SKRIPSI
UMI KULSUM
NIM. 1112102000043
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
UMI KULSUM
NIM. 1112102000043
ii
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Sahabat seperjuangan selama kuliah, Addina Syahida, Ayu Savitri
(Kesmas 2012), Afra Fitrianita, Ani Kurniawati, dan Yuli Andriani.
Terima kasih atas semua kebaikan, perhatian, semangat, bantuan, dan
do’a selama masa perkuliahan dan penelitian.
8. Teman seperjuangan penelitian Farmakologi 2012 (Amma, Ami,
Denny, Afina, Nita, Rahayu, Windi, Hary, Tania, Fika F, Afra, Atul,
Pipit, dan Fika HD). Terima kasih atas segala bantuan dan semangat
selama penelitian berlangsung.
9. Teman-teman di kost tulip (Afra, Rema, Yolan, Lilis, Resha, Elsa,
Rahayu, Pipit). Terima kasih atas bantuan dan semangat untuk penulis.
10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD yang banyak
membantu penulis selama masa perkuliahan.
11. Bapak Sholeh, Ibu Hesty dan suami, Beny (Farmasi 2012), Kak Arum
(Farmasi 2011), dan Kak Elsa (PSPD 2011). Terima kasih atas segala
bantuan selama penelitian berlangsung.
12. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .. ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL....................................................................................... ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………..…… 1
1.1. Latar Belakang………………...………………………............ 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………...... 4
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………….... 4
1.4. Hipotesis………………………………………………………. 4
1.5. Manfaat Penelitian…………………………………………...... 4
1.6. Ruang Lingkup……………………………………..…………. 5
xi
2.4.4. Diagnosis……………...………………………………. 21
2.4.5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus……..…………….. 22
2.5. Model hewan uji pada pengujian efek antihiperglikemia...…. 26
2.6. Metode Pengukuran Glukosa Darah………………………….. 29
2.7. Glukosa Meter (Glukometer)………………………………... 30
2.8. Glibenklamid……………………...…………………………... 32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....... 60
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Tanaman Kembang Bulan….…………………………………. 6
Gambar 2.2. Grafik Daya Antioksidan………………….………………….. 8
Gambar 2.3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak………….…………………8
Gambar 2.4. Struktur Germakranolida, Eudesmanolida, dan Guaianolida..... 13
Gambar 2.5. Struktur Tirotundin, Tagitinin A dan Tagitinin C..….………... 14
Gambar 2.6. Struktur Streptozotosin………….……………………………. 27
Gambar 2.7. Struktur Aloksan………..………………………………….…. 28
Gambar 2.8. Test Strip Glukosa……..…..…..……………………………… 31
Gambar 2.9. Reaksi Kimia Glukosa Pada Strip Glukometer…….………… 32
Gambar 2.10. Struktur Glibenklamid………...…………………………….… 32
Gambar 4.1. Kurva Respon Dosis................................................................... 55
Gambar 4.2. Skema Toksisitas Sel β Pankreas…..………………………… 57
Gambar 5.1. Alkaloid.…...………………………………………………….. 76
Gambar 5.2. Antrakuinon…………………………………………………… 76
Gambar 5.3. Flavonoid……...….…………………………………………… 76
Gambar 5.4. Saponin………...…………….………………………………... 76
Gambar 5.5. Tanin……..….………………………………………………… 76
Gambar 5.6. Terpenoid………...……….……………………………………76
Gambar 5.7. Tanaman Kembang Bulan……….……………………………. 77
Gambar 5.8. Proses Sortasi Basah……………….………………………….. 77
Gambar 5.9. Proses Pencucian……………………………....……………… 77
Gambar 5.10. Proses Pengeringan……………...…….……………………….77
Gambar 5.11. Daun Kembang Bulan Kering……......……………………….. 77
Gambar 5.12. Proses Maserasi………...……………………………………... 77
Gambar 5.13. Proses Penyaringan Maserat…………...……………………… 77
Gambar 5.14. Proses Pengeringan Maserat……………...…………………… 77
Gambar 5.15. Ekstrak Kental…………...……………...…………………….. 77
Gambar 5.16. Proses Aklimatisasi Tikus…………………..……….……….. 78
Gambar 5.17. Pakan Tikus…………...………………………………………. 78
Gambar 5.18. Timbangan tikus……………...……………………………….. 78
Gambar 5.19. Seperangkat Alat Glukometer Beserta Strip Cek……...……… 78
Gambar 5.20. Darah Tikus Diambil ……...…………………….……………. 78
Gambar 5.21. Alat Glukometer Divalidasi ………..……………...…….…….78
Gambar 5.22. Gula Darah Tikus Diukur Dengan Glukometer ………..…….. 79
Gambar 5.23. Tikus Disonde ……………………………………..………..... 79
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Nilai Penegakkan Diagnosis Diabetes…………..………..……….. 21
Tabel 2.2. Parameter Keberhasilan Penatalaksanaan Diabetes….……..…….. 22
Tabel 3.1. Jadwal Kerja dan Kegiatan Uji Efek Antihiperglikemia.................. 34
Tabel 3.2. Perlakuan Metode Induksi Aloksan….….……....…………..……. 42
Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia …...…………………………………… 45
Tabel 4.2. Parameter Standar Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan……....… 46
Tabel 4.3. Karakteristik Tikus Uji Sebelum Diinduksi……………………….. 47
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Uji………………….... 47
Tabel 4.5. Persentase Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Uji………………. 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Kembang Bulan…………….…….. 68
Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Tikus Uji………………....……...... 69
Lampiran 3. Surat CoA Aloksan Monohidrat ……….………………..……… 70
Lampiran 4. Surat CoA Glibenklamid………………………………….…….. 71
Lampiran 5. Alur Penelitian…………………………………………..………. 72
Lampiran 6. Perhitungan Dosis……………………………………….….…… 73
Lampiran 7. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu…..…...…… 75
Lampiran 8. Hasil Penapisan Fitokimia………………………………………. 76
Lampiran 9. Gambar Kegiatan Penelitian………..…………………………… 77
Lampiran 10. Nilai Kadar Gula Darah Tikus Pada Uji Pendahuluan……..….. 80
Lampiran 11. Nilai Kadar Gula Darah Tikus Penelitian…………………..….. 81
Lampiran 12. Nilai Berat Badan Tikus Penelitian………………………….… 82
Lampiran 13. Persentase Penurunan Kadar Gula Darah Tikus…….………..... 83
Lampiran 14. Kurva Kadar Gula Darah Tikus….........……………………….. 84
Lampiran 15. Analisis Data Kadar Gula Darah……...………………….……. 85
Lampiran 16. Foto Hasil Pengukuran Gula Darah Tikus Uji………………..... 92
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4. Hipotesis
Ekstrak etanol 95% dari daun kembang bulan memiliki efek
antihiperglikemia pada tikus Sprague-Dawley jantan yang diinduksi
aloksan.
Gambar 2.1. Tumbuhan kembang bulan (kanan) dan simplisia daun kembang
bulan (kiri) (Koleksi pribadi, 2016)
2.1.3. Habitat
Tumbuhan Kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray)
umumnya tumbuh liar di tempat-tempat curam, misalnya di tebing-tebing, tepi
sungai dan selokan. Sekarang banyak ditanam sebagai tanaman hias karena warna
bunganya yang kuning indah dan sebagai pagar untuk mencegah kelongsoran
tanah. Tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan tahunan yang kerap tumbuh di
tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Tanaman ini tumbuh dengan
mudah di tempat atau di daerah berketinggian 5-1500 m di atas permukaan laut
(Didik dan Sulistijowati, 1999).
Gambar 2.2. Grafik perbandingan daya antioksidan ekstrak etanol daun insulin
dengan asam askorbat (Juang et al., 2014)
Gambar 2.3. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun kembang bulan secara
kuantitatif (Omoboyowa et al., 2015)
2.1.7.2. Uji Efek Antioksidan dan Hipoglikemia Ekstrak Air Daun Kembang
Bulan terhadap Mencit yang Diinduksi Aloksan (Thongsom et al.,
2013)
Aktivitas antihiperglikemia ekstrak air daun kembang bulan diuji dengan
metode toleransi glukosa (OGTT) pada mencit normal dan diberikan per oral
setiap hari selama 21 hari pada mencit DM yang telah diinduksi aloksan. Dosis
ekstak yang diujikan pada uji toleransi glukosa adalah dosis 500 mg/kgBB
sedangkan dosis ekstrak yang diujikan pada uji antihiperglikemia pada tikus DM
adalah dosis 100 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB.
Efek hipoglikemik ekstrak dosis 500 mg/kgBB terlihat signifikan
menurunkan kadar glukosa pada uji toleransi glukosa. Selanjutnya, ekstrak 500
mg/kgBB yang diberikan pada tikus yang diinduksi aloksan secara signifikan
menurunkan kadar glukosa, kolesterol total, trigliserida dan LDL, serta
meningkatkan kadar HDL.
darah sebesar 55.57 %. Sedangkan dari kelompok perlakuan ekstrak dapat dilihat
bahwa ekstrak etanol dengan dosis 77 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa
darah sebesar 54.15 % dimana persen penurunan tersebut mendekati persen
penurunan kontrol positif. Pemberian sukrosa 5625 mg/kgBB dapat meningkatkan
kadar glukosa darah sebesar < 50%.
2.1.8. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat autooksidasi dengan
menghambat pembentukan radikal bebas atau dengan mengganggu pembentukan
radikal bebas melalui beberapa mekanisme, yaitu:
(1) Mengganggu zat yang menyebabkan peroksidasi
(2) Membentuk reaksi kelat ion logam sehingga tidak dapat membentuk
senyawa reaktif atau merusak lipid peroksida
(3) Menghambat pembentukan peroksida dengan menghilangkan ion O2
(4) Merusak reaksi ikatan autooksidasi
(5) Menurunkan konsentrasi O2 terlokalisir (Nawar, 1996).
2.2. Simplisia
2.2.1. Definisi Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan (Depkes RI, 2009).
2.3. Ekstraksi
2.3.1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau simplisia hewani menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes, 2009).
B. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses sampai 3-5 kali hingga
reaksi berlangsung sempurna.
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan kontinu) pada suhu yang
lebih tinggi dari suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50oC.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (96-98oC)
selama 15-20 menit.
5. Dekok
Dekok adalah proses infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan
pada suhu titik didih air.
2.4.2. Klasifikasi
Diabetes melitus tipe 1 atau disebut dengan IDDM (Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus) merupakan diabetes melitus yang terjadi pada pasien dengan
sekresi insulin yang sedikit atau insulin tidak disekresi oleh pankreas sehingga
membutuhkan terapi insulin dari luar untuk menjaga kadar glukosa darahnya.
Diabetes melitus tipe 1 ditandai oleh destruksi sel β secara selektif dan defisiensi
insulin absolute atau berat. Penyakit ini disebabkan karena autoimun dan
idiopatik, kebanyakan disebabkan oleh penyakit autoimun dan terjadi pada usia
muda. Pasien hipoinsulinemia dan hiperglikemia beresiko terjadi ketosis dan
ketoasidosis (Sweetman, 2009; Katzung, 2010).
2.4.4. Diagnosis
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila terdapat keluhan
khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan
penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal,
pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.
Apabila terdapat keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL juga dapat digunakan
sebagai patokan diagnosis DM (Depkes, 2005).
Berikut ini merupakan parameter penegakkan diagnosis diabetes melitus
berdasarkan data Depkes tahun 2014 dan American Diabetes Association (ADA)
tahun 2015.
Tabel 2.1. Tabel parameter penegakkan diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2015;
Depkes, 2014)
Parameter Nilai (Depkes, 2014) Nilai (ADA, 2015)
Glukosa darah puasa/fasting Lebih dari 126 mg/dL ditambah ≥126 mg/dL (7,0
plasma glucose 4 gejala khas DM (banyak mmol/L)
makan, sering kencing, sering
haus, berat badan turun).
Glukosa darah Lebih dari 200 mg/dL ditambah ≥200 mg/dL (11,1
sewaktu/random plasma 4 gejala khas DM. mmol/L)
glucose
Glukosa darah pada uji Lebih dari 200 mg/dL ≥200 mg/dL (11,1
toleransi glukosa / impaired mmol/L)
glucose tolerance (IGT)
Kadar glukosa plasma postprandial (2 < 180 mg/dL (< 10,0 mmol/L)
jam setelah makan)
HbA1C < 7%
B. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa
darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Beberapa
contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda,
berenang, dll. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40
menit per hari. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas
a. Golongan Sulfonilurea
Dikenal 2 generasi obat sulfonilurea. Generasi pertama terdiri dari
tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropramid. Generasi kedua yaitu
gliburid (glibenklamid), glipizid, gliklazid, dan glimepirid. Mekanisme kerja
golongan ini adalah dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β
langerhans pankreas dengan cara berinteraksi dengan ATP-sensitive K Channel
pada membran sel β yang menimbulkan depolarisasi membran. Pada penggunaan
jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia.
Semua obat-obatan golongan sulfonilurea dimetabolisme di hati. Beberapa
diantaranya merupakan obat aktif, sedangkan yang lainnya merupakan metabolit
inaktif.
b. Golongan Meglitinide
Repaglitinida dan Nateglinida merupakan obat-obatan golongan ini dengan
mekanisme yang sama dengan sulfonilurea, tetapi struktur kimia golongan ini
sangat berbeda dengan sulfonilurea. Berdasarkan farmakodinamika, golongan ini
bekerja dengan menutup kanal K yang bersifat ATP-independent di sel β
pankreas.
Berdasarkan farmakokinetika, absorpsi obat ini yang diberikan secara oral
bekerja cepat dan kadar puncak dicapai dalam waktu 1 jam. Waktu paruh obat ini
adalah 1 jam, sehingga harus diberikan beberapa kali dalam sehari sebelum
makan. Metabolisme utamanya di hepar, dan sekitar 10% di ginjal. Efek samping
utama penggunaan obat ini adalah hipoglikemia dan gangguan saluran cerna.
c. Golongan Biguanida
Beberapa obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah fenformin,
buformin, dan metformin. Namun, obat yang pertama telah ditarik dari peredaran.
Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin.
Biguanida memiliki mekanisme kerja menurunkan produksi glukosa di
hepar dan meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin.
Metformin oral diabsorpsi di usus, diekskresikan melalui urin dalam keadaan
utuh, dan memiliki waktu paruh sekitar 2 jam. Dosis awal metformin adalah 2 x
500 mg dengan dosis maksimum 2,5 gram sehari yang diminum bersamaan
dengan makanan.
Efek samping obat ini adalah gangguan pada sistem pencernaan seperti
mual-muntah. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau sistem
kardiovaskular, pemberian biguanida dapat menimbulkan peningkatan asam laktat
dalam darah. Biguanida tidak boleh diberikan pada ibu hamil, pasien dengan
penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremia, penyakit jantung kongestif
dan penyakit paru dengan hipoksia kronik.
d. Golongan Tiazolinedion
Obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah pioglitazon,
rosiglitazon, dan troglitazon. Namun, troglitazon telah ditarik dari peredaran
karena menimbulkan toksisitas hati.
Tiazolinedion bekerja dengan menurunkan resistensi insulin. Kerja utama
obat ini adalah mengatur gen yang terlibat dalam metabolisme lipid dan glukosa
dan diferensiasi adiposit. Efek samping obat ini adalah resistensi cairan yang
bermanifestasi sebagai anemia ringan dan edema perifer. Beberapa laporan
mengindikasikan peningkatan risiko gagal jantung.
e. Inhibitor α-glukosidase
Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akarbosa dan
miglitol. Obat golongan ini bekerja dengan memperlambat absorpsi polisakarida
(starch), dekstrin, dan disakarida dalam saluran pencernaan. Obat golongan ini
menurunkan glukosa plasma postprandial pada DM tipe 1 dan 2. Efek samping
obat ini adalah malabsorpsi, flatulen, diare, dan abdominal-boasting. Efek
samping ini bersifat dose-dependent (Nafrialdi, 2007; Katzung, 2010).
2.5.2. Model Hewan Uji yang Diberikan Asupan Glukosa secara Oral
Metode ini disebut juga sebagai metode induksi fisiologi diabetes mellitus
karena peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi tidak disertai dengan adanya
kerusakan pankreas. Prosedur metode ini adalah hewan uji dipuasakan sepanjang
malam lalu diberikan asupan glukosa oral (1-2,5 g/kgBB). Selanjutnya kadar
glukosa darah dipantau selama interval waktu tertentu. Kelemahan dari metode ini
adalah kondisi hiperglikemia yang terjadi lebih fluktuatif dibandingkan dengan
kondisi hiperglikemia yang dihasilkan oleh induksi aloksan monohidrat.
2.5.3.1.Model Streptozosin
tikus yang diberikan secara intraperitoneal. Diabetes akan terjadi secara bertahap
dan dapat dideteksi selama beberapa hari, biasanya 4 hari untuk mencit dan 7 hari
untuk tikus.
Meskipun streptozosin merupakan senyawa penginduksi diabetes yang
banyak digunakan, penggunaan streptozosin memiliki banyak kekurangan. Salah
satu kekurangan penggunaan streptozosin adalah pemulihan segera dari kadar
glukosa darah yang tinggi akibat insulinoma serta insiden tumor ginjal dan tumor
hati akibat sifat onkogenik dari streptozosin. Apabilah hal-hal tersebut terjadi,
maka akan terjadi penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dan hewan uji
tidak dapat digunakan sebagai model pengujian agen antidiabetes.
2.5.3.2.Model Aloksan
glukosa. Reaksi ini berlangsung cepat dan memiliki tingkat sensitifitas warna
yang tinggi. Dari beberapa senyawa aldosa, hanya mannosa dan galaktosa yang
memiliki hasil warna yang baik. Namun kadarglukosa tersebut tidak terlalu
banyak terdapat dalam darah. Senyawa o-toluidine juga bersifat sangat korosif dan
toksik. Alasan-alasan tersebut yang menyebabkan metode ini ditinggalkan.
c. Metode enzimatik (Rand, 2013)
Saat ini, metode ini paling sering digunakan dalam mengukur kadar
glukosa darah. Enzim yang paling sering digunakan adalah enzim Hexokinase.
Enzim heksokinase mempercepat reaksi antar glukosa dan adenosine trifosfat
dengan mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Selanjutnya enzim glukosa-
6-fosfat dehidrogenase, dengan adanya nikotinamida dinukleotida (NAD), akan
mengoksidasi glukosa-6-fosfat untuk mereduksi NAD (NADH) dan
fosfoglukonat. Senyawa NADH inilah yang dapat diukur secara spektrofotometri.
Gambar 2.9. Reaksi kimia glukosa pada strip Glukometer (Wang, 2008)
2.8. Glibenklamid
menyebabkan eksositosis glanul insulin sehingga insulin lepas dari sel (Dipiro,
2008).
Onset kerja glibenklamid adalah 2-4 jam dengan durasi kerja hingga 24
jam. Efek samping glibenklamid adalah hipoglikemia dan porphyria (akumulasi
jumlah porphyrin dalam darah) (Sweetman, 2009). Glibenklamid sebaiknya
disimpan di dalam wadah tertutup rapat (BP, 2009).
3.3.2. Bahan
3.3.2.1. Tanaman Uji
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kembang
bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A Gray) pada bagian daunnya. Tanaman ini
diperoleh di daerah Bekasi, Jawa Barat. Tanaman kembang bulan segar yang
digunakan adalah sebanyak 6 kg. Sebelum diproses menjadi simplisia, tanaman
dideterminasi, yaitu memverifikasi identitas tanaman di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor.
3.4.2. Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan melalui tahapan berikut:
1. Dilakukan penimbangan serbuk simplisia. Serbuk simplisia yang
digunakan adalah sebanyak 620 gram.
2. Simplisia dimasukkan ke dalam wadah botol berwarna coklat.
3. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 95% sampai seluruh serbuk terendam
tikus dengan kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dL (Gabriel et al.,
2014).
Tikus yang mengalami hiperglikemia dipilih dan digunakan dalam
penelitian. (Radenkovic et al., 2015)
Aloksan dilarutkan dalam larutan saline dingin lalu diberikan segera kepada tikus
uji.
Semua tikus diberikan air minum. Setiap 7 hari (H0, H1, H8, H15, H22) berat
badan dan glukosa darah tikus dipantau, dan setelah 21 hari perlakuan, tikus
diterminasi dengan diberi inhalasi eter.
Keterangan :
Go: glukosa darah puasa sebelum diberikan sediaan uji
Gt: glukosa darah setelah diberikan sediaan uji
4.1.2 Ekstraksi
Berdasarkan hasil pengeringan maserat, diperoleh rendemen ekstrak etanol
95% daun kembang bulan adalah 13,39% yang berarti dari 100 gram simplisia
kering daun kembang bulan yang diekstraksi akan diperoleh 13,39 gram ekstrak
etanol 95% daun kembang bulan.
Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Daun Kembang
Bulan
Identifikasi Metode Hasil Keterangan
Tabel 4.2. Parameter standar ekstrak etanol 95% daun kembang bulan
Parameter Hasil
Identitas ekstrak - Nama latin tumbuhan : Tithonia diversifolia (Hemsl.) A.
Gray
- Bagian tumbuhan yang digunakan : daun
- Nama Indonesia : Kembang Bulan
Organoleptik - Bentuk : kental
- Warna : hijau tua
- Bau : aromatik
- Rasa : pahit
Kadar air 7,6496%
Kadar abu 16,0431%
Tabel 4.4. Distribusi pengukuran kadar glukosa darah tikus uji pada
kelompok perlakuan saat H0, H1, H8, H15, dan H22.
Kadar Glukosa Darah Tikus Uji (mg/dl)
Perlakuan
H0 H1 H8 H15 H22
87,4 ± 109,4 ± 112,8 ± 100,6 ± 104,6 ±
Kontrol Normal
15,662 24,704 18,294 12,895 30,237
114,8 ± 171,6 ± 195, 8 ± 194 ± 180,4 ±
Kontrol Negatif
10,568 29,108 34,230 32,695 21,542
118,4 ± 366,6 ± 208,8 ± 143,4 ± 111,2 ±
Kontrol Positif
12,759 206,866 126,990 47,130 16,902
104,6 ± 154,8 ± 141,4 ± 111,6 ± 104,8 ±
Dosis 10 mg/KgBB
12,903 9,884 5,770 13,277 13,953
87,4 ± 258,8 ± 188,8 ± 138,6 ± 118,6 ±
Dosis 100 mg/KgBB
9,016 134,772 86,658 47,109 12,973
94,6 ± 183,2 ± 146,6 ± 109,2 ± 100,2 ±
Dosis 1000 mg/KgBB
24,562 15,172 13,145 21,626 30,768
Data ditampilkan dalam bentuk Mean ± Standar Deviasi (SD)
Tabel 4.5. Persentase penurunan kadar glukosa darah tikus uji pada
kelompok kontrol positif, dan kelompok dosis selama beberapa waktu
pengukuran.
Kelompok Perlakuan H8 H15 H22
Kontrol positif 43,0442% 60,8838% 69,6126%
Dosis 10 mg/kgBB 8,6563% 27,9069% 32,2997%
Dosis 100 mg/kgBB 27,0479% 46,6770% 54,1731%
Dosis 1000 mg/kgBB 19,9781% 40.3930% 45,3056%
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa
darah terhadap tikus galur Sprague Dawley jantan yang diinduksi diabetes dengan
senyawa Aloksan Monohidrat. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tanaman kembang bulan pada bagian daunnya yang diperoleh di
Bekasi, Jawa Barat. Sebelum daun kembang bulan digunakan sebagai bahan
penelitian, terlebih dahulu dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil
determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman kembang
bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) dari familia Asteraceae.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk membuat kadar glukosa
darah tikus uji tinggi adalah dengan metode induksi senyawa Aloksan. Metode
induksi Aloksan dipilih karena ditujukan untuk mengamati penurunan glukosa
darah pada tikus diabetes yang pankreasnya dirusak. Pada penginduksian diabetes
dengan senyawa diabetogen Aloksan, sel pankreas yang dirusak hanya sel β
pankreas yang merupakan penghasil hormon insulin. Jika dibandingkan dengan
Streptozotosin yang juga merupakan senyawa kimia diabetogen, harga Aloksan
relatif lebih murah, serta daya rusak sel pankreas tidak sebesar Streptozotosin
sehingga potensi mortalitas tikus uji lebih kecil (Lenzen, 2008).
Sebelum dilakukan penginduksian diabetes, tikus uji diaklimatisasi selama
7 hari. Pada proses aklimatisasi, tikus diberi makan dan minum, ditimbang, serta
dipelihara dengan baik. Selama penelitian, tikus uji diberi makan pakan 512
sebanyak 10-15% berat badan dalam sehari dan minum secara ad libitum. Proses
aklimatisasi tikus bertujuan untuk membuat tikus uji beradaptasi dengan
lingkungannya, menstabilkan parameter fisiologis dan perilaku tikus akibat proses
pengiriman, dan menganalisis kelayakan tikus untuk menjadi tikus uji. Tikus
dianggap layak menjadi tikus uji apabila selama proses aklimatisasi tidak terjadi
penurunan berat badan lebih dari 10% dalam sehari (Arts et al., 2012; K.
Chapman et al., 2013).
Sebelum dilakukan penginduksian pankres dengan Aloksan, tikus uji
sebelumnya dipuasakan selama 12 jam. Hal ini disebabkan karena aloksan dan
glukosa berkompetisi untuk masuk ke dalam sel β pankreas. Adanya glukosa
dapat menghambat aloksan untuk masuk ke dalam sel β pankreas sehingga
dilakukan pemuasaan untuk meminimalkan jumlah glukosa darah tikus uji
(Radenkovic, 2015).
Penginduksian diabetes dengan senyawa Aloksan dilakukan secara
intraperitoneal dengan konsentrasi 30 mg/ml dalam larutan saline. Rute
intraperitoneal dipilih untuk mempercepat efek pengerusakan sel β pankreas,
sedangkan konsentrasi 30 mg/ml dipilih karena berdasarkan perhitungan, tikus
seberat 200 g diberikan aloksan sebanyak 30 mg dengan volume 1 ml.
Berdasarkan Certificate of Analysis senyawa Aloksan Monohidrat, 40 mg Aloksan
Monohidrat larut dalam 1 ml air sehingga volume larutan saline yang digunakan
mampu melarutkan aloksan.
Dosis aloksan yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus uji
adalah 150 mg/kgBB. Dosis ini diambil berdasarkan penelitian sebelumnya
(Radenkovic, 2015). Dosis ini pun dipilih menjadi dosis untuk uji pendahuluan
induksi aloksan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan,
diketahui bahwa induksi dengan aloksan dosis 150 mg/kgBB terbukti dapat
menyebabkan diabetes dalam waktu 7 hari setelah diinduksi. Hasil uji
pendahuluan dapat dilihat pada lampiran 10.
Setelah 1 jam tikus diinduksi dengan aloksan, tikus diberikan larutan
glukosa 5% secara ad libitum selama 24 jam. Hal ini dilakukan berdasarkan
penelitian terdahulu untuk mencegah fase hipoglikemia selama masa
pengerusakan pankreas (Radenkovic, 2015). Berdasarkan penelitian, terdapat 4
fase selama masa pengerusakan pankreas yaitu fase hipoglikemia pertama pada 30
menit setelah induksi, lalu fase hiperglikemia awal pada 2-4 jam setelah induksi.
Selanjutnya terjadi fase hipoglikemia ke-2 yang terjadi 4-8 jam setelah induksi.
Setelah itu barulah terjadi hiperglikemia ke-2 yang bersifat permanen (Lenzen,
2008).
Setelah 30 tikus diinduksi aloksan, sebanyak 25 tikus memiliki nilai kadar
glukosa darah di atas 140 mg/dl, 3 tikus memiliki nilai kadar glukosa darah
kurang dari 140 mg/dl, dan 2 tikus mati. Diantara 25 tikus yang diabetes,
sebanyak 17 tikus memiliki kadar glukosa darah 140-200 mg/dl, 5 tikus memiliki
kadar glukosa darah 201-400 mg/dL, dan 3 tikus memiliki kadar glukosa darah di
atas 400 mg/dL. Berdasarkan penelitian sebelumnya, sebanyak 40% tikus uji yang
diinduksi berhasil diabetes, 20% tikus uji mengalami sedikit kenaikan kadar
glukosa darah atau tidak sama sekali, dan 40% tikus uji lainnya mati pada minggu
pertama atau minggu sebelumnya yang kemungkinan disebabkan karena asidosis
(Carvalho et al., 2003). Akhirnya, pada penelitian ini setiap kelompok perlakuan
terdiri dari 5 tikus uji. Jumlah ini masih memenuhi persyaratan dari WHO.
Waktu pengamatan efektifitas antihiperglikemia yang digunakan adalah
selama 21 hari. Waktu pengamatan efektifitas antihiperglikemia dilakukan
berdasarkan jurnal Radenkovic pada tahun 2015.
Gambar 4.1. Kurva respon dosis terhadap efek agonis (a) dan agonis disertai
adanya efek antagonis non kompetitif sesuai dengan peningkatan dosis (b, c, d)
(Craig et al., 2004)
Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus uji dianalisis secara statistika
dengan menggunakan program SPSS 21.0. Uji statistik yang pertama dilakukan
adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnof. Uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui persebaran data setiap kelumpok uji. Uji homogenitas dengan
menggunakan metode Levene. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
adanya varian homogen pada data. Data terdistribusi normal dan homogen apabila
memiliki nilai p ≥ 0,05.
Secara statistika, penelitian ini termasuk ke dalam analitik komparatif
numerik tidak berpasangan. Analisis yang dilakukan adalah dengan metode One-
Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) bila data
terdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Apabila data tidak terdistribusi
normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis dengan uji Kruskal-Wallis
yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah tikus oleh ekstrak etanol 95% daun
kembang bulan ini terjadi melalui beberapa mekanisme yang mungkin terjadi.
Berdasarkan jurnal antihiperglikemia ekstrak etanol 95% daun kembang bulan
dengan metode toleransi glukosa, terbukti bahwa ekstrak etanol 95% dapat
mengurangi absorpsi glukosa dengan menghambat enzim α-glukosidase dalam
memecah disakarida sukrosa menjadi glukosa pada saluran intestinal (Darmawi et
al., 2015).
Senyawa sesquiterpenoid lakton yang terkandung dalam ekstrak etanol
95% daun kembang bulan (Tagitinin C) dapat mengendalikan kadar glukosa darah
dengan berikatan pada reseptor agonis PPARγ (peroxisome proliferator-activated
receptor agonists). Efek ikatan ini adalah memodulasi ekspresi gen yang terlibat
dalam metabolisme glukosa dan lipid, transduksi sinyal insulin, dan diferensiasi
pada jaringan adiposit dan jaringan lainnya (Lin, Hsiang-Ru, 2012).
Pada kondisi hiperglikemia, jumlah stress oksidatif dalam tubuh
meningkat. Peningkatan jumlah stress oksidatif dapat menyebabkan toksisitas
pada sel β pankreas sehingga jumlah sel β pankreas dan sekresi insulin berkurang.
(Kajimoto dan Kaneto, 2004). Skema toksisitas sel β pankreas dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2. Skema toksisitas sel β pankreas (Kajimoto dan Kaneto, 2004)
insulin. Pada analisis histologi, terlihat perbanyakan jumlah sel β pankreas pada
mencit DM yang diberikan antioksidan, dan pemberian antioksidan dapat
menghambat terjadinya apoptosis sel β pankreas tanpa mengubah laju proliferasi
sel. Pemberian antioksidan juga dapat dapat meningkatkan jumlah insulin dan
mRNA insulin. Ekspresi gen PDX-1 juga terlihat pada sel islet setelah pemberian
antioksidan (Kajimoto dan Kaneto, 2004).
Diduga hal-hal di atas juga terjadi pada tikus uji penelitian ini yang
mengalami penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian ekstrak. Untuk
membuktikan hal tersebut, selanjutnya perlu dilakukan uji kadar insulin dalam
darah dan uji histopatologi pankreas tikus uji.
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstrak etanol 95% daun kembang bulan dengan dosis 10 mg/KgBB, 100
mg/KgBB, dan 1000 mg/KgBB terbukti memiliki efek antihiperglikemia
terhadap tikus Sprague-Dawley jantan yang diinduksi aloksan.
2. Penurunan glukosa darah tikus uji pada kelompok dosis 10 mg/KgBB, 100
mg/KgBB, dan 1000 mg/KgBB secara statistika menunjukkan adanya
perbedaan, tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna.
3. Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok dosis 100 mg/kgBB paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok uji dosis 10 mg/kgBB dan 1000
mg/kgBB, yaitu sebesar 54,1731%.
5.2. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam hal mencari dosis yang tepat
dalam mengendalikan kadar glukosa darah dari ekstrak etanol 95% daun kembang
bulan yang tumbuh di Indonesia serta perlu dilakukan uji kadar insulin dalam
darah dan uji histopatologi pankreas tikus uji untuk mengetahui adanya perbaikan
pada pankreas tikus akibat pemberian ekstrak.
