Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita,

baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak

zaman dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat, walaupun

penggunaannya disebarkan dari mulut ke mulut (Yuniarti, 2008). Tanaman

alpukat adalah buah yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini berasal dari

propinsi Puebla, Meksiko. Varietas asli yang tumbuh liar dikenal dengan sebutan

criollo, yang bentuknya kecil, berkulit hitam gelap, dan mengandung biji yang

besar (Karina, 2012).

Daun alpukat (Persea americana miller) rasanya pahit berkhasiat sebagai

diuretik dan menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperti Staphylococcus

sp, Pseudomonas sp, Proteus sp, Escherichea sp, dan Bacillus sp. Selain itu,

berkhasiat untuk menyembuhkan kencing batu, darah tinggi, dan sakit kepala

(Tersono, 2008).

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri cukup banyak di Indonesia, salah

satunya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang merupakan flora normal

gastrointestinal manusia. Escherichia coli adalah kuman berbentuk batang pendek

(cocobasil), negatif gram, ukuran 0,4 – 0,7 , beberapa strain memiliki

kapsul (Jawetz dkk, 2005).

Beberapa antibiotik telah digunakan sebagai pengobatan terhadap infeksi

Escherichia coli, namun terkadang tidak efektif untuk terapi infeksi karena terjadi
resistensi kuman selain itu juga dapat menimbulkan efek samping karena berasal

dari bahan obat-obatan kimia (Jawetz dkk, 2005). Bahkan, menurut hasil

penelitian Antimicrobial Resistent in Indonesia (AMRIN-study) tahun 2011

membuktikan bahwa dari 2.494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli,

bakteri penyebab gangguan pencernaan seperti diare resisten terhadap berbagai

jenis antibiotik, seperti Ampicilin dan ko-trimoksazol.

Beberapa tahun terakhir, semakin marak penggunaan tanaman obat

sebagai salah satu pengobatan alternatif pada manusia karena selain berkhasiat

menyembuhkan berbagai penyakit, tanaman obat ini hampir tidak mempunyai

efek samping sehingga aman dikonsumsi. Selain itu, harganya juga jauh lebih

murah dan mudah diperoleh. Salah satu terapi herbal yang memiliki nilai terapi

dalam pengobatan adalah menggunakan daun alpukat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasbi (2012) yang menguji

sensitivitas perasan daun alpukat terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas sp

dengan variasi konsentrasi perasan 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, diperoleh

hasil bahwa pada konsentrasi perasan di atas 80% dapat menghambat bakteri

Pseudomonas sp yang lebih baik dari kontrol positif. Konsentrasi perasan

dibawah 60% tidak dapat menghambat bakteri Pseudomonas sp. Lalu penelitian

yang dilakukan Rifa (2012) menyatakan bahwa ekstrak daun alpukat dapat

menghambat pertumbuhan bakteri jenis Staphylococcus aureus pada konsentrasi

ekstrak mulai dari 25%. Pada penelitian yang menggunakan perasan/ekstrak suatu

daun tanaman harus memperhatikan pemilihan daun muda dan daun tua. Hal ini

karena komposisi dan konsentrasi senyawa fitokimia mengalami perubahan

selama pertumbuhan tanaman. Daun yang lebih muda mempunyai kandungan

2
fitokimia paling tinggi, hal ini terkait dengan fungsi dari senyawa metabolit

sekunder tersebut, yaitu untuk pertahanan melawan herbivora, patogen, insekta,

bakteri, jamur dan virus (Bergquist dkk., 2005 dalam Paini dkk., 2008). Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah pada rentang konsentrasi

60%-80% perasan daun alpukat muda masih bisa menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli yang lebih baik dari pada antibiotik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka penulis tertarik

untuk meneliti apakah daun alpukat dapat digunakan sebagai obat alternatif

antibakteri sehingga dapat digunakan dalam pengobatan penyakit terutama yang

disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli. Judul yang peneliti ambil adalah

Pengaruh Berbagai Konsentrasi Perasan Daun Alpukat (Persea americana miller)

Terhadap Zone Hambat Bakteri Escherichia coli Secara In Vitro

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ingin diketahui apakah ada

pengaruh perasan daun alpukat (Persea americana miller) dalam berbagai

konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh berbagai konsentrasi perasan

daun alpukat (Persea americana miller) yang dapat menghambat pertumbuhan

koloni bakteri Escherichia coli.

3
2. Tujuan Khusus

a. Mengukur diameter zone hambat perasan daun alpukat (Persea americana

miller) konsentrasi 80%, 75%, 70%, 65%, 60% dapat menghambat

pertumbuhan Escherichia coli

b. Menganalisis pengaruh zone hambatan berbagai konsentrasi perasan daun

alpukat (Persea americana miller) terhadap pertumbuhan Escherichia coli

c. Mengetahui konsentrasi perasan daun alpukat (Persea americana miller) yang

sensitif dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi

masyarakat khususnya para penderita penyakit diare tentang manfaat daun alpukat

sebagai antibakteri alami yang dapat digunakan sebagai pencegah penyakit akibat

infeksi dari Escherichia coli

2. Manfaat Teoritis

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah memberikan informasi

bagi ilmu pengetahuan tentang manfaat berbagai konsentrasi perasan daun alpukat

sebagai antibakteri alami, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian

yang berkaitan dengan hasil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai