Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Peternakan Vol 10 No 1 Februari 2013 (31 - 38) ISSN 1829 – 8729

DAYA ANTIBAKTERI ESTRAK KULIT DAN BIJI BUAH PULASAN


(Nephelium mutabile) TERHADAP Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli SECARA IN VITRO
Y. FATISA
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau
Email : yunifatisa@yahoo.co.id

ABSTRACT

Traditional medicine from drug crop has more than a pharmacological effect so that its use should be acurate and
correct. The mistake in traditional medicine usage and or drug crop can be dangerous for health. Therefore, it is required a
complete scientific information to avoid it. It had been done the research of anti-bacteria activity test from crude extract of
ethyl acetate and ethanol from skin and seed of Pulasan to bacterium Staphylococcus aureus and Escherichia coli with
dilution method to determine Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bakterisidal Concentration (MBC).
The biggest MIC and MBC was respectively obtained from ethyl acetate extract that was 0,76 mg/ml, and ethanol extract
that was 156,13 mg/ml. In general, skin and fruit seed extract of pulasan (Nephelium mutabile) has bigger resistance ones to
bacterium Staphylococcus aureus compared to Escherichia coli.

Keywords: antibacteria activity, MIC, MBC, Pulasan (Nephelium mutabile)

PENDAHULUAN perubahan kemampuan bakteri hingga


menjadi kebal terhadap antibiotik. Bakteri
Pelaksanaan usaha pengembangan
yang resisten terhadap antibiotik tidak
ternak banyak dihadapkan pada berbagai
akan terbunuh oleh antibiotik, lalu
kendala, salah satunya adalah infeksi
berkembang biak dan menyebar sehingga
penyakit oleh bakteri. Bakteri penyebab
infeksi diantaranya adalah Staphylococcus menjadi lebih berbahaya. Seiring dengan
aureus dan Escherichia coli, contoh penyakit meningkatnya resistensi bakteri, harus
pula diimbangi dengan penemuan obat
infeksi bakteri yang ditemukan pada
baru.
unggas yaitu kolibasillosis yang
disebabkan oleh bakteri E. coli, sedangkan Penelitian tentang kimia bahan alam
bakteri S. aureus merupakan penyebab dewasa ini semakin banyak dieksploitasi
penyakit mastitis pada sapi perah. Bakteri sebagai obat-obatan, baik untuk
E. coli merupakan bakteri Gram negatif, kepentingan farmasi, pertanian, maupun
tahan hidup dalam media kekurangan perternakan. Pemilihan bahan alam
gizi. Susunan dinding sel bakteri Gram sebagai sumber bahan baku antibiotik
memiliki struktur yang lebih kompleks merupakan alternatif yang menjanjikan,
daripada dinding sel bakteri gram negatif. karena disamping keanekaragaman
S. aureus merupakan bakteri gram positif strukur yang dihasilkan, juga resiko efek
yang mempunyai struktur dinding sel samping lebih kecil dan mudah di dapat.
yang mengandung polisakarida dan
Al Quran juga telah menyerukan
protein, serta mempunya kandungan lipid
penggunaan tumbuhan dan hewan
yang rendah (Poeloengan dkk., 2007)
sebagai bahan makanan, obat dan
Pengobatan terhadap serangan infeksi pakaian. Dalam Q.S. Asyu’ara ayat 7 Allah
bakteri dapat dilakukan dengan SWT berfirman: “Dan apakah mereka
penggunaan antibakteri dan atau tidak memperhatikan bumi, berapakah
antibiotik, akan tetapi penggunaan banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu
antibiotik secara besar-besaran adalah pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
faktor utama terjadinya resistensi. baik.”
Resistensi terhadap antibiotik adalah

31
FATISA Jurnal Peternakan

Beberapa tumbuhan yang berkhasiat pulasan mengandung senyawa metabolit


obat dari keluarga sapindaceae adalah sekunder flavonoid, saponin, tanin, dan
pulasan (Nephelium mutabile) dan steroid, sedangkan biji buah pulasan
rambutan (Nephelium lappaceum L.). Bagian mengandung alkaloid dan steroid. Uji
rambutan yang sering digunakan sebagai aktivitas antibakteri menunjukkan ekstrak
obat antara lain daun, perikarp (kulit etil asetat kulit dan biji buah pulasan
buah) dan biji. Kulit buah untuk penurun memiliki aktivitas antibakteri yang lebih
panas dan obat disentri. Daunnya dapat tinggi daripada ekstrak etanol dan ekstrak
menyembuhkan diare dan menghitamkan n-heksana dengan diameter zona hambat
rambut, sedangkan biji buah berkhasiat terbesar ditunjukkan terhadap bakteri
menurunkan kadar gula darah Staphylococcus aureus (Fatisa dan Endah,
(hipoglikemik). Beberapa senyawa kimia 2013).
yang terkandung dalam kulit rambutan
Obat tradisional dari tanaman obat
telah diteliti antara lain mengandung
pada umumnya memiliki lebih dari satu
senyawa saponin, tannin dan fenol.
efek farmakologis sehingga
Senyawa-senyawa fenolik dari kulit
penggunaannya harus tepat dan benar
rambutan dapat bersifat sebagai
(dosis, waktu, cara penggunaan, dan
antioksidan dan aktifitas antibakteri.
pemilihan bahan alam yang sesuai dengan
Ekstrak kulit rambutan dapat
indikasi penyakit. Kekeliruan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Gram
penggunaan obat tradisional ataupun
negatif (Vibrio cholera) dan Gram positif
tanaman obat dapat berbahaya bagi
(S. aureus, S. epidermis, E. faecalis)
kesehatan. Oleh karena itu diperlukan
(Thitilertdecha dkk., 2008). Penelitian
informasi ilmiah yang lengkap untuk
sebelumnya oleh Ibrahim dkk. (2013)
menghindari hal tersebut.
mendapatkan uji penghambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan kulit Telah dijelaskan diatas, bahwa
rambutan tidak memiliki kemampuan antibiotik atau antibakteri adalah
sebagai anti bakteri patogen pada ikan, segolongan senyawa, baik alami maupun
sedangkan biji rambutan berpotensi sintetik, yang mempunyai efek menekan
sebagai senyawa antibakteri patogen pada atau menghentikan suatu proses biokimia
ikan antara lain Aeromonashydrophila, A. di dalam organisme , khususnya dalam
salmonicida dan Streptococcus sp. Indrianto proses infeksi oleh bakteri.
dkk. (2007) menyatakan ekstrak etanol Berdasarkan aktivitasnya
kulit buah rambutan (N. lappaceum L.) penggolongan antibiotik dibagi menjadi
memiliki aktivitas antiangiogenik yang dua yaitu zat-zat dengan aktivitas sempit
diinduksi oleh bFGF pada membran chorio (narrow spectrum), berguna untuk
alantois embrio ayam. membunuh jenis-jenis bakteri secara
Buah Pulasan (N. mutabile) adalah spesifik, seperti ampicillin dan amoxycilin
sejenis buah yang menyerupai bentuk dan (augmentin, surpas, bactrim, septrim),
rasa seperti buah rambutan, tetapi biji sedangkan zat-zat dengan aktivitas luas
buah pulasan lebih keras, dan isinya agak (broad spectrum), membunuh semua jenis
kering dan kasar dibanding buah bakteri dari golongan Gram positif
rambutan. Berdasarkan pendekatan secara maupun Gram negatif.
kemotaksonomi, pulasan diduga memiliki Berdasarkan bagaimana kerja
efek farmakologis yang mirip dengan antibiotika tersebut terhadap kuman,
rambutan. Penelitian sebelumnya juga yakni antibiotika yang bersifat primer
sudah mendapatkan daun buah pulasan bakteriostatik dan antibiotika yang
mempunyai kandungan senyawa fenolik, bersifat primer bakterisid. Obat-obat
bersifat sitotoksik dan berpotensi sebagai bakteriostatik bekerja dengan mencegah
antioksidan (Ling dkk, 2010). Kulit buah

32
Vol 10 No 1 DAYA ANTI BAKTERI

pertumbuhan kuman, tidak Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)


membunuhnya, sehingga pembasmian
Media dibuat dengan konsentrasi 2%.
kuman sangat tergantung pada daya
Sebanyak 2 gram Nutrien Agar dilarutkan
tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang
dalam air suling sebanyak 100 ml,
bakterisid, yang secara aktif membasmi
kemudian diaduk disertai pemanasan
kuman.
pada suhu 70°C. Media ini disterilisasi
Metode dilusi adalah salah satu menggunakan autoklaf pada suhu 121°C
metode yang digunakan untuk selama 15 menit. Selanjutnya sebanyak 3
mengetahui potensi suatu senyawa ml media ini, dimasukkan ke dalam
terhadap aktifitas mikroba dengan tabung reaksi, diletakkan pada sudut
menentukan Konsentrasi Hambat Minimal kemiringan 30-45° dan dibiarkan
(KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal memadat, kemudian disimpan dalam
(KBM) (Lennette dkk., 1991). Kajian yang lemari pendingin (Silvikasari, 2011;
diarahkan untuk mendapatkan dosis atau Silaban, 2009).
konsentrasi yang tepat bagi penggunaan Larutan Standard Mc. Farland
senyawa dari tumbuhan ini yang bersifat
antibakteri khususnya kulit dan biji buah Komposisi: Larutan asam sulfat 1%
pulasan belum pernah dilaporkan 9,95 ml, larutan barium klorida 1,175%
sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah 0,05 ml.
untuk untuk menentukan Konsentasi Cara pembuatan:
Hambat Minimum (KHM) dan
Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM) Kedua larutan di atas dicampurkan
dari ekstrak kasar etil asetat, dan etanol ke dalam tabung reaksi dan dikocok
kulit dan biji buah pulasan terhadap homogen. Apabila kekeruhan suspensi
bakteri Staphylococcus aureus (Gram+) dan bakteri uji adalah sama dengan kekeruhan
Escherichia coli (Gram -) , sehingga dapat larutan standard, berarti konsentrasi
menambah sumber antibakteri alami yang suspensi bakteri adalah 108 CFU/ml
sangat dibutuhkan untuk kesehatan. (Silaban, 2009).

MATERI DAN METODE Persiapan Sampel

Materi Pengambilan sampel dilakukan secara


purposif yaitu tanpa membandingkan
Alat-alat yang digunakan meliputi tumbuhan yang sama dengan daerah lain.
alat-alat gelas, cawan porselen, cawan Sampel yang digunakan adalah kulit dan
petri, maserator, perangkat evaporasi, biji buah pulasan (Nephelium mutabile)
inkubator, Laminar Air Flow (LAF), yang diambil dari desa Sungai Raya
autoklaf, hot plate magnetic stirrer, Kecamatan Meral, Kabupaten Tanjung
mikropipet, vortex, seperangkat pembakar Balai Karimun, provinsi Kepulauan Riau.
bunsen, kawat kasa, penjepit tabung, ball
pipetor, kawat ose. Bahan yang digunakan Sebanyak 2500 g buah pulasan
diantaranya kulit dan biji buah pulasan dipisahkan kulit, daging buah, dan biji.
(Nephelium mutabile), etanol, n-heksana, Masing-masing kulit dan biji buah
etil asetat, kloroform, kalium iodida, pulasan yang sudah terpisah dipotong
merkuri (II) klorida, natrium klorida, asam kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara
asetat anhidrat, asam klorida pekat, diangin-anginkan pada suhu ruang.
barium klorida, logam Mg, asam sulfat Setelah kering dihaluskan dengan bantuan
pekat, aquades, Nutrient agar, Nutrient blender dan diayak, hingga diperoleh
Broth, aluminium foil, kertas whatman No.1 bubuk halus yang disebut serbuk
bakteri Staphylococcus aureus dan simplisia.
Escherichia coli.

33
FATISA Jurnal Peternakan

Pembuatan Ekstrak 108 CFU/ml. Setelah itu dilakukan


pengenceran dengan memipet 0,1 ml
Ekstraksi dilakukan dengan metode
suspensi bakteri (108 CFU/ml),
maserasi bertingkat dengan perbandingan
dimasukkan ke dalam tabung steril dan
sampel dan pelarut 1:3. Sebanyak 200 g
ditambahkan larutan natrium klorida 0,9%
serbuk simplisia kulit dimaserasi dengan
600 ml n-heksana dan 100 g serbuk sebanyak 9,9 ml dan dikocok homogen.
simplisia biji dalam 300 ml n-heksana, Dari sini diperoleh suspensi bakteri
dengan konsentrasi 106 CFU/ml.
masing-masing dimasukkan ke dalam
Penyiapan inokulum bakteri Escherichia
bejana bertutup dan dibiarkan pada suhu
coli dilakukan cara yang sama (Oonmetta-
kamar selama 2 x 24 jam, sambil sering
aree dkk., 2005).
diguncang kemudian disaring, dipisahkan
maserat dengan ampas. Masing-masing Penentuan KHM dan KBM
maserat dievaporasi pada suhu 30°C
Penentuan KHM dan KBM dilakukan
sehingga diperoleh ekstrak kasar
dengan metode dilusi cair Kirby and
n-heksana. Sedangkan ampasnya, masing-
Bauer yang dimodifikasi (Lennete, dkk.,
masing direndam kembali dengan etil
1991) menggunakan media cair Nutrien
asetat selama 2 x 24 jam, sambil diguncang
Broth (NB) dan diukur absorbansi dengan
kemudian disaring. Ekstrak dipekatkan
spektrofotometer UV-Vis sebelum dan
diperoleh ekstrak kasar etil asetat.
sesudah inkubasi untuk melihat
Selanjutnya terhadap masing-masing
pertumbuhan bakteri uji. Ekstrak yang
ampas dilakukan perendaman dengan
dilakukan uji penentuan KHM dan KBM
etanol. Ekstrak yang dihasilkan dilakukan
adalah ekstrak etil asetat biji, ekstrak etil
pemekatan hingga diperoleh ekstrak kasar
asetat kulit, ekstrak etanol biji, dan ekstrak
etanol (Yudiati dkk., 2011).
etanol kulit.
Pembiakan Bakteri
Sebanyak 4 ml media NB steril
a. Pembuatan Stok Kultur (Bakteri dimasukkan ke dalam masing-masing
Staphylococcus aureus) tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak
Diambil satu koloni bakteri dengan masing-masing ekstrak dibuat 10
Staphylococcus aureus dengan konsentrasi (0,390625 mg/ml, 0,78125
menggunakan kawat ose steril, lalu mg/ml, 1,5625 mg/ml, 3,125 mg/ml, 6,25
ditanamkan pada media Nutrien Agar mg/ml, 12,5 mg/ml, 25 mg/ml, 50
miring dengan cara menggores, setelah itu mg/ml, 100 mg/ml, 200 mg/ml).
diinkubasi dalam inkubator pada suhu Selanjutnya ke dalam media ini
37°C selama 18-24 jam. Untuk pembuatan ditambahkan 0,5 ml suspensi bakteri pada
stok kultur bakteri Escherichia coli 106 CFU/ml yang sudah disesuaikan
dilakukan cara yang sama seperti pada dengan standard 0,5 Mc. Farland.
bakteri Staphylococcus aureus (Silaban, Tabung reaksi tersebut kemudian
2009). diukur absorbansi (Optical Density = OD)
b. Persiapan Inokulum (Bakteri bakteri dengan menggunakan
Staphylococcus aureus) spektrofotometer UV-Vis (λ = 480 nm)
Selanjutnya tabung-tabung tersebut
Dari stok kultur Staphylococcus aureus diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
yang telah tumbuh diambil dengan kawat 37°C dalam inkubator. Setelah diinkubasi,
ose steril lalu disuspensikan dalam tabung diukur lagi absorbansi bakteri dengan
reaksi yang berisi 10 ml larutan natrium menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ
klorida 0,9% sampai didapat kekeruhan = 480 nm).
suspensi bakteri sama dengan kekeruhan
larutan standard Mc. Farland, berarti KHM ditentukan dengan
konsentrasi suspensi bakteri adalah membandingkan absorbansi setelah

34
Vol 10 No 1 DAYA ANTI BAKTERI

perlakuan inkubasi dikurangi absorbansi dimaserasi dengan pelarut etanol. Selama


sebelum perlakuan. Apabila terdapat proses ekstraksi maserasi sampel
konsentrasi terendah yang menghambat berlangsung akan terjadi pemecahan
pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan dinding dan membran sel akibat
tidak adanya kekeruhan (OD bakteri perbedaan tekanan antara di dalam dan di
adalah ≤ 0), maka didapatkan Konsentrasi luar sel sehingga metabolit sekunder yang
Hambat Minimum (KHM) atau Minimal ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
Inhibitory Concentration (MIC) (Lennete pelarut organik dan ekstraksi senyawa
dkk., 1991). akan sempurna (Sangi dkk., 2012).
Untuk menentukan nilai KBM Setiap pelarut yang berbeda sifat
dilakukan uji lanjutan, yaitu terhadap kepolarannya melarutkan komponen
semua tabung yang digunakan dalam bioaktif yang berbeda. Pada biji buah
KHM yang tidak menunjukkan kekeruhan pulasan ekstrak n-heksana merupakan
apapun terhadap bakteri, dengan cara ekstrak terbanyak kemudian ekstrak etil
mengambil 0,2 ml dari suspensi yang asetat dan ekstrak etanol. Hal ini diduga
menunjukkan KHM tersebut, lalu biji buah pulasan mengandung lemak
ditambahkan kedalam tabung reaksi berisi yang tinggi. Ekstrak menyerupai minyak
5 ml media NB steril. Tabung reaksi dan tidak larut air. Dari skrining fitokimia
diinkubasi selama 12-18 jam pada suhu menunjukkan biji buah pulasan positif
37°C dalam inkubator, selanjutnya steroid dan alkaloid. Ekstrak etanol biji
dilakukan pengukuran absorbansi (OD) buah pulasan merupakan ekstrak yang
dengan spektrofotometer UV-Vis (λ = 480 paling sedikit diantara ekstrak biji lainnya,
nm). Apabila hasil pengukuran namun merupakan ekstrak yang lebih
menunjukkan konsentrasi terendah banyak dibandingkan dengan ekstrak
ekstrak mempunyai OD adalah 0 (tidak kulit buah pulasan. Etanol mampu
ada kekeruhan), maka didapatkan melarutkan hampir semua komponen
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) atau kimia, sehingga komponen yang tersisa
Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari proses ekstraksi sebelumnya dapat
(Lennete dkk., 1991). larut dalam pelarut etanol.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal
(KHM) dan Konsentrasi Bakterisidal
Ekstraksi Kulit dan Biji Buah Pulasan
Minimal (KBM)
(Nephelium mutabile)
Berdasarkan hasil penelitian yang
Ekstraksi serbuk simplisia kulit dan
telah dilakukan sebelumnya (Fatisa dan
biji buah pulasan dilakukan dengan
Endah, 2013), diketahui bahwa dengan
proses maserasi dengan tiga pelarut secara
menggunakan metode difusi sumur,
bertingkat, dengan menggunakan pelarut
aktivitas antibakteri terbesar dihasilkan
n-heksana, kemudian etil asetat, dan
dari ekstrak etil asetat, lalu ekstrak etanol
etanol. Masing-masing tahapan ekstraksi
kulit dan biji buah pulasan dengan
dibutuhkan waktu 2 x 24 jam, dimana
diameter zona hambat terhadap bakteri
pertama kali sampel dimaserasi dengan
Staphylococcus aureus masing-masing 34,33
pelarut n-heksana. Ampas yang diperoleh
mm (sangat kuat) dan 8,78 mm (sedang),
dikeringkan dengan cara diangin-
sedangkan terhadap Eschericia coli masing-
anginkan di ruang terbuka untuk
masing 29,78 mm (sangat kuat) dan 6,11
menghilangkan pelarut agar tidak
(sedang). Sedangkan ekstrak heksana
mengganggu proses ekstraksi berikutnya.
tidak memberikan aktifitas apapun.
Ampas yang telah kering kemudian
diekstraksi kembali dengan pelarut etil Maka untuk penelitian lanjutan ini,
asetat. Selanjutnya ampas yang diperoleh ekstrak etil asetat dan etanol dari kulit dan

35
FATISA Jurnal Peternakan

biji buah pulasan dipilih untuk diteliti dari masing-masing ekstrak ditunjukkan
KHM dan KBM dengan menggunakan pada Tabel 1. dan Tabel 2.
metode dilusi cair. Nilai KHM dan KBM

Tabel 1. Hasil uji konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak etil asetat dan etanol dari kulit
dan biji buah pulasan
EKSTRAK (mg/ml)
BAKTERI Etil Asetat Etanol
Kulit Biji Kulit Biji
Staphylococcus aureus 0,76 12,4 2,43 24,76
Escherichia coli 2,28 22,47 2,98 50,84

Tabel 2. Hasil uji konsentrasi bakterisidal minimal (KBM) ekstrak etil asetat dan etanol dari
kulit dan biji buah pulasan
EKSTRAK (mg/ml)
BAKTERI Etil Asetat Etanol
Kulit Biji Kulit Biji
Staphylococcus aureus 237,75 289,8 156,13 389,25
Escherichia coli 288,43 308,3 193,29 459,5

KHM terkuat ditunjukkan oleh sebagai antioksidan dan aktifitas


ekstrak etil asetat kulit buah pulasan antimikroba, selanjutnya dalam penelitian
melawan bakteri Staphylococcus aureus ini didapat 542,2 mg/g senyawa fenol dari
yaitu pada 0,76 mg/ml, yang ekstrak kering metanol kulit dan biji
menunjukkan senyawa bakteriostatik. rambutan pada semua variasi konsentrasi
mempunyai aktifitas antimikroba
KBM atau senyawa bersifat
melawan lima bakteri patogen dengan
bakterisidal pada 237,75 mg/ml.
strain yang paling sensitive adalah
Selanjutnya KHM dari ekstrak etil asetat
Staphylococcus epidermis dengan KHM 2.0
melawan bakteri Escherichia coli pada 2,29
mg/ml untuk ekstrak kulit rambutan.
mg/ml dan KBM adalah 288,43 mg/ml.
Ling (2010) mendapatkan bagian-
KHM yang menunjukkan senyawa
bagian tertentu dari tanaman Nephelium
bakteriostatik dari ekstrak etanol kulit
lappaceum dan Nephelium mutobile secara
buah pulasan melawan bakteri
umum mengandung senyawa fenolik,
Staphylococcus aureus adalah 2,43 mg/ml,
bersifat sitotoksik dan berpotensi sebagai
akan tetapi dibandingkan ekstrak lain,
antioksidan. Penelitian lain mendapatkan
ekstrak ini memberikan nilai KBM
bahwa konsentrasi minimal (KHM) yang
terbesar yaitu 156,13 mg/ml. Selanjutnya,
efektif untuk menghambat pertumbuhan
KHM dari ekstrak etanol melawan bakteri
tiga bakteri patogen Aeromonas hydrophila,
Escherichia coli pada 2,98 mg/ml dan KBM
A. salmonicida dan Streptococcus sp. adalah
adalah 193,29 mg/ml.
pada konsentrasi 50-75%, dan semakin
Hasil penelitian ini menunjukkan tinggi konsentrasinya menunjukkan
kemiripan hasil dengan penelitian yang kandungan bahan aktif flavonoid dalam
dilakukan oleh Thitilertdecha dkk. (2008) biji rambutan semakin berfungsi sebagai
terhadap ekstrak tumbuhan Nephelium anti bakteri patogen pada ikan (Ibrahim,
lappaceum L yang satu famili dengan dkk., 2013)
pulasan, dimana Nephelium lappaceum L
Secara umum dalam penelitian ini,
mengandung senyawa-senyawa fenolik
ekstrak kulit dan biji buah pulasan
dari golongan flavonoid yang bersifat

36
Vol 10 No 1 DAYA ANTI BAKTERI

(Nephelium mutabile) memiliki DAFTAR PUSTAKA


penghambatan yang lebih besar terhadap Adam, S. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi dan
bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan Parasitologi untuk Perawat. EGC. Jakarta.
dengan Escherichia coli. Karlina dkk. (2013)
Anonim. Taksonomi Tanaman Buah
dalam penelitiannya menghasilkan
Indonesia. http://haruting.wordpress.
ekstrak herba krokot lebih berpengaruh
com/2009/02/10/taksonomi-tanaman-
pada bakteri S. aureus dibanding E. Coli buah-indonesia/. Pulasan. http://
hal ini dikarenakan struktur dinding ms.wikipedia.org/wiki/Pulasan. Diakses:
bakteri S. aureus yang bersifat polar dan 8 Januari 2013.
mudah ditembus ekstrak krokot.
Fatisa, Y dan Endah. 2013. Skrining Fitokimia
Jawetz dkk dalam Poeloengan dkk. dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
(2007) menyebutkan perbedaan kepekaan dan Biji Buah Pulasan (Nepehelium
pada bakteri Gram positif dan Gram mutabile). ISBN 978-602-7902-34-3.
negatif terhadap zat antibakteri Prosiding Seminar Nasional IAIN Sultan
Thaha Saifuddin, Jambi.
kemungkinan karena perbedaan struktur
dinding sel, seperti jumlah peptidoglikan, Ibrahim, A., Y. T. Adiputra, A. Setawan dan S.
jumlah lipid, ikatan silang dan aktivitas Hudaidah. 2013. Potensi kulit buah dan
enzim, yang menentukan penetrasi, biji rambutan (Nephelium lappaceum)
pengikatan dan aktivitas antimikroba. sebagai senyawa antibakteri patogen
pada ikan. e-JRTBP. 1(2) : 135-142.
Staphylococcus aureus termasuk bakteri
Gram positif, mempunyai struktur Indrianto, A. B., P. Nita, B.U. Fajjarini, D.A.
dinding sel yang mengandung Yulia dan Y.R.A. Pramudya. 2007. Efek
polisakarida dan protein yang bersifat antiangiogenik ekstrak etanol kulit buah
antigen, dan mempunyai kandungan lipid rambutan (Nephelium lappaceum L.) pada
membran chorio alantois (cam) embrio
yang rendah (1-4%), sedangkan Escherichia
ayam yang terinduksi bFGF. Jurusan
coli, termasuk bakteri Gram negatif,
Farmasi FMIPA Universitas Islam
mempunyai dinding sel dengan Indonesia. 1-12.
kandungan lipid tinggi (11-22%) dan
struktur dinding sel yang berlapis tiga Karlina, C. Y., I. Muslimin, T. Guntur. 2013.
Aktivitas antibakteri ekstrak herba krokot
(multilayer) yaitu lipoprotein, membran
(Portulaca oleracea L.) terhadap
luar fosfolipid dan lipopolisakarida. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,
Membran luar fospolipid dapat Lentera Bio. 2(1) : 87–93
mengurangi masuknya zat antibakteri ke
dalam sel. Lennette, T. H., Barilows, A., Hausler, W. J.,
dan Shadoni, H. J. 1991. Manual Clinical
KESIMPULAN Microbiology (5th ed). Washington, DC:
American Sociaty for Microbiology.
Ekstrak etil asetat dan etanol dari
kulit dan biji buah pulasan memiliki Ling, L. T., K.R. Ammu, S. Thavamanithevi, M.
aktivitas antibakteri yang ditunjukkan C.H. wee dan D.P. Uma. 2010.
dengan adanya nilai hambat dan bunuh Assessment of Antioxidant Capacity and
Cytotoxicity of Selected Malaysian Plants.
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
J. Molecules. 15 : 2139-2151; doi:10.3390/
Escherichia coli. KHM dan KBM terbesar
molecules /15042139.
masing-masing diperoleh dari ekstrak etil
asetat yaitu 0,76 mg/ml, dan ekstrak Oonmetta-aree, J., S. Tomoko, G. Piyaman, dan
etanol yaitu 156,13 mg/ml. Secara umum, E. Griangsak. 2005. Antimikrobial
properties and action of galangal (Alpinia
ekstrak kulit dan biji buah pulasan
galanga Linn.) on Staphylococcus aureus.
(Nephelium mutabile) memiliki LWT 39 : 1214-1220.
penghambatan yang lebih besar terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan Thitilertdecha, N., A. Teerawutgulrag, dan N.
dengan Escherichia coli. Rakariyatham. 2008. Antioxidant and

37
FATISA Jurnal Peternakan

antibacterial activities of Nephelium Silaban, L. W. 2009. Skrining fitokimia dan uji


lappaceum L. extracts. Food Science and aktivitas antibakteri dari kulit buah sentul
Technology. 41 : 2029-2035 (Sandoricum koetjae (burm. f.) Merr)
terhadap beberapa bakteri secara in vitro.
Poeloengan, M., Andriani, Susan, M. N., K.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Iyep, dan H. Mirza. 2007. Uji Daya
Medan
Antibakteri ekstrak etanol kulit batang
bungur (Largerstoremia speciosa Pers) Silvikasari. 2011. Aktivitas antibakteri ekstrak
terhadap Staphylococcus aureus dan kasar flavonoid daun gambir (Uncaria
Escherichia coli secara in vitro. Seminar gambir Roxb). Skripsi. IPB. Bogor.
Nasional Teknologi Peternakan dan
Yudiati, E., S. Sri, S. Sunarsih, dan A. Rani.
Veteriner. 776-782
2011. Aktivitas antioksidan dan toksisitas
Sangi, M. S., I. M. Lidya, dan K. Maureen. ekstrak metanol dan pigmen kasar
2012. Uji toksisitas dan skrining fitokimia Spirulina sp. Ilmu Kelautan. 16(4): 187-
tepung gabah pelepah aren (Arenga 192
pinnata). J. Ilmiah Sains. 12(2) : 127-134

38

Anda mungkin juga menyukai