Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH BHP

“RAHASIA KEDOKTERAN”

Disusun oleh:
Kelompok 2

Heru Haerudin 10100111004 M.Ris Suangkupon L. 10100111015


Robby Ashar 10100111005 Lelly Nilamsari 10100111016
Jasmine Zulhajar 10100111006 Niken Puspa K. 10100111017
Andisti Noorfitry 10100111007 Panji Agung P. 10100111018
Almer Aprilioza 10100111008 Rabbani Ryanka 10100111019
Ummi Yusuf 10100111009 Resty Rezquita s. 10100111020
Santi Fitrriansari 10100111010 Rizal Eka Putra 10100111021
Fiqhul Azhari 10100111011 Rashif Yali A. 10100111022
M.Adam W. 10100111012 Wulantika N. 10100111014

2011

1
Daftar isi
Review Kasus...............................................................................................................................................3
BAB I.PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
I.I Latar belakang.....................................................................................................................................5
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................6
I.3 Tujuan................................................................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................................................13

Review Kasus

2
Kematian Mahasiswa UNAS: IDI Siap Bentuk Tim Mengusut Pelanggaran Kode Etik
Kedokteran.Dokter tak dapat dibenarkan membuka informasi kesehatan pasien ke publik
tanpa persetujuan keluarga.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesoia (PB IDI) siap membentuk tim guna mengusut
kemungkinan pelanggaran kode etik kedokteran dalam kasus kematian Maftuh Fauzi, mahasiswa
Universitas Nasional (UNAS) Pejaten Jakarta Selatan. Bila diperlukan, IDI akan memprakarsai
dibentuknya tim tertentu, kata Fahmi Idris, Ketua Umum PB IDI.
 
Dijelaskan Fahmi, PB IDI segera menggelar rapat untuk menindaklanjuti pengaduan mahasiswa
UNAS. Senin (23/6) kemarin, sejumlah perwakilan mahasiswa didampingi pengacara publik dari
LBH Jakarta mendatangi kantor PB IDI di kawasan Menteng Jakarta Pusat. Mahasiswa meminta
IDI memeriksa dokter dan tenaga kesehatan yang telah mempublikasikan sebab kematian Fauzi
karena HIV/AIDS.
 
Selain PB IDI, Departemen Kesehatan juga sudah memanggil pimpinan-pimpinan rumah sakit
yang ikut menangani Fauzi dan mahasiswa UNAS korban bentrokan Sabtu pagi 24 Mei lalu.
Sejumlah korban bentrokan pada awalnya dibawa ke RS Pasar Rebo, termasuk Fauzi. Dari sini,
Fauzi dirujuk ke RS UKI Cawang, kemudian dirujuk lagi ke RS Pusat Pertamina (RSPP). Di
rumah sakit inilah Fauzi menghembuskan nafas terakhir. Dokter yang menangani
mengumumkan bahwa Fauzi meninggal karena terinfeksi HIV. Kami minta PB IDI memeriksa
dokter-dokter yang menangani Fauzi, ujar Arton, juru bicara Solidaritas Mahasiswa UNAS.
 
Fahmi Idris menyatakan PB IDI belum biasa berbuat banyak merespon desakan mahasiswa.
Cuma, PB IDI bisa memprakarsai pembentukan tim beranggotakan PB IDI, Komnas HAM,
perwakilan UNAS, dan pihak RSPP. Meskipun masih sebatas rencana mengumpulkan pengurus
IDI, Fahmi dengan tegas mengingatkan para dokter untuk taat pada sumpah dokter. Seluruh
dokter terikat sumpah untuk tidak menggunakan pertimbangan ras, politik, dan lain-lain dalam
menangani pasien, ujarnya.
 
Ia juga mengecam petugas kesehatan yang membuka rahasia catatan medis pasien tanpa
persetujuan pasien atau keluarganya. Dalam konteks kematian Fauzi, Fahmi akan menunggu
hasil sidang kode etik kedokteran untuk memastikan apakah ada alasan pemaaf dan alasan
pembenar catatan medis Fauzi, khususnya yang menyebutkan kematiannya karena infeksi HIV,
dibuka ke publik. Selama tidak ada faktor pembenar dan faktor pemaaf, sampai mati pun mereka
(tenaga kesehatan-red) tidak dapat membuka rahasia pasiennya, kata Fahmi dengan nada datar.
 
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menandaskan bahwa setiap
dokter wajib menyimpan rahasia kedokteran. Rahasia kedokteran hanya bisa dibuka untuk
kepentingan kesehatan pasien, permintaan pasien sendiri, memenuhi permintaan aparat penegak
hukum, atau karena alasan peraturan perundang-undangan. Bahkan pasal 51 mewajibkan dokter
merahasiakan segala sesuatu yang dia ketahui tentang pasien hingga pasien meninggal dunia.
Rumusan yang sama termuat pada pasal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia.
 
Mahasiswa UNAS memang masih meragukan simpulan dokter RSPP mengenai penyebab
kematian Fauzi. Arton, juru bicara mahasiswa UNAS yang menemui PB IDI kemarin,

3
mengatakan bahwa saat di RS UKI ada rekam medis yang menyebutkan Fauzi mengalami
trauma di kepala. Tetapi setelah di RSPP, penyebab kematian Fauzi bukan karena luka di kepala,
melainkan infeksi sistemik termasuk HIV, yang menyebabkan gagal jantung (cardio raspiratory
failure). Seorang rekan almarhum Fauzi yang ikut datang ke PB IDI juga meragukan simpulan
dokter RSPP. Sewaktu masih hidup tak ada tanda-tanda penyakit AIDS kronis. Ketika
penyerbuan, dia segar bugar, ujarnya.
 
Anggota Komisi Kepolisian Nasional Adnan Pandupraja meminta semua pihak menahan diri
guna menghindari munculnya analisis yang spekulatif. Paling tidak, sambil menunggu hasil
otopsi yang dilakukan tim forensik Universitas Diponegoro dan Universitas Jenderal Soedirman.
Komisi Kepolisian pun akan berkoordinasi dengan Komnas HAM dan Polres Jakarta Selatan
untuk menindaklanjuti masalah ini.
 
Berkaitan dengan aksi penyerangan ke kampus UNAS, di depan Komisi III DPR 12 Juni lalu
Kapolri Jenderal Sutanto menjelaskan Propam Polda Metro Jaya telah memeriksa 123 anggota
Polri. Dari jumlah itu, 17 anggota polisi dinyatakan melanggar Protap dan telah dikenakan
hukuman disiplin. Ke-17 anggota polisi itu dinyatakan melanggar pasal 4 huruf l Peraturan
Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

BAB I.PENDAHULUAN
I.I Latar belakang
Kode etik kedokteran sudah ada sepanjang sejarah profesi kedokteran. Perilaku
dokter harus sesuai dengan etik masyarakat di mana ia berada karena dokter,

4
sebagaimana anggota masyarakat lainnya selain makhluk individual juga makluk sosial budaya,
dan religius.

Kata etik atau etika berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu
kata mores  dan ethos. Umumnya sebagai rangkaian mores of community (kesopanan
masyarakat) dan ethos  of the people  (akhlak manusia). Kode etik suatu profesi terbentuk bila
ahli-ahli kelompok profesi itu mengumpulkan dan menyepakati suatu daftar perilaku
etik yang berlaku untuk anggota-anggota profesi itu. Hukum kedokteran di batasi
pada hukum yang mengatur produk profesi dokter, yang disebabkan karena adannya
hubungan dengan pihak lain, baik pasien maupun tenaga kesehatan lain. Hukum kedokteran
mempunyai obyek yang sama, yaitu pasien yang merupakan obyek inti satu-satunya dalam
hukum kedokteran.

Karena pasien merupakan obyek inti satu-satunya , segala sesuatu yang menyangkut
pasien sudah sepatutnya kita rahasiakan dan kita pergunakan untuk keperluan yang
seharusnya.Rahasia kedokteran penting dalam membina hubungan dokter.

Privacy merupakan pondamen dari Pelayanan Kesehatan (Health Care).Hubungan


dokter-pasien didasarkan atas kepercayaan bahwa dokter memegang teguh privacy pasien dan
mampu membantu menyembuhkan atau meringankan penyakitnya.

Tanpa privacy maka pasien akan enggan menyampaikan keluhan dan penyakitnya
kepada dokter, sampai akhirnya terpaksa kedokter setelah penyakitnya jadi parah.

I.2 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud rahasia kedokteran?

2.Mencakup apa sajakah rahasia kedokteran itu?

3.Apakah pada kasus ini termasuk pelanggaran rahasia kedokteran?

5
I.3 Tujuan

1.Mengetahui mengenai rahasia kedokteran

2.Mengetahui konsep trilogi rahasia kedokteran

3.Mengetahui pelanggaran yang terjadi dan sanksi pembocoran rahasia kedokteran

BAB II LANDASAN TEORI

UU No.29 tahun 2004

Paragraf 4
Rahasia Kedokteran

6
Pasal 48

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran.

(2) Rahasia Kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rahasia kedokteran diatur dengan peraturan menteri.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 1966


TENTANG
WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:
bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpan rahasia kedokteran.

Mengingat:
1.Pasal 5 ayat(2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1960 No. 131)

3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter (Lembaran Negara
Tahun 1960 No.69)

Mendengar:
Presidium Kabinet Dwikora yang disempurnakan.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
"PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN".

Pasal 1
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.

7
Pasal 2
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada Peraturan
Pemerintah ini menentukan lain.

Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara tahun 1963 No. 79).
b. mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan
dan/atauperawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 4
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak
atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 11
Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 5
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut
dalam pasal 3 huruf b,maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan
wewenang dan kebijaksanaannya.

Pasal 6
Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar Dewan Pelindung
Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.

Pasal 7
Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran".

Pasal 8
Peraturan ini mulai berlaku pada hari diundangkannya.Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 1966.
KUHP Pasal 322

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pekerjaannya yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

8
(2) Jika kejahatan dilakukan pada seorang tertentu maka perbuatannya itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang tersebut.

KUH Perdata Pasal 1365

“Setiap perbuatan yang melanggar hukum yang berakibat kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu,mengganti kerugian
tersebut”.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 10 TAHUN 1966
TENTANG
WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN UMUM
Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman dan
bebas. Ia harus dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yang mengganggunya,
baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk
menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai
keadaannya akan disampaikan kepada orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas
kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut. Ini adalah syarat utama untuk
hubungan baik antara dokter dengan penderita.
Pada waktu menerima ijazah seorang dokter bersumpah:
"Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter".Dan sebagai pemangku suatu jabatan ia wajib
merahasiakan apa yang diketahuinya karena jabatannya,
menurut pasal 322 KUHP yang berbunyi:
"Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang ia wajib menyimpan oleh
karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus
rupiah".
"Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang tertentu maka ini hanya dituntut
atas pengaduan orang itu".Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk mereka yang melakukan
perbuatan-perbuatan pelanggaran rahasia kedokteran yang tidak dapat dipidana menurut pasal
322 KUHP tersebut atau pasal 112 KUHP tentang pengrahasiaan sesuatu yang bersifat umum.

BAB III PEMBAHASAN

Dokter harus sadar bahwa masyarakat kita sekarang ini sudah kritis dan dapat merespon
terhadap segala sesuatu yang dirasa tidak sesuai dan merugikan mereka. Sering timbul masalah
yang menyangkut hubungan dokter dan pasien yang menyangkut pembocoran rahasia.Harus

9
disadari bahwa tanggung jawab dari profesi kedokteran ini sangatlah besar dan harus sesuai
dengan hukum yang berlaku termasuk kode etik kedokteran dan kondisi masyarakat.
Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang harus dirahasiakan mengenai apa yang
diketahui dan didapatkan selama menjalani praktek lapangan kedokteran, baik yang menyangkut
masa sekarang maupun yang sudah lampau, baik pasien yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal.

Adapun trilogy dari rahasia medis ;

1. Persetujuan tindakan medis.

2. Rahasia medis.

3. Rekam medis

1.Informed Consent

Dari Kata Informed dan Consent


Informed berarti ; telah mendapat penjelasan/keteranagan/informasi
Consent berarti ; memberikan persetujuan/mengijinkan

Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran/kedokteran
gigi yang akan dilakukan terhadap pasien (Permenkes No. 290/2008)

10
Informed Consent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis
yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah pasien mendapatkan informasi dari
dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
informasi mengenai resiko yang mungkin terjadi (Veronica Komalawati)

2. Rahasia Medis : Segala hal yang bersangkutan dengan kesehatan pasien dan harus
dirahasiakan.

3.Rekam Medis : Keterangan baik tulis maupun terekam tentang identitas ,anamnesa,
penentuan fisik ,laboratorium ,diagnosa dan segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada pasien.

Ada dua model dalam memberikan perlindungan Hak Privacy di bidang kesehatan :
1. Tetap mempertahankan berbagai
peraturan perundangan yang menyangkut Health Privacy pasien dengan penyempurnaan-
penyempurnaan.

2. Memasukan “Health Privacy Right” dalam Undang – Undang RI agar pasien, dokter/ RS,
dan para pengguna rekam medis yang lain tahu persis apa yang menjadi hak dan
kewajiban masing-masing.

3. Salah satu contoh masuknya Health Privacy Right dalam undang – undang adalah Health
Privacy Right Act di Amerika Serikat.

HAL-HAL YANG PERLU DIRAHASIAKAN DALAM RAHASIA KEDOKTERAN


• Seorang ahli obat dan mereka yang bekerja di Apotek, harus pula merahasiakan obat dan
khasiatnya yang diberikan kepada pasiennya. Merahasiakan resep dokter adalah suatu yang
penting dari etik pejabat yang bekerja dalam
apotek

SEORANG DOKTER DAPAT MEMBUKA RAHASIA KEDOKTERAN


Ada 2 aliran atau golongan yang dapat ditemukan
dikalangan kedokteran :
– Pendirian Mutlak
– Pendirian Nisbi/relatif

• Pendirian yang mutlak

11
– mutlak (absolut) berpendapat bahwa rahasia jabatan atau pekerjaan harus dipegang teguh tanpa
ada alternatif lain apapun konsekuensinya.
– Dalam segala hal sikapnya mudah dan konsekuen yakni tutup mulut

• Pendirian yang nisbi atau relatif


– Golongan nisbi atau relatif pada dewasa ini
merupakan teori yang terbanyak diikuti dan dapat
dikatakan diikuti umum
– teori ini dalam praktek sering sekali mendatangkan konflik moril dan kesulitan-kesulitan lain
dalam masalah yang kompleks

KAPAN SEORANG DOKTER DAPAT MEMBUKA RAHASIA KEDOKTERAN


Profesor Sudarto, SH mengemukakan bahwa :
“perlu dipertimbangkan adanya azas profesional dan
azas subsider dalam menggunakan hak tolaknya”
• Azas profesional menghendaki adanya pertimbangan-pertimbangan mana yang lebih
diutamakan.
• Azas subsider, yakni menyangkut masalah pemilihan tindakan apa yang harus dilakukan dokter
sebelum ia terpaksa melepaskan
kewajiban untuk menyimpan rahasia.

Dalam KUHP terdapat pasal-2 yang mengatur tentang membuka Rahasia Kedokteran.
• KUHP pasal 48
Tidak boleh dihukum barangsiapa melakukan perbuatan karena terdorong oleh daya paksa
• KUHP Pasal 50
Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan kepentingan undang-undang,tidak
dipidana
• KUHP Pasal 51
Tidak boleh dihukum barangsiapa melakukan perbuatan atau menjalankan perintah jabatan
yang diberikan pembesar yang berhak

BAB IV KESIMPULAN

12
Rahasia kedokteran menduduki peran yang penting dalam membangun hubungan
dokter pasien yg berdasarkan kepercayaan (trust), bahkan dlm konteks pelayanan
kesehatan keseluruhan.

Pentingya kedokteran sudah disadari sejak era Hippocrates, kemudian masuk dlm
kode etik internasional dan sekarang sudah masuk dalam KODEKI dan KODEKGI.
Saat ini rahasia medis di Indonesia diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
yang terpisah.Dilapangan masih terdapat kontroversi di masyarakat dan situasi dilematis
yg dihadapi dokter/ RS dalam isu health privacy.

Model untuk perlindungan health privacy di Indonesia bisa dengan berbagai


peraturan perundangan yg sekarang ada dengan penyempurnaan-penyempurnaan atau
dengan membuat undang-undang tentang health privacy agar hak dan kewajiban pasien
serta semua pihak yang terkait dapat diatur secara komprehensif.

Daftar Pustaka

13
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19549/idi-siap-bentuk-tim-mengusut-pelanggaran-kode-
etik-kedokteran

Konsil kedokteran Indonesia

UU No.29 tahun 2004

14

Anda mungkin juga menyukai