Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK DAUN KESUM

(Polygonum minus Huds) TERHADAP MENCIT PUTIH

JANTAN (Mus muculus)

OLEH :

RISKA YOLANDA

NIM 199489

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT/ Tuhan yang maha esa yang telah

memberikan kemudahan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK DAUN

KESUM (Polygonum minus Huds) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN

(Mus muculus)”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan di Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian

Kartikasari M.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing dan ibu selaku dosen penguji

yang telah memberi arahan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Orang tua tercinta atas seluruh dukungan baik moril maupun materil.

2. Ibu Adhisty Kharisma Justicia, M. Sc., Apt. selaku Direktur Akademi

Farmasi Yarsi Pontianak

3. Bapak dan ibu dosen Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

4. Seluruh staf Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata semoga Karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak dan keterbatasan dalam Karya Tulis Ilmiah dapat ditingkatkan peneliti

selanjutnya pada masa yang akan datang.


Wassalamualaikum,Wr.Wb

Pontianak, 08 Desember 2021

Penulis

ABSTRACT

Research has been carried out to test the antidiarrheal activity of the

ethanolic extract of kesum leaves (Polygonum minus Huds) against male white
mice (Mus muculus). This study aimed to prove the antidiarrheal activity of the

seeddian kesum leaf extract in male white mice and to determine the

concentration of the kesum leaf extract that could provide the best antidiarrheal

activity. Kesum leaf ethanol extract preparations in this study were made with

concentrations of 0.25%, 0.5%, and 0.75%.

Keywords : Antidiarrhea, kesum leaf extract, mice, oleum ricini.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun

kesum (Polygonum minus Huds) terhadap mencit putih jantan (Mus muculus).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan aktivitas antidiare seeddian ekstrak

daun kesum terjadap mencit putih jantan dan menentukan konsentrasi ekstrak

daun kesum yang dapat memberikan aktivitas antidiare yang paling baik. Sediaan

ekstrak etanol daun kesum pada penelitian ini dibuat dengan konsentrasi 0,25%,

0,5%, dan 0,75%.

Kata kunci : Antidiare, ekstrak daun kesum, mencit, oleum ricini.

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah Kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortilitas-nya

yang masih tinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Dapartemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden

naik. Pada tahun 2000 IR (incidence rate) penyakit diare 301/1000 penduduk,

pada tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi

423/1000 penduduk, dan tahun 2010 mejadi 411/1000 penduduk. Kejadian

luar biasa diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (case-fatality rate)

yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB (kejadian luar biasa) di 69

kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR

2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB diare di 24 kecamatan dengan jumlah kasus

5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010

terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan

kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Kemenkes RI,2011).

Diare atau lebih dikenal dengan sebutan mencret adalah suatu gejala

klinis, gangguan pada saluran pencernaan (usus) di mana frekuensi buang air

besar lebih banyak/sering dari pada keadaan normal, yang disertai dengan

perubahan bentuk dan konsistensi feses yang lebih pendek atau encer. Diare

dapat bersifat akut atau kronis dan diare spesifik atau diare non spesifik.

Secara umum, diare dapat terjadi karena meningkatnya motilitas usus dan

gangguan absorbsi yang menyebabkan tinja menjadi encer.

Berdasarkan kajian fitofarmaka, tanaman kesum memiliki aktivitas

antiviral, antibakteri, antijamur, antioksidan, antikanker dan antiulcer.


Berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh Suhaimi, Dian Kartikasari dkk,

yaitu tentang Uji Antidiare Granul dari ekstrak Etanol Daun Kratom

(Mytragina specioca Korth) Terhadap mencit putih jantan (Mus musculus L).

Tanaman kesum mengandung senyawa-senyawa golongan fenolik, flavonoid,

alkaloid, tannin, dan terpenoid.

Efek antidiare ini dapat dihubungkan dengan senyawa tanin, flavonoid

dan alkaloid yang terkandung dalam daun kesum. Senyawa turunan tannin dan

flavonoid memiliki aktifitas sebagai antimotilitas, antisekretori dan

antibakteri. Tanin, flavonoid dan terpenoid bekerja dengan memblokir

reseptor muskarinik atau bekerja pada reseptor μ opioid yang terletak di otot

usus halus sehinggaperistaltik usus berkurang. Selain itu, tanin memiliki efek

antidiare karena merupakan adstringens yang dapat mendenaturasi protein

pada mukosa usus. Flavonoid berperan sebagai antidiare dengan menghambat

motilitas usus dan sekresi hidroelektrolitik. Kemampuan adstringensia dari

tanin ini berhubungan dengan mekanisme kerjanya yaitu dengan mengecilkan

pori-pori dan selaput lendir usus, dengan demikian absorbsi air kedalam usus

berkurang dan gerak peristaltik usus juga berkurang. Tanin dapat

mengendapkan protein, karena tanin mempunyai gugus fungsional ikatan yang

kuat dengan molekul protein, dan menghasilkan ikatan silang yang besar dan

kompleks yaitu protein-tanin.

Penyebab diare dapat dibagi atas faktor infeksi (infeksi bakteri), faktor

malabsorbsi (malabsorbsi karbonhidrat), faktor makanan (makanan basi,

beracun), faktor psikologis (rasa takut dan cemas) (Ngastiyah, 2005).


Motilitas usus menghasilkan diare dan menyebabkan tiga mekanisme

yaitu pengurangan waktu kontak Dalam usus kecil, pengosongan usus besar

yang terlalu cepat, dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Air didalam

perut yang berfungsi menghancurkan makanan harus terkena epitel usus untuk

jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan normal dan

proses sekresi terjadi. Jika kontak ini waktu menurun akan menghasilkan diare

(Dhipiro 2008).

Manusia selalu memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi

kehidupan sehari-hari, diantaranya makan, minum, pakaian, obat, parfum,

bahkan mendirikan tempat tinggal. Tidak salah lagi kekayaan alam banyak

diolah sedemikian rupa sehingga begitu bermanfaat bagi kehidupan manusia

(Sari, 2006)

Lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat tumbuh dan berkembang di

Indonesia, Namun baru 1.000 jenis saja yang sudah didata dan sekitar 300

jenis tanaman yang sudah di manfaatkan untuk pengobatan tradisional.

(Hariana, 2013).

Daun kesum (Polygonum minus Huds.) merupakan tanaman khas

Kalimantan Barat. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropic, yaitu

pada tempat yang hangat dan lembab, oleh karena itu tanaman ini banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan makanan.

Pada penelitian ini hewan uji dibuat menjadi diare dengan memberikan

oleum ricini secara oral, alasan menggunakan oleum ricini tersebut karena

minyak ini berkhasiat sebagai pencahar atau laksansia. Minyak ini didalam

usus halus mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang


merangsang mukusa usus sehingga mempercepat gerakan peristaltik dan

mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Diare merupakan suatu

kondisi frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsistensi feses

yang encer.

Hewan uji yang digunakan mencit putih jantan karena merupakan

hewan mamalia yang secara biologis memiliki Faal tubuh yang hampir sama

atau mirip dengan manusia, khususnya cara mengabsorbsi obat didalam

tubuh. Selain itu hewan uji mencit ini lebih mudah penanganannya dan tidak

memerlukan banyak tempat. Mencit yang digunakan yaitu mencit putih yang

berkelamin jantan karena mencit jantan tidak mengalami siklus atau hormonal

seperti yang dialami mencit betina sehingga diharapkan sampel maupun

pembanding yang diberikan dapat bekerja dengan lebih baik tanpa pengaruh

yang berarti dari hormon. Rute pemberian sampel granul ekstrak daun Kesum

dilakukan secara oral agar kondisi sama dengan pemberian loperamid HCL

sebagai pembanding atau kontrol positif.

Alasan ingin menggunakan ekstrak daun kesum 50% yaitu pada

penelitian yang dilakukan oleh Dian Kartikasari tentang pengujian fenol,

flavonoid, dan alkaloid ekstrak daun kesum (Polygonum minus Huds.) dengan

sampel esktrak etanol, ekstrak etanol 96%, ekstrak etanol 70%, ekstrak etanol

50% mendapatkan hasil bahwa dengan sampel ekstrak etanol 50% memiliki

nilai Fenol, Flavonoid, dan Alkaloid yang paling tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian uji

aktivitas antidiare dari ekstrak daun kesum 50% (Polygonum minus Huds.)

pada mencit jantan yang diinduksi diare dengan menggunakan Oleum ricini.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Ekstrak etanol 50% daun kesum (Polygonum minus Huds)

memiliki aktivitas antidiare terhadap mencit putih jantan (Mus muculus) ?

2. Berapakah dosis Ekstrak etanol 50% daun kesum (Polygonum minus

Huds) yang dibutuhkan untuk menunjukan efek antidiare pada mencit

putih jantan (Mus muculus) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh aktivitas antidiare Eksrak daun kesum (Polygonum

minus Huds) terhadap mencit putih jantan (Mus musculus)

2. Mengetahui pada dosis keberapa Ekstrak daun kesum (Polygonum minus

Huds) yang dibutuhkan untuk efek antidiare pada mencit putih jantan

(Polygonum minus Huds).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

perkembangan ilmu dibidang Farmasi.

2. Diharapkan bidang farmakologi penelitian ini dapat meberikan

pengetahuan pengobatan sebagai aktivitas antidiare dari daun kesum

(Polygonum minus Huds)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum Tumbuhan Kesum


Kesum adalah tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan

kesum dikenal luas oleh masyarakat Kalimantan sebagai salah satu kekayaan

potensial yang dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap berbagai jenis makanan

khas karena memberikan aroma yang sedap dan rasa yang nikmat pada makanan

(Wibowo et al. 2008).

Daun Kesum (Polygonum minus Huds.) berasal dari negara negara Asia

Tenggara yaitu Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia.Tanaman ini tumbuh

liar di tempat yang lembab seperti selokan, sungai,rawa-rawa dan danau. Kesum

dapat bertahan hidup dengan baik pada suhudingin seperti di daerah perbukitan

dingin seperti di daerah perbukitan (Qader dkk, 2012)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Daun kesum (Polygonum minus Huds.)

Sistematik dari tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah

sebagai berikut (Qader dkk, 2012)

Kerajaan : Plantae

Sub Kerajaan : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Maggnoliopsida

Subkelas : Carryophyllidae

Bangsa : Polygonales

Suku : Polygonaceae
Marga : Polygonum

Spesies : Polygonum minus Huds.

Gambar 2.1 Tanaman Daun Kesum

2.1.2 Morfologi Tumbuhan Kesun

Kesum (Polygonum minus Huds. ) (Gambar 2.1) berasal dari negara-

negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia.Tanaman

ini tumbuh liar di tempat yang lembab seperti selokan, sungai,rawa-rawa dan

danau. Kesum dapat bertahan hidup dengan baik pada suhu dingin seperti di

daerah perbukitan dingin seperti di daerah perbukitan (Qader dkk, 2012).

Tanaman herba ini dapat digambarkan sebagai tanaman semak dan kurus.

Tanaman ini dapat mencapai ketinggian 1,0 m di dataran rendah dan 1,5 m pada

daerah berbukit. Daun lanset panjang dan berukuran sekitar 5-7cm dan lebar 05-

2,0 cm. Daun hijau gelap aromatik dan teratur secara bergantian pada batang.

batang. Batang berbentuk berbentuk silinder, silinder, hijau dan sedikit sedikit

kemerahan memiliki ruas pendek dengan nodus yang mudah berakar (Qader dkk,

2012).
Kesum merupakan tanaman yang dikenal luas oleh masyarakat

Kalimantan Barat. Secara tradisional, masyarakat sering memanfaatkannya

sebagai pelengkap dalam berbagai masakan, juga mengenalnya dalam dunia

pengobatan diantaranya sebagai obat sakit perut, obat antiketombe dan sebagai

minuman setelah persalinan (Wibowo dkk, 2009).

Kesum yang memiliki aroma khas dapat menghasilkan minyak esensial

yang mengandung senyawa kimia aldehida alifatik yang tinggi,dengan komponen

kimia utamanya ialah dekanal dan dodekanal.Kandungan senyawa aldehida

alifatik yang tinggi ini menyebabkan minyak kesum memiliki potensi yang tinggi,

terutama dalam industri makanan dan parfum.Ditambah Ditambah lagi belum

banyak pengelolaan pengelolaan minyak kesum ini di pasaran (Baharum dkk,

2010). Merupakan tanaman yang dapat berperan sebagai antioksidan karena

kesum memiliki kandungan fenol cukup besar sehingga aktivitas antioksidannya

juga tinggi (Huda dk juga tinggi (Huda dkk, 2007).

2.1.3 Kadungan Kimia

Kesum ( Polygonum minus Huds.) merupakan erupakan tanaman

aromatik tanaman aromatik yang memproduksi minyak esensial dengan jumlah

yang besar (72,54%) yang mengandung aldehid alifatik. Dekanal (24,36%) dan

dodekanal (48,18%) yang merupakan dua aldehid dominan yang berperan

terhadap aroma dari kesum. Selain dekanal dan dodekanal, juga di temukan bahwa

daun kesum mengandung dekanol (2,49%), 1-dodekanol (2,44%),undecanal

(1,77%),tetradekanal tetradekanal (1,42%), (1,42%),1-undekanol 1-undekanol


(1,41%), (1,41%), nonanal nonanal (0,86%), (0,86%),1-nonanol 1-

nonanol(0,76%), dan β-kariofilen (0,18%) (Baharum dkk, 2010).

2.2 Sistem Pencernaan

2.2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

Didalam mulut terdapat alat pencernaan seperti Gigi berfungsi untuk

mengunyah, memotong, dan menyobek makanan hingga lembut. Berdasarkan

fungsinya, gigi dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut: Gigi taring, berfungsi

untuk menyobek makanan, Gigi seri, berfungsi untuk memotong-motong

makanan,Gigi Geraham, berfungsi untuk mengunyah makanan.

Manusia umumnya mengalami dua kali pergantian gigi. Saat umur 0-6

tahun jumlah giginya 20, yang dinamakan gigi susu. Sesudah dewasa, jumlah

giginya 32, dan jika tanggal tidaj akan tumbuh lagi disebut gigi tepat.

Lidah berfungsi sebagai pengecap rasa makanan, membantu menepatkan

makanan, dan membantu proses penelanan makanan. Kelenjar ludah

menghasilkan ludar sekitar 1,6 liter setiap hari. Umumnya ludah mengandung

99% air dan 1% berupa garam garaman,urea, lendir, enzim pembunuh kuman, dan

enzim pencernaan makanan. Pada manusia terdapat tiga buah kelenjar ludah, yaitu

kelenjar parotis (diantara otot pengunyah disebelah bawah depan daun telinga dan

kulit pipi), kelenjar sublingualis (dibawah lidah), kelenjar submandibularis (di

kelnjar ludah rahang bawah).

Kerongkongan merupakan alat pencernaan yang menghubungkan mulut

dengan lambung, yang terletak diantara pembuluh hawa dan ruas tulang belakang.
Perjalanan makanan dari kerongkongan sampai lambung membutuhkan waktu

enam detik, karena adanya gerak peristaltik.

Lambung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai tempat

terjadinya pencernaan makanan secara kimiawi. Organ ini terletak diatas rongga

perut, dibawah diagfragma. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagaian atas

(kardiak), bagian tengah (fundus), dan bagian bawah (pilorus). Lambung

menghasilkan getah lambung yang terdiri dari air, lendir, asam klorida (HCl),

enzim renin dan pepsinogen.

Makanan dari lambung akan masuk kedalam usus halus. Pada usus halu ini

terjadi penyerapan sari-sari makanan. Usus halus terdiri dari usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus

halus terdapat muara dari dua saluran yang berasal dari kandung empedu dan

saluran yang berasal dari pangkreas.

Sisa makanan yang berupa cairan, diserap oleh usus besar dan dibusukkan

oleh bakteri pembusuk. Kotoran ini akhirnya akan dikeluarkan melalui anus.

2.3 Diare

2.3.1 Definisi diare

Adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare adalah kehilangan cairan dan

elektrolit secara berlebihan yang terjadi kerena frekuensi satu kali atau lebih

buang iar besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare adalah keluarnya
tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3 X atau lebih perhari dengan atau

tanpa darah atau lendir dalam tinja, atau bila merasakan adanya perubahan

konsistensi dan frekuensi buang air besar. Jadi diare adalah keluarnya tinja yang

lunak atau cair pada balita umur 6 bulan sampai 5 tahun dengan frekuensi lebih

dari biasanya atau lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau

lendir tinja (WHO 2013).

2.3.2 Penyebab Diare

Pada dasarnya, ada beberapa jenis diare. Penyebab jenis diare satu dengan

yang lainnya pun berbeda-beda. Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis diare

berdasarkan penyebabnya (Tjay,2002).

a. Diare Osmotik

Diare osmotic adalah diare yang disebabkan oleh bahan-bahan osmotic,

yaitu bahan-bahan makanan tertentu yang tidak dapat diangkut oleh darah dan

tertinggal didalam usus. Beberapa contoh bahan osmotic adalah heksitol,sorbitol,

dan mannitol.

Penyebab lain diare osmotic adalah kekurangan enzim lactase. Enzim

lactase adalah enzim yang diproduksi didalam usus halus. Enzim ini berfungsi

mengubah laktosa (gula usus) menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat

diserap oleh darah. Apabila orang yang kekurangan enzim lactase mengkonsumsi

susu atau produk olohan susu maka laktosa akan menumpuk didalam usus halus

sehingga mengakibatkan terjadinya diare osmotik.

b. Diare Sekretorik
Diare sekretorik terjadi saat usus kecil dan usus besar mengeluarkan

senyawa garam (terutama natrium klorida) dan air ke dalam feses. Sekresi garam

dan air yang berlebih ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya

senyawa toksin, minyak kastor, atau asam empedu di dalam usus. Selain itu, diare

sekretorik juga dapat disebabkan oleh adanya tumor tertentu, misalnya karsinoid,

gastrinoma, dan vipoma.

c. Sindroma Malabsorbsi

Sindroma malabsorbsi merupakan gangguan penyerapan sari-sari makanan

didalam usus halus. Penderita gangguan ini biasanya tidak dapat mencerna

makanan secara normal. Pada saat terjadi sindroma malabsorbsi secara

menyeluruh, lemak dan karbonhidrat tidak dapat diserap dengan baik. Lemak

yang tertinggal didalam usus besar dapat mengakibatkan diare sekretorik,

sedangakan karbonhidrat yang tertinggal didalam usus besar dapat mengakibatkan

diare osmotik. Misalnya, sariawan nontropikal, insufisiensi pancreas,

pengangkatan Sebagian usus, berkurangnya alira darah ke usus, penurunan

produksi enzim tertentu didalam usus halus, dan adanya penyakit pada hati.

d. Diare Eksudatif

Diare Eksudatif merupakan diare yang disebabkan oleh terjadinya

peradangan atau terbentuknya borok pada usus besar. Peradangan atau borok ini

dapat memicu pelepasan protein, darah, lendir, dan cairan lainya yang dapat

meningkatkan kandungan serat dalam feses dan membuat feses menjadi encer.

Diare eksudatif biasanya dipicu oleh jenis penyakit lain, seperti TBC, limfoma,

kanker, penyakit Chorn, dan colitis ulserativa.


e. Diare Karena Perubahan Bagian Usus

Pada keadaan normal, feses biasanya memiliki kandungan air 60-90%.

Untuk dapat mencapai keadaan tersebut, feses harus berada di dalam usus besar

selama beberapa waktu tertentu. Apabila terlalu cepat atau terlalu lama didalam

usus besar maka feses menjadi tidak normal. Jika terlalu cepat meninggalkan usus

besar, feses menjadi sangat encer. Sebaliknya, feses akan menjadi sangat keras

dan kering jika terlalu lama berada di dalam usus besar.

Perubahan bagian (pasase) usus mengakibatkan feses terlau cepat

meninggalkan usus besar, sehingga feses menjadi sangat encer. Beberapa hal yang

dapat mempersingkat keberadaan feses didalam usus besar antara lain

hipertiroid,pengangkatan Sebagian usus halus atau usus besar, pembedahan perut,

pengobatan boro dengan memotong saraf vagus, dan konsumsi obat-obatan

pencahar.

2.3.3 Mekanisme Diare

Ada beberapa macam mekanisme yang mendasari terjadi diare :

1. Terjadi peningkatan sekresi

Hal ini biasanya disebabkan oleh zat yang merangsang terjadi peningkatan

sekresi, baik dari luar (missal toksin kolera) atau dari dalam (pada penyakit

inkluksi mikrovili congenital). Pada diare jenis ini akan terjadi penurunan

penyerapan dan peningkatan sekresi air dan transport elektrolit ke dalam usus.

Fesenya akan berupa cairan dengan osmolaritas yang normal sama dengan dua

kali {Na + K}, dan tidak ditemukan sel leukosit (sel darah putih). Contohnya jenis

diare ini adalah diare karena kolera, E. Coli toxigenic, karsinoid, neuroblastoma,
diare klorida, congenital, clostridium difficile, dan Criptospridiosis (AIDS). Diare

ini tidak akan berenti walaupun penderita puasa.

2. Diare osmotik

Diare osmotik adalah kekurangan enzim lactase. Enzim lactase adalah yang

diproduksi di dalam usus halus. Enzim ini berfungsi mengubah laktosa (gula

usus0 menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat diserap oleh darah. Apabila

orang yang kekurangan enzim lactase mengkonsumsi susu atau produk olohan

susu maka laktosa akan menumpuk di dalam usus halus sehingga mengakibatkan

terjadinya diare osmotic.

3. Peningkatan gerak usus

Peningkatan gerak usus yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan

waktu transit makanan di usus. Infeksi usus dapat menyebabkan diare jenis ini,

feses yang terbentuk biasanya cair, lembek, sampai menyerupai bentuk feses

normal dengan volume yang tidak terlalu besar. Contohnya diare ini asala diare

pada thyrotoksikosis dan sindrom iritasi saluran cerna.

4. Penurunan permukaan usus

Penurunan permukaan usus ini akan menyebabkan gangguan pergerakan

dan osmolaritas usus. Feses diare ini berbentuk cair, dan tata laksananya kadang

penambahan nutrisi yang mungkin perlu diberikan secara parental. Contoh diare

ini penyakit celiac dan enteritis karena rotavirus.

5. Terjadi invasi pathogen mukosa usus


Hal ini akan menyebabkan reaksi peradangan, penurunan penyerapan di usus, dan

peningkatan gerak usus. Feses yang di hasilkan biasanya disertai darah yang dapat

dilihat dengan jelas atau dengan mikroskopik (Terlihat sel darah merah). Contoh

diare jenis ini disebabkan kuman salmonella, shigella, yersinia, campylobacter,

atau amoeba (kligman,2004).

2.3.4 Diare spesifik dan diare non spesifik

Diare bukanlah penyakit yang dating dengan sendirinya. Biasanya ada

yang menjadi pemicu terjadinya diare spesifik dan diare non spesifik. Secara

umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu : Infeksi oleh bakteri, virus atau

parasite. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu, infeksi oleh bakteri atau

virus yang menyertai penyakit lain, pemanis buatan.

2.3.5 Patofisiologi diare

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan

faktor di antaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat di awali adanya

mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang

kemungkinan berkembang dalam usus daan merusak sel mukosa usus yang dapat

menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus

yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan system

transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudia

sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

Kedua faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs

yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare. Ketiga faktor makanan, ini terjadi apabila toksin yang ada tidak

mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian

menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya

peningkatan peristaltic usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan

makanan yang dapat menyebabkan diare (Hidayat, 2006:12).

2.3.6 Pengobatan Diare

Pengobatan diare Sebagian besar diare dapat sembuh dengan sendirinya

setelah dua sampai tiga hari dan paling membutuhkan satu atau dua minggu. Satu-

satunya pengobatan diare yang paling diperlukan adalah mencegah dehidrasi yang

dapat dilakukan dengan minum cairan pengganti dan campuran elektrolit (Oralit).

2.3.7 Antidiare

Antidiare adalah obat yang diberikan untuk mengatasi gejala diare obat

yang diberikan untuk penderita diare adalah untuk terapi kausal, yaitu

memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotic silfanomida, kinolon dan

furazolidon, spasmolitika yaitu zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot

yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare (tjay,2002).


2.3.8 Loperamid

Gambar : Struktur kimia loperamide (Muschler,1991)

Loperamide merupakan derivate difenoksilat (dan haloperidol, suatu anti

psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa efek

terhadap system saraf pusat (SSP) karena tidak bisa menyerangi sawar-darah otak

oleh karena itu kurang menyebabkan efek sedasi dan efek ketergantungan

disbanding golongan opiate lainya seperti-sekresi dari sel sel mukosa, yaitu

memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke adaan resorpsi

normal Kembali. Mulai kerja loperamide lebih cepat dan betahan lebih lama.

Loperamide hydrochloride merupakan zat aktif yang terkandung dalam

obat diare. Loperamide merupakan turunan sintetis Pethidine yang dapat

menghambat motilitas usus dan juga mengurangi sekresi gastrointestinal.

Loperamide diyakini bekerja dengan cara menganggu mekanisme kolinergik dan

non kolinergik yang terlibat dalam refleks peristaltic, menurunkan aktivitas otot

circular dan longitudinal (Medicatherpi, 2009).


1. Dosis

Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila

dikelompokan bisa dibagi :

Dosis dewasa :

Diare akut : dosis awal 4 mg per oral, dilanjutkan dengan 2 mg setiap diare

berikutnya sampai dengan 5 hari : dosis lazim 6-8 mg per hari, maksimum 16 mg

per hari. Bila diare akut tidak sembuh/ tidak ada perbaikan dalam waktu 2 hari,

sebaiknya pemakaian obat dihentikan.

Diare kronis : dosis awal 4 mg per oral, dilanjutkan dengan 2 mg setiap

diare hingga diare terkendali, maksimum 16mg per hari. Dosis rata-rata per hari 4-

8 mg per oral diminum sebagai dosis tunggal ataupun terbagi, maksimum 16 mg

per hari. Jika tida ada perbaikan dalam waktu 10 hari dengan pemberian 16 mg

per hari, pemakaian obat dihentikan.

Dosis anak-anak :

Diare akut : usia 2-6 tahun (13-20 kg) : 1 mg per oral tiga kali seharai :

usia 6-8 tahun (20-30 kg) : 2 mg per oral dua kali sehari : usia 8-12 tahun (>30 kg)

: 2 mg per oral tiga kali sehari.

Diare kronis : dosis terapeutik pada anak-anak belum ditetapkan/ tidak

diijinkan untuk diare kronis pada anak-anak , tetapi dosis 0,08-0,24 mg/kg/hari

dalam 2-3 dosis terbagi telah digunakan.

1. Indikasi
Pengobatan simptomatik diare akut : terapi tambahan untuk rehidrasi

dalam diare akut pada dewasa dan anak-anak di atas 4 tahun : diare kronis khusus

untuk dewasa.

2. Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap loperamide. Nyeri abdominal tanpa adanya

diare. Tidak boleh diberikan pada kondisi dimana hambatan peristaltic harus

dihindari, terutama pada kondisi ileus atau konstipasi. Loperamide tidak boleh

digunakan sebagai terapi utama pada kondisi :

1. Bacterial enterocolitis, yang antara lain disebabkan oleh organisme

Salmonella, Shingella, dan Camphylobacter

2. Disentri akut

3. Ulcerative colitis akut

4. Pseudomembranous colitis yang berhubungan dengan penggunaan

antibotik spektrum luas. Bayi/ anak anak dibawah 2 tahun

3. Efek samping

Nyeri abdominal, mual, muntah, konstipasi, mulut kering, pusing, sakit

kepala, reaksi kulit seperti kemerahan dan gatal, rasa Lelah (fatigue).

4. Interaksi Dengan Obat Lain :

Loperamide meningkatkan absorpsi gastrointestinal Desmopressin.

Interaksi major ; Saquinavir (probable). Interaksi moderate : Gemfibrozil

(established), Itracanazole (established).


5. Mekanisme kerja

Loperamide meruapakan turunan sintetis pethidine yang dapat

menghambat motilitas usus dan juga mengurangi sekresi gastrointestinal.

Loperamide diyakini bekerja dengan cara menganggu mekanisme kolinergik dan

non kolinergik yang terlibat dalam refleks peristaltic, menurunkan aktivitas otot

circular dan longitudinal pada didnding usus.

6. Farmakologi

Absorpshi : sekitar 40% dosis loperamide diabsorpsi dari saluran cerna.

Konsentrasi plasma puncak dicapai sekitar 2,5 atau 4-5 jam setelah pemberian per

oral.

2.4 Penyimpan Simplisia

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain

tergantung pada : tanaman yang digunakan. Sortasi basah dilakukan untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan- bahan asing lainya dari bahan simplisia.

Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan

asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta

pengotoran lainnya harus dibuang. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan

tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Tujuan

pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak.

Sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi

kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau

perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu

dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim
tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah

sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air

tertentu. Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain

yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum

simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.

2.5 Ekstraksi

2.5.1 Definisi ekstraksi

Merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan,

hewan dan lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa

dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstrasi.

Pada proses ekstraksi dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang

telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan di

isolasi. Penggunaan sampel segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang

digunakan selama penyarian kedalam membrane sel tumbuhan secara difusi akan

berlangsung lebih cepat, selain itu juga mengurangi kemungkinan terbentuknya

polimer berupa resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses

pengeringan. Penggunaan sampel kering dapat mengurangi kadar air didalam

sampel sehingga mencegah kemungkingan rusaknya senyawa akibat aktivitas anti

mikroba.

2.5.2 Metode
Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :

a. Ekstraksi cara dingin

Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses

ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa

yang dimaksud rusak karena pemanasan. Jenis ekstraksi dingi adalah

maserasi dan perkolasi.

b. Ekstraksi cara panas

Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan

adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian

dibandingkan cara dingin. Metodenya adalah refliks, eksraksi dengan alat

Soxhlet dan infusa.

2.6 Oleum ricini

Oleum ricini atau minyak jaarak adalah minyak lemak yang diperoleh

dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas berupa cairan

yang kental,jernih, kuning pucat atau hampir tidak bewarna, bau lemah, rasa

manis, kemudian agak pedas, umunya memualkan. Penyimpanan harus dalam

wadah tertutup, berkhasiat laksativum (Depkes RI, 1979).

Oleum ricini merupakan trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Di dalam

usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat

yang merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak perilstatik dan

mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis 0leum ini adalah 2-3

sendok makan (15-30ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efek timbulnya 1-6
jam setelah pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer

(Hudayani,2006).

2.7 Aqua destilata

Aqua destilata atau air suling dibuat dengan menyuling air yang

dapat diminum, bisa sebagai pelarut. Pemerian cairan jernih, tidak berbau,

tidak bewarna, dan tidak ada rasa (Depkes RI,1979).

2.8 Na CMC 0,5%

Gambar struktur: Natrium Carboxy Methyl Cellulosa

Natrium Carboxy Methyl Cellulosa merupakan serbuk atau butiran;

putih atau putih kuning gading,; tidak berbau hampir tidak berbau;

higroskopik. NaCMC mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense

koloidall, tidak terlarut dalam etanol (95%) p, dal meter p dan dalam pelarut

lain (Dapartemen Kesehatan,1995).

2.9Mencit
Klasifikasi mencit :

Kerajaan : Animalia

Filium : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus (Amori,1997)

Gambar 2.2 hewan mencit

Mencit (mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang

berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai

hewan penggangu karena biasanya menggigit mebell dan barang-barang kecil

lainnya, serta bersarang di sudut-dufut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia

terbanyak didunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri


dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liat di

dalam hutan barangkali lebih sedikit dari pada yang tinggal di perkotaan

(Amori,1997).

Alasannya menggunakan tikus jantan galur Wistar antara lain, mudah

diperoleh, mudah dalam perawatannya, serta memiliki kemampuan metabolik

yang cepat. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam penelitian eksperimental yang

bersangkutan dengan metabolisme tubuh (Srinivasan & Ramarao, 2007)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain batang pengaduk,

wadah, timbangan ohaus, timbangan analitik, jarum untuk pemberian oral (sonde

oral), dan alat suntik 1 ml (spuit), stopwatch, gelas kimia dan gelas ukur.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan

(Mus musculus), oleum ricini, loperamide HCl, Na CMC 0,5%, etanol 96%,

aquadest, Ektrak daun kesum (Polygonum minus Huds).

3.3 Prosedur Penilitian

3.3.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel daun kesum dilakukan di Pontianak komplek

Cendana Indah Blok C&D No C16 Pontianak Timur,Kalimantan Barat.


3.3.2 Pengolahan Sampel

Daun kesum dibersihkan dari kotoran kotoran yang menempel, lalu dicuci

sampai bersih dengan air mengalir dan ditiriskan, kemudian diranjang mejadi

kecil kecil, lalu dikeringkan dengan sinar matahari dan ditutup kain hitam hingga

kering, yang ditandai simplisia akan pecah saat diremas. Lalu dilakukan sortasi

kering untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut saat proses penjemuran.

Langkah selanjutnya yaitu sampel ditimbang setelah dilakukan sortasi kering.

3.3.3 Pembuatan Ekstrak daun kesum

Sebanyak 300 g daun kesum direndam dengan pelarut etanol 50%. untuk

memulai proses ekstraksi. Perbandingan bahan dengan pelarut adalah 1:5 (b/v)

sampai semua simplisia terendam, yang kemudian di tempatkan dalam wadah

maserasi masing-masing selama 3X24 jam, dan sesekali di aduk dan setiap 24 jam

Filtrat diganti dengan pelarut yang baru. Selanjutnya disaring dengan kertas

saring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dalam rotary evaporator vakum pada

suhu 40℃ sehingga diperoleh ekstrak etanol 50% daun kesum.

3.3.4 Penyimpanan hawan uji

Disiapkan mencit putih jantan yang sehat dan yang telah dewasa dengan

berat 20-30 gram. Mencit digunakan untuk penelitian sebanyak 30 ekor yang di

bagi menjadi 5 kelompok, masing masing terdiri dari 6 ekor ditempatkan dalam

kendang terpisah.

Sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian dengan hewan uji mencit maka

akan diadaptasikan selama 7 hari hanya diberi pakan standar dan minum air dalam

botol secara adlibitum


Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium karena memiliki

kelebihan seperti siklus hidup relatif pendek, banyaknya jumlah anak per

kelahiran, mudah ditangani, memiliki karakteristik reproduksinya mirip dengan

hewan mamalia lain, struktur anatomi, fisiologi serta genetik yang mirip dengan

manusia. Mencit yang digunakan yaitu mencit putih yang berkelamin jantan

karena mencit jantan tidak mengalami siklus atau hormonal seperti yang dialami

mencit betina sehingga diharapkan sampel maupun pembanding yang diberikan

dapat bekerja dengan lebih baik tanpa pengaruh yang berate dari hormone.(Fianti,

2017; Herrmann et al., 2019).

3.3.5 Pembuatan larutan stok ekstrak etanol daun kesum

Dibuat larutan stok 100 ml ekstrak etanol daun kesum dengan konsentrasi

0,25%, 0,5%, 0,75%. Timbang ekstrak etanol daun kesum sesuai perhitungan,

kemudian dilarutkan dalam 100 ml larutan Na-CMC 0,5% lalu digerus hingga

homogen.

3.3.6 Pembuatan Na CMC 0,5%

Ditimbang Na CMC sebanyak 0,5 gram, kemudian ditaburkan diatas air

corpus (aquadest) sebanyak 10 kalinya, dibaiarkan hingga mengembang. Setelah

mengembangkan tambahkan aquadest hingga 100ml, diaduk hingga homogen.

3.3.7 Cara kerja pembuatan suspense loperamide

Suspensi dibuat dengan cara di timbang loperamide HCl, dan Na CMC

0,5% dengan air korpus sebanyak 10x beratnya Na CMC. Kemudian diberikan air

panas dan gerus hingga terbentuk mucilage, lalu masukan serbuk loperamide
kedalam lumpang, gerus hingga homogen kemudian tambahkan air suling ad

volume 100 ml.

3.3.8 Pengujian Antidiare

1. Mencit putih jantan dibagi 5 kelompok. Tiap-tiap kelompok dibagi

sebanyak 6 ekor (Kontrol negative, kontrol positif dan kelompok uji yaitu dengan

kosentrasi 0,25%, 0,5%, dan 0,75%.

2. Semua mencit dipuasakan satu jam sebelum percobaan tetapi tetap

diberikan air minum.

3. Pada jam pemberian :

a. Untuk kelompok kontrol negatif diberikan Na CMC 0,5% secara oral,

dengan volume penyuntikan 0,5 ml/20g BB

b. Untuk kelompok kontrol positif diberikan larutan loperamide HCl

0,0052 mg/ml secara oral.

c. Untuk kelompok uji diberikan sediaan ekstrak etanol daun kesum

konsentrasi 0,25%, 0,5% dan 0,75%

4. Mencit diberikan selama 1 jam setelah diberikan sediaan oral, untuk semua

kelompok, kemudian ditempatkan dalam bejana individu beralaskan kertas

saring untuk pengamatan.

5. Satu jam setelah dibiarkan, semua mencit diberi peroral 0,75ml oleum

ricini untuk bobot mencit 20-30g, induksi diare diberikan setelah antidiare

karena dalam penelitian ini menggunakan metode proteksi yaitu

perlindungan dimana menguji perilindungan terhadap kelompok perlakuan

antidiare terhadap mencit dalam setiap 30 menit sekali.


6. Respon yang terjadi pada tiap mencit di amati selang 30 menit selama 6

jam

7. Pengamatan dicatat dengan melihat bobot feses setiap 30 menit selama 6

jam yang menempel pada kertas saring. Meliputi :

a. Waktu mulai terjadinya diare

Waktu terjadinya diare (onset diare) diamati dengan bantuan

stopwatch setelah perlakuan, saat tikus mengeluarkan feses dalam

konsistensi cair untuk pertama kalinya dikatakan sebagai waktu awal

mulai diare. Selanjutnya onset diare tiap kelompok peringkat dosis

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

b. Konsistensi feses

Pengamatan konsistensi feses dilakukan selang waktu 30 menit

selama 6 jam setelah perlakuan. Konsistensi feses diamati secara visual

dan dinyatakan dalam bentuk skor.

c. Frekuensi diare

Frekuensi diare diamati dengan menghitung berapa kali terjadi

diare pada tikus setelah perlakuan. Frekuensi diare diamati selang 30 menit

selama 6jam. Selanjutnya frekuensi diare tiap kelompok peringkat dosis

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

d. Lama terjadinya diare

Lama terjadinya diare (durasi diare) dihitung dari waktu awal

terjadinya diare sampai waktu terakhir terjadinya diare pada tikus.

Selanjutnya durasi diare tiap kelompok peringkat dosis dibandingkan

dengan kelompok kontrol.


ANALISIS DATA

Analisis data yang digunakan yaitu Analisis menggunakan SPSS Anova 1

jalan atau One Way Anova, merupakan salah satu metode parametrik dalam uji

perbandingan yang dapat digunakan apabila ingin membandingan rataan dua atau

lebih populasi yang saling bebas. Dengan kata lain, pada metode ini akan

membandingan sekumpulan data dengan kumpulan data yang lain lebih dari dua

sampel. ANOVA satu arah ialah uji hipotesis dengan memakai varian serta data

hasil pengamatan terhadap satu faktor. Tujuan dilakukannya uji anova satu arah

adalah untuk membandingkan dua rata-rata atau lebih yang akan digunakan untuk

menguji kemampuan generalisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen kesehatan Republik

Indonesia. 1979.

DiPiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M.

Posey. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (7th Edition).

McGraw-Hill Companies. New York; 2008.

Firlandi. Uji daya hambat ekstrak etanol daun kratom (Mitragyma specioca

Korth) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia Coli. Karya Tulis

Ilmiah. Pontianak, Akademi Farmasi Yarsi. 2017

Hariana, A. (2015). 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar

Swadaya

Hidayat, F. 2006. Pengaruh Kombinasi Karagenan dan Sodium Lauryl Sulfat

Serta Penambahan Ekstrak Pemphis Acidula Terhadap Karakteristik

Sabun Mandi Cair [skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil

Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor
Huda, Miftahul. 2014. Model-model pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu

metodis dan paradigmatis. Yogyakarta: pustaka pelajar

Kamal, N. 2010. Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

Terhadap Beberapa Parameter Pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi

Vol. 1, Edisi 17, (78-84)

Kefarmasian, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, EGC, Jakart

Nurhalimah hanny, Wijayanti novita. Efek antidiare ekstrak daun beluntas

(Pluchea indica L.) terhadap mencit jantan yang diinduksi bakteri

Salmonella Thypimurium. 2015

Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public

health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.

Sari NK. 2006. Deteksi Dini Malnutrisi pada Usia Lanjut. Di dalam:

Harjodisastro D, Syam AF, Sukrisman L, editor. Dukungan Nutrisi

pada Kasus Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran UI Pr. hlm. 51-63.

Srinivasan dan Ramarao, 2007, Animal Models in Type 2 Diabetes

Research:An overview, Indian J Med Res 125, March 2007, pp 451-

472

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. Obat-obat penting khasiat, penggunaan, dan

efek-efek sampingnya. edisi ke VI. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo. 2007.h 312–13.


Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan,

dan Efek Sampingnya, Edisi V, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,

493.

Wibowo MA, Anwari MS, Aulanni’am, Rahman F. Skrining fitokimia fraksi

metanol, dietil eter dan nheksana ekstrak daun kesum (Polygonum

minus). Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura.2009;16(4):410-1.

Lampiran 1 Perhitungan Perhitungan Bahan

1. Perhitungan pengenceran Etanol 50%

Rumus :
Keterangan :
RUMUS : - V1 = volume awal yang dibutuhkan
- V2 = volume yang diinginkan
V1 x N1 = V2 x N2
- N1 = konsentrasi awal
- N2 = konsentrasi yang diinginkan

Diketahui :
V2 = 5000ml
N1 = 96%
N2 = 50%
Ditanya :
V1 = …….?
Dijawab :
V1 x N1 = V2 x N2 =
V1 = V2 x N2
N1
= 5000ml x 50%
96%
= 2.604,2ml atau 2,6 liter
2. Perhitungan Pembuatan Ekstrak Daun Kesum (Polygonum minus
Huds)

- 0,25% / 100ml

0,25 x 100ml = 0,25 gr


100

- 0,5% / 100ml

0,5 x 100ml = 0,5 gr


100

- 0,75% / 100ml

0,75 x 100ml = 0,75 gr


100

Dengan volume sekali pemberian sebanyak 0,5ml kepada mencit. Maka

disesuaikan berdasarkan berat mencit.

Missal :

Berat mencit 25g

Maka :

25g x 0,5ml = 0,625ml


20g

3. Perhitungan Loperamid

Misal :

Loperamid sekali pakai untuk manusia (70kg/BB) = 4 mg

Loperamid sekali pakai untuk mencit (20kg/BB) = 4 mg x 0,0026


= 0,0104 oleh karena

pemberiannya sebanyak 0,5ml atau setengahnya maka 0,0104 : 2 = 0,0052

Volume 1 x pemberian secara oral = 0,0052/20gr/0,5ml

Larutan stok sebanyak 100ml :

Posiologi : 4mg

Berat Tab : 170mg

Rumus :
Dosis : Berat Tab x Dosis Mencit : Berat tab yang diambil

4 mg : 170 mg x 0,0052 : X

X = 170 mg x 0,0052 : 4 mg = 0,221 mg

Bobot tablet : 170 mg

0,221 mg 0,5 ml

X 100 ml

0,221 mg x 100 ml = 22,1 mg dalam 100 ml air

1 mg

4. Pembuatan Na CMC

Na CMC 0,5%

Na CMC = 0,5 x 100 ml = 0,5 g / 100 ml air


100

Untuk air korpus :

Air korpus = 10 x Berat Na CMC

= 10 x 0,5 g

= 5 ml
Lampiran 2 Penyiapan Simplisia

Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

- Dilakukan sortasi basah

- Dicuci dengan air mengalir hingga bersih

- Dirajang sedemikian rupa

- Dikeringkan dibawah sinar matahari

- Ditutup dengan kain hitam hingga kering yang ditandai

dengan simplisia akan pecah saat diremas

- Dilakukan sortasi kering

- Disimpan dalam wadah kering dan tertutup rapat

Simplisia
Lampiran 3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kesum

Simplisia Kering Daun Kesum

- Ditimbang simplisia kering 300 gram

- Dihaluskan sampai menjadi serbuk dengan blender

- Dimasukan kedalam benjana maserasi dan tambah pelarut

etanol 96% sampai semua sampel terendam

- Didiamkan sambal diaduk-aduk

- Proses dilakukan selama 3 x 24 jam, diganti pelarutan selama

1 x 24 jam

- Diambil maserat dan disaring

Maserat
- Dilakukan teknik pemekatan dengan menggunakan rotary

evaporator vakum pada suhu 40℃

Ekstrak etanol 50% daun kesum

Lampiran 4 Pembuatan Larutan Stok

1. Kontrol (-)

Na CMC

- Ditimbang Na CMC 0,5 gram

- Dikembangkan dengan air corpus panas sebanyak 10

selama 30 menit hingga mengembang

- Ditambahkan aquadest 100 mL, sedikit demi sedikit

gerus ad homogen

Larutan Kontrol Negatif (Na CMC)

2. Kontrol (+)
Loperamid

- Ditimbang loperamid

- Dikembangkan Na CMC 0,5%, dimasukan kedalam

lumpang

- Dimasukan loperamid kedalam lumpang, ditambahkan

50 mL aquadest gerus, lalu di ad kan sebanyak 100ml,

sedikit demi sedikit gerus ad homogen

Larutan kontrol positif (+) loperamide

3. larutan ekstrak etanol daun kesum 0,25%

Ekstrak Etanol Daun


Kesum

- Ditimbang 0,25 gram ekstrak etanol daun kesum

- Dimasukan ekstrak etanol daun kesum kedalam lumpang

dan gerus

- Dimasukan aquadest sedikit demi sedikit gerus ad

homogen sampai volume yang diinginkan

Larutan ekstrak etanol daun


kesum 0,25%
4. Larutan ekstrak etanol daun kesum 0,5%

Ekstrak Etanol Daun


Kesum

- Ditimbang 0,5 gram ekstrak etanol daun kesum

- Dimasukan ekstrak daun kesum kedalam lumpang lalu

gerus

- Dimasukan aquadest sedikit demi sedikit gerus ad

homogen sampai volune yang diinginkan

Larutan ekstrak etanol daun


kesum 0,5%

5. Larutan ekstrak etanol daun kesum 0,75%

Ekstrak etanol daun kesum

- Ditimbang 0,75 gram ekstrak etanol daun kesum

- Dimasukan ekstrak etanol daun kesum kedalam lumpang

lalu digerus

- Dimasukan aquadest sedikit demi sedikit lalu gerus ad

homogen sampai volume yang diinginkan

Larutan ekstrak etanol daun


kesum 0,75%

Anda mungkin juga menyukai