Dianasari dan Fajrin. 2015. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus sabdarrifa L.) pada Tikus dengan Metode Induksi
Aloksan. Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan, Vol 2 (1). Hal. 54-58.
Dipiro et al. 2008. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 7th Edition.
United State of America.McGraw-Hill. Page 1220-1223.
Etuk, E.U. 2010. Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture
and Biology Journal of North America, 1 (2). Page 130-134.
Gabriel et al. 2014. Evaluation of Methanol Extract of Gongronema latifolium
Leaves Singlyand in Combination with Glibenclamide for Anti-
Hyperglycemic Effects in Alloxan-Induced Hyperglycemic Rats.
ScopeMed. Journal of Intercultural Ethnopharmacology. Vol 3. DOI
:10.5455/jice.20140610054950. Page 120.
Gale et al. 2011. Disruption of Circadian Rhythms Accelerates Development of
Diabetes through Pancreatic Beta-Cell Loss and Dysfunction. J Biol
Rhythms 2011 26: 423. DOI: 10.1177/0748730411416341.
Hidayat, Syamsul. Napitupulu, Rodame M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta :
Penerbit AGRIFLO. Page 201.
Hoffmann, David. 2003. Medical Herbalism : The Science and Practice of Herbal
Medicine. Vermont. Healing Arts Press. Page 69.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Hal. 297-298.
Iranloye et al. 2011. Anti-diabetic and Anti-oxidant Effects of Zingiber officinale
on Alloxan-Induced and Insulin-Resistant Diabetic Male Rats. Niger J
Physiol Sci. 23;26 (10). Page 89-96.
Jemai et al. 2009. Antidiabetic and Antioxidant Effects of Hydroxytyrosol and
Oleuropein from Olive Leaves in Alloxan-Diabetic Rats. J Agric Food
Chem. 2009 Oct 14;57(19). DOI: 10.1021/jf901280r. Page 8798-9804.
Juang et al. 2014. Investigation of Anti-oxidative Stress in vitro and Water
Apparent Diffusion Coefficient in MRI on Rat After Spinal Cord Injury in
vivo with Tithonia diversifolia Ethanolic Extracts Treatment. Biomed
Central Ltd. Page 1-8.
Abma, Rebecca K. 2009. Blood Sugar Monitoring: When to Check and Why.
http://www.diabetesselfmanagement.com/managing-diabetes/blood-
glucose-management/blood-glucose-monitoring-when-to-check-and-why/
(diakses pada tanggal 8 Juli 2016)
Pengukuran BB dan glukosa darah sebelum induksi dan setelah induksi hari ke 1, 8, 15, dan 21
Analisis data
1. Dosis rendah
Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
rendah adalah :
10 mg/kgBB = 2 mg/200 g BB
VAO =
VAO =
VAO = 1 mL
2. Dosis sedang
Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
sedang adalah :
100 mg/kgBB = 20 mg/200 g BB
VAO =
VAO =
VAO = 1 mL
3. Dosis tinggi
Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
tinggi adalah :
1000 mg/kgBB = 200 mg/200 g BB
VAO =
VAO =
VAO = 2 mL
B. Glibenklamid
HED (mg/kg) =
5 mg/60 kg =
5 mg/60 kg =
Dosis tikus =
C. Aloksan monohidrat
Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
tinggi adalah :
150 mg/kgBB = 30 mg/200 g BB
VAO =
VAO =
VAO = 1 mL
Lampiran 7. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu Ekstrak Etanol
95% Daun Kembang Bulan
= 13,39%
= 7,6496%
= 16,0431%
Alkaloid Antrakuinon
Gambar 5.4
Gambar 5.3
Saponin
Flavonoid
Tanin Terpenoid
Gambar 5.8
Proses Sortasi Basah
Gambar 5.7 Gambar 5.9
Tanaman Kembang Proses Pencucian
Bulan
Gambar 5.11
Daun kembang bulan kering
Gambar 5.15
Gambar 5.13
Ekstrak kental
Proses Penyaringan Gambar 5.14
maserat Proses Pengeringan maserat
Gambar 5.22
Glukosa darah tikus diukur dengan Gambar 5.23
glukometer Tikus disonde
Lampiran 10. Nilai kadar glukosa darah tikus pada uji pendahuluan
Tikus 4 (Normal) 92 99 91
Keputusan : Kadar gula darah tikus tidak terdistribusi normal pada data
setelah induksi dan hari ke-7 setelah pemberian ekstrak (p ≤ 0,05)
2. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kadar gula
darah tikus
Hipotesis : Ho = Data kadar gula darah tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha = Data kadar gula darah tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Kontrol
Normal
Kontrol
Negatif
119
Kontrol
Positif
Dosis Rendah
Dosis Sedang
96
Dosis Tinggi