CLUSTER HEADACHE
1. Pengertian (Definisi) Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbita,
supraorbita, temporal atau kombinasi dari tempat-tempat
tersebut, berlangsung 15-180 menit dan terjadi dengan
frekuensi dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari.
Serangan-serangannya disertai satu atau lebih sebagai
berikut, semuanya ipsilateral: injeksi konjungtival, lakrimasi,
kongesti nasal, rhinorrhoea, berkeringat di kening dan
wajah, miosis, ptosis, edema palpebra. Selama serangan
sebagian besar pasien gelisah atau agitasi.
2. Anamnesis 1. Sifat nyeri kepala
2. Kuantitas nyeri kepala
3. Lokasi
4. Lama berlangsung
5. Muntah/tidak;
6. Riwayat faktor risiko;
7. Lamanya (onset);
8. Serangan pertama/ulang;
9. Pada pasien yang muda: riwayat trauma, koagulopati,
penggunaan obat-obat khususnya kokain, migrain,
penggunaan kontrasepsi oral;
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum :
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera
kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan
tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung
kongestif)
Pemeriksaan toraks (jantung dan paru)
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ekstremitas
2. Pemeriksaan fisik neurologi :
Glasgow Coma Scale
Fungsi kortikal luhur
Rangsang meningeal
Saraf kranial
1
Fungsi motoric
Fungsi sensorik
Sistem saraf otonom
4. Kriteria Diagnosis 1. Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
2. Nyeri hebat atau sangat hebat di orbita, supra orbita
dan/atau temporal yang unilateral, berlangsung 15-180
menit bila tak diobati.
3. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari sbb:
Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral.
Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral.
Edema palpebra ipsilateral.
Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral.
Miosis dan/atau ptosis ipsilateral.
Perasaan kegelisahan atau agitasi.
4. Serangan-serangan mempunyai frekuensi: dari 1 kali
setiap 2 hari sampai 8 kali per hari.
5. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
5. Diagnosis Kerja Cluster Headache
6. Diagnosis Banding 1. Paroxysmal headache
2. SUNCT (Short lasting Unilateral Neuralgiform headache
attacks with Conyungctival injection and Tearing)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium :
Darah perifer lengkap
Gula darah sewaktu
Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat)
Fungsi hati (SGOT dan SGPT)
Protein darah (albumin, globulin)
Hemostatis/koagulasi (PT, INR, APTT)
Profil lipid (kolesterol, trigeliserida, HDL, LDL)
2. Neuroimaging :
CT scan
MRI
3. Pemeriksaan penunjang lainnya :
Spinal tap (lumbar puncture)
8. Tata laksana Penanganan nyeri kepala klaster
o Faktor-faktor psikologis tidak mempengaruhi
perjalanan nyeri kepala klaster.
o Penyesuaian gaya hidup tak memberi respons.
o Menghindari alkohol, dan lain lain selama periode
klaster (periode serangan) bermanfaat
o Tujuan pengobatan medik:
1. Menekan periode klaster (periode serangan).
2
2. Menghentikan serangan akut.
3. Mengurangi frekuensi.
4. Mengurangi berat/intensitasnya.
o Harus dipertimbangkan: adakah lesi struktural yang
mendasari
o Pengobatan behavioral: terapi relaksasi, biofeedback,
CBT, manajemen stress.
3
Pengobatan nyeri kepala klaster episodik
Supresi periode klaster:
o Prednison
Prednison 40-75 mg/hari untuk 3 hari reduksi dosis
dengan interval tiap 3 hari tapering off dalam 11
hari jika nyeri kepala klaster muncul lagi
stabilisasi dosis.
- Bila periode klaster panjang, perhatikan efek
samping.
- Kontra indikasi: riwayat tuberkulosis, riwayat
psikosis.
- Risiko delayed aseptic hip necrosis
- Bila dicapai durasi normal periode klaster
prednison tappering off
- Mekanisme kerja: tak diketahui
o Ergot alkaloid
• Ergotamine tartrate
1. Tab 1 mg dosis: 1-2 tab ½ - 1 jam sebelum
prediksi serangan
2. Efektif pada 1-2 periode klaster pertama
• Dihidroergotamine; Injeksi 1mg i.m 2 kali/hari
½-1 jam sebelum prediksi serangan
o Capsaicin
• Suspensi capsaicin intra nasal; 2 tetes di 2 nostril
sensasi burning & rhinorrhoea diulang tiap hari
untuk 5 hari serangan nyeri kepala klaster:
reduksi 67%.
• Perlu evaluasi lanjut
o Methysergide
1. Aman bila durasi periode klaster < 3 bulan
2. Efek samping: fibrosis
3. Dosis: 1 mg-2 mg ,2-3 kali/ hari
o Chlorpromazine: 75-700 mg/hari
4
d. numbness
e. parestheness
f. sensasi kelemahan wajah
g. sensasi panas dan dingin
2. Inhalasi O2 100% ,7 liter/menit dengan masker wajah 8-
15 liter/menit dalam 20 menit akan terjadi perbaikan.
3. Ergotamine tartrat 1 mg tab sublingual tiap 5 menit
sampai 3 mg perbaikan.
4. Kombinasi inhalasi O2 & ergotamine.
5. Ergotamine 1-2 mg oral saat gejala pertama serangan,
dilanjutkan dengan inhalasi O2100% dengan masker
resusitasi 8-10 liter/menit, dilakukan sampai nyerinya
reda.
6. Tetes hidung lidokain
7. Inshalasi lidokain 4% 1ml intranasal dengan posisi
badan supine dan kepala ekstensi di atas kepala tempat
tidur sisi nyeri kepala klaster dinaikkan
memperpendek durasi nyeri.
5
Nifedipin 40-120 mg/hari.
2. Steroid (80-90 % efektif untuk prevensi serangan), tidak
boleh diberikan dalam waktu lama. 50-75 mg setiap
pagi dikurangi 10% pada hari ketiga.
3. Lithium 300-1500 mg/hari (rata-rata 600-900 mg).
4. Methysergide 4-10 mg/hari.
5. Divalproat Sodium.
6. Neuroleptik (Chlorpromazine).
7. Clonidin transdermal atau oral.
8. Ergotamin tartrat 2mg 2-3 kali per hari, 2 mg oral atau 1
mg rektal 2 jam sebelum serangan terutama malam
hari., dihydroergotamin, sumatriptan atau triptan
lainnya.
9. Indometasin 150 mg/hari.
10. Opioid.
Catatan:
- Terapi pilihan pertama: prednison 60-80 mg/hari
(selama 7-14 hari) dan verapamil 240 mg/hari. Jika
gagal: Methysergide 2 mg t.i.d (1-2 bulan) jangan
diberikan dengan obat lain, kecuali hydrocodon
bitartrat (Vicodin).
Indikasi operasi:
1. Nyeri kepala tipe kronik tanpa remisi nyeri selama
satu tahun.
2. Terbatas nyeri unilateral.
3. Stabil secara fisiologik, sehat secara mental dan
medik.
6
Berbagai tindakan bedah:
Neurektomi oksipital
Pemotongan/dekompresi n.intermedius
Pemotongan/dekompresi n. petrosus superfisialis major
Thermokoagulasi ganglion gasseri (ganglio-rhizolysis)
Radiofrequency terhadap lesi
Dekompresi n.trigeminus
Injeksi gliserol pada ganglion gasseri
Sphenopalatine ganglionectomy (conventional surgery)
Section of the trigeminal nerve (efek samping: anestesi
kornea)