spontan saraf pendengar
seperti Carbamazepin / Clonazepam /
Oxazepam.
o Memperbaiki aliran darah ke otak
yang langsung mempengaruhi fungsi
otak, menurunkan tingkatan stress,
kemudian memperbaiki tinitusnya :
Ginkgobiloba ( Egb 761 / Gingoid /
Tanakan ).
- Selain dengan obat-obatan diatas,
diet perlu diatur dengan menghindari
kopi, alkohol, nikotin, mengurangi
garam karena dapat merangsang
terjadinya tinitus.
- Untuk penderita tinitus ringan dapat
dihilangkan dengan adanya suara
kipas angin, suara radio atau TV.
- Tinnitus Masker : alat yang
mengeluarkan suara sesuai dengan
frekuensi secara intermiten selang
waktu 30 detik, dengan kontrol
intensitas berkisar antara 40 – 85 db.
yang dapat diatur oleh penderita.
- ABD ( Alat Bantu Dengar )
- Walkman mini stereo sistem
9. Edukasi Pencegahan :
(Hospital Health Promotion) Menghindari kebisingan
Diet rendah lemak
Menghindari rokok, ketegangan,
avitaminosis, anemi
Makanan 4 sehat 5 sempurna
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis dr. ERIE TRIJONO, Sp. THT-KL
14. Indikator 95% dengan penatalaksanaan dini
mencegah terjadinya perburukan
15. Kepustakaan 1. Bashiruddin, Jenny dan Sosialisman.
Tinitus. Dalam: Soepardi, EA. et al,
editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
leher. Edisi ke-7. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI; 2017 Hal. 89-91
2. Buku Pedoman Standard SOP 2010
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RHINITIS AKUT
1. Pengertian (definisi) Rinitis akut adalah peradangan pada
mukosa hidung yang berlangsung akut
(<12 minggu). Hal ini dapat disebabkan
oleh infeksi virus, bakteri, ataupun iritan.
Radang sering ditemukan karena
manifestasi dari rinitis simpleks (common
cold), influenza, penyakit eksantem
(seperti morbili, variola, varisela, pertusis),
penyakit spesifik, serta sekunder dari
iritasi lokal atau trauma.
2. Anamnesis Keluhan :
1. Keluar ingus dari hidung (rinorea)
2. Hidung tersumbat
3. Dapat disertai rasa panas atau gatal
pada hidung
4. Bersin-bersin
5. Dapat disertai batuk
Faktor Risiko :
1. Penurunan daya tahan tubuh.
2. Paparan debu, asap, atau gas yang
bersifat iritatif.
3. Paparan dengan penderita infeksi
saluran napas
3. Pemeriksaan Fisik 1. Suhu dapat meningkat
2. Rinoskopi anterior:
a. Tampak kavum nasi sempit,
terdapat sekret serous atau
mukopurulen, mukosa konka udem
dan hiperemis.
b. Pada rinitis difteri tampak sekret
yang bercampur darah. Membran
keabuabuan tampak menutup
konka inferior dan kavum nasi
bagian bawah, membrannya
lengket dan bila diangkat mudah
berdarah.
4. Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Rhinitis Akut
6. Diagnosis Banding 1. Rinitis alergi pada serangan akut
2. Rinitis vasomotor pada serangan akut
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
8. Tata Laksana - Non medikamentosa
a. Istirahat yang cukup
b. Menjaga asupan yang bergizi dan
sehat
- Medikamentosa
a. Simtomatik: analgetik dan
antipiretik (Paracetamol),
dekongestan topikal, dekongestan
oral (Pseudoefedrin,
Fenilpropanolamin, Fenilefrin).
b. Antibiotik: bila terdapat komplikasi
seperti infeksi sekunder bakteri,
Amoksisilin, Eritromisin,
Sefadroksil.
c. Untuk rinitis difteri: Penisilin
sistemik dan anti-toksin difteri.
9. Edukasi Memberitahu individu dan keluarga untuk:
(Hospital Health Promotion) 1. Menjaga tubuh selalu dalam keadaan
sehat
2. Lebih sering mencuci tangan, terutama
sebelum menyentuh wajah.
3. Memperkecil kontak dengan orang-
orang yang telah terinfeksi.
4. Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
5. Mengikuti program imunisasi lengkap,
sepertivaksinasi influenza, vaksinasi
MMR untuk mencegah terjadinya rinitis
eksantematosa.
6. Menghindari pajanan alergen bila
terdapat faktor alergi sebagai pemicu
7. Melakukan bilas hidung secara rutin.
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad Sanationam : bonam
Ad Fungtionam : bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis dr. ERIE TRIJONO, Sp. THT-KL
14. Indikator 95 % dengan Rhinitis akut bisa membaik
dalam waktu 5 hari perawatan.
15. Kepustakaan 1. Adam, G.L. Boies, L.R.
Higler.Boies.Buku Ajar Penyakit THT.
Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
2. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head
and Neck Surgery. Ed. Ke-8.
McGrawHill. 2003.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RHINITIS ALERGI
1. Pengertian (definisi) Rinitis Alergi adalah suatu reaksi
hipersensitif sel target di hidung yang
bersifat khas, yang timbul pada penderita
atopi. Reaksi timbul bila terjadi kontak
dengan bahan alergen tetapi bahan ini
tidak menimbulkan reaksi apapun
terhadap orang normal.
2. Anamnesis Gejala / Tanda :
- Gejala timbulnya mendadak setelah
terjadi kontak dengan alergen.
- Didahului rasa gatal pada hidung, mata
dan kadang tenggorok.
- Bersin-bersin yang tidak tidak dapat
ditahan.
- Pilek (keluar ingus encer) dan hidung
rasa buntu, gangguan pembauan.
- Rongga hidung terlihat sembab dengan
warna pucat livida.
- Terdapat sekresi sero-mukus,
kemungkinan ada riwayat alergi pada
keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Perhatikan adanya allergic salute, yaitu
gerakan pasien menggosok hidung
dengan tangannya karena gatal.
2. Wajah:
a. Allergic shiners yaitu dark circles di
sekitar mata dan berhubungan
dengan vasodilatasi atau obstruksi
hidung.
b. Nasal crease yaitu lipatan
horizontal (horizontal crease) yang
melalui setengah bagian bawah
hidung akibat kebiasaan
menggosok hidung keatas dengan
tangan.
c. Mulut sering terbuka dengan
lengkung langit-langit yang tinggi,
sehingga akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan gigi-geligi
(facies adenoid).
3. Faring: dinding posterior faring tampak
granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral
faring menebal. Lidah tampak seperti
gambaran peta (geographic tongue)
4. Rinoskopi anterior: a. Mukosa edema,
basah, berwarna pucat atau kebiruan
(livide), disertai adanya sekret encer,
tipis dan banyak. Jika kental dan
purulen biasanya berhubungan dengan
sinusitis. b. Pada rinitis alergi kronis
atau penyakit granulomatous, dapat
terlihat adanya deviasi atau perforasi
septum. c. Pada rongga hidung dapat
ditemukan massa seperti polip dan
tumor, atau dapat juga ditemukan
pembesaran konka inferior yang dapat
berupa edema atau hipertropik.
Dengan dekongestan topikal, polip dan
hipertrofi konkatidak akan menyusut,
sedangkan edema konka akan
menyusut.
5. Pada kulit kemungkinan terdapat tanda
dermatitis atopi
4. Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
3. Memenuhi kriteria pemeriksaan
penunjang
5. Diagnosis Kerja Rhinitis Akut
6. Diagnosis Banding 1. Rinitis vasemotorika
2. Rinitis akut infeksiosa
3. Rinitis medikamentosa
4. Rinitis iritasi (kontak rinitis)
5. Rinitis hormonal
POLIP NASAL
1. Pengertian (definisi) Polip Nasal / Hidung adalah pengertian
morfologis (bentuk) yang berarti adanya
penonjolan mukosa rongga hidung yang
bertangkai. Jadi disini terjadi perubahan
mukosa yang irreversible” pada mukosa
hidung
2. Anamnesis - Didahului pilek beringus yang lama
tidak sembuh-sembuh
- Hidung rasa tersumbat yang makin
berat dan menetap
- Suaranya sengau dan kepala pusing
FRAKTUR OS NASALE
EPISTAKSIS
1. Pengertian Epistaksis adalah perdarahan yang keluar dari cavum
nasi.
2. Anamnesis Keluarnya darah dari hidung
3. Pemeriksaan fisik Adanya pedarahan yang keluar dari hidung (cavum nasi)
COMMON COLD
1. Bersin-bersin
17. Anamnesis 2. Rinore
3. Rasa gatal pada hidung
4. Hidung tersumbat
18. Pemeriksaan fisik
Rinoskopi anterior
LARINGITIS KRONIK
1. Pengertian (definisi) Peradangan pada laring yang terjadi
secara persisten akibat laringitis akut
yang berulang.
2. Anamnesis - Suara serak
- Batuk
- Nyeri tenggorokan yang tidak
signifikan
- Riwayat merokok
- Riwayat penyalahgunaan suara
(vocal abuse) seperti berteriak-teriak
atau bicara keras
- Riwayat TBC paru
3. Pemeriksaan Fisik - Mukosa laring hiperemis
- Dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
4. Kriteria 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis Kerja Laringitis Kronik
6. Diagnosis Banding 1. Benda asing pada laring
2. Laringitis TBC
3. Pneumonia
4. Tumor pada laring
5. Kelumpuhan pita suara
7. Pemeriksaan Penunjang - Laringoskopi indirek
- Foto rontgen soft tissue leher AP
lateral
- Foto toraks AP
- Pemeriksaan laboratorium darah
lengkap
8. Tata Laksana - Istirahat suara (vocal rest)
- Pemberian antibiotik golongan
Penisilin dilakukan bila peradangan
dari paru
- Parasetamol atau Ibuprofen sebagai
antipiretik dan analgetik
- Kortikosteroid dapat diberikan jika
laringitis berat
- Laringitis tuberkulosis: obat
antituberkulosis
9. Edukasi Menjelaskan terhadap penyakit yang
(Hospital Health Promotion) diderita, kemungkinan penyembuhan dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
INFILTRAT PERITONSIL
1. Pengertian (definisi) Infiltrat Peritonsil adalah radang di jaringan
ikat kendor tonsil yang mengakibatkan
timbunan infiltrate (darah) yang terdapat
diantara fosa tonsilaris dan kapsul tonsil
(di jaringan peritonsil).
2. Anamnesis Nyeri menelan unilateral, panas badan,
suara berubah (plummy voice)
3. Pemeriksaan Fisik 4. Daerah peritonsil udim, bombans,
hiperemi, tonsil terdorong ke medio
antero – caudal
5. Adanya Ptialismus
4. Kriteria 1. Nyeri menelan unilateral, panas badan,
suara berubah (plummy voice)
2. Daerah peritonsil udim, bombans,
hiperemi, tonsil terdorong ke medio
antero – caudal
3. Adanya Ptialismus
4. Pungsi aspirasi berisi darah
5. Diagnosis Kerja Infiltrat Peritonsil
6. Diagnosis Banding 1. Abses Peritonsil
2. Tumor Tonsil
3. Tonsilitis Difteri
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Swab Tenggorok
8. Tata Laksana 1. pungsi - aspirasi atau pungsi - insisi
(lihat protokol tindakan)
2. Antibiotika : amoksilin 3 - 4 x 500 mg
/hr/oral, atau ampicillin 3 x 1 gr.iv, atau
eritromisin 3 x 500 mg / hr
3. Bila masih sulit menelan dapat
dipasang naso gastrik tube
9. Edukasi Memberikan penjelasan kepada keluarga
(Hospital Health Promotion) penderita, serta memberitahukan terapi
yang tepat pada keluarga & penderita agar
tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. ERIE TRIJONO, SP. THT-KL
14. Indikator 95 % dengan Infiltrat peritonsil bisa
membaik dalam waktu 5 hari perawatan.
15. Kepustakaan 1. Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung
Dan Tenggorok Edisi III Tahun 2005
2. Buku Pedoman Standard SOP 2009
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
ABSES PERITONSIL
1. Pengertian (definisi) Abses Peritonsil adalah radang di jaringan ikat
kendor tonsil yang mengakibatkan abses /
timbunan pus yang terdapat diantara fosa
tonsilaris dan kapsul tonsil ( di jaringan peritonsil).
2. Anamnesis 1. Nyeri menelan unilateral,
2. Demam,
3. Suara berubah (plummy voice).
8. Tata Laksana:
1. Perawatan RS : rawat nginap bila ada penyulit
2. Terapi :
Pungsi - aspirasi atau pungsi – insisi.
Antibiotika : Amoksilin 3-4 x 500 mg /hr/oral,
atau Ampicillin 3 x 1 gr.iv, atau Eritromisin 3
x 500 mg / hr.
Bila masih sulit menelan dapat dipasang
naso gastrik tube
3. Dari segi waktu pelaksanaan tonsilektomi
dapat dilakukan 3 cara, yaitu
Tonsilektomi a chaud atau tonsilektomi
Quinsy: dilakukan segera mungkin, dengan
tujuan untuk drainase dan pencegahan
kekambuhan.
Tonsilektomi a tiede: dilakukan 3–4 hari
setelah insisi / drainase.
Tonsilektomi a froid: dilakukan 4-6 minggu
setelah abses sembuh.
9. Edukasi 1. Mencegah penularan
(Hospital Health Promotion) o tidak bergantian alat makan atau minum
o tutup mulut atau hidung bila batuk atau
bersin
2. Meningkatkan kondisi badan
o olah raga teratur
o makanan bergizi
3. Meningkatkan daya tahan lokal
o menghindari makanan dan minuman yang
meng-iritasi mukosa
10. Prognosis Dubia Adbonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Bedah (THT), Anesthesia
14. Indikator Keluhan berkurang
Abses bersih
- tertelan sesuatu
- terasa ngganjel pada tenggorok
3. Anamnesis - sakit/sulit waktu menelan
- nyeri retrosternal
- nyeri kontraksi otot leher
1. Faringitis Akut
7. Diagnosis banding
2. Tonsilitis Akut
Laringoskopi indirek,
Foto polos leher AP/lateral,
Foto toraks,
8. Pemeriksaan penunjang
CT-scan,
Endoskopi dengan alat endoskopi rigid atau
fleksibel.
FARINGITIS AKUT
Radang akut yang mengenai mukosa faring dan
1. Pengertian (definisi)
jaringan limfonodular di dinding faring.
- Tenggorok rasa kering dan panas, kemudian
timbul nyeri menelan dibagian tengah
2. Anamnesis
tenggorok.
- Demam, sakit kepala, malaise.
- Mukosa faring tampak merah dan edema,
terutama di daerah lateral band, kadang-
kadang terdapat eksudat. Sekret yang
3. Pemeriksaan Fisik
terbentuk awalnya bening, lama kelamaan
kental berwarna kuning.
- Granula tampak lebih besar dan merah.
1. Memenuhi kriteria anamnesis
4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Faringitis Akut
6. Diagnosis Banding Tonsilitis Akut
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang
- Istirahat, banyak minum hangat.
- Analgestik / antipiretik : Parasetamol 3-4 x
500 mg, 3-5 hari.
8. Tata Laksana:
- Obat kumur Gargarisma Kan.
- Tidak diperlukan antibiotika, kecuali untuk
infeksi berat.
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
9. Edukasi pemeriksaan penunjang.
(Hospital Health Promotion) 2. Penjelasan perkiraan lama rawat.
3. Modifikasi makanan dan kebersihan makanan.
Advitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis Dr. ERIE TRIJONO,Sp.THT
95 % dengan bisa membaik dalam waktu 5 hari
14. Indikator
perawatan.
Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung Dan Tenggorok Edisi III
15. Kepustakaan
Tahun 2005
Buku Pedoman Standard SOP 2009
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
FARINGITIS KRONIS
Faringitis Kronis merupakan peradangan /
inflamasi jaringan mukosa faring yang telah lama.
1. Pengertian (definisi)
Biasanya telah disertai hipertrofi granular
didinding belakang.
1. rasa tidak enak ditenggorok
2. Anamnesis
2. (rasa kering, pancingen, rasa ngganjel)
1. Mukosa faring terlihat granular hipertrofi
2. Sekret mukoid dan lengket
3. Pemeriksaan Fisik
3. Plika faring lateral menebal
4. Mukosa kemerahan
1. Memenuhi kriteria anamnesis
4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Faringitis kronis
6. Diagnosis Banding Tonsilitis
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang
Pencegahan gangguan :hindari faktor penyebab
8. Tata Laksana: Diet makanan segar, Obat kumur
Tindakan : Kauterisasi, (kimia, elektris)
Lama perawatan 1. 3 hari
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang.
9. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan,
(Hospital Health Promotion) resiko dan komplikasi.
3. Penjelasan alternative tindakan.
4. Penjelasan perkiraan lama rawat.
Advitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis Dr. ERIE TRIJONO,Sp.THT
95 % dengan bisa membaik dalam waktu 5 hari
14. Indikator
perawatan.
1. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bag/SMF
Ilmu Penyakit Telinga, Hidung Dan Tenggorok
15. Kepustakaan
Edisi III Tahun 2005
2. Buku Pedoman Standard SOP 2009
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TONSILITIS AKUT
Tonsilitis Akut adalah peradangan akut pada jaringan
1. Pengertian
tonsil
1. Swab tenggorok
22. Pemeriksaan penunjang
2. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap
1. Antibiotika
2. Antiinflamasi
23. Terapi
3. Analgetika / antipiretika
4. Suportif : istirahat dan makan lembek
TONSILITIS KRONIK
DIFTERI
1. Suara Serak,
2. Tenggorok terasa sakit,
3. Nyeri saat menelan,
4. Demam,
5. Kesulitan bernapas,
2. Anamnesis
6. Pembengkakan di leher,
7. Ada bercak putih keabu-abuan di saluran
pernapasan atas,
8. Pernah kontak dengan penderita difteri (< 2
minggu).
1. Tonsil membesar, odem, hiperemi, terdapat
detritus, kripta melebar,
arkus anterior dan posterior hiperemi.
3. Pemeriksaan Fisik
2. Tampak beslag/pseudomembran pada tonsil
berwarna putih abu-abu, bila diusap dengan lidi
kapas mudah berdarah.
1. Tonsilitis kronik.
2. Hipertrofi tonsil, permukaan tonsil halus dan
6. Diagnosis Banding terdapat anak balita.
3. Tumor tonsil, biasanya unilateral.
4. Infeksi kuman spesifik lain, tonsil terlihat granular.
Terapi Konservatif
1. Penderita diwajibkan istirahat maksimal, makan
makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna, dan
hindari makanan / minuman yang meng-iritasi
cavum oris dan faring / mesofaring / orofaring
sampai sembuh.
2. Obat kumur ( Betadin kumur : 3 dd. C1 kumur
hanya 5 detik selama 2 hari ),
3. Analgetik dominan anti udem : 3 dd. 1 Kalium
Diclofenac selama 7 hari.
4. Antibiotika Erytromysin
5. Suplemen anti virus: Imunomodulator ( Imboost
Force, atau Imudator caplet ) selama 7 hari.
6. Kontrol hari ke 3 setelah terapi point 1) s/d 5),
bila detritus pada Tonsil dan jaringan sekitarnya
tetap ada dan tambah meluas, maka secara klinis
di Diagnosis sebagai Confirmed Difteri, penderita
langsung di rawat inap.
Terapi Spesifik
8. Tata Laksana: 1. ADS dengan dosis pemberian
Difteri ringan (hidung, mata, kulit): 10.000-
20.000 U im.
Difteri sedang (tonsil, faring, laring): 40.000–
60.000 U iv drip.
Difteri berat (dengan penyulit): 60.000-100.000
U iv drip.
2. PPC / Penisilin procain single dose im (1 vial = 3
juta IU). Dengan dosis:
BB < 50 kg : 600.000-1,2 jt U/12 Jam;
BB > 50 kg : 1,5jt U/12 jam atau x 2 per hr
( pagi & sore) sampai 10 hr.
3. Metronidazole sup. tiap 6 jam.
4. Bila alergi PPC:
Klindamisin 150-300 mg tiap 6 jam, atau
Erytromisin tiap 6 jam dosis 50 mg/kgBB/24
jam (maksimal 1 gram ) per oral, atau
Rifampicin dengan dosis pada anak 10
mg/kgBB, BB < 40 kg : 300mg, BB 40-60 kg :
450mg, BB > 60 kg : 600mg ) selama 7 hari,
atau
Azitromicyn 1 x 500 mg selama 3 - 5 hari.
Probable Difteri dapat rawat jalan dengan Terapi
Konservatif dengan advis : bila demam meningkat /
3. Edukasi
ada ber cak putih yang meluas di cavum oris dan
(Hospital Health Promotion)
faring / ada stridor / ada limfadenopati / ada bullneck
langsung ke IGD untuk rawat inap.
5. Tingkat Evidens 4
A
6. Tingkat Rekomendasi
1. Bebas demam.
2. Pseudomembran (-).
8. Indikator
3. EKG baik.
4. Enzim jantung CK-CKMB dan SGOT normal.
CA. NASOFARING
Karsinoma Nasofaring adalah keganasan yang
1. Pengertian berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar
yang terdapat di nasofaring.
Gejala awal merupakan gejala awal saat tumor
masih terbatas di nasofaring.
- Telinga : pendengaran berkurang, tinnitus.
- Hidung : pilek kronik, ingus / dahak bercampur
dahak.
Gejala lanjut merupakan gejala yang timbul karena
penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif atau
metastase
Penjalaran Ekspansif :
- Kedepan menyumbat koane menyebabkan
hidung buntu.
- Kebawah mendesak palatum molle
mengganggu proses menelan.
Penjalaran infiltratif :
- Keatas masuk keforamen laserum
menyebabkan nyeri kepala parese / paralisa
2. Anamnesis
N III, IV, V, VI gangguan mata (ptosis,
diplopia, oftalmoplegi, trigeminal neuralgi).
- Kesamping :
Menekan N IX, X parese palatum mole,
faring terjadi gangguan menelan,
Menekan N XI gangguan fungsi otot
sternokleido mastoideus trapezius,
Menekan N XII deviasi lidah.
Metastasis :
- Melalui getah bening pembesaran kelenjar
limfe regional (kaudal ujung mastoid, dorsal
angulus mandibula, medial otot sterno kleido-
mastoid).
- Metastase jauh hati, paru, ginjal, tulang,
limpa dsb.
Diagnosis histopatologis :
1. biopsy merupakan diagnose pasti,
2. cytology menentukan adanya keganasan, (tapi
berasal dari lain tempat).
5. Diagnosis Ca Nasofaring
1. TBC nasofaring,
6. Diagnosis banding 2. Angiofibroma nasofaring
3. juvenile angiofibroma nasofaring
1. X - Foto : tengkorak lateral, Water's, Dasar
tengkorak.
2. Biopsi:
- Pada daerah tumor (yang dicurigai) bila
7. Pemeriksaan penunjang
negative dapat diulang sampai 3 kali
- Pada kelenjar getah bening yang dicurigai
kena metastase.
DYSFAGIA
1. Anamnesa
4. Kriteria diagnosis 2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis Dysfagia
1. Akalasia
2. Tumor esofagus
3. Metastase tumor mediastinum
4. Metastase ca nasofaring
5. Metastase ca laring
6. Diagnosis banding 6. Corpus alienum esophagus
7. Luka korosif esophagus
8. Trauma leher
9. Post CVA
10. Neuropati diabetika
11. Tumor hipofaring
1. Esofagogram
2. Barium kapas
7. Pemeriksaan penunjang 3. Soft tissue leher ap / lateral
4. Thorak pa / lateral
5. Esofaguskopi eksplorasi
1. Pasang NG tube
2. Businasi
3. Klindamicyn 3 x 300 mg
8. Terapi
4. Deksametahsone 3 x 1 ampul
5. Novaldo 3 x 1 ampul
6. Metronidazole supp. 3 x 500 mg
Menjelaskan terhadap penyakit yang diderita,
9. Edukasi
kemungkinan penyembuhan dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
Ad vitam
10. Prognosis Ad : Dubia ad bonam
sanationam : Dubia ad bonam
Ad : Dubia ad bonam
fungsionam
11. Tingkat evidens
IV
12. Tingkat rekomendasi
C
13. Penelaah kritis
Dr. ERIE TRIJONO,Sp.THT