Anda di halaman 1dari 8

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL

SERBUK BIJI KLUWIH (Artocarpus communis J.R. & G)


TERHADAP PERTUMBUHAN
Methicillint Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

Manuscript

Oleh:
Hafizha Dara Haqi
G1C014004

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL SERBUK
BIJI KLUWIH (Artocarpus communis J.R. & G) TERHADAP
PERTUMBUHAN Methicillint Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA)

Hafizha Dara Haqi1, Sri Darmawati2, Muhammad Evy Prastiyanto2


1
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Laboratorium Bakteriologi Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
3
Laboratorium Kimia Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Info Artikel Abstrak


Bakteri MRSA merupakan bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit
infeksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
metanol biji kluwih berdasarkan variasi kandungan jumlah zat 20 mg, 40 mg,
100 mg, 140 mg, dan 200 mg terhadap pertumbuhan MRSA dan mengetahui
konsentrasi terendah MIC serta MBC ekstrak serbuk biji kluwih yang dapat
menghambat pertumbuhan MRSA. Metode penelitian ini menggunakan
metode difusi sumuran dan metode dilusi yaitu uji MIC dan MBC. Hasil rata-
rata diameter zona hambat dengan jumlah zat 100 mg sebesar 5,62 mm,140
Keywords mg sebesar 7,24 mm dan 200 mg sebesar 5,08 mm. Uji MIC dengan hasil
Biji Kluwih, MRSA, daya konsentrasi terendah yang mampu menghambat bakteri adalah 15,62 mg/mL
hambat, MIC, MBC dan uji MBC dengan hasil terendah yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri adalah 500 mg/mL. Uji Kruskal-Wallis terdapat perbedaan yang
signifikan antara zona hambat pertumbuhan MRSA terhadap variasi
konsentrasi kandungan jumlah zat ekstrak serbuk biji kluwih.

infeksi, namun kenyataannya masalah infeksi


Pendahuluan masih terus berlanjut (Depkes, 2008).
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan Penyalahgunaan penggunaan antibiotik
bakteri patogen penyebab infeksi pada tubuh yang tidak sesuai dengan ketentuan, tidak
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri S. sesuai dosis, tanpa pengawasan dokter, dan
aureus mempunyai ciri khas yaitu radang penghentian antibiotik sebelum penyakit
supuratif pada jaringan lokal dan cenderung sembuh ternyata menyebabkan munculnya sifat
menjadi abses dengan permukaan kulit sebagai resisten pada bakteri patogen (Dharma, 2001).
habitat alaminya. Infeksi ini dapat metastatik ke Pada tahun 1944, sebagian besar S. aureus
jaringan yang lebih dalam sehingga perlu peka terhadap penisilin, setelah meluasnya
adanya suatu tindakan untuk membatasi penggunaan penisilin, pada tahun 1948
pertumbuhan serta penyebaran tersebut. Salah ditemukan Staphylococcus yang diisolasi di
satu tindakan yang dapat dilakukan adalah rumah sakit, ternyata 65% sampai 85%
dengan menggunakan antibiotik (Longo, et al., menghasilkan β-lactamase yang dapat memecah
2012). cincin β-lactam penisilin sehingga resisten
Antibiotik saat ini dipilih untuk terhadap penisilin G (Chambers et al., 2004).
membunuh dan menghambat pertumbuhan Pada tahun 1959 pengobatan infeksi strain S.
bakteri yang berhubungan dengan penyakit aureus terhadap penisilinase yaitu dengan
metisilin (methicillin). Keberhasilan ini
bertahan selama dua tahun karena kemudian
*Coresponding Author :
Hafizha Dara Haqi
Pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: hafizhadara@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
ditemukan strain S. aureus yang tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme sesudah 18 - 24
metisilin disebut methicillin resistant jam setelah masa inkubasi yang dikenal dengan
Staphylococcus aureus (MRSA). MRSA adalah istilah Minimum inhibitory concentration
bentuk dari infeksi bakteri yang tahan terhadap (MIC), sementara Minimum bactericidal
berbagai antibiotik, termasuk methicillin, concentration (MBC) adalah konsentrasi
amoxicillin, penicillin, dan oxacillin. Pada terkecil yang mampu membunuh mikroba yang
awalnya MRSA hanya resisten terhadap ditandai dengan tidak adanya koloni pada media
antimikroba bercincin β-laktam, namun dalam agar setelah dilakukan penggoresan dari tiap
perkembangannya muncul kekebalan juga sumuran mikroplate sesudah diinkubasi selama
terhadap golongan quinolone, aminoglikosida, 18 – 24 jam (Migliato et all., 2010).
tetracycline, bahkan vancomycin (Katayama et
al., 2004). Bahan dan Metode
Di berbagai belahan dunia insiden infeksi Penelitian ini merupakan penelitian
MRSA terus meningkat. Di Asia, prevalensi eksperimental. Objek penelitian yang akan
infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara digunakan adalah bakteri MRSA yang didapat
di Indonesia pada tahun 2006 prevalensinya dari RS Karyadi Semarang Jawa Tengah,
berada pada angka 23,5% (Sulistyaningsih, pemurnian bakteri dan tempat dilaksanakan
2010). Pengobatan penyakit infeksi penyebab penelitian berada di Laboratorium Mikrobiologi
bakteri yang resisten terhadap antibiotik Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan
memerlukan produk baru terjangkau yang dan Kesehatan (FIKKES) Universitas
memiliki potensi tinggi yang berkhasiat sebagai Muhammadiyah Semarang. Bahan uji yang
antibakteri. Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah biji
ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif kluwih sebanyak 2 kg yang berasal dari Mijen
pembunuh bakteri yang terkandung dalam Semarang Jawa Tengah.
tanaman obat (Ulfa, 2010). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Kluwih (Artocarpus communis) ini adalah neraca analitik (merk CHQ AJ602B),
merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di Gelas ukur (merk Pyrex), Labu erlenmayer
masyarakat Indonesia. Hasil skrining fitokimia (merk Pyrex), Vortex (merk Heidolph REAX
telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi oleh 2000), Cawan petri, Tabung reaksi, Kaca
beberapa peneliti memiliki 32 senyawa turunan preparat, Kertas saring no. 1 (merk Whatman),
flavonoid (Syah, 2005). Kluwih mengandung Jarum ose, Pinset, Pipet tetes, Mikropipet + tip,
sejumlah senyawa turunan flavonoid yang Blender (merk Panasonic), Mikroskop cahaya
memiliki efek antiinflamasi yang kuat sebagai (merk Olympus), Inkubator (merk Memmert),
inhibitor enzim 5-lipooksigenase. Senyawa Microplate 96 sumuran, Autoklaf (model No
glikosida, flavonoid, saponin dan alkaloid 1941X), Vacum drying, Waterbath (merk
merupakan senyawa aktif dalam tanaman yang Memmert) dan Alat tulis.
memberikan aktivitas sebagai antibakteri. Pada Bahan-bahan yang digunakan adalah
penelitian Lubna (2010) menyebutkan hasil uji Sarung tangan, Masker, Metanol CAS 67-56-1
aktivitas antibakteri kulit kayu kluwih memiliki 1.06009.2500 - Merck Milipore, Kertas label,
nilai KBM terhadap S. aureus multiresisten 1% media Mueller Hinton Agar (MHA), media
b/v dan E. coli multiresisten 3% b/v (Lubna, penyubur Brain Heart Infusion (BHI), Standart
2010). Konsentrasi terendah antimikroba dalam MC Farland 0,5, NaCl Fisiologis, Aquades
biji kluwih perlu diketahui salah satunya steril serta antibiotik methicillint sebagai
dengan melakukan metode dilusi yang setelah kontrol.
sebelumnya dilakukan metode difusi sumuran. Pembuatan ekstrak biji kluwih (Artocarpus
Aktivitas antibakteri dapat dilakukan communis) dilakukan di Laboratorium Kimia
dengan salah satu metode dilusi yaitu dengan Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan
uji MIC dan MBC. Metode mikrodilusi dan Kesehatan (FIKKES) Universitas
digunakan untuk menentukan konsentrasi Muhammadiyah Semarang dengan cara
terkecil antimikroba dalam menghambat ekstraksi metode maserasi menggunakan
pelarut metanol 95%. Biji kluwih segar

http://repository.unimus.ac.id
ditimbang sebanyak 2 kg dikupas dari kulitnya Pengenceran antimikroba dipipet 100 µl
setelah itu dipotong tipis-tipis, kemudian dimasukkan ke dalam sumuran 1. Kemudian
dikeringkan dengan vacum drying pada suhu dipipet 100 µl dari sumuran 1 masuk ke
60° C. Biji kluwih yang telah kering ditimbang sumuran 2, lakukan perlakuan tersebut sampai
beratnya (berat kering) setelah itu dihaluskan sumuran 10. Pada sumuran 10 larutan diambil
dengan blender, kemudian diayak 100 µl dan dibuang, sehingga didapatkan
menggunakan ayakan tepung 100 mesh untuk volume pada masing-masing sumuran adalah
mendapatkan serbuk yang halus. Proses 100 µl. Selanjutnya tambahkan 100 µl suspensi
maserasi dilakukan 3 hari, pertama bakteri pada sumuran 1-10, dihomogenkan
dicampurkan dengan metanol 95% didiamkan menggunakan mikropipet. Pada sumuran 11
selama 1 hari dan disaring menggunakan kertas tambahkan 100 µl tetrasiklin yang berfungsi
saring, mendapatkan hasil maserasi filtrat I, sisa sebagai kontrol positif. Pada sumuran 12
ampas filtrat ditambahkan metanol 95% dan tambahkan 100 µl MH Broth yang berfungsi
dididiamkan selama 1 hari lagi untuk sebagai kontrol negatif. Semua sumuran yang
mendapatkan hasil maserasi filtrat ke II, sudah terisi ditutup, kemudian diinkubasi pada
dilakukan hal serupa untuk mendapatkan hasil suhu 37°C selama 24 jam. Amati kekeruhan
filtarat ke III. Kemudian hasil maserasi I,II, dan dan kejernihan yang terbentuk pada microplate
III diuapkan pada waterbath sampai untuk menentukan konsentrasi hambat
menghasilkan ekstrak kental dengan suhu stabil minimum. Setelah 24 jam masing-masing
50o C kemudian dituang ke dalam botol steril sumuran dikultur pada media BAP diinkubasi
kaca tertutup dan disimpan dalam kulkas pada selama 18-24 jam untuk selanjutnya dilakukan
suhu 4o C. pengamatan menentukan konsentrasi bunuh
Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap, minimum (MBC) dengan melihat pertumbuhan
yaitu : uji aktivitas antibakteri, dan uji MIC & koloni pada konsentrasi terendah bakteri pada
MBC. media BAP (Rodriguez-Tudela et al., 2003).
1. Uji Aktivitas Antibakteri
Inokulasi suspensi bakteri MRSA dengan Hasil
cara dipipet 100 µL suspensi bakteri, kemudian Hasil penelitian mengenai aktivitas
dimasukkan ke dalam media MHA dan ratakan antibakteri ekstrak metanol serbuk biji kluwih
menggunakan triangel didiamkan selama 10 terhadap pertumbuhan MRSA ditunjukkan
menit, selanjutnya dibuat sumuran pada dengan adanya zona bening di sekitar sumuran
permukaan media menggunakan cork borer. ditentukan dengan cara mengukur diameter
Sumuran diisi dengan ekstrak sebanyak 200 µL zona hambat setelah kontak dengan ekstrak
menggunakan mikropipet kemudian diinkubasi serbuk biji kluwih. (Tabel 1)
dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.
Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak
Medium yang telah diinkubasi diamati dan metanol biji kluwih terhadap
diukur diameter zona hambat. pertumbuhan MRSA
2. Uji MIC (Minimum inhibitory
Jumlah Zat Diameter Zona Hambat (mm)
concentration) & MBC (Minimum (mg) Ekstrak Biji Kluwih
bactericidal concentration)
Metode penelitian yang digunakan yaitu 20 0
40 0
metode mikrodilusi kaldu dengan microplate 96 100 5,62
sumuran. Disiapkan pengenceran bakteri dari 140 7,24
sediaan bakteri MRSA yang sudah disimpan di 200 5,08
media agar, diambil menggunakan oese mata
steril dimasukkan ke dalam media BHI dalam Pada pengukuran zona hambat ekstrak
tabung reaksi dan diinkubasi 1x24 jam di metanol serbuk biji kluwih menunjukkan tidak
inkubator. Kemudian kekeruhan suspensi terdapat zona hambat pada jumlah zat 20 mg
bakteri disesuaikan dengan standar McFarland. dan 40 mg, pada kandungan zat 100 mg hasil
diameter sebesar 5,62 mm, 140 mg sebesar 7,24
mm dan jumlah kandungan zat 200 mg sebesar

http://repository.unimus.ac.id
5,08 mm. Pada jumlah zat 140 mg mg/mL dapat dilihat pada tabel 2.
menunjukkan terbentuk zona hambat tertinggi
dibanding dengan jumlah zat 200 mg
dimungkinkan karena daya serap kepekatan
ekstrak dari masing-masing konsentrasi Gambar 1. Hasil uji MIC
mempengaruhi terbentuknya zona hambat.
MIC merupakan konsentrasi terendah
antimikroba yang masih dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berdasarkan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kekeruhan (ada pertumbuhan bakteri) dan
kejernihan (tidak ada pertumbuhan bakteri), Gambar 2. Hasil uji MBC
yang terlihat setelah diinkubasi selama 18-24
jam pada suhu 37oC. Nilai MIC ditentukan
dengan mengamati kadar terkecil yang masih
jernih yang menunjukkan tidak adanya
pertumbuhan bakteri. MBC merupakan
konsentrasi terendah antimikroba yang mampu
membunuh mikroorganisme yang ditandai
dengan tidak tumbuhnya bakteri pada media Diskusi
Blood Agar Plate (BAP). Pada Tabel 1 ekstrak biji kluwih
Pada pengujian MIC dan MBC ekstrak dengan jumlah zat 20 mg dan 40 mg tidak
biji kluwih terhadap pertumbuhan MRSA membentuk zona hambat, hal ini terjadi karena
menunjukkan kejernihan (tidak terdapat kandungan zat aktif dalam ekstrak biji kluwih
pertumbuhan bakteri) terendah pada sumuran kurang mencukupi dalam menghambat
konsentrasi 15,62 mg/mL dan hasil uji MBC pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan
yang menunjukkan pertumbuhan koloni dengan jumlah zat 100 mg, 140 mg dan 200 mg
terendah pada media BAP padakonsentrasi 500 yang memiliki kandungan zat aktif cukup tinggi

Tabel 2. Hasil uji MIC dan MBC

Konsentrasi Ekstrak metanol


Well MIC MBC
serbuk biji kluwih (mg/mL)

1 1000 - -
2 500 - -
3 250 - +
4 125 - +
5 62,5 - +
6 31,25 - +
7 15,62 - +
8 7,81 + +
9 3,90 + +
10 1,95 + +
11 0,97 + +
12 0,48 + +

Keterangan : (+) Ada pertumbuhan bakteri Tanda (-) Tidak ada pertumbuhan bakteri

http://repository.unimus.ac.id
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil diameter zona hambat
(Amalia, 2002). Diameter zona hambat pada tertinggi pada konsentrasi 140 mg.
jumlah zat 200 mg lebih kecil dibandingkan 2. Berdasarkan uji MIC hasil konsentrasi
dengan diameter jumlah zat 140 mg, hal ini terendah yang mampu menghambat
dimungkinkan karena pada jumlah zat 200 mg pertumbuhan MRSA adalah konsentrasi
zat aktif yang terkandung pada ekstrak lebih 15,62 mg/mL dan uji MBC dengan hasil
pekat sehingga kemampuan zat untuk difus ke terendah yang mampu membunuh
media kurang, yang mengakibatkan pertumbuhan MRSA adalah konsentrasi
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan 500 mg/mL.
bakteri juga kurang, ditunjukkan dengan lebih
kecilnya diameter zona hambat. Hal ini sesuai Daftar Pustaka
dengan pernyataan Adniana (2010) bahwa zona Adniana N. Perbedaan efektivitas obat kumur
hambat yang terbentuk dapat dihubungkan chlorhexidine tanpa alkohol
dengan salah satu senyawa zat aktif yang dibandingkan dengan chlorhexidine
terkandung dalam larutan uji antibakteri. Pada beralkohol dalam menurunkan
ekstrak metanol serbuk biji kluwih salah satu kuantitas koloni bakteri rongga mulut.
zat aktif yang terkandung yaitu flavonoid. Karya ilmiah Akhir: Universitas
Kandungan flavonoid sebagai antibakteri Sebelas Maret. 2010.
merupakan kelompok fenol yang mempunyai Amalia ,Erna ,Ssi. Apt. Dan Fitriani Normasasi,
kecenderungan menghambat aktivitas mikroba, Sp. 2002. Tata Cara Praktis Budidaya
yang pada akhirnya dapat mengganggu dan Tanaman Obat dan Pembuatan Obat
dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel Tradisional. Yogyakarta : PJ Sekar
bakteri berhenti. Berhentinya aktifitas Kedhaton
metabolisme sel bakteri ini akan mengakibatkan Chambers, Henry, F. 2004. The Changing
kematian sel bakteri. Flavonoid juga memiliki Epidemiology of Staphylococcus aueus.
tiga mekanisme dalam memberikan efek In: CDC Past Issue, vol 7 (2)
antibakteri antara lain, dengan menghambat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi Sosial RI. 2008. Inventarisasi Tanaman
membran sitoplasma dan menghambat Obat Indonesia I jilid 1. Badan
metabolisme energi (Hidayat et all., 2015). Penelitian dan Pengembangan
Pengujian MIC menunjukkan Kesehatan, Jakarta.
konsentrasi terendah yang tidak mengalami Dharma, A. 2001. Uji Bioaktivitas Metabolit
kekeruhan yaitu pada konsentrasi 15,62 mg/mL, Sekunder, Makalah Workshop Kimia
nilai MIC diperoleh dengan mengamati kadar Bahan Alam Hayati, Proyek Ditjen
terkecil yang masih jernih dari suspensi bakteri Dikti, Universitas Andalas, Padang.
yang telah diinkubasi 37oC selama 24 jam, Hidayat S., Hanum. F ., Ismail. A. 2015.
sedangkan pada pengujian MBC yang Efektivitas Daya Hambat Dan Daya
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan koloni Bunuh Bakteri Ulkus Traumatikus Pada
bakteri MRSA yaitu pada konsentrasi terendah Mukosa Mulut Dengan Berbagai
500 mg/mL, nilai MBC diperoleh dengan Konsentrasi Propolis (Trigona sp).
melihat ada tidaknya pertumbuhan koloni Media Dental Intelektual. Vol (2) : 79-
bakteri pada media Blood Agar Plate (BAP) 84.
(Saraswati, 2011). Katayama, Y., Zhang, H. Z., & Chambers, H. F.
2004. PBP 2a mutations producing
Kesimpulan Longo, D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L.,
1. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol Hauser, S. L., Jameson, J. L., &
serbuk biji kluwih yang dapat menghambat Loscalzo, J. 2012. Harrison's principles
pertumbuhan MRSA pada kandungan of internal medicine 18E Vol 2 EB.
jumlah zat 200 mg, 140 mg, dan 100 mg McGraw Hill Professional.

http://repository.unimus.ac.id
Lubna, L. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri minimum inhibitory concentration
Ekstrak Metanol Kulit Kayu Kluwih (MIC) by broth dilution of fermentative
(Artocarpus communis JR & G.) yeasts. Clinical Microbiology and
Terhadap Staphylococcus aureus dan Infection, 9(8), i-viii.
Escherichia coli Multiresisten Saraswati, R.S. Daya Antibakteri Infusa Daun
Antibiotik (Doctoral dissertation, Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap
Universitas Muhammadiyah Surakarta). Bakteri Enterococcus faecalis.Skripsi
Migliato KF, Mello CP. Antimikrobial and Strata 1. Surabaya: Fakultas
cytotoxic activity of fruit exstract from Kedokteran Gigi Universitas Airlangga,
Syzygium cumini (L) Skell. Latin 2011.
American Journal of Pharmacy Ulfa, A. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
2010:725-730. Metanol Kulit Kayu Nangka
Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. (Artocarpus heteropylla Lamk)
Jakarta: Raya Grafindo Perkasa. Terhadap Staphylococcus aureus dan
Rodriguez-Tudela, J. L., Barchiesi, F., Bille, J., Escherichia coli Multiresisten
Chryssanthou, E., Cuenca-Estrella, M., Antibiotik (Doctoral dissertation,
Denning, D., ... & Richardson, M. 2003. Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Method for the determination of

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai