Anda di halaman 1dari 86

PENGARUH JUS BAYAM (Alternanthera amoenaVoss)

TERHADAP HISTOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH


JANTAN (Rattus norvegicus) SETELAH
DIINDUKSI ASPIRIN

SKRIPSI

ADE WIJAYA
09310169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013

PENGARUH JUS BAYAM (Alternanthera amoenaVoss)


TERHADAP HISTOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus) SETELAH
DIINDUKSI ASPIRIN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan


dalam menempuh program studi sarjana strata-1
Pendidikan Dokter

ADE WIJAYA
09310169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013

MOTTO

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang


tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis.
Dan pada kematianmu semua orang menangis sedih,
tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku


hanya untuk ALLAH S.W.T yang maha sempurna

ADE WIJAYA

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk


Ayahanda tercinta H. Mahyudin Yakin dan Ibunda Hj. Nurbaiti S.Pd.
Saudara kandungku, keluarga besarku, sahabat dan teman-temanku,
serta orang-orang yang aku cintai

BIODATA

Nama

: Ade Wijaya

NPM

: 09310169

Tempat, Tanggal Lahir

: Curup, 9 Maret 1991

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Letkol Iskandar No.26 Curup-Bengkulu

Riwayat Pendidikan :
1. TK Al-Quran Curup, Tahun 1996-1997
2. SD Negeri 02 Centre Curup, Tahun1997-2003
3. SMP Negeri 01 Curup, Tahun 2003-2006
4. SMA Negeri 01 Curup Selatan, Tahun 2006-2009
5. Diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung
Tahun 2009.
Riwayat Keluarga :
Ayah

: H. Mahyudin yakin

Ibu

: Hj. Nurbaiti, S.Pd

Saudara Kandung : 1. Ike Manuferta


2. Yopita Gustini
3. Zuliandri
4. Nia Andika

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, 17 Mei 2013
Ade Wijaya
PENGARUH JUS BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss) TERHADAP
HISTOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
SETELAH DIINDUKSI ASPIRIN
viii + 57 halaman + 13 gambar + 10 tabel + 6 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : OAINS merupakan obat bebas yang paling banyak digunakan
masyarakat sebagai obat penghilang rasa sakit. Efek samping OAINS yang paling
penting adalah pada saluran pencernaan, yaitu dapat menyebabkan tukak
peptik.Bayam merupakan salah satu tumbuhan yang dapat memberikan efek proteksi
terhadap peningkatan asam lambung, hal tersebut dikarenakan bayam mengandung
zat-zat seperti flavonoid, saponin, asam askorbat dan mineral basa. Tikus Wistar
adalah hewan yang memiliki kelas yang sama dengan manusia, yaitu mamalia
sehingga dapat memberikan gambaran secara ilmiah yang terjadi pada manusia.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberianjus bayam
merahterhadap kerusakan histologi lambung tikus putih jantan setelah diinduksi
aspirin serta dapat menjelaskan dan memahami perbedaan yang bermakna terhadap
efek yang ditimbulkan pada peningkatan dosis pemberian jus bayam merah.
Metode Penelitian :Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen (experimental research). Jenis rancangan adalah rancangan
post test only controled group design. Total sampel adalah 25 ekor tikus. Setelah itu
tikus dibagi menjadi 5 kelompok, 1 kelompok kontrol negatif, 2 kelompok kontrol
positif dan 2 kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol negatif, hanya diberi diet
standar. Pada Kontrol positif 1 diberi jus bayam merah dosis 3mg/200gBB. Kontrol
positif 2 diberi aspirin dosis 6,5mg/hari peroral.Kelompok perlakuan 1 diberi jus
bayam merah 1,5mg/200gBB dan diberikan aspirin sebesar 6,5mg/hari.Kelompok
perlakuan 2 diberi jus bayam merah 6mg/200gBB dan diberikan aspirin sebesar
6,5mg/hari.Kemudian organ lambung diambil untuk selanjutnya dibuat preparat
lambung.Observasi dilakukan skor integritas epithel.Distribusi data diuji dengan uji
Shapiro-wilk, dilanjutkan uji Oneway ANOVA dan Post hoc.Data disajikan dalam
bentuk table.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian jusbayam
merah terhadap histologi lambung tikus putih galur Wistar yang diinduksi aspirin.
Dan peningkatan dosis pemberian jus bayam merah pada tikus putih galur Wistar
menimbulkan perbedaan efek yang nyata.

Kata Kunci: Jus Bayam Merah, Histologi Lambung, Aspirin, Tikus Putih
FACULTY OF MEDICINE
UNIVERSITY OF MALAHAYATI
Scription, May 17 2013
Ade Wijaya
EFFECT OF SPINACH JUICE RED (Alternanthera amoena Voss) Histology
STOMACH OF WHITE MALE RATS (Rattus norvegicus) AFTER
INDUCIBLE Aspirin
viii + 57 pages + 13 images + 10 tables + 6 attachment
ABSTRACT
Background: NSAIDs are drugs that are most widely used by the people as a
painkiller. Side effects of NSAIDs are the most important in the digestive tract, which
can cause peptic ulcers. Spinach is one of the plants that can provide protection
against the effects of an increase in gastric acid, it is because spinach contains
substances such as flavonoids, saponins, ascorbic acid and alkaline minerals. Wistar
rats are animals that have the same class with the men, the mammals that can give
you an idea scientifically that occurs in humans.
Objective: To determine the effect of red spinach juice to damage male white rat
gastric histology after aspirin-induced and can explain and understand the significant
difference in the effects on increasing doses of red spinach juice.
Method: The type of research used in this study is an experimental research
(experimental research). Type of design is the design controled group post test only
design. Total sample is 25 rats. After the rats were divided into 5 groups, 1 negative
control group, positive control group 2 and the 2 treatment groups. In the negative
control group, were given a standard diet. On the positive controls were given 1 dose
3mg/200gBB red spinach juice. 2 positive controls were given aspirin dose 6.5 mg /
day orally. Treatment group 1 were given 1.5 mg/200gBB red spinach juice and
aspirin given at 6.5 mg / day. 2 treatment groups were given red 6mg/200gBB
spinach juice and aspirin given at 6.5 mg / day. Then taken to the next stomach organ
made preparations stomach. Carried observation epithelial integrity score. Data
distribution was tested with Shapiro-Wilk test,Oneway ANOVA followed Test and
Post hoc. Data presented in table form.
Results: The results showed that the effect of red spinach juice on gastric histology
Wistar rats induced aspirin. And increasing doses of red spinach juice on white
Wistar rats pose a real difference in effect.
Keywords: Red Spinach Juice, Gastric Histology, Aspirin, White Rat

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh jus bayam
merah (Alternanthera amoena Voss) terhadap histologi lambung tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) setelah diinduksi aspirin yang bertujuan untuk memenuhi tugas
dan melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1
Pendidikan Dokter.
Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. T Marwan Nursi, M.PH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati;
2. dr. Edi Ramdhani, selaku Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas kedokteran
Universitas Malahayati sekaligus Pembimbing Akademik penulis atas
bimbingan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis;
3. dr. Evi Diana Fitri, Sp.F, SH, selaku Pembimbing I atas segala bimbingan,
waktu, motivasi, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini;
4. dr. Anggunan MM. Kes, selaku Pembimbing II atas segala bimbingan, waktu,
motivasi, kritik, dan saran yang telah diberikan kepada penulis;
5. dr. Zulfian Sp.PK, selaku Penguji atas masukan yang diberikan dan waktu
yang telah diluangkan untuk penulis;
6. dr. Nurlis Mahmud, MM (Alm);
7. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pelaksanaan penulisan skripsi;

8. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan saya cintai ayahanda
H. Mahyudin Yakin dan ibunda Hj. Nurbaiti S.Pd atas semua kasih sayang,
doa, nasehat, semangat, dan perhatian kepada penulis;
9. Saudara kandungku tercinta Ike Manuferta, Yopita Gustini, Zuliandri,
Nia Andika serta keluarga besarku yang telah memberikan motivasi, doa, dan
bimbingan kepada penulis;
10. Kedua keponakanku yang selalu dirindukan Fraya Mikayla Pasha dan
Rafqa Athaillah Pasha;
11. My special one Riski Meliani, atas segala pengertian, doa, dan semangat yang
telah diberikan kepada penulis serta dukungan dan perhatiannya;
12. Dynamite Team dan F4 (Angga A.R, Ryan F, Andi S, Rendra Bayu P, Andri,
Yurandi A, Benny Irawan, Febby F);
13. Teman kamar 31/C4 (Harry Nurfandi, Aris Prasetiawan, Ahkmed Bobby Z);
14. Keluarga asrama Green Dormitory Gedung C lantai 4 2009 (Barab Benny,
Ikbal A.T, Rhandika, Ridho R, Endang S, Munawir S, Lucky A.R, Gummam
M.B, M. Azhari, M. Rizal S, Anasri, Supriadi, Saryono D, Ageng S), Easy
Futsal Club;
15. Teman-teman kelompok kuliah, dari semester 1 sampai semester 7 angkatan
2009;
16. Seluruh teman-teman angkatan 2009 FK Universitas Malahayati;
17. Milanisti Indonesia sezione Lampung, Bogor, dan Bengkulu;
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesain penulisan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
kemajuan ilmu kedokteran, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini.

Bandar Lampung, Mei 2013

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... v
BIODATA............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
LAMPIRAN .......................................................................................................... xvi

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. LatarBelakang Masalah .................................................................. 1
I.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
I.3. TujuanPenelitian ............................................................................ 4
I.3.1. TujuanUmum .......................................................................... 4
I.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................ 4
I.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
I.4.1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 5
I.4.2. Manfaat Aplikatif ................................................................... 5
I.5. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................... 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Lambung ....................................................................................... 7

II.1.1. Anatomi Lambung ............................................................ 7


II.1.2. Lapisan Lambung ............................................................. 8
II.1.2.1. Mukosa Lambung ................................................ 9
II.1.2.2. Submukosa .......................................................... 9
II.1.2.3. Muskularis Eksterna ............................................ 10
II.1.2.4. Serosa .................................................................. 10
II.1.3. Histofisiologi Lambung .................................................... 11
II.1.4. Sekresi Lambung .............................................................. 11
II.1.5. Perthanan Lapisan Mukosa Pada Lambung ...................... 12
II.2. Bayam Merah ................................................................................ 13
II.3. Tikus Putih .................................................................................... 19
II.3.1. Taksonomi Tikus Putih ..................................................... 20
II.3.2. Karakteristik Tikus Putih .................................................. 21
II.4. Aspirin .......................................................................................... 21
II.5. Kerangka Teori ............................................................................. 24
II.6. Kerangka Konsep .......................................................................... 26
II.7. Hipotesis ....................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


III.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 27
III.2. Waktu Dan Tempat Penelitian..................................................... 27
III.3. Rancangan Penelitian .................................................................. 28
III.4. Subyek Penelitian ........................................................................ 29
III.4.1 Populasi ............................................................................ 29
III.4.2 Sampel .............................................................................. 29
III.5. Variabel Penelitian ...................................................................... 32
III.5.1. Variabel Independen ........................................................ 32
III.5.2. Variabel Dependen .......................................................... 32

III.6. Definisi Operasional .................................................................... 32


III.6.1. Variabel Independen ........................................................ 34
III.6.2. Variabel Dependen .......................................................... 34
III.6.3. Variabel Luar ................................................................... 34
III.7. Alat Ukur ..................................................................................... 36
III.7.1 Alat ................................................................................... 36
III.7.2 Bahan ................................................................................ 36
III.8. Pengumpulan Data....................................................................... 37
III.9. Pengolahan Data .......................................................................... 40
III.10. Analisa Data .............................................................................. 41
III.11. Alur Penelitian ........................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN


IV.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 43
IV.2. Analisi Data ................................................................................. 48
IV.2.1. Uji Normalitas Data ........................................................ 48
IV.2.2. Oneway ANOVA .............................................................. 48
IV.2.3. Post Hoc .......................................................................... 48
IV.3 Hasil Observasi ............................................................................ 50
IV.4.Pembahasan .................................................................................. 52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan ................................................................................... 56
V.2. Saran ............................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58


LAMPIRAN .......................................................................................................... 61

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Anatomi Lambung .............................................................................. 7
Gambar 2. Mukosa Lambung ............................................................................... 8
Gambar 3. Bayam Merah ...................................................................................... 14
Gambar 4. Tikus Putih .......................................................................................... 20
Gambar 5. Struktur Kimia Asam Asetilsalisilat.................................................... 22
Gambar 6. Kerangka Teori.................................................................................... 24
Gambar 7. Kerangka Konsep ................................................................................ 26
Gambar 8. Alur Penelitian .................................................................................... 42
Gambar 9. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Kontrol (-) ........................... 50
Gambar 10. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Kontrol (+) Aspirin ............ 50
Gambar 11. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Kontrol (+) Bayam Merah.. 51
Gambar 12. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Perlakuan 1 ......................... 52
Gambar 13. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Perlakuan 2 ......................... 52

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kandungan Bayam .................................................................................. 17
Tabel 2. Kandungan flavonoid .............................................................................. 18
Tabel 3. Definisi Operasional ............................................................................... 33
Tabel 4. Skor Integritas ......................................................................................... 40
Tabel 5. Pembacaan Preparat Kelompok Kontrol (-) ............................................ 44
Tabel 6. Pembacaan Preparat Kelompok Kontrol (+) Aspirin .............................. 44
Tabel 7. Pembacaan Preparat Kelompok Kontrol (+) Bayam Merah ................... 45
Tabel 8. Pembacaan Preparat Kelompok Perlakuan 1 .......................................... 45
Tabel 9. Pembacaan Preparat Kelompok Perlakuan 2 .......................................... 46
Tabel 10. Skoring Tingkat Kerusakan .................................................................. 47

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Lambung merupakan bagian dari pencernaan yang berfungsi sebagai
reservoir untuk menampung makanan. Didalam lambung, makanan semi-solid
yang ditelan mengalami homogenisasi lebih lanjut oleh kontraksi dinding berotot
lambung dan secara kimiawi diolah oleh asam dan enzim yang disekresi oleh
mukosa lambung.1
Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat, baik didalam maupun di luar
negeri berkembang pesat.Penelitian yang berkembang terutama pada segi
farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah
digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara
empiris.Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan para pengguna
tumbuhan obat mengenai khasiat maupun penggunaannya. Terlebih lagi, uji
toksikologi juga telah banyak dilakukan oleh para peneliti untuk mengetahui
keamanan tumbuhan obat yang sering digunakan untuk pemakaian jangka
panjang, maupun pemakaian insidentil.2

Dalam kondisi normal, lambung mampu melindungi dirinya dari asam


lambung. Namun jika perlindungan itu terganggu, asam dan enzim yang biasa
bekerja mencerna makanan akan berbalik 'menggerus' dinding lambung. Inilah
yang menyebabkan rasa nyeri.3
Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa
dibagian mana saja disaluran Gastrointestinal, tetapi biasanya pada lambung dan
duodenum. Dua penyebab utama ulkus (tukak), yaitu (1) produksi mukus yang
terlalu sedikit, (2) produksi asam lambung yang berlebihan yang disalurkan ke
usus.
Pada penelitian ini bayam yang digunakan adalah bayam merah, dimana
kandungan rata-ratanya lebih tinggi dari pada bayam yang lain. Oleh karena itu
bayam merah sangat baik digunakan untuk mengurangi kadar keasaman lambung,
sehingga dapat membantu mengatasi penyakit maag. Kandungan kimia pada
bayam adalah protein, lemak, karbohidrat, kalium, zat besi, amarantin, rutin,
purin, asam phitat, serta vitamin (A, B, dan C).3 Dari ke tiga jenis bayam diatas,
pada penelitian ini bayam yang digunakan adalah bayam merah(Alternanthera
amoena Voss). Karena bayam merah mengandung protein 4,6 gr, lemak 0,6 gr,
karbohidrat 10,0 gr, zat besi 2,7mg, vitamin A 5.800,0 S.I, vitamin B1 0,08 mg,
vitamin C 80,0 mg, dimana kandungan rata-ratanya lebih tinggi dari bayam yang
lain, yang bermanfaat untuk membantu mempercepat penyembuhan luka dan
mencerna protein.

Penggunaan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) tanpa mematuhi petunjuk


aturan pakai mempunyai efek samping yang serius. Salah satu efek samping yang
paling serius dari obat AINS adalah perdarahan lambung dan pada usia di atas 65
tahun efek samping ini menimbulkan risiko kematian yang besar.4
Aspirin yang termasuk AINS mempunyai efek samping antara lain dapat
mendestruksi sawar mukosa lambung. Aspirin dapat merusak mukosa lambung
dengan mengubah permeabilitas sawar epitel.Hal ini memungkinkan difusi balik
asam klorida yang mengakibatkan kerusakan jaringan, khususnya pembuluh
darah.
Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar adalah hewan percobaan yang
relatif resisten terhadap infeksi, mudah diperoleh dalam jumlah banyak,
mempunyai respon yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah yang
mungkin terjadi pada manusia dikarenakan memiliki kelas yang sama dengan
manusia yaitu mammalia, serta harganya relatif murah.5 Dari segi jenis kelamin,
tikus jantan memiliki kadar hormon yang lebih stabil dibandingkan tikus betina,
hal tersebut dikarenakan tikus betina melewati masa esterus atau bunting.3 Oleh
karena itu, peneliti menggunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar dalam penelitian.

I.2. Perumusan Masalah


Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah pemberianjus bayam merah(Alternanthera amoena Voss)dapat
memperbaiki kerusakan histologi lambung tikus putih jantan(Rattus
norvegicus)yang diinduksi aspirin?
2. Apakah terdapat perbedaan yang bermakna terhadap efek yang ditimbulkan
pada peningkatan dosis pemberian jus bayam merah(Alternanthera amoena
Voss)?

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
I.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberianjus bayam merah (Alternanthera
amoena Voss)terhadap kerusakan histologi lambung tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) setelah diinduksi aspirin.
I.3.2. Tujuan Khusus
Dapat menjelaskan dan memahami perbedaan yang bermakna terhadap
efek yang ditimbulkan pada peningkatan dosis pemberian jus bayam
merah(Alternanthera amoena Voss).

I.4. Manfaat Penelitian


I.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan
jus bayam merah (Alternanthera amoenaVoss).untuk proteksi terhadap
kerusakan histologi lambung.
I.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai

bahan

masukan

dalam

menunjang

perkembangan

ilmu

pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.


2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh pemberian
jus bayam merah (Alternanthera amoena Voss) untuk proteksi terhadap
kerusakan histologi lambung.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini selain diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan wawasan
keilmuwan peneliti, juga dibuat untuk memenuhi tugas dan melengkapi
persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1 Pendidikan
Dokter.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbanganbagi
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian jus bayam merah.

I.5.Ruang lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Judul penelitian :

Pengaruh

pemberian

bayammerah(Alternanthera

jus
amoenaVoss)

terhadap
histologi

lambung

tikusputih(Rattus

norvegicus) setelah diinduksiaspirin.


2. Subjek penelitian :

Tikus putih Galur Wistar.

3. Objek penelitian :

Variabel independen (jus

bayam

merah

danaspirin),variabeldependen(gambaranhistolog
i lambung tikusputih).
4. Waktu penelitian :

9 Maret 2013 5 Mei 2013.

5. Tempat penelitian:

Balai Penyidikan

dan

Pengujian Veteriner

(BPPV) Regional III Bandar Lampung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Lambung
Lambung adalah segmen saluran pencernaan yang melebar dan
merupakan organ gabungan eksokrin dan endokrin yang mencernakan makanan
dan sekresi hormon. Fungsi utamanya adalah menambah cairan pada makanan
yang dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang lunak, dan menambah cairan
asam untuk mencerna makanan.5
II.1.1. Anatomi Lambung

Gambar 1. Anatomi Lambung

Lambung manusia dapat dibedakan menjadi empat daerah, yakni kardia,


fundus, korpus, dan pilorus.5 Bagian kardia menghubungkan esofagus ke bagian
paling atas lambung (fundus), fundus menjadi satu dengan bagian badan
(corpus) lalu kebawah berlanjut sebagai antrum.Bagian terbawah lambung
(pilorus) berhubungan dengan duodenum.Terdapat perbedaan nyata dalam
kelenjar mukosa kardia, korpus dan pilorus, sedangkan fundus hampir sama
dengan korpus.5
II.1.2. Lapisan Lambung
Dinding lambung terdiri atas empat lapisan umum saluran cerna, yaitu:
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa.

Gambar 2. Mukosa Lambung


II.1.2.1 Mukosa Lambung
Mukosa lambung yang kosong mengadakan lipatan-lipatan
memanjang (rugae) yang mencolok, namun pada keadaan penuh
lipatan-lipatan ini menjadi rata sehingga permukaan tampak relative
licin.5 Permukaan mukosa lambung terdiri dari epitel kolumner selapis
yang mengalami invaginasi dengan berbagai kedalaman di dalam
lamina propria, membentuk foveola gastrika. Dasar foveola gastrika
terdapat muara sejumlah kelenjar-kelenjar mukosa.6 Mukosa lambung
biasanya ditutupi oleh lapis mukus pelumas yang melindungi epitel
terhadap abrasi oleh makanan, juga sebagai sawar yang melindungi
mukosa dari pencernaan oleh asam dan enzim proteolitik.Mukus adalah
sekresi kental yang terutama terdiri dari air, elektrolit, dan campuran
beberapa glikoprotein.Glikoprotein dari mukus mempunyai sifat
amfoterik, yang berarti bahwa mukus mampu menyangga sejumlah
kecil asam atau basa. Mukus sering kali mengandung sejumlah ion
bikarbonat, yang khususnya menetralkan asam.7
II.1.2.2 Submukosa
Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang cukup tebal
dengan berkas serat kolagen kasar dan banyak serat elastin. Pada

lapisan ini terdapat banyak sel-sel limfosit, eosinofil, sel mast, sel
plasma, arteriol, pleksus venosus, dan jalinan pembuluh limfe.8
II.1.2.3 Muskularis eksterna
Dinding lambung mempunyai beberapa lapisan otot, yaitu
lapisan terluar dengan serat otot yang berjalan longitudinal, serat otot
yang berjalan sirkuler, dan lapisan terdalam dengan serat otot yang
berjalan secara oblique. Lapisan-lapisan ini menyatu pada bidang
temunya dengan batas yang tidak jelas.8
II.1.2.4 Serosa
Bagian paling luar dari dinding, terdiri atas mesotel, yaitu epitel
selapis gepeng yang melapisi rongga abdomen dan menutupi organorgan didalamnya. Dasar dari mesotel umumnya selapis tipis jaringan
ikat longgar, dengan sel-sel adiposa pada bagian tertentu.8
Kelenjar-kelenjar lambung yang terdapat pada daerah kardia
mencakup 5% dari keseluruhan wilayah yang terdapat kelenjar
lambung dan mengandung mukus dan sel-sel endokrin.Kebanyakan
kelenjar lambung (75%) ditemukan di dalam mukosa oksintik dan
mengandung

mucous

neck,

parietal,

chief,

endocrine,

dan

enterochromaffin cells. Kelenjar oksintik terletak pada bagian korpus


dan fundus lambung, meliputi 75% bagian proksimal lambung
sementara kelenjar pilorik terletak pada bagian pilorik lambung.9

II.1.3. Histofisiologi Lambung


Lambung

adalah

reservoir

untuk

menampung

makanan

dan

pengolahannya oleh kelenjar-kelenjar dalam mukosa. Pada keadaan kosong


volume lumennya hanya 50-75 mL, namun pada saat makan kapasitasnya dapat
mencapai lebih dari 1,2 liter. Volume sekret yang dihasilkan seharinya berkisar
antara 500 sampai 1000 mL, paling banyak saat mencerna makanan. Getah
lambung yang bening tanpa warna mengandung mukus, air, HCl, dan enzim
pepsin. Sekresi asam mempertahankan lingkungan intern yang optimal untuk
proteolisis oleh pepsin yang paling aktif pada pH 2.8
Kelenjar fundus dan korpus, disebut kelenjar oksintik (kelenjar
lambung), menghasilkan sebagian besar getah lambung. Bila dirangsang, sel
parietal (oksintik) pada kelenjar oksintik menyekresi larutan asam sekitar 160
mmol asam hidroklorida per liter dengan pH sekitar 0,8.7
II.1.4 Sekresi Lambung
Selain sekresi mukus, yang mengelilingi seluruh permukaan lambung,
mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting: kelenjar
oksintik (gastrik) dan kelenjar pilorik. Sekresi kelenjar oksintik berupa asam
HCl, pepsinogen, faktor intrinsik dan mukus.Sedangkan kelenjar pilorik, sekresi
utamanya adalah mukus, beberapa pepsinogen, dan hormon gastrin.7 Sekresi

lambung dikendalikan oleh interaksi rumit dari mekanisme neural dan


endokrin.Jalur rangsangan neural berlangsung melalui saraf vagus.
Aktivitas sekresi lambung sangat ditingkatkan pada awal makan, saat
kemoreseptor dan mekanoreseptor dalam rongga mulut dirangsang oleh
pengunyahan dan pengecapan makanan.8
Neurotransmitter atau hormon-hormon dasar yang secara langsung
merangsang

sekresi

kelenjar

gaster

adalah

asetilkolin,

gastrin,

dan

histamin.Sejumlah kecil histamin dibentuk secara kontinu di dalam mukosa


lambung menyebabkan sedikit sekresi asam oleh sel-sel parietal. Namun dengan
adanya asetilkolin dan gastrin yang merangsang sel perietal pada saat yang
sama, jumlah histamin yang sedikit dapat sangat meningkatkan sekresi asam.7
II.1.5 Pertahanan Lapisan Mukosa Pada Lambung
Terdapat sistem pertahanan yang rumit pada lambung untuk melindungi
lapisan mukosa dari kerusakan dan memperbaiki kerusakan yang ada. Beberapa
substansi yang dapat merusak lapisan mukosa lambung selain HCl dan pepsin,
adalah obat-obatan, minuman alkohol, dan infeksi bakteri.9 Pada keadaan
normal, terjadi keseimbangan antara kecepatan sekresi cairan lambung dengan
mekanisme pertahanan sawar mukosa lambung.7
Pembaruan dan Pemulihan Mukosa lambung memiliki kemampuan luar
biasa dalam memelihara keutuhan epitel setelah cedera superfisial.Sel-sel
mukosa lambung dengan cepat diganti yang baru dan sel-sel yang baru bergeser

keatas menggantikan sel-sel superfisial yang lepas kedalam lumen. Pemulihan


terjadi dengan migrasi sel-sel dari dalam foveola melalui proses yang umum
disebut restitusi mukosa lambung. Migrasi epitel merupakan mekanisme
pemulihan cepat setelah cedera kimiawi, suhu, hiperosmolar yang tidak sampai
merusak lamina basal.Pada saat terjadi kerusakan, sepertiga bagian bawah epitel
yang masih baik, dirangsang untuk bermigrasi diatas lamina basal bagian yang
rusak dari epitel permukaan. Kemudian lamina basal ditutupi selapis tipis sel-sel
gepeng atau kuboid, yang selanjutnya bertambah tinggi dan memperoleh
kembali aktivitas sekresinya.8

II.2 Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss)


Bayam sudah dikenal sejak lama sebagai sayuran hijau yang
mengandung banyak vitamin dan mineral, terutama kandungan besinya.Di
Indonesia tanaman ini banyak dikonsumsi masyarakat untuk berbagai
kepentingan, baik dalam fungsinya sebagai sayuran maupun dalam bidang
kesehatan. Secara tradisional bayam dapat digunakan untuk pengobatan
berbagai macam penyakit seperti anemia, disentri, melancarkan pencernaan,
meningkatkan kerja ginjal dan dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita
kanker usus besar, penderita kencing manis (diabetes mellitus), kolesterol,
darah tinggi karena kandungan seratnya yang cukup tinggi.11

Dalam taksonomi tumbuhan, bayam diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 3. Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss)

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Hamamelidae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)

Genus

: Alternanthera

Spesies

: Alternanthera amoena Voss

Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) merupakan tumbuhan


herba, tingginya 80 - 120 cm, daun berbentuk jantung terbalik, pada setiap ruas
terdapat 2 daun berhadapan (oposita), ada yang berdaun hijau berurat, kemerahmerahan, lebar 5 - 7 kali, 3 - 4 cm dan bertangkai, bunga kecil-kecil,
bermahkota seperti selaput, membentuk mayang pada ketiak daun dan di
puncak batang. Buah bulat panjang kecil berbiji satu. Habitat 1-1400 m dpl.12
Di Indonesia herba ini dapat tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian 5
hingga 2.000 m dpl. Tingginya mencapai 0,4 1 m dan bercabang. Batangnya
lemah dan berair.Daun bertangkai berbentuk bulat telur, lemas dengan panjang
2 - 8 cm. Ujungnya tumpul, pangkal runcing dan berwarna hijau, merah atau
hijau keputihan.Bunganya berbentuk bulir. Kandungan besi pada bayam relatif
lebih tinggi dari pada sayuran daun lain (besi merupakan penyusun sitokrom,
protein yang terlibat dalam fotosintesis) sehingga berguna bagi penderita
anemia.13
Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar),
Jawa Tengah (3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar).Propinsi lainnya
berada pada kisaran luas panen antara 13.0-2.376 hektar. Di Indonesia total luas
panen bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18
jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia.

Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per
hektar.12
Di beberapa negara berkembang, bayam dipromosikan sebagai sumber
protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun
pelayanan kesehatan masyarakat.Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat
tradisional, dan juga untuk kecantikan.Akar bayam merah dapat digunakan
sebagai obat penyembuh sakit disentri.Daun dan bunga bayam duri berkhasiat
untuk mengobati penyakit asma dan eksim.Bahkan sampai batas tertentu,
bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam.Untuk tujuan pengobatan
luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik (kecantikan).Biji bayam digunakan
untuk bahan makanan dan obat-obatan.Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai
pencampur penyeling terigu dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam.
Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang
berlebihan pada wanita yang sedang haid.12
Salah satu kandungan paling kaya dalam bayam adalah zat besi.Inilah
zat yang diperlukan tubuh untuk merangsang pembentukan sel-sel darah merah.
Menyantap sayur bayam sama artinya dengan melindungi diri dari gejala-gejala
penyakit kurang darah yang membuat tubuh menjadi lemas. Daun bayam baik
untuk ginjal dan organ pencernaan oleh karena kandungan seratnya yang cukup
tinggi sehingga dapat mengatasi sembelit dan melancarkan buang air
besar.Kandungan nutrisi yang ada di bayam dapat menurunkan kolesterol, gula

darah, melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah yang


berlebihan. Bayam juga dapat menyapu bersih sisa darah kotor.13
Total nilai energi rata-rata 100 kJ/100 gr. Berikut adalah kandungan
gizi bayam mentah dalam setiap 100 gr adalah :
Kandungan

Jumlah

Kandungan

Jumlah

Karbohidrat (g)

10

Vitamin C (mg)

80

Lemak (g)

0,6

Vitamin E (mg)

1,7

Protein (g)

4,6

Vitamin K (g)

484

Vitamin A (g)

469

Kalsium (mg)

368

Folat (Vitamin B9) (g)

150

Besi (mg)

2,7

Serat (g)

2,2

(U.S. Department of Agriculture Nutrient Database, 2007)


Tabel 1. Kandungan Bayam Merah

Bayam sebagai antioksidan telah banyak digunakan untuk melindungi


tubuh dari penyakit-penyakit degeneratif seperti, penyakit jantung, kanker,
stroke dan infeksi virus.14 Selain itu bayam juga memiliki senyawa yang dapat
menstimulasi tubuh memproduksi TNF (Tumor Necrosis Factor), yakni
senyawa aktif dalam tubuh yang dapat berfungsi untuk meluruhkan sel-sel
tumor.14

Senyawa aktif yang terdapat di dalam bayam antara lain adalah betakaroten, saponin, danflavonoid seperti kuersetin. Ketiga senyawa ini terutama
flavonoid mempunyai peranan dalam efek biologis dari bayam.
Berikut adalah kandungan senyawa flavonoid yang terdapat dalam bayam :
Kelas

Flavones

Flavonols

Flavonoid

Mean (mg/100gr)

Apigenin

0,00

Luteolin

1,11

Kaemferol

0,01

Myricetin

0,01

Quercetin

4,86

(U.S. Department of Agriculture, 2003)


Tabel 2. Kandungan flavonoid

Salah satu senyawa flavonoid yang paling banyak dikandung oleh


bayam adalah kuersetin. Dalam 100 gr bayam mentah (Amaranthus sp)
mengandung rata-rata 4,86 mg kuersetin. Hal ini menjadikan bayam menjadi
salah satu sumber kuersetin yang sangat potensial untuk dikembangkan di
Indonesia dimana tanaman ini sudah dikenal luas dan mudah didapatkan oleh
masyarakat.15

Bayam merah terdiri dari berbagai kandungan kimia. Namun ada


beberapa zat yang berperan atau berpengaruh terhadap lambung, anatar lain:
1. Saponin
Saponin adalah senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul
tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman. Saponin diketahui
mempunyai efek sebagai antimikroba, menghambat jamur dan
melindungi tanaman dari serangan serangga. Selain itu, didalam
tubuh manusia saponin berfungsi sebagai antibiotik sehingga dapat
mengurangi resiko luka terkontaminasi oleh bakteri.13
2. Asam Askorbat (Vitamin C)
Vitamin C merupakan kristal putih yang mudah larut dalam air.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, diantaranya
untuk sintesis kolagen. Dalam hal ini vitamin C diperlukan untuk
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin, bahan penting
dalam pembentukan kolagen.
II.3.Tikus putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih galur Wistar sering digunakan sebagai hewan percobaan
dalam penelitian eksperimental. Tikus putih betina mempunyai kadar hormonal
kurang stabil dibandingkan dengan tikus jantan. Ketidakstabilan hormonnya

dipengaruhi oleh karena tikus putih betina mengalami siklus menstruasi dan
kehamilan.17
II.3.1 Taksonomi Tikus Putih
Menurut Rochman, dkk. (1998), tikus putih ( Rattus norvegicus
)diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Rodentia

Famili

: Muridae

Genus

: Rattus

Spesies

: Rattus norvegicus

Gambar 4. Tikus Putih (Rattus norvegicus)

II.3.2. Karakteristik tikus putih


Tikus putih yang digunakan sebagai hewan percobaan relatif
resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas.Di samping itu, tikus putih
tidak begitu takut terhadap cahaya dan tidak terlalu suka berkumpul
dengan sesamanya. Selain itu, aktifitasnya tidak terganggu dengan
adanya aktivitas manusia.16
Di samping itu, tikus putih mudah diperoleh dalam jumlah banyak,
mempunyai respon yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah
yang mungkin terjadi pada manusia dan harganya relatif murah. Tikus
putih sangat jarang berkelahidan dapat tinggal sendirian dalam kandang
karena hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit. Oleh karena
itu, dalam

percobaan laboratorium tikus putih lebih menguntungkan

daripada mencit.17
II.4. Aspirin
Aspirin merupakan obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) kelas
salisilat dengan gugus acetyl ester.18 Aspirin adalah nama obat generik untuk
senyawa kimia asam asetilsalisilat, yang merupakan derivat asam salisilat.18
Asam asetilsalisilat atau asetosal, mempunyai beberapa nama dagang
seperti: Aspirin (Bayer), Naspro (Nicholas). Pada pemberian oral, sebagian

salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi
sebagian besar di usus halus bagian atas.19
Struktur kimia asam asetilsalisilat sebagai berikut :

COOH

OCOCH3

Gambar 5. Struktur Kimia Asam Asetilsalisilat

Aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid yang lebih baru (AINS)
(ibuprofen, naproksen dll) berhubungan secara kimiawi karena merupakan asam
organik lemah, selain itu ia mempunyai sifat penting menghambat biosintesis
prostaglandin, ia bisa juga menurunkan produksi rantai bebas dan superoksida,
serta dapat berinteraksi dengan adenilat siklase untuk mengubah konsentrasi
cAMP (Cyclic Adenosin Monophosphat) sel.20
Selain itu kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak
terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal, dan jaringan
inflamasi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak

lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat
perdarahan saluran cerna.8

Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung oleh aspirin ialah :


a. Iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung
ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan
biosintesis GE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa
lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan
merangsang sekresi mukosa usus halus yang bersifat sitoprotektif.8
Aspirin menghambat secara nonselektif COX-1 dan COX-2, yang mana
pada COX-1 berguna untuk membentuk prostaglandins; namun aspirin tidak
menghambat jalur lipoxygenase yang berfungsi sebagai pembentukan
leukotrienes (LTs). Asetil sendiri menghambat dengan mengasetilasi gugus
aktif serin dari enzim COX.8
Aspirin dapat bereaksi terhadap sel mast yang kemudian sel mast akan
mengeluarkan histamin,10 dengan adanya histamin akan merangsang sel parietal
untuk mengeluarkan HCl, kemudian sekresi pepsin oleh kelenjar eksokrin pada
lambung meningkat sejalan dengan peningkatan sekresi asam lambung.21
Aspirin juga dapat menyebabkan kerusakan mukosa dengan cara
mengurangi hidrofobisitas mukus lambung, sehingga asam lambung dan pepsin

dapat berdifusi masuk menembus lapisan mukus dan merusak epitel


permukaan.22

II.5. Kerangka Teori

BAYAM
MERAH

Flavonoid,
protein, vit
C (asam
askorbat),
saponin

MENCIT

Mineral,
Ca, B1
(tiamin)

Menetralkan
asam
lambung

Mempercepat
Penyembuhan
Luka /
Regenearsai selsel Lambung

ASPIRIN

Difusi balik
ion H / Asam
Lambung

Asam Lambung
Meningkat

Mengahambat
Enzim
COX

Menghambat
pembentukan
prostasiklin

Menghambat
pembentukan
proststaglandin

Vasokontriks
dan penurunan
sekresi mukus

KERUSAKAN DAN
PERADANGAN
LAMBUNG

Keterangan :
Mengandung

Menyebabkan

Mengobati

Diinduksi :

Diberikan :

Adanya aspirin yang masuk ke dalam tubuh memicu proses terjadinya


kerusakan lambung. Proses ini melalui difusi balik ion H atau asam lambung
sehingga asam lambung meningkat, yang dapat mengakibatkan kerusakan
lambung. Cara lain yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX)
sehingga

menghambat

Penghambatan
sedangkan

pembentukan

pembentukan

penghambatan

prostasiklin

prostasiklin
pembentukan

dan

prostaglandin.

mengakibatkan

vasokonstriksi

prostaglandin

mengakibatkan

peningkatan asam lambung dan vasokonstriksi yang mengakibatkan kerusakan


lambung.
Pemberian jus bayam merah pada lambung tikus putih yang rusak
karena induksi aspirin pada dasarnya mempunyai dua jalur penanganan baik
secara proteksi maupun regenerasi.Cara pertama (proteksi), jus bayam merah
yang mengandung mineral basa lemah meliputi kalium dan B1 (tiamin) dapat

menetralkan asam lambung yang meningkat.Cara kedua (regenerasi), jus bayam


merah yang mengadung protein sehingga mempercepat regenerasi kerusakan
sel-sel usus. Saponin yang berfungi sebagai antibiotik, sehingga dapat
mengurangi resiko luka terkontaminasi oleh bakteri dan flavonoid berperan
dalam melindungi struktur sel. Selain itu ada juga Asam askorbat (vitamin C)
diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin, bahan
penting dalam pembentukan kolagen. Dengan demikian jus bayam merah dapat
memperbaiki kerusakan histologis lambung tikus putih yang diinduksi oleh
aspirin.

II.6. Kerangka Konsep


Variabel independen

Variabel dependen

Jus bayam merah

Gambaran histologis

(Alternanthera amoena

lambung tikus putih

Voss) dan Aspirin

jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar.

II.7 Hipotesis

Ha :

Adanyapengaruh

bayammerah

(Alternanthera

amoena

Voss)

terhadapkerusakan mukosalambung tikus putih (Rattusnorvegicus) yang


diinduksi aspirin.
Ha :Adanyapengaruh yang

ditimbulkan

pada

peningkatan dosispemberian

pemberian jus bayam merah (Alternanthera amoenaVoss).

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research). Penelitian
eksperimen adalah suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan trial
atau intervensi, yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang
timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau experimen
tersebut.Ciri khusus dari penelitian experimen adalah adanya percobaan atau
intervensi.Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu
variabel.

III.2 Waktu Dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian :

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 9 Maret 2013 sampai dengan 5 Mei
2013.
2. Tempat penelitian :
Proses pemeliharaan, pemberian perilaku dan pengukuran berat badan
terhadap tikus putih dilakukan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPPV) Regional III Bandar Lampung.

III.3 Rancangan penelitian


Dalam penelitian ini jenis rancangan yang digunakan adalah rancangan
post test only controled group design. Penelitian ini menggunakan5 kelompok,
yaitu 2 kelompok perlakuan, 2 kelompok kontrol (+), dan 1 kelompok kontrol (), denganrandomisasi sederhana. Penelitian hanya dilakukan post test,
denganmembandingkan hasil observasi pada kelompok perlakuan dan kontrol.11
Kontrol( - )

T T

Kontrol( + )

T W Tc

Kontrol( + )

T Y Te

Perlakuan I

TY X T

Perlakuan II

T Y Z T

Keterangan :
T : Tikus Putih
X : bayam merah (1,5mg/200kgBB selama 14 hari)

W : bayam merah (3mg/200kgBB selama 14 hari)


Z : bayam merah (6 mg/200kgBB selama 14 hari)
Y : aspirin (6,5 ml/hari selama 14 hari)
Tc : Tikus Putih yang diberi bayam merah (3 mg/200kgBB selama 14 hari)
Te : Tikus Putih yang diberi aspirin (6,5 mg/hari selama 14 hari)
T" : Tikus Putih yang diberi bayam merah dan diinduksi aspirin
III.4 Subyek Penelitian
III.4.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti.23
III.4.1.1 Populasi target
Populasi target dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur Wistar.
III.4.1.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat
badan 150-200 gram, sehat, tidak ada kelainan anatomis, yang
diperoleh dari Institute Pertanian Bogor, Jawa Barat.
III.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian data yang diambil dari keseluruhan subyek yang
akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

III.4.2.1 Cara pengambilan sample


Sampel yang digunakan diambil secara acak dari populasi
terjangkau yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
wistar yang berumur8-10 minggu (sesuai umur eksperimental)
yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor, Jawa Baratdengan
syarat sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi
Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
1) Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar.
2) Jantan.
3) Umur 2-3 bulan.
4) Berat badan 150-200 gr.
5) Sehat (gerakan aktif dan nafsu makan baik).
6) Tidak ada kelainan anatomis.
2. Kriteria ekslusi
Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel.
1) Terjadi kecacatan anatomis selama penelitian.
2) Mati selama masa aklimatisasi dan perlakuan berlangsung.
3) Betina.

III.4.2.2 Besar sample


Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Federeryaitu :
(k 1) (n 1) 15
Keterangan :
k

= Jumlah perlakuan.

= Jumlah hewan coba tiap kelompok perlakuan.

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok, yaitu 2 kelompok perlakuan, 2


kelompok kontrol (+), dan 1 kelompok kontrol (-), sehingga :
Diketahui :k = 5

(5-1)(n-1)

15

4 (n-1)

15

4n-4

15

4n

15+4

4n

19

4,75

n 4,75 berarti n 5

Jumlah tikus yang digunakan sebanyak 5 ekor tikus untuk masingmasing kelompok(2 kelompok perlakuan, 2 kelompok kontrol positif, dan 1

kelompok kontrol negatif) sehingga jumlah sampelkeseluruhan yang


digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor. Untuk mengantisipasi
kemungkinan tikus ada yang mati makatiap-tiap kelompok diberi cadangan
masing-masing 1 ekor tikus sehingga jumlah keseluruhan ada 30 ekor.

III.5 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
penelitian tertentu.23
III.5.1 Variable Independen
Variabel independent pada penelitian ini adalah jus bayam merah
(Alternanthera amoena Voss), dan aspirin.
III.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependent pada penelitian ini adalah gambaran histologis
lambung tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar.

III.6 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan suatu operasional yang diberikan untuk
mengukur variabel tersebut. Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk

membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau


diteliti.28

III.6.1 Variabel Independen


Variabel independent pada penelitian ini adalah jus bayam merah
(Alternanthera amoena Voss) dan aspirin.
Pemberian jus bayam merah dilakukan satu kali sehari selama 14 hari
berturut-turut. Variabel ini mempunyai skala ratio.
III.6.2 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah gambaran histologis
lambung tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar. Variabel
ini mempunyai skala ordinal. Dalam penilaian, dibedakan antara
kerusakan mukosa yang sesungguhnya akibat induksi aspirin dengan
kerusakan akibat proses manipulasi seperti adanya artefak.
III.6.3 Variabel Luar
a. Variabel luar yang dapat di kendalikan :
1. Makanan dan minuman :

Makanan yang diberikan berupa pelet dan jagung, sedangkan


minuman diambil dari air PAM di BPPV regional III, Bandar
Lampung. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.
2. Variasi genetik :
Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan
(Rattus norvergicus) galur Wistar.

3. Umur, jenis kelamin dan berat badan :


Umur tikus Wistar dalam penelitian ini adalah 2-3 bulan,
berjenis kelamin jantan dengan berat badan 150-200gr.
4. Suhu udara :
Hewan coba ditempatkan dalam ruangan dengan suhu udara
berkisar antara 25-28 0C.
5. Peralatan percobaan :
Sama untuk setiap kelompok.
b. Variabel luar yang tidak dapat di kendalikan :
1. Kondisi psikologis tikus putih :
Kondisi psikologis tikus putih dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar.

Lingkungan

yang

terlalu

ramai,

pemberian

perlakuan yang berulang kali, dan perkelahian antar tikus


dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus putih.

2. Kondisi awal lambung tikus putih :


Kondisi awal lambung mencit dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik faktor internal berupa gen dan tingkat imunitas
maupun faktor eksternal seperti jenis dan jumlah makanan,
kuman penyebab penyakit maupun lingkungan.

III.7 Alat Ukur


III.7.1 Alat :
a. Kandang tikus
b. Spidol
c. Handscoon / sarung tangan
d. Timbangan hewan
e. Timbangan obat
f. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum,
meja lilin).
g. Alat untuk membuat preparat histologi
h. Mikroskop
i. Gelas ukur dan blender.
III.7.2 Bahan :
a. Aspirin

b. Makanan hewan percobaan


c. Aquades
d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan
HE.
e. Jus bayam merah

III.8 Pengumpulan data


1. Langkah1: Pembuatan jus bayam merah dilakukan dengan cara memotong
bayam merah, setelah itu masukan kedalam blender lalu tambahkan air
secukupnya.
2. Langkah 2:Sampel tikus putih sebanyak 25 ekor yang diperoleh dari Institut
Pertanian Bogor, Jawa Barat dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih dengan cara randomisasi sederhana.
Kemudian dilakukan aklimatisasi (proses adaptasi dengan lingkungan)di
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar
Lampung selama 7 hari. Pada hari ke-8 dilakukan penimbangan berat badan
untuk menentukan dosis dan mulai dilakukan perlakuan.
3. Langkah 3 :
- Kelompok kontrol negatif hanya diberi diet standar selama 14 hari
berturut-turut.

- Kelompok kontrol positif 1 diberi diet standar dan aspirin dosis tunggal
6,5 ml/hari peroral selama 14 hari berturut-turut.
- Kelompok kontrol positif 2 diberi diet standar dan jus bayam merah dosis
tunggal 3 mg/200gBBselama 14 hari berturut-turut.
- Kelompok perlakuan 1 diberi diet standar dan jus bayam merah peroral
sebanyak 1,5 mg/200gBB tikus putih dan diberikan dosis tunggal aspirin
sebesar 6,5 ml/hari peroral selama 14 hari dan selang pemberian antara
aspirin dan jus bayam merah selama satu jam.
- Kelompok perlakuan 2 diberi diet standar dan jus bayam merah peroral
sebanyak 6 mg/200gBB tikus putih diberikan dosis tunggal aspirin
sebesar 6,5 ml/hari peroral selama 14 hari dan selang pemberian antara
aspirin dan jus bayam merah selama satu jam.
Dosis penelitian :
Penentuan dosis berdasarkan :Volume cairan maksimal yang dapat
diberikan peroral pada tikus adalah 5 ml/100gr.Disarankan takaran dosis
tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya.Takaran konversi
dosis untuk manusia dengan berat badan (BB) 70kg pada tikus dengan (BB)
200 gr adalah 0,018. Rata-rata orang Indonesia seratnya 50 kg. Maka dosis
jus bayam merah untuk tikus putih adalah :
250 1 0,018 50/70 = 3,21= 3 mg/200grBB/hari
Dalam percobaan dipakai dosis jus yang bertingkat :

- Kelompok uji I: Dosis rendah/ dosis 1 =

0,5

mg/200gBB=

1,5mg/200grBB
- Kelompok uji II: Dosis sedang/ dosis 2 = 1 x 3 mg/200gBB=
3mg/200grBB.
- Kelompok uji III: Dosis tinggi/ dosis 3 = 2 x 3 mg/200gBB =
6mg/200grBB
Jus bayam merah diperoleh dengan menghaluskan 250 gram bayam merah
segar sehingga menjadi jus. Jus bayam merah kemudian diukur dan dihitung
ternyata didapatkan bahwa 1,5 mg jus bayam sama dengan 0,1 ml. Untuk
dosis pertama (dosis rendah) diambil 1,5 mg (0,1 ml) jus bayam merah
untuk diberikan ke tikus putih galur Wistar setiap kali pemberian. Dosis
kedua (dosis sedang) diambil 3 mg (0,2 ml) jus bayam merah diberikan ke
tikus putih galur Wistar setiap kali pemberian. Dosis ketiga (dosis tinggi)
diambil 6 mg (0,4) jus bayam merah untuk diberikan ke tikus putih galur
Wistar setiap kali pemberian.
Sedangkan pemberian dosis aspirin didapat dari :
Dosis aspirin yang biasa dipakai adalah tab 500 mg. Konversi dosis dari
manusia(70kg)terhadaptikusputih (200gr) adalah 0,018.Rata-rata berat
badan orang Indonesia adalah 50 kg. Maka dosis aspirin untuk tikus adalah:
500
Pengenceran aspirin :

0,018 50/70 = 6,5 ml/200 grBB/hari

500 : 65 = 7,69
= 7,7 ml
1 ml = 65 mg
0,1 ml = 6,5 mg
Aspirin 500 mg diencerkan dalam gelas ukur dengan aquades hingga 7,7 ml.
Dalam 0,1 ml larutan aspirin mengandung 6,5 mg aspirin.
4. Langkah 4 : Setelah perlakuan diberikan, maka dilakukan pengambilan data.
Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan histologis. Semua hewan
percobaan dikorbankan dengan melakukan metode dislokasi pada regio
servikal. Kemudian organ lambung diambil untuk selanjutnya dibuat
preparat lambung.
5. Langkah 5 : observasi menggunakan tabel skor integritas epitel (Barthel
Manja).
No

% Kerusakan Skor

Integritas Epitel Mukosa

Keterangan

0 25 %

Tidak ada perubahan patologis

Normal

26 50 %

Deskuamasi epitel

Ringan

51 75 %

Erosi permukaan epitel


(gap 1-10 epitel/lesi)

Sedang

76 100 %

Ulserasi epitel
(gap > 10 epitel/lesi)

Berat

Tabel 4. Skor Integritas

6. Langkah 6 : Data yang diperoleh akan diuji dengan uji statistik.

III.9 Pengolahan data


Data yang diperoleh dari proses penggumpulan akan diolah menggunakan
program komputer statistik. Proses pengolahan data terdiri dari beberapa
langkah, yaitu:
1. Editting, untuk melakukan pengecekan data.
2. Skoring, untuk penilaian terhadap setiap variabel data.
3. Coding,untuk

mengkonversikan

atau

menerjemahkan

data

yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk


keperluan analisis.
4. Entering, memasukan data ke dalam komputer.
5. Processing, untuk melakukan proses perhitungan secara visual terhadap
data yang telah di masukan ke dalam komputer.
6. Tabulating, untuk pemasukan data yang telah terbagi dalam bentuk tabel.

III.10 Analisa data


Data yang diperoleh dari 5 kelompok sampel diolah dengan
programkomputer SPSS. Data tersebut diuji normalitasnya dengan uji ShapiroWilk.Jika didapatkan data normal, maka dilakukan uji beda menggunakan
ujistatistik parametrik ANOVA, dan jika didapatkan perbedaan yang

bermakna,maka dilanjutkan dengan uji statistik Post Hock. Sedang jika


didapatkandistribusi yang tidak normal, maka dilakukan uji statistik non
parametrikKruskal Wallis, dan jika dari hasil uji statistik tersebut ada
perbedaan yangbermakna, maka dilanjutkan dengan uji statistik MannWhitney, dengan ketentuan :

1. Jika p 0,05, maka ada perbedaan yang

bermakna.
2. Jika p > 0,05, maka tidak ada perbedaan yang bermakna

BAB IV
HASIL PENELITIAN

IV.1 Hasil Penelitian


Setelah dilakukan penelitian tentang studi gambaran histologis lambung tikus putih
galur Wistar yang diberi jus bayam merahdengan induksi aspirin didapatkan data
hasil pengamatan pada masing-masing kelompok. Dari hasil pengamatan didapatkan
gambar mikroskopis lambung pada slide berdasarkan kerusakan sel-sel epithelial
permukaan.
Setiap tikus putih galur Wistar dibuat 1 image lambung (1 preparat) pada setiap
kelompok yang terdiri atas kelompok kontrol (-), kelompok kontrol (+) A, kelompok
kontrol (+) B, kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2. Tiap preparat kemudian
diamati, sehingga dari tiap kelompok ada 5 gambaran mikroskopis lambung tikus

putih galur Wistar. Data hasil pengamatan untuk masing-masing kelompok disajikan
pada tabel.

1. Kelompok Kontrol (-)


Hanya diberi diet standar selama 14 hari
Total %

No

Kelompok Kontrol (-)

K (-) 1

70%

30%

10%

Normal

K (-) 2

60%

30%

10%

13%

Normal

K (-) 3

60%

40%

14%

Normal

K (-) 4

70%

30%

7%

Normal

K (-) 5

70%

10%

20%

3%

Normal

Kerusakan

Keterangan

Tabel 5. Pembacaan Preparat Kelompok Kontrol (-)

2. Kelompok Kontrol + Aspirin


Diberi diet standar dan aspirin dosis tunggal 6,5 mg (0,1 ml) /hari peroral selama 14
hari berturut-turut.
No

Kelompok Kontrol (+)


Aspirin

Total %
Kerusakan

Keterangan

K (+) A 1

10%

10%

80%

93%

Berat

K (+) A 2

30%

70%

86%

Berat

K (+) A 3

10%

10%

80%

90%

Berat

K (+) A 4

40%

60%

86,67%

Berat

K (+) A 5

20%

80%

96,67%

Berat

Tabel 6. Pembacaan Preparat Kelompok Kontrol + Aspirin

3. Kelompok Kontrol (+) Bayam Merah


Diet standar dan jus bayam merah dosis tunggal 3 mg (0,2 ml) /200gBBselama 14
hari berturut-turut.
No

Kelompok Kontrol (+)


Bayam Merah

Total %
Kerusakan

Keterangan

K (+) B 1

5%

95%

31,67%

Ringan

K (+) B 2

10%

90%

30%

Ringan

K (+) B 3

50%

40%

10%

13,33%

Normal

K (+) B 4

60%

30%

10%

13%

Normal

K (+) B 5

30%

70%

23%

Normal

Tabel 7. Pembacaan Preparat Kelompok Kontrol + Bayam Merah

4. Kelompok Perlakuan 1
Diberi diet standar dan jus bayam merah peroral sebanyak 1,5 mg (0,1 ml) /200gBB
tikus putih dan diberikan dosis tunggal aspirin sebesar 6,5 mg (0,1 ml)/hari peroral

selama 14 hari dan selang pemberian antara aspirin dan jus bayam merah selama satu
jam.
Total %

No

Kelompok Perlakuan 1

P1 (1)

90%

10%

6,67%

Normal

P1 (2)

50%

40%

10%

30%

Ringan

P1 (3)

50%

50%

50%

Ringan

P1 (4)

50%

40%

10%

13,33%

Normal

P1 (5)

40%

10%

50%

40%

Ringan

Kerusakan

Keterangan

Tabel 8. Pembacaan Preparat Kelompok Perlakuan 1

5. Kelompok Perlakuan 2
Diberi diet standar dan jus bayam merah peroral sebanyak 6 mg (0,4 ml)/200gBB
tikus putih diberikan dosis tunggal aspirin sebesar 6,5 mg (0,1 ml) /hari peroral
selama 14 hari dan selang pemberian antara aspirin dan jus bayam merah selama satu
jam.

Total %

No

Kelompok Perlakuan 2

P2 (1)

50%

30%

20%

16,67%

Normal

P2 (2)

60%

30%

10%

16,67%

Normal

P2 (3)

90%

10%

12%

Normal

P2 (4)

80%

20%

5%

Normal

P2 (5)

90%

10%

3,33%

Normal

Kerusakan

Tabel 9. Pembacaan Preparat Kelompok Perlakuan 2


Keterangan :

Keterangan

Pada preparat lambung tikus putih galur Wistar dicari sebanyak 100 sel pada 5 lapang
pandang sedang dan diratakan, kemudian dicari % kerusakan dengan rumus :
(Skor Total : Skor Maksimal) x 100% =% kerusakan

Kemudian di tiap preparat dinilai dengan skoring, yaitu :

No

% Kerusakan

Skor

Integritas Epitel Mukosa

Keterangan

0 25 %

Tidak ada perubahan patologis

Normal

26 50 %

Deskuamasi epitel

Ringan

51 75 %

Erosi permukaan epitel


(gap 1-10 epitel/lesi)

Sedang

76 100 %

Ulserasi epitel
(gap > 10 epitel/lesi)

Berat

Tabel 10.Skor Integritas Dan Tingkat Kerusakan


Dari hasil pengamatan mikroskop pada kelompok kontrol (-) didapatkan 5 sampel
dengan gambaran histologi yang normal. Pada kelompok kontrol (+) aspirin, tidak
didapatkan gambaran histologi yang normal, 5 sampel dengan kerusakan berat. Pada

kelompok kontrol (+) bayam merah, didapatkan 3 sampel dengan gambaran histologi
normal, 2 sampel dengan kerusakan ringan, dan tanpa ada sampel dengan kerusakan
berat. Pada kelompok perlakuan (1), didapatkan 2 sampel dengan gambaran histologi
normal, 3 sampel dengan kerusakan ringan, dan tanpa ada sampel dengan kerusakan
berat. Pada kelompok perlakuan (2), didapatkan 5 sampel dengan gambaran histologi
yang normal, dan tanpa ada sampel dengan kerusakan berat.

IV.2 Analisis Data


Data yang diperoleh dari pengamatan secara mikroskopis diuji dengan uji statistik
menggunakan software program SPSS.ver.16. Ada 3 uji statistik yang digunakan,
yaitu :
IV.2.1 Uji normalitas data
Distribusi data diuji dengan menggunakan uji statistik parametrik Saphiro-Wilk dan
didapatkan hasil p padaK-=0,599 , K + aspirin =0,421, K + bayam merah =0,196, P1
=0,410 dan P2 =0,006.Seluruh hasil menyebutkan bahwa nilai p>0,05 yang berarti
distribusi data normal.
IV.2.2 ANOVA

Data selanjutnya diuji dengan hipotesis Oneway ANOVA dan didapatkan hasil
p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok.
IV.2.3Post Hoc
Kelompok

K(-)

K(+)A

K(+)B

P1

P2

K(-)

0,000*

0,083

0,013*

1,000

K(+)A

0,000*

0,000*

0,000*

0,000*

K(+)B

0,083

0,000*

0,372

0,083

P1

0,013*

0,000*

0,372

0,013*

P2

1,000

0,000*

0,083

0,013*

*terdapat perbedaan yang bermakna

Untuk melihat perbandingan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya apakah
memiliki nilai signifikansi yang bermakna atau tidak, maka selanjutnya dilakukan
analisis PostHoc dengan menggunakan uji LSD. Hasil p yang didapatkan adalah jika
dibandingkan dengan K(-), maka K(+)A, dan P1 lah yang memiliki nilai signifikansi
bermakna, yaitu K(+)A = 0,000, P1 = 0,013. Jika dibandingkan dengan K(+)A, maka
K(-), K(+)B, P1 dan P2 lah yang memiliki nilai signifikansi bermakna, yaitu samasama 0,000. Jika dibandingkan dengan K(+)B, maka, K(+)A lah yang memiliki nilai
signifikansi bermakna, yaitu K(+)A = 0,000. Jika dibandingkan dengan P1, maka K(), K(+)A, dan P2 lah yang memiliki nilai signifikansi bermakna, yaitu K(-) = 0,013,
K(+)A = 0,000, P2 = 0,013. Jika dibandingkan dengan P2,maka K(+)A, dan P1 lah
yang memiliki nilai signifikansi bermakna, yaitu K(+)A = 0,000, P1 = 0,013.

IV.3 Hasil Observasi


1.Kelompok Kontrol(-)
Ket :

0 : normal
1 : deskuamasi

Gambar 9. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Kontrol (-).

2. Kelompok Kontrol (+) Aspirin

Ket :

1 : deskuamasi

2 : erosi
3 : ulserasi

Gambar 10.Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Kontrol (+) Aspirin.

3. Kelompok Kontrol (+) Bayam Merah


Ket :

0 : normal
1 : deskuamasi

Gambar 11. Slide LambungTikus Putih Kelompok Kontrol (+) Bayam Merah.

4. Kelompok Perlakuan 1
Ket :
1 : deskuamasi
2 : erosi

2
1

Gambar 12. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Perlakuan 1.


5. Kelompok Perlakuan 2
Ket :
0 : normal
1 : deskuamasi

2
1

2 : erosi

Gambar 13. Slide Lambung Tikus Putih Kelompok Perlakuan 2

3 : ulserasi

IV.4 Pembahasan
Telah dilakukan penelitian Pengaruh jus bayam merah (Alternanthera amoena
Voss)terhadap histolog lambung tikus putih galur

Wistar jantan (Rattus

norvegicus)setelah diinduksi aspirin. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari


hasil penelitian dibawah mikroskop, menunjukan adanya pengaruh pemberian jus
bayam merah terhadap kerusakan mukosa lambung tikus putih galur Wistar yang
diinduksi aspirin.

1. Pada kelompok K(-), didapatkan 5 sampel dengan gambaran histologi


yang normal, ini disebabkan karena pada kelompok K(-) tidak
diberikan perlakuan apapun.
2. Pada kelompok K(+) aspirin, didapatkan 5 sampel dengan gambaran
histologis dengan kerusakan berat, ini disebabkan karena pada
kelompok K (+) aspirin mempunyai efek meningkatkan asam lambung
yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan pengikisan mukosa
lambung. Hal ini sesuai teori dimana disebutkan bahwa aspirin dengan
beberapa mekanisme patofisiologinya dapat menyebabkan kerusakan
sawar (barier) mukosa lambung dan usus. Disebutkan ada 2
mekanisme aspirin dalam menyebabkan kerusakan mukosa usus. Yang
pertama adalah difusi balik ion H yang timbul akibat defek barier
mukosa oleh pengaruh OAINS. Dan kedua adalah Melalui hambatan

pembentukan prostaglandin PGE2 oleh pengaruh inhibisi OAINS pada


enzim siklooksigenase yang bekerja mengubah asam arakidonat
menjadi PGE2/PGF2, tromboksan A2 dan prostasiklin.
3. Pada kelompok kontrol (+) jus bayam merah, didapatkan 3 sample
dengan gambaran histologi normal, 2 sampel dengan kerusakan
ringan, dan tanpa ada sampel dengan kerusakan berat. Untuk 2 sampel
dengan kerusakan ringan, hal ini mungkin karena adanya variabel luar
yang tidak dapat dikendalikan, antara lain seperti kondisi psikologis
tikus putih galur Wistar selain itu, mungkin selama digunakan dalam
penelitian ini mencit pada kelompok K(+) bayam merah mengalami
stress berat sehingga sekresi asam lambung menjadi meningkat secara
berlebihan atau mungkin juga karena kondisi awal lambung tikus putih
galur Wistar ini sudah mengalami kelainan.
4. Pada kelompok perlakuan 1, didapatkan 2 sample dengan gambaran
histologi normal, 3 sample dengan kerusakan ringan, dan tanpa ada
sample dengan kerusakan berat.
5. Pada kelompok perlakuan 2, didapatkan 5 sample dengan gambaran
histologi normal. Peran aspirin sebagai faktor agresif akan dinetralkan
dengan pemberian jus bayam merah. Dalam hal ini jus bayam
merahmempunyai 2 mekanisme. Yang pertama adalah efek regenerasi
dan rehabilitasi dari flavanoid, protein, asam askorbat (Vit.C) dan

saponin yang dimiliki bayam merah. Sedangkan yang kedua adalah


adanya kandungan mineral basa lemah yang bisa berfungsi sebagai
penetralisir keasaman lambung yang berlebihan. Adanya efek
perlindungan bayam merahtersebut akan melindungi mukosa lambung
tikus putih galur Wistar dari kerusakan yang diinduksi aspirin.

Sebagian besar sampel kelompok P1 dan P2 menunjukkan gambaran yang normal,


yang secara statistik berbeda dengan kelompok K(+) aspirin yang sebagian besar
sampel menunjukkan gambaran yang mengalami kerusakan berat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pemberian jus bayam merahdapat mengurangi dan
memperbaiki kerusakan histologis lambung tikus putih galur Wistar yang diinduksi
aspirin.
Jika dibandingkan P1 dan P2 didapatkan nilai p = 0,013 yang berarti terdapat
perbedaan yang bermakna ( p = 0,05). Hal ini dikarenakan pemberian dosis 6
mg/200gBB tikus putih selama 14 hari pada P2 lebih efektif dari pada pemberian
dosis 1,5 mg/200gBB tikus putih selama 14 hari pada P1.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian yang telah dilakukan uji
statistik dan pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Adanya pengaruh pemberian jusbayam merah terhadap histologis
lambung tikus putih galur Wistar yang diinduksi aspirin.

2. Peningkatan dosis pemberian jus bayam merah pada tikus putih galur
Wistar menimbulkan perbedaan efek yang nyata.

V.2. Saran
Dengan melihat kekurangan dalam penelitian ini, maka saya menyarankan
kepada peneliti selanjutnya agar :
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan dosis yang
lebih bervariasi, sehingga dapat diketahui dosis yang lebih efektif dalam
mengurangi kerusakan lambung yang diinduksi aspirin.
2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan durasi waktu yang lebih
lama untuk mengetahui manfaat jus bayam merah pada penggunaan obat
OAINS jangka panjang.
3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk membandingkan efektifitas
jus bayam merah dengan tumbuhan lain yang juga terbukti dapat
memproteksi lambung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fawcett D. W. and Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi. ed. XII. Alih bahasa: Jan
Tambayong. Jakarta: EGC, pp. 530-550.

2. Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar.Jakarta : Puspa Sehat

3. Mylanta, 2006. Bayam Pleaser Untuk Tenangkan Lambung.


http://www.hanyawanita.com. (5 september 2006).

4. Kalim & Handono, 2000. Masalah Penyakit Rematik di Indonesia serta UpayaUpaya Penanggulangannya, Konas IKAFI, Malang.

5. Despopoulos A. and Silbernagl S. 2003. Color Atlas of Physiology. 5th ed.


Stuttgart: Thieme, pp. 240-243.

6. Fitrie A.A. 2004. Histologi Lambung. e-USU Repository. 1-9.


http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-alya.pdf(20 September 2008).

7. Guyton A.C. and Hall J.E. 2006.Textbook of Medical Physiology. 11th.


Philadelphia: Elsevier Inc., pp. 791-825.

8. Wilmana, P. F. 2001. Analgesik, Antipiretik, Analgesik, Anti-Inflamasi


Nonsteroid, dan Obat Pirai.Ganiswarna S.G. ed. IV.Farmakologi dan
Terapi.Jakarta : FKUI. Hal : 207-222.

9. Del Valle J. 2005. Peptic Ulcer Disease and Related Disorder. Harrison, T. R.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw- Hill,
pp. 1746-1830.
10. Silbernagl S. and Lang F. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. 5th ed. Stuttgart:
Thieme, pp. 134-147.

11. BPPT.2005 Bayam. http: //www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=204.


(5 Maret 2008).

12. Anonim. 1995. Farmakologi dan terapi, edisi IV. Jakarta : FK-UI.

13. Priyosoeryanto B. P, N Putriyanda, A. R Listyanti, V Juniantito, I Wientarsih, BF


Prasetyo & R Tiuria, 2007, The Effect of Ambon Banana Stem Sap (Musa
paradisiaca forma typical) on the Acceleration of Wound Healing Process in
Mice (Mus musculus albinus), Journal of Agriculture and Rural Development in
the Tropics and Subtropics, Manado, May, Hal : 35-40.

14. Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama. Hal : 185-190.

15. Waji, R. A, A. Sugrani. 2009. Flavonoid (Quercetin). Makalah Kimia Organik


Bahan Alam. FMIPA-UNHAS.

16. Willis, OSA & Flint J. 2006. Dasar Genetik Prilaku Emosional Pada Tikus.
UIUC : J Hum Genet.

17. Rochman, Sudarmadji & Hasanuddin A, 1998, Masalah hama tikus dan cara
pengendaliannya pada sistem usaha tani di lahan Pasang Surut. Bogor :
Prosiding Seminar nasional.

18. Auyang S.Y. 2004. From experience to designThe science behind Aspirin.
http://www.creatingtechnology.org/biomed/aspirin.pdf(26 Desember 2009).

19. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting.Edisi ke-5.Jakarta :


Penerbit PT Elex Media Komputer. Hal : 250.
20. Katzung, B. G, 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI.Jakarta :
EGC.pp : 475-479.

21. Sjamsudin U. dan Dewoto H.R. 2001.Histamin dan Anti-alergi.Ganiswarna


S.G.ed. IV.Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI, pp. 248-261.

22. Wolfe M.M., Lichtenstein D.R., and Singh G. 1999. Gastrointestinal Toxicity
ofNonsteroidal Antiinflammatory Drugs.N Engl J Med 341:548

23. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan (Cetakan VI). Jakarta : PT.
Rineka Cipta.

LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS versi 20

Tests of Normality
Kelompok perlakuan

Kolmogorov-Smirnov
Statistic

Kontrol Negatif

Posttest

,188

df

Shapiro-Wilk

Sig.
5

Statistic

df

Sig.

,200

,945

,701

,902

,421

Kontrol + Aspirin

,221

,200

Kontrol + Bayam merah

,247

,200

,851

,196

,851

,196

,865

,247

Perlakuan 1

,247

,200

Perlakuan 2

,221

,200

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji Varians


Test of Homogeneity of Variances
Posttest
Levene Statistic

df1

72,000

df2
4

Sig.
20

,000

Hasil Uji Oneway ANOVA


ANOVA
Posttest
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

32,160

8,040

2,400

20

,120

34,560

24

F
67,000

Sig.
,000

Hasil Uji Analisis Post hoc


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Posttest
LSD
(I) Kelompok

(J) Kelompok

perlakuan

perlakuan

Mean

Std.

Difference

Error

Sig.

(I-J)

Upper

Bound

Bound

,219

,000

-3,46

-2,54

-,400

,219

,083

-,86

,06

Perlakuan 1

-,400

,219

,083

-,86

,06

Perlakuan 2

,000

,219

1,000

-,46

,46

3,000

,219

,000

2,54

3,46

2,600

,219

,000

2,14

3,06

2,600

,219

,000

2,14

3,06

3,000

,219

,000

2,54

3,46

,400

,219

,083

-,06

,86

,219

,000

-3,06

-2,14

Kontrol + Bayam
merah

Kontrol Negatif
Kontrol + Bayam
Kontrol + Aspirin

Lower

Kontrol + Aspirin

Kontrol Negatif

95% Confidence Interval

merah
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Kontrol Negatif

-3,000

Kontrol + Bayam

Kontrol + Aspirin

merah

Perlakuan 1

,000

,219

1,000

-,46

,46

Perlakuan 2

,400

,219

,083

-,06

,86

Kontrol Negatif

,400

,219

,083

-,06

,86

,219

,000

-3,06

-2,14

,000

,219

1,000

-,46

,46

Perlakuan 2

,400

,219

,083

-,06

,86

Kontrol Negatif

,000

,219

1,000

-,46

,46

,219

,000

-3,46

-2,54

-,400

,219

,083

-,86

,06

-,400

,219

,083

-,86

,06

Kontrol + Aspirin
Perlakuan 1

Kontrol + Bayam
merah

Kontrol + Aspirin
Perlakuan 2

Kontrol + Bayam
merah
Perlakuan 1

-2,600

-2,600

-3,000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran III
Perlakuan Dan Pembedahan

Lampiran IV

Hasil Observasi
1. Kelompok Kontrol Negatif (-)

2. Kelompok Kontrol + Aspirin

3. Kelompok Kontrol + Bayam

4. Kelompok Perlakuan 1

5. Kelompok Perlakuan 2

Lampiran V

Alat Dan Bahan Penelitian

Bahan-bahan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai