Anda di halaman 1dari 52

ISOLASI BAKTERI DARI KECOA (Periplaneta americana)

DAN EVALUASI UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA


ISOLAT KECOA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun oleh :

Nisfi Dwi Wahyuni

G1C219097

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVESITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan judul “Isolasi Bakteri dari Kecoa (Periplaneta Americana) dan
Evaluasi Uji Aktivitas Antimikroba pada Isolat K1A”.

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak M. Evy Prastiyanto, M.Sc selaku pembimbing pertama


2. Bapak Fandhi Adi Wardoyo, M.Sc selaku pembimbing kedua
3. Ibu Andri Sukeksi, SKM, M.Sc selaku ketua program studi
4. Pihak-pihak yang membantu dalam menyusun proposal

Penulis menyadari masih banyak ketidak sempurnaan dan kekurangan dalam


penulisan tugas akhir ini. Kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 31 Maret 2020

Nisfi Dwi Wahyuni


G1C219097
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Multi Drug Resisten (MDR) yaitu patogen infeksi yang telah resistensi
terhadap minimal tiga gen antimikroba (Deni Joseph & Pangalila Frans JV, 2019).
Menurut WHO, resistensi antimikroba dapat terjadi pada mikroorganime seperti
bakteri, jamur, virus, serta parasit. Resistensi antimikroba juga mengancam
pencegahan dan pengobatan efektif dari berbagai penyakit infeksi. Contohnya
pada bakteri Acinetobater baumannii yang resisten terhadap obat karbapenem,
penisilin dan sefalosporin (National Healthcare Safety Network, 2006-2008).

Acinetobacter baumannii merupakan bakteri patogen yangmenjadi masalah


utama pada kasus infeksi (Gustawan I Wayan, dkk, 2014).Wilayah Asia dan
Timur Tengah infeksi terbanyak ditemukan disebabkan MDR Acnetobacter
baumannii terhadap beberapa golongan antibiotik (Sieniawski, dkk, 2013).
Bakteri Acinetobacter baumannii dapat menginfeksi dalam darah, saluran kemih,
dan paru-paru, atau pada luka bagian tubuh lainnya (CDC, 2019).

Bakteri Acinetobacter baumannii yang resisten terhadap karbapenem terdapat


8500 kasus terinfeksi pada pasien rawat inap dan terjadi kematian sebanyak 700
kasus di Amerika Serikat (CDC, 2017). Wilayah Eropa juga mengalami
peningkatan resistensi pada bakteri Acinetobacter baumannii terhadap
karbapenem di atas 25% pada 18 negara Eropa (Halim Steven V, dkk, 2017).

Menurut WHO, pasien yang mengalami resistensi obat akan lebih sulit
diobati karena bakteri akan tahan terhadap antibiotik yang diberikan. Harga yang
digunakan juga lebih mahal karena metode yang digunakan dan waktu
pengujiannya lebih lama.

Alternatif pengobatan yang dilakukan dapat menggunakan bahan alami


seperti tumbuhan laut atau kecoa. Keberadaan kecoa biasanya biasa ditemukan
pada kondisi lingkungan kurang bersih seperti hidup di tempat pembuangan
sampah, selokan, serta tempat lainnya (Ali Salwa Mansur, etc, 2017). Keberadaan
kecoa dapat diasumsikan hewan tersebut mengeluarkan antimikroba karena dapat
bertahan dalam kondisi yang tidak layak.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan peneliti tertarik melakukan


penelitian mengenai “Isolasi Bakteri dari Kecoa (Periplaneta Americana) dan
Evaluasi Uji Aktivitas Antimikroba pada Isolat kecoa”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan permasalahan “bagaimana


isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta Americana) dan evaluasi uji aktivitas
antimikroba pada isolat kecoa”.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hasil isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta Americana)


dan evaluasi uji aktivitas antimikroba pada isolat K1A.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta Americana).
2. Mengidetifikasi uji aktivitas antimikroba pada isolat kecoa.
3. Mendeskripsikan hasil isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta
Americana) dan evaluasi uji aktivitas antimikroba pada isolat kecoa.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Peneliti

Menambah wawasan dan keterampilan khususnya dibidang


bakteriologi dalam isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta Americana) dan
evaluasi uji aktivitas antimikroba pada isolat kecoa.

1.4.2. Institusi
Menambah sumber pustaka penelitian di perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Semarang supaya memudahkan mencari informasi bagi
peneliti selanjutnya.
1.4.3. Praktisi laboratorium

Menambah ragam pemeriksaan dan meningkatkan kualitas hasil


laboratorium.

1.5. Keaslian/Originalitas Penelitian

Tabel 1. Keaslian /originalitas penelitian


Peneliti Judul Kesimpulan
I Nengah Kundera dan Sensitivitas Bakteri Gram Ada sepuluh spesies bakteri
Mursito Bialangi, Negatif yang Diisolasi dari berhasil teridentifikasi
Universitas Tadulako 2018 Kaki Kecoa (Periplaneta di area perumahan dan
americana) di Area Rumah rumah sakit di kota Palu
Sakit dan Perumahan di Kota yang
Palu terhadap beberapa diperoleh dari kaki Kecoa
Antibiotik yaitu, Klebsiella
pneumoniae, Proteus
vulgaris, Escherichia coli,
Proteus vulgaris,Proteus
mirabilis, Salmonella
arizonae. Klebsiella
ozaenae, Salmonella sp,
Salmonella choleraesuis,
Salmonella simultans. Hasil
uji sensitivitas antibiotik
menunjukkan bahwa semua
bakteri ini resisten terhadap
antibiotik Vancomycin,
Chloramphenicol dan
Amoxycillin, tapi masih
sensitif terhadap
Ciprofloxacin serta
Ofloxacin.
Salwa Mansur Ali, dkk. Identification and Senyawa yang ada dalam
Universitas Sunway, characterization of otak kecoa memiliki nilai
Malaysia 2017 antibacterial compound(s) of terapi antimikroba, sehigga
cockroaches harus diteliti lebih lanjut.
(Periplaneta americana)
Persamaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
objek penelitian yaitu mengidentifikasi bakteri pada kecoa(Periplaneta
americana). Perbedaan dengan peneliti terdahulu menggunakan metode yang
digunakan untuk saat ini menggunakan tiga metode antagonistik dan melihat
aktivitas antimikroba pada kecoa..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Carbapenem Resistance Acinetobacter baumannii (CRAb)
2.1.1.1. Acinetobacter sp
Acinetobacter sp merupakan bakteri gram negatif yang termasuk dalam
bakteri aerob yang tersebar secara luas di tanah dan air. Spesies ini merupakan
bakteri normal yang biasa ditemukan di kulit, mukosa, sistem
sekresi.Acinetobacter sppaling sering berada dalam lingkungan rumah sakit.

Spesies Acinetobacter spada berbagai macam yaitu Acinetobacter


baumannii, Acinetobacter lwoffii, Acinetobacter johnsonii, Acinetobacter
haemolyticus, dsb. Acinetobacter baumanniimerupakan spesies yang paling sering
dilakukan isolasi.

Bakteri Acinetobacterditemukan dalam bentuk coccobacillary atau kokus.


Media padat dan cair yang ditumbuhi bakteri ini menyerupai Neisseria pada
apusan, karena bentuknya diplokokus. Bentuk batang juga dapat ditemukan,
terkadang bakteri ini tampak seperti baktei gram positif.

Golongan Acinetobacter termasuk pada bakteri komensalisme namun


terkadang menyebabkan infeksi nosokomial. Acinetobacterditemukan di
pnemonia jika terjadi infeksi nosomomial, hal ini disebabkan karena air pelembap
ruangan atau alat penguap, kateter intravena juga merupakan sumber infeksi.
Pasien yang mengalami luka bakar atau dengan defisiensi imun bakteri ini
biasanya bertindak sebagai patogen oportunistik dan dapat menyebabkan sespsis.

Lokasi pengambilan Acinetobacter baumanniiyang akan diisolasi biasanya


berasal dari darah, kulit, cairan pleura, urin atau yang biasa terkena infeksi bakteri
tersebut.Bakteri Acinetobacterseringkali mengalami resisten multi obat dan terapi
pada infeksi kulit biasanya sulit disembuhkan. Agen yang aktif saat ini mungkin
colistin. Kasus sebelumnya bakteri Acinetobacterantimikroba yang umum
digunakan yaitu gentamicin, amikacin, or tobramycin, sedangkan pada spektrum
luas biasanya penicillinatau cephalosporin.

2.1.2. Uji kepekaan


2.1.3. Uji antagonistik
2.2. Kerangka Teori
2.3. Kerangka Konsep
Isolasi bakteri pada
kecoa (Periplaneta
Americana)

Identifikasi bakteri secara Uji sensitivitas antimikroba


makroskopis dan Carbapenem Resistance
mikroskopis Acinetobacter baumannii(CRAb)

Resistensi Sensitif

Gambar 2. Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional dengan


kriteria analitik dengan mengidentifikasi isolasi bakteri dari kecoa
(Periplaneta Americana) dan evaluasi uji aktivitas antimikroba pada isolat
kecoa.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan studi potong lintang atau cross


sectional yaitu pengukuran variabel yang dilakukan pada satu saat tertentu.
Kata satu saat bukan berarti semua objek diamati tepat pada waktu yang
sama, tetapi tetapi objek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi dan Laboratorium


Biologi Molekuler Prodi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

3.3.2. Waktu Penelitian


a. Uji Pendahuluan : 03 Maret 2020 – Mei 2020
b. Penyusunan Proposal : Mei – Juni 2020
c. Penelitian : Februari – Mei 2020
d. Analisis Data : Juni 2020
e. Penyusunan Hasil Penelitian : Juli 2020

3.4. Variabel Penelitian


3.4.1. Variabel bebas
- Isolasi bakteri kecoa
- Uji aktivitas antimikroba
3.4.2. Variabel terikat
Isolat kecoa
3.5. Definisi Operasional
a. Isolasi bakteri kecoa dilakukan untuk memisahkan antara koloni satu
dengan yang lainnya pada media NA dengan cara melihat bentuk,
ukuran, warna, margin atau tepi, elevasi, dan konsistensi pada koloni
yang tumbuh pada media, setelah itu dilakukan pewarnaan gram dan
dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis. Hasil tersebut dapat
diklasifikasikan kedalam gram positif atau negatif dan berbentuk kokus
atau batang.
b. Uji aktivitas antimikroba merupakan evaluasi aktivitas antimikroba
dengan 3 uji antagonistik yang diuji menggunakan bakteri patogen hasil
yang diperoleh dari uji yang dilakukan yaitu sensitif atau resisten
terhadap antimikroba.
c. Isolat kecoa (Periplaneta americana)digunakan untuk objek \pada
penelitian yang akan dilakukan , didapatkan dengan cara kecoa
dihancurkan dengan mortar lalu tambahkan 9 ml aquades steril. Pada
tahap ini dianggap sebagai kecoa pengencer 10-1.
3.6. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kecoa(Periplanetaamericana).

Kriteria inklusi:

a. Semua bagian tubuh kecoa(Periplanetaamericana).


b. Berat kecoa krang lebih 1 gram.

Kriteria ekslusi:

a. Bukan dari bagian tubuh kecoa(Periplanetaamericana).


b. Berat kecoa kurang dari 1 gram.
3.7. Alat dan Bahan
3.7.1. Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu mikroskop, lampu spirtus,
ose, tabung rekasi, rak tabung reaksi, inkubator, centrifuge dingin, kulkas,
autoclave, erlenmeyer, spatula, cawan petri, objek glas, vortex, cork
boarder, timer, pinset.
3.7.2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu bakteri patogen, alkohol
70%, Mc Farland standar, media NA, media BHIA, media MHA, NaCl
fisiologis, kapas, aquades steril, pewarnaan gram, minyak imersi.
3.8. Prosedur Penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu data primer. Prosedur
pengumpulan dilakukan dengan cara:

a. Tahap persiapan, meliputi:


 Perizinan di laboratorium Bakteriologi dan Biologi Molekuler Prodi
DIV Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
 Uji pendahuluan

b. Tahap pelaksanaan penelitian


Preparasi sampel penelitian dilakukan dengan cara:
1. Pembiusan kecoa. Ethanol absolut dituang pada kapas lalu
dimasukkan ke dalam wadah kecoa, tunggu hingga kecoa tidak
bergerak mati.
2. Penimbangan kecoa, dimana kriteria inklusi berat kecoa minimal
seberat 1 gram.
3. Sterilkan kecoa. Caranya:
- Kecoa dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan
aquades steril, tunggu hingga 1 menit.
- Buang aquades steril, lalu tambahkan alkohol 70%, tunggu hingga
3 menit.
- Buang alkohol 70% lakukan pengulangan pada langkah
sebelumnya sebanyak 2 x.
4. Pengancuran kecoa. Kecoa dihancurkan dengan mortar lalu
tambahkan 9 ml aquades steril. Pada tahap ini dianggap sebagai kecoa
pengencer 10-1.
5. Lakukan pengenceran , pada pengenceran 10-1 diambil 1 ml, lalu
pindahkan pada tabung reaksi kedua, setelah itu tambahkan 9 ml
aquades steril (pengencerann 10-2). Pengencera kecoa dilakukan
hingga pengenceran ke-4.
6. Masing-masing pengenceran diambil 100µl lalu ratakan pada media
NA. Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37˚C.
7. Setelah itu amati koloni yang terdapat pada media NA yang telah
ditanam. Lakukan pengamatan secara mikroskopis dengan melakukan
pewarnaan gram.
8. Koloni yang berbeda maka dipindahkan ke media NA yang baru dan
media BHIB sebagai koloni murni, supaya memudahkan identifikasi
bakteri.

Pada identifikasi bakteri isolat K1A dilakukan beberapa macam metode,


yaitu:

1. Metode 1
1. Inokulasi bakteri patogen padamedia MHA lalu ratakan pada
media tersebut.
2. Inkubasi selama 5 menit di suhu ruangan.
3. Buat pola, dengan jarak ±2cm. 1 petridish diisi 4 lubang bakteri.

4. Lubangi media MHA yang telah diinokulasi bakteri patogen


sesuai pola yang telah dibuat.
5. Lubangi media NA yang telah diinokulasi bakteri isolat K1A lalu
bulatan tersebut dipindahkan pada media MHA yang telah
dilubangi dengan posisi tidak terbalik tetap menghadap ke atas.
6. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.
2. Metode 2
1. Inokulasi bakteri patogen padamedia MHA lalu ratakan pada
media tersebut.
2. Inkubasi selama 5 menit di suhu ruangan.
3. Buat pola, dengan jarak ±2cm. 1 petridish diisi 4 lubang bakteri.

4. Lubangi media MHA yang telah diinokulasi bakteri patogen


sesuai pola yang telah dibuat.
5. Ambil sebanyak 100 µl isolat kecoa dari media BHIB, lalu tetesi
pada bagian yang telah dilubangi pada media MHA.
6. Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37˚C.
3. Metode 3
1. Preparasi pada isolat kecoa dengan menambahkan media lebih
banyak ± 10 ml atau setengah dari ukuran tabung reaksi, lalu
ukur pH pada masing-masing tabung. pH yang dianjurkan yaitu
netral.
2. Melakukan centrifuge dingin pada isolat kecoa pada suhu 4˚C
selama 10 menit dengan kecepatan 6000 rpm, lalu pindahkan
presipitatnya pada tabung reaksi steril dan cek suhu pada masing-
masing isolat.
3. Ambil bakteri patogen lalu ratakan pada media MHA
menggunakan kapas steril.
4. Inkubasi selama 5 menit di suhu ruangan.
5. Buat pola, dengan jarak ±2cm. 1 petridish diisi 4 lubang bakteri.
7. Lubangi media MHA yang telah diinokulasi bakteri patogen
sesuai pola yang telah dibuat.
8. Ambil sebanyak 100 µl isolat kecoa dari media BHIB, lalu tetesi
pada bagian yang telah dilubangi pada media MHA.
9. Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37˚C.

3.2. Alur Penelitian


Pembuatan proposal

Perizinan penelitian

Penentuan dan pengambilan sampel

Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan

Pengolahan data

Pelaporan hasil penelitian

Gambar 1. Alur penelitian


3.3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data akan diperoleh setelah dilakukan identifikasibakteri dari kecoa


(Periplaneta Americana) dan evaluasi uji aktivitas antimikroba pada isolat
kecoa.
ISOLASI BAKTERI DARI KECOAK Periplaneta americana
DAN EVALUASI UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI
TERHADAP Extended-spectrum Beta-lactamases

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

DISUSUN OLEH :

YULITA
G1C219201

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dahulu adalah
penyakit infeksi (Angelina et al., 2015). Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri biasanya diobati dengan menggunakan antibiotik
(Ike et al., 2015). Namun, sering kali antibiotik digunakan secara tidak tepatatau
tidak rasional untuk penyakit yang tidak perlu. Akibatnya telah terjadi
perkembangan bakteri yang resisten terhadap antibiotikatau lebih dikenal dengan
multidrugs resistant (MDR) (Desrini 2015).
Salah satu bakteri MDR yang telah resisten terhadap antibiotik komersial
turunan β-laktam dikenal dengan istilah extended spectrum β-lactamase (ESBL)
di mana hal ini akan mempersulit penyembuhan pasien yang terinfeksi oleh
bakteri ini (CDC, 2018). Bakteri ESBL(extended spectrum beta lactamases),
merupakan suatu kelompok bakteri penghasil enzim yang dapat melumpuhkan
kerja berbagai jenis antibiotik (Gema et al., 2018). Angka kematian yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri penghasil ESBL lebih tinggi dibandingkan
dengan infeksi yang bukan disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL (Maya 2014).
Menurut Dewi et al., (2017)Di Indonesia hasil kultur bakteri dan uji
resistensi antibiotik dari berbagai spesimen klinik yangdiperiksa di Laboratorium
Mikrobiologi RSUD Arifin Achmad menunjukkan ESBL65,2%. Akibatnya
Infeksi oleh bakteri ini akan membahayakan karena infeksinya menjadi sulit
diobati dan menyebabkan pilihan terapi infeksi menjadi terbatas(Dewi et al.,
2017).
Seiring dengan meningkatnya angka kejadian infeksi oleh bakteri
penghasil ESBL di Indonesia, maka perlu adanya penemuan alternatif baru dari
bahan baku alami berupa pemanfaatan obat antimikroba dari bakteri itu sendiri.
Bakteri ini akan di temukan dalam tubuh kecoak. Menurut Salwa (2017) bahwa
hewan yang hidup di lingkungan yang tercemar adalah sumber potensial
antimikroba. Kecoak mampu menangkal penyakit dengan memproduksi zat
antimikroba.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kecoak yang hidupnya berada di lingkungan yang kotor serta
berperan sebagai vektor penyakit akan mampu di isolasi dan di evaluasi aktifitas
antibakterinya dengan ESBL(extended spectrum beta lactamases).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Apakahterdapatbakteripada kecoak periplaneta americana ?
2. Bagaimanahasilevaluasi uji aktifitas antibakterinya terhadap extended-
spectrum beta-lactamases ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Memperoleh hasil isolasi bakteri dari kecoak periplaneta americana
2. Mengevaluasi uji aktifitas antibakterinya terhadap extended-spectrum
beta-lactamases
1.3.2 Tujuan Khusus
1.Mengisolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana)
2.Mengevaluasi uji aktivitas antibakteri kecoak (Periplaneta americana)
terhadap extended-spectrum beta-lactamasesdengan menggukan uji
antagonistic.
3.Mengevaluasi uji aktivitas antibakteri kecoak (Periplaneta americana)
terhadap extended-spectrum beta-lactamasesmenggunakan metode difusi
cakram.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk peneliti
Menambah wawasan serta pengetahuan tentang isolasi bakteri pada
kecoak Periplaneta americana dan mengevaluasi aktivitas antibakterinya
terhadap bakteri extended-spectrum beta-lactamases.
2. Untuk Mahasiswa
Memberikan informasi dan sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya.
3. Untuk Institusi
Sebagai bahan bacaan dan sumbangsi kepustakaan dari hasil penelitian.
1.5 Originalisasi penelitian
Tabel 1. Originilisasi Penelitian
NO Peneliti Judul Hasil
1. Salwa Mansur Ali dkk. Identification and Hasil menunjukkan
2017 Department of characterization of antibacterial Senyawa yang ada
Biological Sciences, compound(s) of cockroaches dalam otak kecoa
Faculty of Science and (Periplaneta americana) memilikinilai terapi
Technology, Sunway antimikroba, sehigga
University, harus diteliti lebih
Malaysia lanjut.

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat Persamaan antara peneliti terdahulu


dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian yaitu mengisolasi bakteri pada
kecoak (Periplaneta americana). Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah
peneliti sebelumnya tidak melakukan uji aktifitas antibakteri terhadap ESBL.
ISOLASI BAKTERI DARI KECOA (Periplaneta americana)DAN
EVALUASI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP
CRPA (Carbupenem Resistant Pseudomonas aeruginosa)

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun Oleh :

Hasrianti

G1C219127

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan
rahmat dan inayahNya sehingga dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini
yang berjudul “ Isolasi Bakteri Dari Kecoa Dan Evaluasi Uji Aktivitas Antibakteri
Terhadap CRPA ( Carbupenem Resistant Pseudomonas aeruginosa ) ’’.

Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk


menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Teknologi Laboratorium Medik, Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Muh. Evy Prastiyanto. M.Sc selaku pembimbing pertama.


2. Bapak Fandhi Adi Wardoyo, M.Sc selaku pembimbing dua
3. Ibu Andri Sukeksi, SKM, M.Sc selaku ketua program studi
4. Kepala dan staf laboratorium Mikrobiologi
5. Segenap Dosen dan Staf Pengajar Program Studi D IV Analis Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang yang bersedia memberikan ilmu
pengetahuan dengan sabar dan selalu meluangkan waktunya untuk
penulis selama perkuliahan sampai pada tahap penelitian.
6. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung
dari jauh sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir ini.
7. Teman-teman seperjuangan di tempat penelitian yaitu,
8. Serta semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu-persatu yang turut
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak ketidak sempurnaan dan kekurangan


dalam penulisan tugas akhir ini kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas
akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 14 Mei 2020


Hasrianti

NIM: G1C219127
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan masyarakat di Indonesia merupakan salah satu masalah utama


yang hingga saat ini terjadi. Indonesia merupakan Negara tropis sehingga
prevelensi penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba hingga saat ini masih
banyak ditemukan. Penggunaan antibiotik secara intens di Indonesia dapat
menyebabkan peningkatan kejadian resitensi terhadap antibiotik yang ada.
Resistensi antibiotik memiliki pengaruh paling besar terhadap kesehatan manusia.

Multidrug resistant (MDR) merupakan suatu keadaan dimana bakteri sudah


resistensi terhadap antibiotik. Berbagai penelitian menunjukkan telah ditemukan
beberapa mikroba yang resisten, salah satunya yaitu Carbepenem Resistant
Pseudomonas aeruginosa (CRPA). CRPA merupakan suatu infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa
merupakan bakteri gram negatif aerob yang bersifat nonfermenter, yang sering
ditemukan di tanah, air, bahan organik, hewan, tumbuhan, dipermukaan lembab,
alat kesehatan dan bakteri ini dapat menyebabkan infeksi paru, infeksi saluran
kemih, infeksi kulit termasuk pada luka dan luka bakar (Wu DC, dkk. 2011).

Berdasarkan data prevalensi dar Japaness Society of Chemotherapy,


Japanese Association for Infectious Diseases and Japanese Society For Clinical
Microbiology tahun 2010, angka kejadian resistensi Pseudomonas aeruginosa
0,6% terhadap karbepenem, 13,8% terhadap meropenem dan 16,3% terhadap
imipenem dari seluruh kejadian infeksi Pseudomonas aeruginosa yang terjadi di
Jepang (Yanagihara K, dkk. 2015 dalam Deni. 2019).

Menurut World Health Organization (WHO) pada bulan Februari 2017


membuat daftar bakteri Multidrug resistant. Pseudomonas aeruginosa dan
Acinetobacter baumanni menduduki peringkat pertama dan kedua karena
resistensinya tinggi terhadap beberapa antibiotik salah satunya yaitu karbapenem
dan sefalosporin generasi ketiga.
Di Amerika Serikat, dari 51.000 infeksi Pseudomonas aeruginosa tiap tahun,
lebih dari 6.000 (13%) mengalami Multidrug resistant (MDR). Pseudomonas
aeruginosa dilaporkan memiliki resistensi terhadap beberapa jenis antibiotik,
seperti imipenem (20,8%), sefalosporin seperti sefatoksim (90%) dan seftriakson
(85%), aminoglikosida seperti tobramisin (70,07%) dan gentamisin (71,89%),
fluorokuinolon seperti siprofloksasin (35%) dan levofloksasin (32%) (Raakhee T,
Rao US. 2014 dalam Dharmayanti. 2019).

Dengan maraknya resistensi antibiotik, maka perlu dilakukan penemuan


kebutuhan untuk agen antimikroba baru dengan menggunakan bahan alami seperti
rumput laut dan kecoa. Menurut (Ali Salwa Mansur, etc, 2017) hewan yang hidup
dilingkungan tercemar memilki potensial sumber antimikroba untuk melindungi
diri terhadap mikroorganisme patogen, seperti pada kecoa (Periplaneta
americana) yang mampu bertahan hidup pada tempat tidak higienis. Kecoa
(Periplaneta americana) merupakan kecoa yang paling banyak ditemukan di
pemukiman Indonesia yang kehidupannya sangat dekat dengan manusia, sering
ditemukan pada tempat lembab, gedung, rumah sakit, restoran, rumah (kost-
kostan), ditempat sampah, WC, kamar mandi, dan saluran-saluran air kotor.

Dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian


mengenai “ISOLASI BAKTERI DARI KECOA (Periplaneta americana) DAN
EVALUASI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP CRPA
(Carbepenem Resistant Pseudomonas aeruginosa)’’

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan


permasalahan penelitian yaitu : Bagaimana hasil isolasi bakteri dari kecoa
(Periplaneta americana) dan evaluasi uji aktivitas antibakteri terhadap CRPA
(Carbapenem Resistant Pseudomonas aeruginosa)?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengisolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana) dan mengevaluasi
uji aktifitas antibakteri terhadap CRPA (Carbepenem Resistant
Pseudomonas aeruginosa).
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengisolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana) potensi
antibakteri terhadap CRPA (Carbepenem Resistant Pseudomonas
aeruginosa).
b. Melakukan pengujian kepekaan dan uji antagonistic antibakteri dari
kecoa (Periplaneta americana) terhadap CRPA (Carbepenem Resistant
Pseudomonas aeruginosa).
c. Mengevaluasi uji aktifitas antibakteri dari kecoa (Periplaneta
americana) terhadap CRPA (Carbepenem Resistant Pseudomonas
aeruginosa).
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan maupun pengetahuan baru tentang ilmu
bakteriologi.
1.4.2. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
pembaca tentang isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana) dan
evaluasi uji aktivitas antibakteri terhadap CRPA (Carbepenem Resistant
Pseudomonas aeruginosa).
1.4.3. Peneliti berikutnya
Hasil penelitian dapat menjadi masukan sebagai bahan informasi bagi
peneliti sejenis, bagi peneliti-peneliti lain untuk mengadakan penelitian
serupa dimasa yang akan datang.
1.5. Originalisasi Penelitian
Tabel 1. Originalisasi Penelitian

NO Penelitian Judul Hasil


1 Salwa Mansur Ali Identification and Hasil menunjukkan
dkk. 2016. characterization of aktivitas antibakteri
Department of antibacterial yang kuat dalam
Biological Sciences, compound (s) of ekstrak otak kasar
Faculty of Science cockroaches terhadap
and Technology, (Periplaneta Staphylococcus
Sunway University, americana). aureus yang resisten
Malaysia. methieillin dan
Escherichia coli K1
neuropatogenik.
2 Yekki Yasmin dkk. Isolation of bacteria Terdapat antibakteri
2019. Fakultas from Apis cerana hive ditunjukkan isolate
Matematika dan Ilmu their antibacterial BSL4 memilki
Pengetahuan Alam, potency and aktivitas antibakteri
Universitas Syiah cytotoxicity. tertinggi terhadap
Kuala. Staphylococcus
aureus diameter zona
hambat adalah 32,6
mm.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Carbepenem Resistant Pseudomonas aeruginosa (CRPA)


2.1.1. Bakteri patogen Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) adalah salah satu bakteri


patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial, antara lain
pneumonia, infeksi saluran kemih dll. Bakteri ini secara alamiah memiliki
resistensi terhadap beberapa antibiotik, akibatnya infeksi pada bakteri ini sulit
untuk ditangani dan bahkan dapat mengancam nyawa. Meningkatnya
prevalensi infeksi P. aeruginosa MDR, termasuk resisten terhadap beta-
laktam spectrum luas, aminoglikosida dan fluoroquinolon, semakin sulit
pemilihan terapi antibiotik yang tepat. Saat ini carbepenem menjadi antibiotik
pilihan utnuk infeksi P. aeruginosa. Namun, resistensi carbepenem juga
semakin meningkat sehingga hal ini akan menjadi masalah kesehatan
masyarakat (Nele B, 2011).

2.1.2. Taksonomi bakteri Pseudomonas aeruginosa


Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : aeruginosa.
2.1.3. Morfologi bakteri Pseudomonas aeruginosa
Bakteri P. aeruginosa merupakan bakteri aerob, berbentuk batang,
dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm, dapat bergerak dengan flagel dan
bersifat gram negative. P. aeruginosa membentuk koloni besar dan halus
dengan permukaan rata, koloni halus dan mukoid dan memiliki siklus
perkembangbiakan yang cepat, memiliki sifat nonfermentasi, dan bersifat
oksidase positif (Bennets, 2010).
Bakteri ini dapat bertahan hidup pada suhu 20°C - 43°C, bersifat
resisten terhadap antibiotik penisilin dan sephalosporin generasi pertama
dan kedua, tetrasiklin, kloramfenikol, dan vankomisin. Antibiotik yang
efektif pada infeksi akibat bakteri ini adalah carbepenem, piperasilin,
cefepim, ceftazidim, ciprofloksasin, amikasin dan tobramisin (Bennets,
2010).
2.1.4. Patogenesis
Pada bakteri P. aeruginosa penyakit mulai muncul dengan adanya
kelainan pada sistem pertahanan tubuhnyang normal. Bakteri menempel
kemudian membentuk koloni pada membrane mukosa atau kulit,
menginvasi secara lokal dan dapat menyebabkan penyakit sistemik
(Brooks, dkk, 2013).
Kebanyakan infeksi oleh P. aeruginosa bersifat invasive dan
toksinogenik. Infeksi P. aeruginosa yang paling utama, terjadi dalam 3
fase berbeda, yaitu: perlekatan bakteri dan kolonisasi; invasi lokal; dan
penyebaran penyakit sistemik. Faktor penentu sangat berperan dalam fase-
fase diatas dan juga memberikan pengaruh utama pada sindroma-sindroma
khas yang muncul bersama dengan penyakit yang timbul (Todar, 2012).
2.2. Multidrug Resistant (MDR)
Multidrug resistant adalah bakteri yang resisten terhadap sedikitnya satu
dari tiga agen golongan antibiotik seperti kombinasi β-laktamase-inhibitor β-
laktamase, sefalosporin, fluoroquinolon. Infrksi oleh MDR dapat
mengakibatkan terapi antibiotik terlambat sehingga hasil yang diinginkan
tidak tercapai. Adapun gram negatif yang sangat resisten seperti Klebsiella
pneumonia dan Acinetobacter sppyang multidrug resisten penghasil enzim
carbepenem dan dapat resisten pada semua jenis antibiotik yang terdapat saat
ini dan hanya sensitif terhadap agen antibiotik yang bersifat toksik seperti
polimiksin (Magiorakos, 2012).
Penyebab utama dari munculnya bakteri MDR yaitu adanya
penyalagunaan dan terlalu seringnya penggunaan antibiotik, di beberapa
Negara antibiotik yang tersedia digunakan tanpa resep salah satunya di
Indonesia. Masalah MDR dari tahu ke tahun mengalami peningkatan dan
berkembang pada bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif
(Magiorakos, 2012).
2.3. Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menghambat
pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, kelompok obat ini hanya berguna
untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Tujuan dari
penggunaan antibakteri yaitu untuk menghambat, membasmi bakteri pada
inang yang terinfeksi dan perusakan oleh bakteri.
2.3.1. Uji aktivitas antibakteri
Uji aktivitas antibakteri merupakan pengukuran respon dari
pertumbuhan populasi mikroba terhadap agen antibakteri. Pengendalian
pertumbuhan mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroba pada inang yang terinfeksi dan
mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroba.
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan
metode pengenceran (dilusi). Disc diffusion test atau uji difusi cakram
dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang
merupakan petunjuk adanya respon penghambat pertumbuhan mikroba
oleh suatu senyawa antibakteri dalam substrat cair. Syarat jumlah bakteri
untuk uji kepekaan (sensivitas) yaitu 105-108 CFU/mL (Hermawan dkk,
2007).
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan.
Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder,
metode sumuran (lubang), dan metode cakram kertas. Metode sumuran
(lubang) yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulaasi
dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan subtract yang akan diuji.
Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat
ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang. Prinsip metode
pengenceran adalah senyawa antibakteri diencerkan hingga diperoleh
beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi
ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair. Perlakuan tersebut
akan diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam dan diamati ada atau
tidaknya pertumbuhan bakteri, yang ditandai dengan melihat ada tidaknya
kekeruhan.
Metode dilusi menggunakan antibakteri dengan kadar yang menurun
secara bertahap, baik dengan media padat maupun yang cair. Media
diinokulasi bakteri uji dan kemudian didiamkan. Tahap akhir dilarutkan
antibakteri dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan
dilusi agar memakan waktu dan cara dilusi cair dengan menggunakan
tabung reaksi, tidak praktis dan jarang digunakan.
2.3.2. Mekanisme antibakteri
Menurut Pelczar dan Chan (2008), mekanisme antibakteri dalam
melakukan efeknya terdapat mikroorganisme merupakan sebagai berikut:
1) Merusak dinding sel
Dinding sel merupakan sebagian yang berfungsi membentuk dan
melindungi sel, mengatur petukaran zat-zat dari dalam sel serta
memegang peranan penting dalam pembelahan sel. Kerusakan pada
dinding sel akan berakibat terjadinya perubahan-perubahan yang
mengarah pada kematian. Mekanisme masuknya bahan antibakteri pada
bakteri gram positif yaitu bahan antibakteri dapat langsung masuk dan
akan mengisi lapisan peptidoglikan kemudian berikatan dengan protein,
selanjutnya dapat menyebabkan bakteri tersebut lisis. Sedangkan pada
bakter gram negatif bahan tersebut masuk melalui porin yang terdapat
pada lapisan luar, kemudian masuk ke lapisan peptidoglikann dan
selanjutnya membentuk ikatan dengan protein.

2) Perubahan permeabilitas membran sel


Membran sel berfungsi dalma memelihara integritas komponen-
komponen seluler yang secara efektif mengatur keluar masuknya zat
antara sel dengan lingkungan luar. Kerusakan pada membran sel akan
memungkinkan ion organik, nukleotida, asam amino, dan enzim keluar
dari sel.
3) Perubahan molekul proteindan asam nukleat
Hidupnya suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Konsentrasi tinggi
beberapa zat kimia dapat mengakibatkaan denaturasi komponen-
komponen seluler secara vital.
4) Penghambatan kerja enzim
Suatu sel yang normal memiliki sejumlah enzim untuk membantu
kelangsungan proses metabolisme bersama protein yang lain.
Penghambatan pada kerja nezim dapat mengakibatkan terggangunya
metabolisme atau matinya sel.
5) Penghambatan atau sintesa nukleat dalam protein.
2.4. Uji Aktivitas Antibkateri
2.4.1. Metode difusi
a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)
Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area
yang jernih memberikan tanda atau mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme
oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.
b. E-test
Metode E-test digunakan untuk mengestimasi ………………………………..

2.5. Kerangka Konsep

Isolasi bakteri pada


kecoa (Periplaneta
americana)
Identifikasi bakteri secara Uji sensitivitas antimikroba
makroskopis dan Carbapenem Resistant
mikroskopis Pseudomonas aeruginosa (CRPA)

Resistensi Sensitif

Gambar 1: Kerangka Konsep

EVALUASI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT


K1A, K3A, K2B, K4B, K2C, K1D, DARI
KECOA(Periplaneta americana) TERHADAP BAKTERI
CRKP (Carbapenem-Resistant Klebsiella pneumoniae)
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukansebagai salah satusyaratuntukmenyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disususnoleh :

Ayu Marselina
G1C219108

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Resistensi bakteri akan antibiotic memberikan ancaman bagi kesehatan
manusia baik di Indonesia maupun dunia, hal ini karena penggunaan antibiotik
yang relative tinggi, terdapat 2 juta orang terinfeksi oleh bakteri yang resisten
akan antibiotik dan sekita 23.000 orang meninggal setiap tahun diakibatkan
infeksi tersebut (Estiningsih, dkk., 2016). Resistensi ini dapat mempengaruhi
angka kesakitan dan angka kematian pasien, peningkatan resistensi bakteri akan
menimbulkan munculnya multidrugs-resistant (MDR) (Khasanah,dkk.,2020).

MDR atau multidrugs-resistant merupakan keadaan dimana bakteri resisten


terhadap minimal satu antibiotic atau lebih dari 3 jenis antibiotik (Wikipedia,
2020). Terdapat beberapa bakteri yang resistan terhadap antibiotik yang sudah
banyak ditemukan diseluruh dunia, yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus
Aureus (MRSA), Vancomycin Resistant Enterococci (VRE), Klebsiella
pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL),dan
Carbapenem-Resistant Klebsiella pneumoniae (CRKP), (Agatha,2018 &
Permenkes, 2011).

Carbapenem-Resistant Klebsiella pneumoniae adalah bakteri gram negatif


yang memproduksiβ-laktamase, mampu menghidrolisis carbapenem, dan ditandai
oleh ketahanannya terhadap beberapa agen antimikroba (Varotti,dkk.,2017).
Penyebaran CRKP meliputi Eropa, Timur Tengah, Amerika Selatan dan Asia
dengan angka kematian mencapai 56%. Di Asia persentase penyebaran CRKP
tertinggi di 32,29%. Prevalensi CRKP di Indonesia tertinggi di antara negara-
negara Asia seperti Vietnam (3,0%) dan Filipina (3,7%), yang mencapai 5,8%.
Kasus CRKP dengan tingkat resistensi tertinggi ditemukan di Pekan baru
ditemukan pada isolat klinik spasien ISK, sedang tingkat resistensi Carbapenem
adalah 68,75%. (Nordmann, dkk., 2011 & Xu Y, dkk., 2014).

Mengingat tingginya presentasi penyebaran CRKP menyebabkan Resistensi


antimikroba, sehingga akan meningkatnya biaya perawatan kesehatan dengan
tinggal lebih lama di rumah sakit dan dibutuhkan perawatan yang lebih intensif,
serta tes tambahan dan penggunaan obat yang lebih mahal (WHO, 2018). Maka
penting untuk mencari alternative antibiotic yang alami atau agen natural baik dari
tumbuhan, biodiversitas laut, bakteri diantaranya bakteri dari sarangl ebah, mau
pun hewan (Yasmin, dkk., 2016; Wibowo, 2015) Salah satu hewannya yaitu
kecoa (periplaneta americana) dimana, penelitian yang dilakukan (Ali, dkk.,
2016) kecoa dapat hidup ditempat yang tercemar sehingga berpotensi sebagai
sumber antimikroba.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui


aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh isolat K1A, K3A, K2B, K4B, K2C,
K1D,dari kecoa terhadap bakteri CRKP.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu : Apakah isolat K1A, K3A, K2B, K4B, K2C, K1D,
dari kecoa (Periplaneta americana) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
CRKP ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui uji aktivitas antibakteri isolat K1A, K3A, K2B, K4B, K2C, K1D,
dari kecoa (Periplaneta americana) terhadap CRKP

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengukur diameter zona hambat isolat K1A, K3A, K2B, K4B, K2C, K1D,
dari kecoa(Periplaneta americana) terhadap CRKP.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Institusi

Manfaat penelitian ini bagi institusi adalah sebagai referensi atau


kepustakaan bagi mahasiswa di Universitas Muhammadiya Semarang.

1.4.2 Manfaat bagi Peneliti


Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai uji aktivitas
antibakteri isolat K1A, K3A, K2B, K4B, K2C, K1D, dari kecoa (Periplaneta
americana) terhadap CRKP

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada


masyarakat bahwa kecoa dapat menyebabkan berbagai penyakit dikarenakan
kecoa membawa banyak bakteri patogen.

1.5 Originalitas Penelitian

Tabel 1. Originalitas Penelitian

N Penulis JudulPenelitian Hasil Penelitian


o
1 Ali, Identifikasi & karakterisasi ekstrakkepalakecoa
Salwa senyawa antibakteri (s) (P.americana)menunjukkanaktivitas
Mansur dari kecoa (Periplaneta antibakteriSenyawa yang
, dkk, americana) terkandungkelompokisoquinoline,
2016. derivatifkromon, kelompok thiazine,
imidazole, analog pirolsulfonamid,
furanone dan flavanon
2 Yekki Isolation of bacteria from Uji antibakteri menunjukkan isolate
Yasmin Apiscerana hive their anti BSL4 memilki aktivitas antibakteri
dkk. bacterial potency and tertinggi terhadap Staphylococcus
2019. cytotoxicity. aureus diameter zona hambat adalah
32,6 mm.
Berdasarkan Tabel 1, penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ali et al (2016), dan Yasmin,
yektiet al (2019), adalah pada metode yang digunakan yaitu menggunakan 3
metode untuk uji aktivitas antibakteri dari isolat kecoa terhadap CRKP.
ISOLASI BAKTERI DARI KECOA (Periplaneta americana)
DAN EVALUASI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PATOGEN
VRE (Vancomycin Resistance Enterococci)

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun oleh :

Mariana Hulo Leda


G1C219056

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang banyak diderita oleh
penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia (Radji, 2011). Penyakit
infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, yang jika dalam
keadaan normal mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam tubuh
(Zulmiyusrini, 2015). Data World Health Organization (WHO) tahun 2010
menyatakan bahwa tingkat kematian anak ≤ 5 tahun tertinggi di Indonesia
disebabkan oleh penyakit infeksi dengan presentase 2-25 % (WHO, 2013).
Penyebab penyakit infeksi adalah bakteri, dan untuk menanggulanginya adalah
dengan pemberian antibiotic (Desrini, 2015).
Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUD Dr.
Kariadi Semarang tahun 2008 menunjukkan bahwa 84% pasien di rumah sakit
mendapatkan resep antibiotik, 53% sebagai terapi, 15% sebagai profilaksis, dan
32% untuk indikasi yang tidak diketahui. Penyalahgunaan antibiotic dapat
meliputi penggunaan antibiotic tidak sesuai dosis, lama konsumsi tidak tepat,
peresepan tidak sesuai diagnosis serta pengobayan sendiri dengan antibiotic yang
seharusnya dengan resep dokter. Berdasarkan Riskesdas 2013 didapatkan bahwa
penggunaan antibiotic tanpa resep di Indonesia adalah 86,1%, sementara di
provinsi Sumatera Barat mencapai 85,2%. Menurut data WHO tahun 2013,
bakteri yang secara umum tergolong MDRO adalah Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), Vancomycin Resistant Enterococci spp (VRE),
Extended-Spectrum beta (β) lactamase gram negative organism (ESBL),
Carbapenems Resistant Enterobacteriaceae (CRE), Multi-Resistant
Acinetobacter Baumannii (MRAB).
Resistensi bakteri mengakibatkan kesulitan dalam memilih antibiotic yang
tepat, karena bakteri telah resistant terhadap antibiotic ini pertama. Center of
Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan infeksi yang sering terjadi
di rumah sakit, 16 % penyebabnya adalah bateri resistant, dengan bakteri
penyebab terbanyaknya adalah MRSA dan VRE (Center of Disease Control and
Prevention, 2008). Sehingga dibutuhkan antibiotic baru yang lebih efektif dan
aman untuk mengatasi kondisi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Mwanri & Lilian (2014) dari 758 organisme
yang diisolasi Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit King Fahad Hofuf Hospital,
Saudi Arabia, 90% isolate merupakan bakteri gram negative dan 10 % isolate
merupakan bakteri gram positif. Dari semua isolate yang resistant lebih dari satu
agen antimikroba dengan organisme yang paling banyak ialah Acinetobacter
spesies (29,3%), Pseudomonas aeruginosa (21,6%), Klebsiella pneumonia (7%),
ESBL producing Klebsiella pneumoni. (6,7%) dan Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) 5%.
Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) merupakan cadangan (reservoir)
resisten glikopeptida dianggap dapat menjangkit manusia melalui kontak fisik
dengan hewan atau mengkonsumsi daging, bakteri tetap aktif di usus dan kontak
dengan antibiotic, pada saat itu VRE dapat menyebar ke seluruh tubuh. VRE
merupakan salah satu penyebab infeksi nosocomial, karena banyak pasien yang
terapi antibiotic selama pengobatannya di rumah sakit dan kerentanannya dapat
berpindah dari organisme atau spesies lainnya (Sennang, 2008). Resistensi
antibiotic menjadi masalah besar setelah penisilin dan sulfonamide diperkenalkan
di dunia kedokteran. Di Amerika Serikat, 50-60% infeksi nosocomial terjadi
disebabkan oleh bakteri resisten antibiotic. Infeksi yang disebabkan oleh
Enterococci resisten terhadap banyak agen antimikroba dengan hanya beberapa
antibiotic aktif melawan mereka (Shlezinger M, et all ; 2019).
Enterococci gram positif adalah bakteri dengan resisten ekstrim. Enterococci
merupakan bakteri flora normal yang terdapat pada saluran pencernaan baik
manusia atau pun hewan serta dapat menginfeksi saluran kemih, infeksi aliran
darah, endocarditis, dan infeksi intra abdominal yang sulit diberantas dan dapat
menyebabkan kematian. Enterococci dapat bertahan hidup pada tanah, makanan,
air dan berbagai macam hewan juga.
Kecoa merupakan salah satu vector pembawa penyakit yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia (Komairah dkk, 2010). Kecoa juga dapat
memindahkan mikroorganisme pathogen seperti Staphylococcus aureus, spesies
dari Enterococcus, Pseudomonas, Escherichia coli, spesies dari Proteus, dan
bakteri lainnya, sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit antara lain,
disentri, diare, Cholera, virus hepatitis A, polio pada anak-anak. Penularan
penyakit oleh kecoa dapat terjadi melalui organisme pathogen sebagai bibit
penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme
tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian dari
organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi
makanan (Apriyani, 2017).
Dari uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “ ISOLASI
BAKTERI PADA KECOA (Periplaneta americana) DAN EVALUASI UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI PATOGEN VRE (Vancomycin Resistance
Enterococci)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu : Bagaiman isolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana)
dan bagaimana evaluasi uji aktivitas antibakteri pathogen VRE (Vancomycin
Resistance Enterococci) terhadap kecoa (Periplaneta americana) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengisolasi bakteri pada kecoa (Periplaneta americana) dan
evaluasi uji aktivitas antibakteri pathogen VRE (Vancomycin Resistance
Enterococci)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prosedur isolasi bakteri pada kecoa (Periplaneta
americana) dan uji aktivitas antibakteri pathogen VRE (Vancomycin
Resistance Enterococci).
2. Untuk mengevaluasi uji aktivitas antibakteri pathogen VRE (Vancomycin
Resistance Enterococci) terhadap bakteri pada kecoa (Periplaneta
americana).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang prosedur isolasi
bakteri pada kecoa (Periplaneta americana) dan uji aktivitas antibakteri
pathogen VRE (Vancomycin Resistance Enterococci)
2. Untuk Institusi
Sebagai bahan referensi dan pembelajaran bagi mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah, Semarang.
3. Untuk Masyarakat
Sebagai informasi kepada masyarakat tentang upaya meningkatkan
kebersihan lingkungan agar terhindar dari kecoa yang membawa banyak
penyakit.
1.5 Originalitas Penelitian
Tabel 1. Originalitas Penelitian
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 I Nengah Sensitivitas Bakteri Ada 10 spesies bakteri yang
Kundera, Gram Negatif yang teridentifikasi dari kaki kecoa
Mursito Diisolasi dari Kaki yaitu, Klebsiella pneumoniae,
Bialangi Kecoa (Periplaneta Proteus vulgaris, Escherichia
(2018). Americana) Area coli, Proteus vulgaris,
Rumah Sakit dan Proteus mirabilis, Salmonella
Perumahan di Kota arizonae, Klebsiella ozaenae,
Palu terhadap Salmonella sp, Salmonella
Beberapa Antibiotik. choleraesuis, Salmonella
simultans. Hasil uji
sensitivitas antibiotic
menunjukan bahwa semua
bakteri resisten terhadap
antibiotic Vancomycin,
Chloramphenicol,
Amoxycilin, tapi hasil
sensitive terhadap
Ciprofloxacin serta Ofloxacin.

ISOLASI BAKTERI DARI KECOA ( Periplaneta Americana)


DAN EVALUASI UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI
TERHADAP MRSA (Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus)
PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun oleh :

Zul Qaidah
G1C219007

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resistensi antibiotik memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan

manusia, setidaknya 2 juta orang terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap

antibiotik dan setidaknya 23.000 orang meninggal setiap tahun sebagai akibat

langsung dari infeksi tersebut (Frieden,2013 dalam Estiningsih, 2016).

Multidrug-reisistant (MDR) merupakan suatu keadaan di mana bakteri

resisten terhadap minimal satu jenis antibiotik dari ≥3 golongan antibiotik

(Magiorakos dkk, 2012). MDR dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain

pemakaian antibiotik yang tidak tepat dosis, tidak tepat diagnostik dan tidak

tepat bakteri. Sebuah penelitian oleh Mardiastuti dkk (2007), menunjukkan

adanya peningkatan resistensi beberapa bakteri patogen terhadap antibiotik

baik di Indonesia maupun di beberapa Negara lainnya. Bakteri patogen yang

umumnya ditemukan dalam kasus resisten antibiotik misalnya

Staphylococcus aureus, Enterococcus spp., Enterobacteriaceae, Pseudomonas

aeruginosa dan Acinetobacter spp (Magiorakos dkk, 2012).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi

tersering di dunia. Saat ini, Staphylococcus aureus menjadi masalah yang

sangat serius karena peningkatan resistensi bakteri ini terhadap berbagai jenis

antibiotik, salah-satunya Methicillin (Afifurrahman dkk,2014). MRSA

(Methicillin resistant Staphylococcus aureus) merupakan bakteri Gram-positif

yang resisten terhadap antibiotik dan memiliki kemampuan untuk menginfeksi

kulit dan jaringan (Ali, 2016).

MRSA (Methicillin resistant Staphylococcus aureus) merupakan strain

Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap aktivitas antibiotik


golongan β-laktam, termasuk golongan penicillinase-resistant penicillins

(oxcacillin, methicillin, nafcillin, cloxacillin, diclixacillin), cephalosporin dan

carbapenem. Selain itu, resistensi silang juga terjadi pada antibiotic non-β-

laktam seperti eritromisin, klindamisin, gentamisin, kotrimoksasol, dan

siprofliksasin (Afifurrahman dkk,2014).

Prevalensi rata-rata MRSA sebagai salah satu penyebab utama infeksi

nosokomial di berbagai rumah sakit di seluruh dunia (pandemi) mencapai rata-

rata 50% sejak era 1980-an. Di Asia, prevalensi MRSA cukup tinggi, seperti

di Taiwan mencapai 60%, Cina 20%, Hongkong 70%, Filipina 5%, Singapura

60% dan Indonesia 23,54% (Yuwono, 2012 dalam Afifurrahman dkk,2014).

Progresifitas MRSA di Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke

tahun. Pada tahun 1986 didapatkan angka kejadian MRSA di Indonesia adalah

2,5% dan terus meningkat menjadi 9,4% pada tahun 1993 dan tahun 2006

meningkat kembali menjadi 23,5% (Nurkusuma, 2009).

Peningkatan angka kejadian resistensi obat menyebabkan adanya

kebutuhan agen antimikroba yang baru dan lebih kuat yang bisa didapatkan

dari agen natural seperti tumbuhan, hewan, dan lain sebagainya (Yuliani,

2017). Mengingat bahwa bakteri MRSA telah resisten terhadap antibiotik

methicilin dan vaksomisin, maka peneliti akan menguji isolat bakteri dari

hewan terhadap pertumbuhan MRSA yaitu kecoa (Periplaneta americana).

Kecoa merupakan hewan nocturnal atau hewan yang aktif pada malam

hari dan dapat berkembang biak dengan cepat. Kecoa termasuk jenis serangga

pengganggu karena kebiasaan hidup mereka ditempat yang kotor, serta dapat
mengeluarkan cairan yang berbau. Kecoa amerika (Periplaneta americana)

merupakan jenis kecoa yang paling banyak ditemukan dipemukiman

Indonesia. Kecoa jenis ini lebih senang berada didalam tempat yang lembab

dan hangat, seperti septic tank dan saluran sanitasi yang terletak diluar rumah

(Lestari, 2017).

Kemampuan kecoa untuk bertahan dibawah ancaman lingkungan dan

menangkal berbagai jenis penyakit menunjukkan kemampuan mereka

terhadap mikroba patogen. Hal tersebut mendukung hipotesis untuk mencari

potensi antimikroba pada tubuh kecoa (Ali, 2016).

Dari uraian latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian

dengan judul “Isolasi bakteri dari kecoa ( Periplaneta americana) dan

evaluasi uji aktifitas antibakteri terhadap MRSA (Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah “Bagaimanakah isolasi

bakteri dari kecoa ( Periplaneta americana) dan evaluasi uji aktifitas antibakteri

terhadap MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus)?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengisolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana) dan

mengevaluasi uji aktifitas antibakteri terhadap MRSA (Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus).

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengisolasi bakteri dari kecoa (Periplaneta americana) potensi

antibakteri terhadap MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus).

2. Melakukan uji kepekaan dan uji antagonistik antibakteri dari kecoa

(Periplaneta americana) terhadap MRSA (Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus).

3. Mengevaluasi uji aktifitas antibakteri dari kecoa (Periplaneta

americana) terhadap MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu Bakteriologi

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan dan dapat dijadikan sebagai data awal untuk

peneliti lebih lanjut .

1.4.3 Bagi Laboratorium

Sebagai penambah referensi tentang uji aktifitas antibakteri terhadap

MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus).

1.5 Originalitas Penelitian


Tabel 1. Originalitas penelitian

No Penelitian Judul Hasil


1 Ali, Salwa, M., dkk. Identification and Lysat mentah otak
2016. Department of characterization of kecoa menunjukan

Biological Sciences, antibacterial aktivitas bakterisida

Faculty Of Science and compound (s) of yang mampu

Technology, Sunway cockroaches melawan MRSA dan

University, Malaysia. (Periplaneta neuropathogenic

americana) E.coli

ISOLASI BAKTERI DARI KECOAK Periplaneta americana


DAN EVALUASI UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI
TERHADAPCarbapem Resistan Klebsiella pneumoniae

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

DISUSUN OLEH :

LISDAYANTI
G1C219009

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
2020

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi merupakan penyakit yang di akibatkan adanya invasi
mikroorganisme patogen hudip seperti bakteri (Pierce & Wilson, 2005).
Mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk masuk, bertahan, dan
berkembang biak di dalam tubuh. Penyebarannya dapat di jumpai di dalam tanah,
air, dan udara (Pelczar& Chan, 2007).

Multidrug-resistant (MDR) adalah suatu keadaan di mana bakteri resisten


terhadap minimal satu jenis antibiotik dari 3 golongan antibiotik (Magiorakos
dkk., 2012). MDR ini dapat di sebabkan karena beberapa hal di antara lain
pemakaian antibiotik yang tidak tepat dosis, tidak tepat diagnostik dan tidak tepat
bakteri penyebab. Resistensi terhadap antibiotik karbapenem disebut juga
Carbapem Resistan Klebsiella pneumoniae (CRKP). Resisten ini pertama kali di
laporkan di Amerika Serikat pada tahun 2001. Kasus pertama di luar Amerika
Serikat terjadi di Prancis, di mana seorang pasien yang yang telah dirawat di
rumah sakit di New York membawa bakteri CRKP di tubuhnya. Sejak itu, CRKP
telah di laporkan di Eropa, Timur Tengah, Amerika Selatan dan Asia seperti
China dan Saudi Arabia.

Resistensi CRKP sangat berhubungan dengan gen pada plasmid dengan


elemen genetik tunggal (transposon Tn4401) yang menjadi enzim karbapenemase.
Enzim KPC adalah suatu beta laktamase yang di hasilakan oleh K. Pneumoniae
dan mampu menghedrolisis karbapenem, Isolat tersebutb menunjukkan tingkat
kepekaan yang baik pada polymyxins dan tigecyline. Infeks CRKP merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial di rumah sakit dengan tingkat kematian
(terutama bakteremia) berkisar 20% - 67%.

Hasil penelitian di RSUP dr. M. Djamil Padang, dari 6387 spesimen yang di
lakukan uji sensivitsas, 3689 isolat yang termasuk ke dalam MDR ( Multi Drug
Resistance). Bakteri yang termasuk ke dalam MDR adalah Klebsiella sp,
Staphylococcus aureus, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, E. Coli, Proteus sp.
Persentase resisten pada tahun 2010 (62%), 2011 (55%) dan 2012 (58%) (Sjahjadi
N R et al., 2015). Dari hasil penelitian di atas Pseudomonas sp termasuk bakteri
MDR, salah satu Pseudomonas sp yang patogen adalah P. aeruginosa.
Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada luka dan luka bakar,
menghasilkan nanah warna hijau biru; miningitis jika masuk melalui fungsi
lumbal; dan infeksi saluran kencing jika masuk melalui keteter dan insrtument
atau karna larutan irigasi. Menyebabkan pneumonia akibat penggunaan alat
respirator yang tercemar; otitis eksterna ringan pada perenang dan otitis eksterna
ganas pada pasien diabetes; pada bayi mungkin masuk ke aliran darah dan
mengakibatkan sepsis (Jawets et al, 2007).

Dari uraian latar belakang diatas, penulisan ingin melakukan penelitian


dengan judul “isolasi bakteri dari kecoak (Periplaneta americana) dan uji
aktifitas antibakteri terhadap CRKP (Carbapem Resistan Klebsiella pneumoniae)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu


: Bagaimana isolasi bakteri dari kecoak (Periplaneta americana) dan uji aktifitas
antibakteri terhadap Carbapem Resistan Klebsiella pneumoniae ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui isolasi bakteri dari kecoak (Periplaneta americana) dan


uji aktivitas antibakteri terhadap Carbapem Resistan Klebsiella pneumoniae.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui jenis bakteri yang diisolasi dari kecoak tehadap


Carbapem Resistan Klebsiella pneumoniae.

2. Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan bakteri yang diisolasi dari


kecoak (Periplaneta americana) terhadap Carbapem Resistan Klebsiella
pneumoniae

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi peneliti


Dapat menambah wawasan maupun pengetahuan tentang jenis bakteri
yang terdapat pada kecoak (Periplaneta americana) terhadap Carbapem
Resistan Klebsiella pneumoniae

1.4.2. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan


pembaca tentang jenis bakteri terdapat pada kecoak (Periplaneta americana) dan
uji antibakteri terhadap Carbapem Resistan Klebsiella pneumoniae.

1.4.3 Penelitian berikutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai bahan dan informasi
bagi penelitian sejenis, bagi peneliti-peneliti lain untuk mengadakan penelitian
yang serupa dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai