Anda di halaman 1dari 10

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No.

3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

UJI DAYA HAMBAT ORGANISME LAUT SPONS Amphimedon sp.,


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, DAN Jamur Candida albicans
1) 1) 1)
Rizky Akbar Latif , Defny S. Wewengkang , Henki Rotinsulu
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Sponges are marine animals that can produce bioactives that are useful as anti-virus, anti-fungal, antibiotic,
anti-cancer, anti-inflammatory, and antioxidants. Amphimedon sp., sponge itself is found in the waters of
Lembeh islands, the City of Bitung. This study was to determine the inhibitory activity against the
microorganisms growth of Amphimedon sp., sponge, against microbes of Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, and Candida albicans. Based on the results of the study, the extracts and fractions of Amphimedon sp.,
sponge samples did not have microbial inhibitory activity against the test microbes of Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, and Candida albicans

Keywords : Amphimedon sp., Antimicrobial, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans

ABSTRAK

Spons merupakan hewan laut yang dapat menghasilkan bioaktif yang bermanfaat sebagai anti virus, anti jamur,
antibiotik, anti kanker, anti inflamasi, dan antioksidan. Spons Amphimedon sp sendiri ditemukan didaerah
perairan pulau Lembeh kota bitung. Penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme dari spons Amphimedon sp., terhadap mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Candida albicans. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ekstrak dan fraksi sampel spons Amphimedon sp.,
tidak memiliki aktivitas daya hambat terhadap mikroba uji Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Candida albicans

Kata kunci : Amphimedon sp., Antimikroba, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans

146
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN tersebut, Koloni Staphylococcus aureus juga


dapat ditemukan di tenggorokkan, usus,
Mikroba patogen merupakan salah
vagina, lipatan kulit (ketiak) dan perineum.
satu penyebab penyakit pada manusia dan
Tetapi infeksi yang disebabkan oleh
makhluk hidup lainnya (Juariah et al.,
Staphylococcus aureus merupakan masalah
2014). Berbagai penelitian menunjukkan
penting di bagian kesehatan. Hal ini
bahwa organisme laut memiliki potensi yang
dikarenakan adanya beberapa kasus
sangat besar dalam menghasilkan senyawa-
resistensi pada antibiotik. Selain karena
senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai
resistensi, pengguna antibiotik memerlukan
bahan baku obat. Beberapa organisme laut
biaya yang belum tentu dapat dicapai oleh
yang diketahui dapat menghasilkan senyawa
masyarakat umum (Rahardjo, 2017).
aktif, salah satunya adalah ascidians.
Escherichia coli merupakan family
Organisme ini diketahui dapat menghasilkan
Enterobacteriaceae dengan ukuran panjang
sejumlah besar produk laut yang bersifat
sel 2,0 – 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm dan
alami, juga mampu menunjukkan
tidak ditemukan spora. Escherichia coli
keragaman senyawa kimia yang sangat besar
termasuk bakteri gram negatif, selnya bisa
(Thakur dan Muller, 2004).
terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam
Senyawa dengan berbagai
rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.
bioaktivitas, anatara lain: antivirus,
Escherichia coli merupakan penghuni
antibakteri, antikanker, antileukimia,
normal usus yang seringkali menyebabkan
antiinflamasi, insektisida, dan antihelmintik
infeksi (Wulandari, 2010).
telah ditemukan dari spons (Kim, 2012). Hal
Candida albicans merupakan salah
ini membuat spons menjadi salah satu
satu mikroorganisme yang terdapat pada
hewan laut yang menarik untuk diteliti
mukosa mulut dapat menyebabkan
karena berpotensi besar untuk
stomatitis apthosa atau sariawan.
dikembangkan dalam bidang pengobatan
Kandidiasis dapat mencegah
salah satunya sebagai antibakteri (Abubakar
pertumbuhannya dengan menggunakan
et al, 2011).
antiseptik dan anti fungi (Melsi et al., 2011).
Staphylococcus aureus adalah
Spons Amphimedon sp., termasuk
bakteri kokus gram positif. Bakteri ini sering
anggota kelas Demospongia digunakan
ditemukan sebagai kuman flora normal pada
sebagai materi penelitian. Genus ini banyak
manusia. Bakteri Staphylococcus aureus
dilaporkan memiliki bahan aktif yang
dapat menjadi penyebab infeksi baik pada
bermanfaat. Hasil ekstraksi spons genus
manusia maupun pada hewan. Infeksi yang
Amphimedon dapat dimanfaatkan sebagai
disebabkan oleh Staphylococcus aureus
anti kanker (leukemia) (Nishi et al., 2008).
dapat berkembang menjadi infeksi sistemik
yang parah. Habitat Staphylococcus aureus
METODOLOGI PENELITIAN
biasanya ada di rongga hidung. Dari rongga Bentuk Penelitian
hidung, Staphylococcus aureus dapat Bentuk penelitian ini ialah
berpindah dan menyebar kekulit maupun eksperimen laboratorium yang akan menguji
bagian tubuh lainnya. Selain di lokasi komponen yang diekstrak dari Spons

147
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Amphimedon sp., sebagai antimikroba yang Ekstrak Spons Amphimedon sp.,


diperoleh dari perairan Selat Lembeh. sebanyak 540 g diekstraksi dengan
menggunakan cara maserasi. Sampel
Waktu dan Tempat Penelitian dipotong kecil-kecil dengan ukuran 1 cm²
Penelitian ini dilaksanakan pada lalu dimasukkan ke dalam botol dan
bulan September 2018 sampai – Februari direndam dengan larutan etanol 96% sampai
2019. Tempat pengambilan sampel sampel terendam secara keseluruhan dan
dilakukan di Perairan Selat Lembeh, Kota dibiarkan selama 24 jam. Sampel yang
Bitung dan untuk preparasi sampel, direndam disaring dengan menggunakan
pengamatan dilakukan di Laboratorium kertas saring menghasilkan filtrat 1 dan
Penelitian Farmasi Lanjutan (Farmakognosi debris 1. Debris 1 direndam dengan larutan
Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi etanol 96% sampai sampel terendam secara
Farmasi) Program Studi Farmasi, Fakultas keseluruhankemudian dibiarkan selama 24
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jam. Sampel tersebut disaring menggunakan
Universitas Sam Ratulangi kertas saring menghasilkan filtrat 2 dan
debris 2. Debris 2 kemudian direndam
Alat dan Bahan dalam larutan etanol 96% sampai sampel
a. Alat terendam secara keseluruhan dan dibiarkan
selama 24 jam, sampel tersebut disaring
Alat yang digunakan dalam penelitian menggunakan kertas saring menghasilkan
ini yaitu sarung tangan, zipper bag, gunting, filtrat 3 dan debris 3. Filtrat 1, 2 dan 3
kamera, wadah kaca, pisau, Erlenmeyer dicampur menjadi satu kemudian disaring,
(Pyrex), corong pisah, timbangan analitik, lalu dievaporasi menggunakan rotary
gelas ukur (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), evaporator sehingga didapat ekstrak kasar
Cawan Petri, autoklaf (autoklaf KT-30s), Spons Amphimedon sp., kemudian
spatula, pinset, pembakar spritus, pipet tetes, ditimbang menggunakan timbangan analitik,
mikro tubes, batang pengaduk, Laminar air diperoleh ekstrak etanol sampel sebanyak
flow (Clean Bench), rak tabung reaksi, 12,84 g. Selanjutnya ekstrak etanol Spons
tabung reaksi, lemari pendingin, incubator Amphimedon sp., digunakan dalam
incucel (N-Biotek), cakram (Paper disc), fraksinasi dan pengujian antimikroba.
mikropipet, digital caliper, vial, oven, jarum
ose, vortex dan jas lab.
Fraksinasi
b. Bahan Ekstrak Sebanyak 2,00 g ekstrak
etanol Spons Amphimedon sp., dimasukkan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu ke dalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan
Spons Amphimedon sp,. mikroba uji metanol 80% sebanyak 100 mL. Setelah
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, sampel larut, sampel dimasukkan ke dalam
dan Candida albicans, etanol 96%, corong pisah dan ditambahkan pelarut n-
akuades, metanol, n-heksan, kloroform, heksan sebanyak 100 mL. Sampel kemudian
nutrient broth, nutrien agar, potato dextrose dikocok berulangkali dalam corong pisah
agar, Kloramfenikol, kertas cakram, label, hingga homogen. Sampel dibiarkan hingga
spidol permanen, tissue, aluminium foil, membentuk lapisan metanol (MeOH) dan
kertas saring, kapas. lapisan n-heksan. Masing-masing lapisan
metanol dan lapisan n-heksan ditampung di
Prosedur Penpelitian dalam wadah yang berbeda. Lapisan n-
Ekstraksi heksan selanjutnya dievaporasi

148
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

menggunakan oven hingga kering, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121˚C
ditimbang dengan timbangan analitik dan selama 15 menit dan setelah itu didinginkan.
diperoleh fraksi n-heksan sebanyak 0,06 g. Setelah dingin, media cair B1 di tutup
Selanjutnya lapisan metanol ditambahkan dengan aluminium foil (Dwijendra et al,
dengan akuades 100 mL, kemudian dipartisi 2014).
dengan pelarut kloroform menggunakan
perbandingan 1:1 v/v setelah itu dikocok Kultur Mikroba
dalam corong pisah hingga homogen. Mikroba yang digunakan yaitu
Lapisan metanol dibiarkan hingga Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
membentuk dua lapisan yaitu lapisan Candida albicans. Masing-masing mikroba
metanol dan lapisan kloroform. Masing- diambil dari biakan murni menggunakan
masing lapisan metanol dan lapisan mikropipet sebanyak 100 μL dan
kloroform ditampung ke dalam wadah yang dimasukkan ke dalam masing-masing
berbeda.Lapisan kloroform dievaporasi tabung reaksi yang sudah berisi media cair
menggunakan oven hingga kering lalu B1 sebanyak 1 ml dan kemudian ditutup
ditimbang dengan timbangan analitik dan menggunakan aluminium foil. Setelah itu,
diperoleh fraksi kloroform sebanyak 1,1 g. diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C
Lapisan metanol yang ditampung pada selama 1 x 24 Jam (Dwijendra et al, 2014).
wadah lain dievaporasi menggunakan rotary
evaporator hingga kering lalu ditimbang Pengujian Antimikroba
dengan timbangan analitik dan diperoleh Pembuatan Media Uji
fraksi metanol sebanyak 1,7 g. Ketiga fraksi Pepton 0,5 g, beef extract 0,3 g,
yang diperoleh akan digunakan dalam natrium klorida 0,3 g, agar 1,5 g dan
pengujian antimikroba. Rendemen- akuades sebanyak 100 ml diaduk sampai
rendemen ekstrak dan fraksi dihitung homogen kemudian disterilkan di autoklaf
dengan persamaan berat hasil ekstrak/fraksi pada suhu 121˚C selama 15 menit
dibagikan dengan berat awal ekstrak/fraksi (Dwijendra et al, 2014).
kemudian dikalikan dengan 100%.
Pembuatan Larutan Uji
Pembuatan Media dan Pengujian Larutan uji dibuat dengan cara 1 mg
Antimikroba ekstrak kasar Spons Amphimedon sp.
dilarutkan dalam 200 μL metanol dan
Sterilisasi Alat dikocok hingga homogen menggunakan
Alat-alat gelas yang digunakan vortex. Perlakuan yang sama dilakukan pada
dalam penelitian aktivitas antimikroba ini fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi
disterilkan terlebih dahulu dengan metanol (Ortez,2005).
menggunakan autoklaf pada suhu 121 ºC
selama 15 menit, pinset dibakar dengan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif
pembakaran di atas api langsung dan media Kontrol positif dalam pengujian
disterilkan di autoklaf pada suhu 121 ºC aktivitas antimikroba ini menggunakan
selama 15 menit (Ortez, 2005). Kloramfenikol paper disc. Kontrol negatif
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Pembuatan Media B1 menggunakan metanol, dengan cara
Pepton 0,5 g, beef extract 0,3 g, membuat larutan stok metanol dengan
natrium klorida 0,3 g dan akuades sebanyak mengambil sebanyak 200 μL metanol
100 ml diaduk sampai homogen kemudian kemudian ditotolkan pada paper disc.

149
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Pengujian Aktivitas Antimikroba sampel yang sesuai yaitu spons


Metode yang digunakan dalam Amphimedon spPenggunaan bahan alami
penelitian ini yaitu metode difusi agar (disc sebagai zat hambat mikroorganisme adalah
diffusion Kirby and Bauer). Pada pengujian langkah kembali ke alam untuk
aktivitas antimikroba ini, cakram (paper memanfaatkan bahan alami. Senyawa dalam
disc) yang digunakan berukuran 6 mm tumbuhan, mengharuskan kita untuk
dengan daya serap 50 μL tiap cakram. mengetahui senyawa kimia yang mampu
Sebanyak 100 μL mikroba yang telah memberikan efek terapi.
dikultur, dipipet dan diinokulasi pada 100
ml media agar lalu diaduk hingga homogen Preparasi Sampel
dan kemudian dituangkan ke dalam cawan Sampel spons Amphimedon sp. yang
petri dan tunggu sampai media agar diambil dari perairan Selat Lembeh Bitung,
mengeras. Kemudian, larutan uji yang telah dipotong kecil-kecil. Hal ini bertujuan untuk
disiapkan ditotolkan pada masing-masing memperluas permukaan yang berinteraksi
cakram dengan menggunakan mikropipet. dengan pelarut sehingga lebih banyak
Setelah agar mengeras, kertas cakram yang senyawa yang dapat ditarik oleh pelarut
telah ditotolkan sampel Spons Amphimedon (Kristanti et al., 2008). Setelah di potong
sp., kontrol positif dan kontrol negatif kecil-kecil sampel lalu di masukkan
diletakkan ke dalam cawan petri dengan kedalam wadah.
menggunakan pinset. Selanjutnya, cawan
petri diberi label dan diinkubasi dalam
Ekstraksi Spons Amphimedon sp.
inkubator pada suhu 370C selama 1 x 24 Jam
Sampel spons Amphimedon
(Ortez, 2005).
sp.dilakukan ekstraksi dengan menggunakan
metode maserasi dengan pelarut etanol 96%
Pengamatan dan Pengukuran Diameter
sampai sampel terendam semua selama 24
Zona Hambat
jam. Maserasi sampel dilakukan dengan
Pengamatan dilakukan setelah 24
pelarut 96 % karena pelarut ini memiliki
jam masa inkubasi. Daerah pada sekitaran
kemampuan menyari dengan tingkat
cakram menunjukkan kepekaan mikroba
polaritas yang lebar mulai dari senyawa
terhadap antibiotik atau bahan antimikroba
polar dan non polar (Saifudin et al, 2011).
yang digunakan sebagai bahan uji yang
Pelarut etanol 96% memiliki sifat selektif,
dinyatakan dengan diameter zona bening.
tidak beracun, dan bersifat universal yang
Diameter zona bening diukur
cocok untuk mengekstrak semua golongan
menggunakkan digital caliper. Kemudian
senyawa metabolit sekunder (Kristianti et
zona bening yang telah diukur,
al., 2008) metode maserasi dipilih karena
dikategorikan berdasarkan pedoman Davis
pengerjaan dan peralatan yang digunakan
dan Stout (1971).
sederhana, mudah diusahakan, mampu
menarik senyawa-senyawa yang berkhasiat,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan untuk menghindari kerusakan beberapa
Determinasi
senyawa aktif dari spons Amphimedon sp.
Determinasi Spons Amphimedon sp.
(Kristiani, 2014). Prinsip ekstraksi pelarut
dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu
yakni dengan memisahkan dua komponen
Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi
atau lebih berdasarkan perbedaan kelarutan
Universitas Sam Ratulangi. Determinasi
komponen tersebut dalam pelarut yang
dilakukan agar mengetahui sampel yang
digunakan. Proses pemisahan akan berhasil
diambil dan dilakukan pengujian adalah
apabila bergantung pada perbedaan

150
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

kelarutan senyawa yang akan dipisahkan heksan dan kloroform secara


dalam pelarut (Suryanto,2012). berkesinambungan dengan sifat yang
Proses ekstraksi dilakukan berbeda dimana n-heksan mewakili sifat non
perendaman selama 3x24 jam dan setiap 24 polar, kloroform mewakili sifat semi-polar
jam ekstrak disaring dan dimaserasi kembali dan methanol mewakili sifat polar (Aditya et
dengan menggunakan pelarut yang baru hal al., 2016).Dilakukan fraksinasi untuk
ini disebut dengan remaserasi. Remaserasi senyawa berdasarkan kepolaran. Masing-
bertujuan untuk mendapatkan penyarian masing pelarut secara selektif akan
maksimal, agar senyawa kimia didalam memisahkan kelompok kandungan kimia
sampel dapat terekstrak secara menyeluruh tersebut. Pertama simplisia disari berturut-
dengan pergantian pelarut selama tiga kali turut dengan pelarut yang non polar,
menggunakan pelarut etanol.Kemudian kemudian disari dengan pelarut yang
diperoleh filtrat diuapkan menggunakan berkurang polar dan terakhir dengan pelarut
oven 40°C dengan tujuan agar tidak polar (Iswanti, 2009). Berdasarkan massa
merusak senyawa bioaktif yang terdapat fraksi beserta rendemen yang dihasilkan
difiltrat apabila menggunakan suhu tinggi. dalam proses fraksinasi ditunjukkan pada
Hasil dari proses ini didapat ekstrak kasar Tabel 2.
dari pelarut (Aditya et al., 2016). Didapat
Massa ekstrak beserta rendemen yang Tabel 2. Rendemen fraksi Spons
dihasilkan pada proses ekstraksi ditunjukkan Amphimedon sp.
pada Tabel 1.
Massa
Rendemen Warna
No Sampel Ekstrak
Tabel 1. Rendemen ekstrak Spons (%) Sampel
(g)
Amphimedon sp.
Fraksi n- Putih
1 0,06 3%
Massa Warna heksan bening
No Sampel Rendemen
Ekstrak Sampel
Fraksi Putih
Ekstrak 2 1,036 55%
1 0,54 2,4 Coklat Kloroform keruh
Etanol
Fraksi Putih
3 1,7 85%
Fraksinasi Amphimedon sp. methanol susu
Setelah diperoleh ekstrak kering etanol
dari hasil maserasi, selanjutnya dilakukan
tahap fraksinasi. Metode penelitian ini Untuk mengetahui presentasi zat yang
menggunakan metode fraksinasi cair-cair terekstrak dari sampel maka hasil timbang
yang dimana merupakan metode pemisahan dari massa ekstrak/fraksi dibagi dengan
dengan menggunakan dua cairan pelarut massa sampel/ekstrak dan dikalikan 100%.
yang tidak saling tercampur sehingga Perbedaan nilai ini disebabkan karena
senyawa yang memiliki sifat polar akan larut perbedaan jenis pelarut yang digunakan.
dalam pelarut polar, yang semi polar akan Dimana, pelarut yang berbeda akan
larut dalam pelarut semi polar, dan yang melarutkan senyawa-senyawa berbeda,
bersifat non polar akan larut kedalam pelarut sehingga jumlah fraksi pelarut methanol
non polar (Engka, 2016). Dimana pelarut memiliki rendemen paling tinggi. Hal ini
yang digunakan yang memiliki sifat menunjukkan bahwa dalam Spons
kepolaran yang berbeda, yaitu methanol, n-

151
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Amphimedon sp., terdapat banyak senyawa adanya zona bening disekelilingi kertas
yang bersifat polar. cakram yang berukuran ± 6 mm.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Rata-rata
Uji Aktivitas Antimikroba Spons Diameter Uji Daya Hambat
Amphimedon sp. dari Ekstrak dan Fraksi
Uji aktivitas senyawa antimikroba
Spons Amphimedon sp.
dari ekstrak etanol, fraksi methanol, fraksi n-
heksan, dan fraksi kloroform dari spons Mikrob Rata-rata Diameter (mm)
Amphimedon sp. diuji terhadap a EE FK FM FH + -
Staphylococcus aureus yang mewakili gram
positif, Escherichia coli mewakili gram 0,0 0,0 0,0 0,0 19,1 0,0
Ec
negatif dan Candida albicans mewakili 0 0 0 0 5 0
0,0 0,0 0,0 0,0 21,2 0,0
jamur dengan dilakukan metode difusi agar. Sa
0 0 0 0 2 0
Metode difusi agar adalah dimana metode 0,0 0,0 0,0 0,0 20,1 0,0
dilakukan dengan pengukuran dan Ca
0 0 0 0 0 0
pengamatan diameter zona bening yang Keterangan :
terbentuk disekitar cakram yang berisi zat Ec : Escherichia coli
antimikroba yang diletakkan pada media Sa : Staphylococcus aureus
agar yang sudah diinokulasi mikroba Ca : Candida albicans
(Lalamentik, 2017). Metode difusi agar EE : Ekstrak Etanol
dipilih karena memiliki kelebihan yaitu FK : Fraksi Kloroform
jumlah zat yang digunakan mudah diatur, FM : Fraksi Metanol
cepat, dan pengerjaannya sederhana (Valgas FH : Fraksi n-heksan
et al., 2007), dan juga untuk melihat + : Kontrol Positif
sensitivitas berbagai jenis mikroba terhadap - : Kontrol Negatif
antimikroba pada konsentrasi tertentu
(Akhyar, 2010). Pada pengujian ini menunjukkan
Penggunaan ketiga jenis mikroba ini bahwa tidak adanya kepekaan antimikroba
bertujuan untuk mengetahui apakah maupun antibiotik terhadap ekstrak dan
ekstrak/fraksi dari Spons Amphimedon sp. fraksi Spons Amphimedon sp., kemampuan
memiliki aktivitas daya hambat serta penghambatan pertumbuhan mikroba uji
mengetahui spektrum yang sempit yang dipresentasikan oleh terbentuknya zona
hanya mampu menghambat atau membunuh bening pada pengujian aktivitas
salah satu golongan mikroba saja, atau antimikroba. Proses dilakukan 3 (tiga) kali
spektrum luas yang dimana dapat pengulagan pada pengujian ini, dimana
membunuh atau menghambat baik bakteri bertujuan agar hasil yang diperoleh lebih
golongan gram negatif maupun golongan akurat. Symbiant yang berasosiasi dengan
gram positif (Pratiwi, 2008). spons Amphimedon sp. tidak mampu
Pada uji aktivitas antimikroba hasil menghasilkan senyawa metabolit sekunder
yang diperoleh melalui pengamatan yang seperti, alkaloid, terpenoid, steroid, kuinon,
dilakukan selama 1x24 jam massa inkubasi fenol dan sebagiannya yang dimana
dengan 3 kali pengulangan untuk masing- Senyawa-senyawa-senyawa ini sebagian
masing bakteri terhadap spons Amphimedon besar mempunyai potensi sebagai senyawa
sp., tujuannya untuk lebih mengakurat hasil bioaktif (Tan dan Zou, 2001). Hal ini
pengujian yang diperoleh. pada pengujian menunjukkan secara fisiologis, proses
ini, daya antimikroba ditandai dengan metabolisme hewan spons dipengaruhi oleh

152
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

beberapa faktor lingkungan seperti melainkan karena aktivitas senyawa yang


termperatur, kekeruhan, kekuatan arus, ada pada spons laut Amphimedon sp.
cahaya, salinity, serta faktor-faktor kimiawi
lainnya. Sehingga jenis spons yang sama KESIMPULAN
tetapi masing-masing hidup pada kondisi
lingkungan yang berbeda, dapat memiliki Berdasarkan hasil penelitian yang
keaktifan metabolit sekunder yang berbeda telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pula (Bergquist and Bedford, 1989). ekstrak kasar, fraksi metanol, fraksi
Adapun kriteria kekuatan kloroform dan fraksi n-heksan spons
antimikroba sebagai berikut : diameter zona Amphimedon sp. tidak memiliki aktivitas
hambat 5 mm atau kurang dikategorikan antimikroba terhadap mikroba uji
lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
sedang, zona hambat 10-20 mm dan Candida albicans.
dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm
atau lebih dikategorikan sangat kuat . SARAN
macam-macam kriteria ini digunakan dalam Peneliti mengharapkan dapat
peelitian untuk menggolongkan daya hambat dilakukan identifikasi senyawa sebelum
control dan bahan uji sampel (Davis dan melakukan pengujian agar peneliti dapat
Stout, 1971) mengetahui terlebih dahulu kandungan
Berdasarkan pengujian ini digunakan senyawa kimia yang terdapat pada sampel
kontrol positif dan kontrol negatif sebagai yang akan diteliti
pembanding. Kontrol positif berfungsi
sebagai kontrol dari zat uji, dengan DAFTAR PUSTAKA
membandingkan diameter daerah hambat
Abubakar, H. Wahyudi, T. Yuhana, M.
yang terbentuk (Dwijendra, 2014). Kontrol
2011. Skrining Bakteri yang
positif yang digunakan dalam penelitian
Berasosiasi dengan Spons Jaspis
yaitu Kloramfenikol, hal ini dikarenakan
sp., sebagai Penghasil Senyawa
kloramfenikol memiliki spektrum kerja yang
Antimikroba. Jurnal Ilmu
luas (Rahmawati, 2015). Kontrol positif
Kelautan. 16 : 35-40
digunakan sebagai kontrol dari zat uji,
dengan membandingkan diameter daerah Aditya, A., Trianto, A., Santoso, A. 2016.
hambat yang terbentuk (Dwijendra, Eksplorasi Jamur Simbion Pada
2014).Dari hasil yang diperoleh kontrol Spons Demospongiae yang
positif kloramfenikol dengan ekstrak dan Dikoleksi dari Perairan Kupang
fraksi sampel spons Amphimedon sp., Penghasil Bahan Antimikroba
sedangkan kontrol negatif fungsinya untuk Multidrug Resistent (MDR).
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Jurnal ilmu Kelautan. Universitas
pelarut terhadap pertumbuhan mikroba uji. Diponegoro.
Kontrol negatif yang digunakan yaitu
methanol, dimana digunakan sebagai untuk Akhyar. 2010. Uji Daya Hambat dan
melarutkan larutan uji. Hal ini Analisis KLT Bioautografi
mengindikasikan bahwa kontrol yang Ekstrak Akar dan Buah Bakau (
digunakan tidak berpengaruh pada uji anti Rhizophora stylosa Griff.)
mikroba. Sehingga daya hambat yang Terhadap Vibrio Harveyi
terbentuk tidak berpengaruh oleh pelarut [skripsi]. Fakultas Farmasi

153
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Universitas Hasanuddin, Jurnal Perikanan Terubuk. 42(2) :


Makassar. 37-50

Bergquist, P. R. dan Bedford, J. J. 1978. The Kristani, A. N., N.S. Aminah., M. Tanjung.,
incidence of antibacterial activity B. Kurniadi. 2008. Buku Ajar
in marine Demospongiae: Fitokimia. Unair Press, Surabaya.
Systematic and geographic Lalamentik, G. 2017. Aktivitas Antibakteri
consideration. Mar. Biol. 46 : Ekstrak Karang Lunak Klyxum sp.
215-221 yang Diperoleh dari Teluk
Manado[skripsi]. Program Studi
Davis, W. W., T.R. Stout. 1971. Disc plate Farmasi FMIPA Universitas Sam
method of microbiological assay. Ratulangi, Manado.
Journal of microbiology 22: 659-
665. Nishi, T. Kubota, T. Fromont, J. Sasaki, T.
Kobayashi, J. 2008. Nakinadines
Dwijendra, I. M. 2014. Aktivitas B-F : New Phyridine Alkaloids
Antimikroba dan Karakterisasi with a ß-amino Acid Morety From
Senyawa Fraksi Spos Sponge Amphimedon sp. Journal
Lamellodysidea herbacea yang Tetrahedron. 64 : 3127-3132
Diperoleh dari Teluk Manado
[skripsi]. Program Studi Farmasi Ortez, J. H. 2005. Disk Diffusion testing in
FMIPA Universitas Sam manual of antimicrobial
Ratulangi, Manado. susceptibility testing. Marie B.
Coyle (Coord. Ed). American
Engka, T. 2016. Aktivitas Antioksidan dan society for Microbiology,
Penentuan Kandungan Total America.
Fenolik dan Flavonoid dari Umbi
Kuso Mafola Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
(Drynariaquercifolia L.) [skripsi]. Erlangga, Jakarta.
Program Studi Farmasi FMIPA
Universitas Sam Ratulangi, Rahardjo, M. Koendhori, E.B Setiawan, Y.
Manado. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe
Iswanti, D.A. 2009. Uji Aktivitas Vera) Terhadap Bakteri
Antimikroba Fraksi N-Heksan, Staphylococcus aureus, Jurnal
Fraksi Etil Asetat, Dan Fraksi Kedokteran Syiah Kuala. 17(2) : 65-70
Etanol 96% Daun Ekor Kucing
(Acalypha Hispida Burm. F) Rahmawati, M. 2015. Uji Aktivitas
Terhadap Bakteri Staphylococcus Antimikroba Ekstrak Etanol dan
aureus ATCC 25923 Secara Air Rimpang Pacing ( Costus
Dilusi [skripsi]. Fakultas Farmasi spiralis) Terhadap Bakteri
Universitas Setia Budi, Surakata. Escherichia coli, Shigella
dysenteriae, Salmonella
Juariah et al. 2014. Aktivitas Antibakteri typhimurium, Bacillus subtilis,
Spesies Asterias forbesii Terhadap Staphylococcus aureus Serta
Beberapa Jenis Bakteri Patogen. Fungi Candida albicans [skripsi].
Fakultas Kedokteran dan Ilmu

154
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Kesehatan UIN Syarif


Hidayatullah, Jakarta.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan.


Penerbit Putra Media Nusantara,
Surabaya.

Tan, R. X. dan Zou, W. X. 2001.


Endophytes: a Rich Source ofa
Functional Metabolites. Natural
Product Reports.18, p. 448-459

Thakur. N. L., Muller, W. E. G. 2004.


Biotechnological Potential of
Marine Sponge. Current Science.
86(11) : 1506-1512

Valgas, C., Souza, S. M. D., Smania, E. F.


A. and Artu, S. 2007. Screening
Methods to Determine
Antibacterial Activity of Natural
Products. Brazilian Journal of
Microbiology. 38, p. 369-380.

Wulandari, 2010. Uji Aktivitas Antibakteri


Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksan dan
Etil Asetat Daun Sidaguri (Sidarhom
bifolia L.) Terhadap Beberapa
Bakteri [Skripsi] Universitas
Sumatera Utara, Medan,

155

Anda mungkin juga menyukai