PENDAHULUAN
Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai
obat untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu yang dikenal dengan
sebutan obat tradisional yang merupakan warisan turun temurun dari nenek
Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari
tumbuhan memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya
penggunaan obat tradisional telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai salah
satu upaya kesehatan yang mengalami perkembangan dari masa ke masa. Hasil
menguasai masyarakat (Kris dan Cahaya, 2009). Salah satu tumbuhan yang
berkhasiat obat adalah daun alpukat. selain menjadi buah yang dapat
1
2
dua, tumbuh tersusun dalam malai pada tunas pucuk atau tunas terminal. Buahnya
berukuran kecil sampai besar, beratnya bervariasi antara 100 gr – 2.300 gr,
berbentuk beragam, ada yang bulat, bulat lonjong, bulat agak meruncing, pada
Alpukat kaya akan berbagai macam kandungan kimia. Buah dan daunnya
astringen. Selain daun, kulit ranting memiliki efek farmakologis, seperti peluruh
kering, kencing batu, sakit kepala, darah tinggi (Hipertensi), nyeri saraf
karena alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak, bahkan kadarnya
lebih dari dua kali kandungan lemak dalam durian. Alpukat juga kaya mineral
basa di dalam tubuh kita. Berkurangnya keasaman tubuh (darah dan jaringan)
akan menekan munculnya penyakit akibat kondisi tubuh terlalu asam, seperti
A, 2005).
Selain itu karena pada daun alpukat mengandung rasa pahit, kelat, dan
besar manusia sebagai flora normal, berbentuk batang pendek (kokobasil), negatif
gram, tidak berspora, ukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm, sebagian besar gerak positif
dan beberapa strain mempunyai kapsul (Syarurachman, A., dkk, 1994). Bakteri ini
dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak, selain itu
juga dapat menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus yaitu infeksi
saluran kemih, pneumonia, meningitis pada bayi baru lahir, dan infeksi pada luka
bakteri Escherichia coli. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan literatur dan
khasiat daun alpukat sebagai alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
Escherichia coli.
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada daya hambat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
dikeringkan berupa simplisia nabati, hewani dan pelikan atau mineral. Simplisia
nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh , bagian tanaman atau ekstrak
tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel
yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senywa nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa
2.2 Infusa
simplisia nabati dengan air pada suhu 90O C selama 15 menit. Pembuatannya
dapat dilakukan dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang
sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas penangas air selama
15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90o C sambil sekali-kali diaduk. Serkai
dengan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki. Infusa daun sena dan infusa simplisia
yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin infusa daun sena, infusa
7
asam jawa dan infusa simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas
(Farmakope, 1995).
2.3 Ekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewan dengan menggunakan
perlarut yang sesuai. Kemudian semua taua hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
1. Maserasi
ruangan.
2. Perkolasi
ruangan.
3. Digesti
4. Sokletasi
8
5. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 15 menit, serkai selagi panas
6. Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus,
perbedaannya pada dekokta waktu yang digunakan lebih lama (≥30 menit)
pelarut yang diperbolehkan adalah air, alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis
penggunaannya karena sifatnya yang toksik dan kronik (Dirjen POM, 2000).
yaitu Meksiko, peru, sampai Venezuela dan kini telah menyebar ke seluruh dunia
9
Buah alpukat ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18 dan sampai sekarang
berbagai jenis alpukat hasil persilangan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia
dengan nama yang berbeda sesuai dengan nama bahasa setempat yaitu di Jawa
Barat disebut alpuket atau alpukat, Jawa Timur atau Jawa Tengah (alpokat), Batak
(boah pokat, jamboo pokat), dan Lampung (advokat, jamboo mentega, jamboo
tropis basah dengan curah hujan 1500 – 3000 mm pertahun. Di daerah yang tipe
iklimnya agak kering alpukat masih dapat di tanam, asalkan permukaan air
tanahnya antara 50 – 200 cm. Tanaman alpukat dapat tumbuh di sembarang tipe
tanah, tetapi tidak baik di daerah tandus dan tidak tahan terhadap genangan air
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Laurales
10
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
a. Akar
kedalam tanah, tumbuh cabang akar. Cabanag akar ini akan bercabang-cabang
lagi dan cabang yang paling akhir umumnya lembut dan tipis sehingga biasa
disebut rambut akar dan pada umumnya mempunyai cabang akar yang
meter. Berbeda dengan tanaman pada umumnya yang mempunyai rambut akar,
alpukat tidak memiliki rambut akar dan cabang akarnya hanya sedikit.
b. Batang
Batang alpukat yang tua mempunyai ciri khas, yaitu batangnya mengalami
keretakan sehingga terlihat seperti beralur. Sedangkan batang yang muda lebih
licin, terlebih pada cabang-cabang muda. Batang yang masih muda berwarna hijau
tua dan warna ini akan berangsur-angsur menjadi coklat tua. Apabila batang
dikupas, kulit batangnya akan terlihat kambium yang berwarna hijau dan terasa
licin bila diraba. Adanya kambium ini menyebabkan diameter batang dapat
11
c. Daun
alpukat disebut daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian
saja, tanpa upih atau pelepah daun. Bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat
pengambilan dan pengolahan zat-zat makanan serta alat penguapan air dan
pernafasan ini berwarna hijau tua dengan pucuk hijau muda sampai agak
kemerahan.
c. Bunga
tersusun dalam satu malai (panicula) pada tunas pucuk atau tunas terminal. Malai
terdiri atas satu tangkai utama yang pajang dan bercabang-cabang, berwarna hijau
kekuningan, berbulu halus, dan di tumbuhi banyak bunga bertangkai pendek atau
panjang. Bunganya tergolong kecil, berdiameter 0,5 – 1,5 cm, harum bila mekar,
memiliki benang sari (stamen), dan putik (pistillum), merupakan bunga sempurna,
muda.Bunga memiliki dua belas benang sari dan sebuah putik. Benang sarinya
d. Buah
12
berbagai jenis buah alpukat. Bentuk buahnya ada yang panjang, ada yang bulat.
Kulitnya bermacam-macam, dari yang tipis dan halus sampai yang kasar, tebal,
keras dan berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Daging buah berwarna
hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji dengan tekstur lembut.
e. Biji
dalam kelas Dicotyledoneae dan Bentuk biji berbeda-beda untuk setiap jenis.
bawahnya agak rata dan kemudian membulat atau melonjong. Ukuran biji tiap
jenis alpukat tidak terlalu berbeda, sekitar 5,5 cm x 4 cm dengan diameter 4 cm.
Tumbuhan alpukat, terutama pada bagian daun, memiliki rasa pahit dan
kelat. Daunnya mengandung saponin, alkaloida, dan flavonoid, selain itu juga
(diuretik), astringen, selain itu daun dan kulit ranting memiliki efek farmakologis
media EMB akan menunjukkan warna kemilau “metallic sheen” (Jawetz, dkk,
2005).
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
2.5.2 Morfologi
bakteri Escherichia coli pada media selektif endo agar, koloni Escherichia coli
mempunyai ciri khas berwarna merah kilat logam, bentuk koloni bulat, cembung,
coli bersifat mikroaerofilik (Syarurachman, A., dkk, 1994). Beberapa tes biokimia
laktosa, manitol, maltosa, sukrosa dan semua membentuk (+) gas. Tes SIM, sulfur
negatif, indol positif, dan motil aktif. Methylred tes positif dan Vogesproskauer
tes negatif. Tidak memecah simon citrat. Tes TSIA lereng berwarna kuning, dasar
akut dan kronis. Escherichia coli juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih,
tergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau
tanda dari proses-proses yang disebabkan oleh bakteri lain (Jawetz, dkk, 2007).
Bahan pemeriksaan darah, faeces, urine, pus, secret uretra, secret vagina,
makanan, minuman dan air (Soemarno, 2000). Untuk isolasi dan identifikasi
kuman Escherichia coli dari bahan pemeriksaan klinik dipakai metode dan media
sesuai dengan metode untuk kuman enteric lain (Syarurachman, A., dkk, 1994).
2.5.7 Pengobatan
bakteri secara in-vitro (Soemarno, 2000). Pada uji ini diukur respon pertumbuhan
Media yang digunakan adalah media agar, terdapat beberapa cara yang dapat
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area
2. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media
agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
diberi agen antimikroba yang akan diuji. Area jernih mengindikasikan adanya
3. Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoritis
bervariasi dari nol sampai maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji
(maksimal enam macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi
17
(Jawetz, dkk. 2007). Metode dilusi cair digunakan untuk mengukur KHM
(Kadar Hambat Minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri
mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar yang terkecil yang
terlihat jernih tanpa ada pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM.
pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan
diinkubasikan selama 18-28 jam. Media cair yang tetap jernih setelah
2. E-test
agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada
agar.
atas permukaan medium padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan
organisme uji (Jawetz, dkk. 2007). Metode ini sama dengan metode dilusi cair
hanya menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu
Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yakni dinding sel. Dinding sel
mempunyai tekanan osmotik yang tinggi. Trauma pada dinding sel atau
2005).
Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh membrane sitoplasma, yang
dalam dan ke luar sel. Adanya gangguan atau kerusakan struktur pada
asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi yang
nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan
komponen sel.
diantaranya :
maka zona hambat akan lebih lebar, jika lebih keruh maka zona hambat nya
c. Temperatur inkubasi
350C. kurang dari 350C menyebabkan diameter zona hambatan lebih besar.
d. Waktu inkubasi
Hampir semua cara menggunakan waktu inkubasi 16-18 jam. Kurang dari 16
jam maka pertumbuhan bakteri belum sempurna, sehingga sulit dibaca atau
diameter zona hambatan lebih besar. Jika lebih dari 18 jam maka pertumbuhan
e. Ketebalan agar
Ketebalan agar-agar sekitar 4 mm. jika kurang dari itu maka difusi obat akan
lebih cepat, lebih dari itu difusi obat akan lebih lambat.
Tiap jenis obat mempunyai diameter disc yang sama, tetapi potensi nya
berbeda.
h. Komposisi media
BAB III
METODE PENELITIAN
sampai 10%).
dilakukan dengan cara difusi sumuran pada media MHA dan hasilnya
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Infusa daun alpukat
(Persea americana Mill) dan strain bakteri Escherichia coli yang diperoleh dari
- Neraca analitik
- Erlenmeyer 500 ml
- Alumunium foil
- Kompor listrik
- Lampu spiritus
- Petridish
- Autoclave
- Lumpang
- Corong pisah
- Waterbath
- Tissue
- Spidol
- Oven
- Pelubang kertas
- Sendok
- Pipet ukur
- Hotplate
24
- Pinset
- Inkubator
- Beacker plastik
- Kertas saring
3.7.2 Bahan
3.7.3 Spesimen
3.7.4 Reagensia
- Aquadest steril
- Alkohol 70%
a. Disiapkan kantong plastik putih jernih untuk wadah daun sirih merah.
c. Daun alpukat merah dicuci bersih dengan air mengalir, setelah itu
alpukat ( gr ) ( ml ) ( v/v )
2 90 100 90%
3 80 100 80%
4 70 100 70%
5 60 100 60%
6 50 100 50%
7 40 100 40%
8 30 100 30%
9 20 100 20%
10 10 100 10%
1. Diambil tiga ose koloni bakteri dari media subkultur, lalu disuspensikan
3. Setelah beku dibuat lubang (sumur) sebanyak empat lubang pada setiap
cawan petri.
kontrol positif yang berisi anti bakteri dan cawan yang kedua sebagai
hambat.
Mueller Hinton Agar (MHA), untuk melihat daya hambat infusa daun alpukat
DAFTAR PUSTAKA
Swadaya. Bandung.
Kris, dan Tim Cahaya. 2009. Kumpulan Obat Tradisional Nusantara. Rama
Edukasitama. Jakarta.
Permadi, A. 2008. Tanaman Obat Pelancar Air Seni, Penebar Swadaya. Jakarta.