Anda di halaman 1dari 16

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591

(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X


Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

UJI AKTIVITAS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BIOKIMIA


KECOA DUBIA TERHADAP Pseudomonas aeruginosa DAN
METISILLIN-RESISTAN
Staphylococcus aureus

ACTIVITY AND CHARACTERIZATION OF THE COCKROACH OF


BIOCHEMISTRY OF THE COCONUT IN THE Pseudomonas aeruginosa AND
METHILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus

Muhammad Dwi C1,2*, Ana Indrayati2, Supriyadi2.

Farmasi, Universitas Setia Budi, Jl. Letjen Sutoyo Mojosongo


Solo, 57127, Indonesia

*Corresponding author email: Mdwicahyanto@gmail.com

ABSTRAK

CAHYANTO, MD., 2020, UJI AKTIVITAS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BIOKIMIA KECOA
DUBIA TERHADAP Pseudomonas aeruginosa DAN METISILLIN-RESISTAN Staphylococcus
aureus THESIS, FAKULTAS FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA
Penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak kecoa
Dubia terhadap bakteri P. aeruginosa dan MRSA serta mengidentifikasi senyawa yang
berperan dalam penghambatan bakteri tersebut. ekstrak diperoleh dengan cara
maserasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi secara ecc. Hasil uji aktivitas antibakteri
kemudian dilakukan uji bioautografi dan dilanjutkan dengan KLT preparatif. Hasil isolasi
dengan KLT preparatif diidentifikasi dengan metode IR dan LC-MS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas
antibakteri dengan dosis 15 ppm. Hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan IR
dan LC-MS diketahui terdapat senyawa golongan asam lemak, yaitu metil palmitat dan
metil oleat. Asam lemak dikenal memiliki aktivitas antibakteri dengan mekanisme kerja
mengganggu kestabilan membran bakteri. Asam lemak akan meningkatkan
permeabilitas membran yang ditentukan oleh flourometri terpolarisasi sehingga akan
menurunkan nilai polarisasi tersebut yang akan meningkatkan fluiditas membran yang
menyebabkan Kematian sel.

Kata kunci : Asam lemak, IR, kecoa Dubia, LCMS , MRSA, P.aeruginosa

ABSTRACT
CAHYANTO, MD., 2020, TEST OF ACTIVITY AND CHARACTERIZATION OF BIOCHEMICAL
COMPOUNDS OF THE COCKROACH OF THE DUBIA ON Pseudomonas aeruginosa AND
METHYLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus, THESIS, FACULTY OF PHARMACY, SETIA
BUDI UNIVERSITY
This study was to determine the antibacterial activity of the Dubia cockroach
extract against P. aeruginosa and MRSA bacteria and identify compounds that play a
role in the inhibition of these bacteria. extract was obtained by maceration and
continued with fractionation by ecc. The results of the antibacterial activity test were
then carried out bioautographic tests and continued with preparative TLC. The results of
isolation with preparative TLC were identified by the IR and LC-MS methods.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

The results showed that the ethyl acetate fraction showed antibacterial
activity at a dose of 15 ppm. The results of identification of compounds using IR and LC-
MS are known to have fatty acid group compounds, namely methyl palmitate and
methyl oleate. Fatty acids are known to have antibacterial activity with the mechanism
of action interfering with the stability of the bacterial membrane. Fatty acids will
increase membrane permeability which is determined by polarized fluorometry so that
it will decrease the polarization value which will increase membrane fluidity which
causes cell death.

Keywords: Fatty acids, IR, Dubia cockroach, LCMS, MRSA, P.aeruginosa

PENDAHULUAN sehingga mengakibatkan pneumonia


Dewasa ini resistensi antibiotik nekrotika. P. aeruginosa bertanggung
merupakan salah satu masalah jawab untuk 10-15% dari infeksi
kesehatan masyarakat yang paling nosokomial yang terjadi di seluruh
mendesak di dunia (WHO, 2002). dunia. Penelitian yang dilakukan
Hampir setiap varian bakteri patogen (Rukmono, 2013).
manusia menjadi resisten dan kurang S. aureus merupakan bakteri
rentan terhadap pengobatan antibiotik Gram positif yang menghasilkan pigmen
yang tersedia. Resistensi antibiotik bewarna kuning dan bersifat aerob. S.
dapat memicu timbulnya penyakit aureus merupakan bakteri patogen
infeksi baru atau munculnya superstrain yang menyebabkan berbagai
yang sulit diberantas . Sejumlah besar manifestasi klinis. Infeksi umum terjadi
bakteri yang patogen terhadap manusia di rumah sakit, dimana kasus S. aureus
diantaranya adalah S. aureus dan P. makin sulit ditangani karena munculnya
aeruginosa. galur resisten dari S. aureus yang
P. aeruginosa adalah salah satu resisten terhadap beberapa antibiotik
bakteri patogen yang menyebabkan golongan betalaktam atau lebih dikenal
infeksi nosokomial cukup tinggi di dunia dengan MRSA. MRSA merupakan
(Strateva, 2009). P. aeruginosa bakteri penyebab utama dari infeksi
merupakan bakteri oportunistik yang nosokomial yang terjadi di rumah sakit,
memanfaatkan kerusakan pada umumnya terkait dengan morbiditas,
mekanisme pertahanan inang untuk mortalitas, dan lama perawatan. MRSA
memulai suatu infeksi, seperti pada pertama kali ditemukan pada tahun
pasien dengan luka bakar. Hilangnya 1960-an di Eropa dan menyebar dengan
barrier tubuh seperti kulit cepat ke wilayah lain. MRSA sering
menyebabkan koloni bakteri mudah disebut juga Health Care Associated
timbul pada luka. Methicillin Resistant Staphylococcus
P. aeruginosa dapat pula aureus atau (HA-MRSA), dimana
menyebabkan infeksi lainnya seperti infeksinya ini sering terjadi di wilayah
infeksi pada saluran nafas ketika rumah sakit (Clorinda, 2012).
menggunakan respirator yang tercemar,
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Sumber antimikroba baru METODE PENELITIAN


sangat diperlukan untuk menangani Alat dan Bahan
tantangan yang timbul akibat penyakit Alat : Beberapa alat yang digunakan
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. dalam penelitian antara lain alat,
(Kennedy et al, 2009) mengungkapkan, penggiling, oven, stamper, mortir,
pada tahun 2005 tingkat kematian yang timbangan analitik, rotary evaporator,
disebabkan bakteri MDR mencapai water bath, gelas ukur dan alat gelas
19,000 kasus. Kondisi tersebut memacu lain, pipet volum, corong pemisah,
dalam pencarian sumber antimikroba cawan petri, lempeng KLT, chamber,
baru seperti yang berasal dari alam atau oven dengan suhu konstan, autoklaf,
lebih dikenal dengan obat tradisional. inkubator, kapas lidi steril, pinset,
Salah satu keanekaragaman hayati yang oven, pembakar spiritus, kasa, kaki
memiliki potensi untuk dikembangkan tiga, pipet ukur, cawan petri, syringe,
sebagai obat tradisional adalah ose platina, gelas obyek, corong pisah,
serangga. Serangga sendiri mewakili silika gel GF254, chamber FTIR shimazu
80% dari semua fauna dan merupakan dan LC-MS Waters.
kelompok yang paling luas dalam Bahan : Bahan yang digunakan dalam
kerajaan hewan. Kecoa merupakan penelitian berupa serbuk kecoa Dubia
salah satu serangga yang cukup tua (B.dubia). Bakteri S. aureus resisten
serta merupakan salah satu serangga sefoksitin dan P. aeruginosa ATCC
yang paling kuat. Kecoa dapat bertahan 27853 diperoleh dari Laboratorium
hidup tanpa makanan cukup lama, Mikrobiologi Universitas Setia Budi
kecoa juga menunjukkan ketahanan Surakarta. Dan bahan kimia berupa
terhadap radiasi (Ali et al, 2016 ). etanol 70%, n-heksan, etil asetat,
Kecoa termasuk jenis serangga aquadest steril, asam sulfat pekat,
omnivora nokturnal yang hidup di asam asetat, n-butanol, DMSO,
tempat lembab di seluruh dunia dan chloroform, kapas, serta medium
termasuk ordo Blattodea, sebagaian pertumbuahan bakteri medium BA
besar spesies berhubungan dengan (Blood Agar), Mueller Hinton Agar
habitat manusia yang banyak dikenal (MHA), Brain Heart Infusion (BHI) dan
sebagai hama rumah tangga. Vogel Johnson Agar (VJA),
Lingkungan yang tidak bersih dan sering Pseudomonas Selektif Agar (PSA),
dihuni kecoa telah memungkinkan Sulfida Indol Motility (SIM), Kligler Iron
serangga tersebut untuk menghadapi Agar (KIA), Lysine Iron Agar (LIA), Sitrat.
banyak spesies bakteri dan Pembuatan Serbuk Kecoa Dubia
mikroorganisme yang berbeda-beda. Pertama kecoa dimatikan
Kemampuan bertahan tersebut terlebih dahulu dengan cara, kecoa
memungkinkan kecoa dalam dimasukkan ke dalam wadah kedap
mengembangkan cara untuk melindungi udara, kemudian masukkan bola kapas
diri terhadap mikroorganisme patogen yang telah diberi klorofom ke dalam
(Ali et al, 2016). wadah tersebut dan tunggu hingga 10
menit. Kemudia kecoa dibersihkan dan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

dikeringkan, proses pengeringan kental yang terlarut pada air difraksi


dilakukan dengan menggunakan menggunakan pelarut n-heksan,
bantuan oven pada suhu 50 0C dengan perbedaan massa jenis dari kedua
tujuan mempercepat proses pelarut akan menyebabkan
pengeringan serta mencegah terbentuknya dua lapisan. Lapisan atas
pembusukan pada sampel. Kemudian, merupakan fraksi n-heksan sedangkan
kecoa yang telah kering diserbuk lapisan bawah merupakan fraksi air,
dengan bantuan penggiling. proses fraksinasi menggunakan pelarut
Pembuatan Ekstrak dan Fraksi n-heksan dilakukan sebanyak 3 kali
Pembuatan ekstrak dilakukan replikasi, hal tersebut dimaksudkan
dengan menggunakan metode maserasi untuk mendapatkan hasil fraksi yang
dengan pelarut metanol 70% sebagai lebih banyak, setiap replikasi volume n-
larutan penyari. Maserasi dilakukan heksan yang digunakan sebanyak 50 ml.
selama 4 kali 24 jam, dimana pada 48 Fraksi air yang tersisa dipartisi
jam pertama ekstrak metanol yang kembali menggunakan pelarut etil
didapat disaring kemudian dimaserasi asetat yang bersifat semi polar dengan
kembali dengan menggunakan pelarut perbandingan 1:1 sehingga akan
metanol yang baru. Pemilihan pelarut terbentuk dua lapisan kembali. Lapisan
metanol pada proses maserasi atas merupakan fraksi etil asetat
dikarenakan pelarut metanol yang sedangkan lapisan bawah merupakan
bersifat universal dan dapat mengikat fraksi air, proses tersebut diulang
semua jenis komponen kimia baik yang sebanyak tiga kali untuk
bersifat polar, non polar maupun semi memaksimalkan penyarian senyawa
polar. Metanol dapat masuk ke dalam pada fraksi air. Hasil faraksinasi secara
sel pada saat proses perendaman ECC kemudian dipekatkan dengan
sampel, akibat dari proses perendaman bantuan evaporator pada suhu rendah,
tersebut maka akan terjadi pemecahan suhu rendah digunakan dengan tujuan
sel yang diakibatkan dari perbedaan untuk meminimalisir kerusakan
tekanan di dalam dan di luar sel, senyawa aktif pada fraksi.
sehingga metabolit sekunder yang Pewarnaan Gram Bakteri MRSA dan P.
berada pada sampel akan terlarut pada aeruginosa
pelarut dan terekstraksi secara. Hasil 1. Pewarnaan Gram. Koloni bakteri
maserasi bertingkat yang diperoleh yang telah dipreparat ditetesi
kemudian disaring dan dipekatkan larutan Gram A (kristal violet)
dengan bantuan rotary vacum diamkan selama 2 menit, bilas
evaporator sampai terbentuk ekstrak dengan air mengalir lalu tiriskan.
kental metanol. Kemudian tetesi kembali preparat
Ekstrak kecoa Dubia dari hasil bakteri dengan larutan Gram B
maserasi kemudian difraksi (iodium) diamkan selama 2 menit,
menggunakan metode ekstraksi cair- bilas dengan air mengalir lalu
cair (ECC) dengan menggunakan pelarut tiriskan. Kemudian, preparat ditetes
air, n-heksan dan etil asetat. Ektrak larutan Gram C (alkhohol), diamkan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

selama 30 detik lalu bilas dengan air 2. Media SIM (Sulfida Indol Mulility).
mengalir dan tiriskan. Langkah Biakan bakteri diinokulasi pada
terakhir ditetesi preparat bakteri media dengan menusukkan pada
tersebut dengan larutan safranin media SIM kemudian diinkubasi
diamkan selama 1 menit kemudian pada suhu 37 oC selama 18-24 jam
dibilas dan dikeringkan. Preparat kemudian amati hasil.
dilihat dibawah mikroskop dengan 3. Media KIA (Kinger Iron Mortility).
perbesaran 1000x dengan menusukkan bakteri P. aeruginosa
penambahan minyak imersi. yang diinokulasi secara tusuk pada
Karakteristik Bakteri MRSA media kemudian diinkubasi selama
1. Identifikasi dengan media selektif 18 - 24 jam pada suhu 37 oC, lereng
VJA. Identifikasi dilakukan dengan pada media diamati.
cara MRSA diinokulasikan pada 4. Media LIA (Lisin Iron Agar).
media VJA yeng telah ditambahkan Ditusukkan bakteri P. aeruginosa
kalium telurit 1 %, setelah itu media yang diinokulasi secara tusuk pada
diinkubasi pada suhu 37oC selama media kemudian diinkubasi selama
18-24 jam. 18 - 24 jam pada suhu 37 oC
2. Identifikasi dengan Antibiotik 5. Media Sitrat. Identifikasi ini
Vankomisin dan Sefoksitin. pertama dilakukan dengan cara menusukkan
cakram disk yang berisi vankomisin biakan bakteri pada media sitrat
dan sefoksitin diletakkan pada kemudian diinkubasi selama 18 - 24
media yang telah diinokulasikan jam pada suhu 37 oC .
bakteri MRSA. Media kemudian Pembuatan Suspensi bakteri
diinkubasi selama 18-24 jam Bakteri MRSA dan P. aeruginosa
3. Uji Katalase. Suspensi bakteri MRSA yang telah diremajakan diambil
diletakkan pada objek Glass, secara aseptis dengan jarum Ose
kemudian tambahkan 2 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung
hydrogen peroksida 3% yang telah diisi medium BHI cair
4. Uji koagulase. Uji koaagulase sebnyak 10 ml. Medium kemudian
dilakukan dengan menambahakan divortex selama 1 menit agar
plasma darah pada isolat. Koagulase homogen lalu diinkubasi pada suhu
dapat mengendapkan fibrin pada 37 oC selama 18-24 jam. Suspensi
permukaan MRSA. kekeruhan bakteri disesuikan
Karakteristik Bakteri P. aeruginosa dengan standar kekeruhan
1. Identifikasi dengan media selektif MCfarland 0,5 yang menunjukkan
PSA (Potato Sucrose Agar). kekeruhan bakteri sama dengan
Identifikasi dilakukan dengan cara 1,5x108 CFU/mL
bakteri diinokulasi secara perataan Uji Aktifitas Antibakteri Secara Difusi
pada media PSA dan diinkubasi suspensi bakteri P. aeruginosa dan
pada suhu 37oC selama 18-24 jam, MRSA diinokulasikan terlebih
Hasil diamati dengan melihat dahulu pada media pertumbuhan
perubahan yang terjadi pada media. dan diratakan menggunakan kapas
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

lidi steril. Cakram disk yang berisi pada metode bioautografi


ekstrak dan fraksi kecoa Dubia kemudian dikerok dan dilarutkan
dengan konsentrasi 15, 25 dan 35 pada pelarut metanol. Kemudian,
ppm kemudian diletakkan pada disentrifugase untuk
kedua media bakteri uji yaitu MRSA mengendapkan silica gel. Hasil
dan P. aeruginosa. Disk yang sentrifugase kemudian disaring dan
mengandung (vankomisin dan diuapkan untuk mendapatkan isolat
gentasmisin) diletakkan pada fraksi aktif, isolat kemudian diuji
permukaan media sebagai kontrol aktivitas antibakteri dan dianalisis
positif. DMSO dengan konsentrasi menggunakan metode FTIR dan
100% diteteskan pada disk kosong LCMS.
sebagai kontrol negatif, media yang HASIL DAN PEMBAHASAN
telah berisi disk kemudian Pewarnaan Gram Bakteri MRSA dan
diinkubasi pada suhu 37 ̊ C selama P.aeruginosa.
18-24 jam. Hasil pada pewarnaan Gram
Identifikasi Komponen Bioaktif menunjukkan jika bakteri MRSA
1. Bioautografi. Fraksi aktif kecoa tergolong bakteri Gram negatif. Hal
Dubia ditotolkan pada lempeng KLT tersebut ditandai dengan tetap
kemudian dielusi dengan fase gerak dipertahankannya kompleks warna
butanol : asam asetat : air dengan ungu setelah ditambahkan larutan
perbandinga 4:1:5, lempeng KLT Gram C (alkohol). Sedangkan, pada
yang telah dielusi kemudian pewarnaan Gram P. aeruginosa
ditempelkan pada medium menunjukkan bakteri tersebut
pertumbuhan bakteri yang tergolong dalam bakteri Gram negatif.
sebelumnya telah diinokulasikan Hal tersebut ditandai dengan
bakteri uji MRSA dan P.aeruginosa. terlihatnya warna merah setelah
biarkan lempeng kontak dengan penambahan safranin. Perbedaan
medium bakteri selama 20 sampai struktur kimia pada bakteri Gram
30 menit, kemudian angkat negatif dan Gram positif akan
lempeng dan inkubasi media pada menunjukan reaksi yang berbeda
suhu 37 oC selama 18-24 jam. Amati terhadap larutan Gram. Kompleks
zona bening pada media dan kristal violet-iodin dari cat Gram A,
sesuaikan dengan rf noda yang Gram B serta Gram negatif dapat
muncul pada lempeng KLT. tercuci sehingga sel bakteri akan
2. KLT Preparatif. Fraksi aktif kecoa Nampak transparan, hal tersebut yang
Dubia ditotolkan pada lempeng KLT menyebabkan bakteri bewarna merah
silica gel GF245 dengan ukuran setelah penambahan larutan safranin
20x20, selanjutnya lempeng dielusi yang merupakan pewarna basa
dengan menggunakan fase gerak bewarna merah. Seperti yang
yang sama dengan metode ditunjukkan pada gambar 1.
bioautografi. Spot noda yang aktif
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

(a) (b)
Gambar 1. Hasil pewarnaan Gram pada bakteri (a) MRSA (b) P. aeruginosa

Karakteristik Bakteri MRSA

Hasil identifikasi pada media VJA Hasil uji Katalase pada bakteri
menunjukan jika, warna pada koloni hitam MRSA menunjukkan hasil yang positif,
dan terbentuk warna medium disekitar dimana terbentuk gelembung disekitar
koloni kuning. Perubahan tersebut koloni, hal tersebut disebabkan karena
disebabkan karena bakteri MRSA mampu kelompok Staphylococcus yang bersifat
mendegradasi manitol pada media VJA. katalase positif. Katalase adalah enzim
Warna hitam yang dihasilkan pada media yang dapat mengkatalisis penguraian H 2O2
VJA terbentuk akibat adanya reaksi reduksi menjadi H2O dan O2. H2O bersifat toksik
kalium telurit oleh MRSA menjadi metalik terhadap sel, hal tersebut dikarenakan
telurit sedangkan warna kuning disekitar H2O2 dapat menginaktifasi enzim dalam sel.
koloni disebabkan adanya fermentasi H2O2 terbentuk ketika metabolisme aerob,
manitol pada media. Untuk melihat hasil sehingga mikroorganisme yang tumbuh
uji pada media VJA dapat dilihat pada pada lingkungan aerob pasti menguraikan
gambar 2. bahan tersebut. Uji katalase juga dapat
Hasi identifikasi dengan antibiotik digunakan untuk membedakan antara
vankomisin dan sefoksitin secara difusi bakteri Staphylococcus dan Streptococcus.
didapatkan hasil positif, hal tersebut Hasil uji katalase dapat dilihat pada gambar
ditandai dengan tidak terbentuknya zona 2.
hambat disekita cakram disk sefoksitin. Uji Koagulase. Hasil uji koagulase
Berdasarkan Clinical and Laboratory pada bakteri menunjukkan terbentuk
Standards Institute (CLSI, 2015) sefoksitin gumpalan-gumpalan putih pada media
lebih direkomendasikan untuk mendeteksi setelah beberapa jam, ketika media dibalik
sensitifitas resisten yang dihasilkan oleh gumpalan plasma tidak terlepas.
gen mecA. Gen mecA sendiri secara umum Kemampuan tersebut menunjukkan jika
diketahui menyebabkan resistensi bakteri yang diujikan merupakan S. aureus,
antibiotik pada bakteri Staphylococcus hasil uji koagulase dapat dilihat pada
aureus.hasil identifikasi sefoksitin dan gambar 2 .
vankomisin dapat dilihat pada gambar 2.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2. Karakteristik bakteri MRSA (a) hasil identifikasi MRSA pada media selektif
VJA. (b) hasil identifikasi antibiotik sefoksitin dan vankomisin (kiri sefoksitin,
kanan vankomisin), (c) hasil identifikasi katalase bakteri MRSA, (D) hasil
identifikasi koagulase bakteri MRSA

Karakteristik Bakteri P. aeruginosa memproduksi thiosulfate sehingga tidak


Identifikasi pada media PSA. menghasilkan H2S. Hasil uji indol
Hasil identifikasi pada koloni bakteri menunjukkan, pada permukaan media
menunjukkan jika terbentuk warna tidak terbentuk warna merah setelah
kehijauan, hal tersebut senada seperti penambahan reagen Erlich A dan B
yang diungkapkan (Jawetz et al, 2007) sehingga pada uji indol dapat
jika, pada koloni P. aeruginosa akan dinyatakan negatif. Tidak terbentuknya
menunjukkan warna kehijauan. Warna cincin indol pada bakteri P. aeruginosa
hijau tersebut dihasilkan oleh pigmen disebabkan karena bakteri tidak dapat
pyocianine. Pigmen pyocianine sendiri menghasilkan enzim triptofanase yang
merupakan pigmen yang tidak akan memecah tryptophan menjadi
berfluoresensi namun berdifusi ke indol. Hasil uji motilitas menunjukkan
dalam agar. Hasil identifikasi dengan hasil yang positif, dimana terlihat
media selektif PSA dapat dilihat pada penyebaran pada media SIM, hal
gambar 3. tersebut menunjukkan jika P.
Identifikasi pada media SIM. aeruginosa memiliki alat gerak berupa
Hasil negatif, dimana pada media tidak flagel (Benson 2001, 46). Hasil
terlihat warna hitam, dengan kata lain identifikasi pada media SIM dapat
bakteri P. aeruginosa ATCC 27853 tidak dilihat pada gambar 3.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Hasil identifikasi pada media karena terjadinya reaksi basa pada


KIA. menunjukkan jika bakteri tidak media, Uji hidrogen sulfida pada media
dapat menfermentasi gula dan laktosa, LIA menunjukan hasil yang negatif, hal
hal tersebut ditandai dengan warna tersebut ditandai dengan tidak
merah tua pada dasar media. Uji terbentuknya warna hitam pada media,
hidrogen sulfida pada media KIA terutama pada dasar media. Reaksi
menunjukkan hasil yang negatif, hal yang dihasilkan pada media LIA sama
tersebut dapat dilihat dengan tidak dengan pada media KIA dimana bakteri
terbentuknya warna hitam pada media. tidak dapat menfermentasikan gula
Warna hitam yang tidak terlihat sehingga tidak dapat membentuk
disebabkan karena bakteri tidak dapat hydrogen sulfide yang nantinya akan
menfermentasikan gula sehingga tidak diikat oleh feri sulfida. Dari hasil
terbentuknya hydrogen sulfide yang tersebut, dapat dinyatakan jika bakteri
nantinya akan diikat oleh feri sulfida. yang digunakan merupakan P.
(Hayati et al, 2016). Hasil identifikasi aeruginosa. Hasil identifikasi pada
pada media KIA dapat dilihat pada media LIA dapat dilihat pada gambar 3.
gambar 3. Hasil identifikasi pada media
Identifikasi pada media LIA. Sitrat menunjukkan hasil positif pada
Identifikasi ini dilakukan untuk bakteri P. aeruginosa, dimana terbentuk
mengetahui adanya deaminasi lisin dan warna biru pada media simon sitrat.
sulfida. Hasil dinyatakan K/K S- pada Perubahan warna biru pada media
bakteri. K/K artinya hasil tidak disebabkan karena pada media sitrat
menunjukkan adanya diaminasi, hal mengandung indikator BTB (Brom Timol
tersebut ditunjukkan dengan tidak Blue) yang merupakan indikator pH.
terbentuknya warna merah yang khas Apabila bakteri menggunakan sitrat
pada media. Hasil tersebut sebagai sumber karbon maka media
menunjukkan jika bakteri tidak menjadi basa dan terjadi peningkatan
mendiaminasi namun pH pada media sehingga dapat
mendekarboksilasi, dekarboksilasi merubah warna media menjadi biru .
ditandai dengan terbentuknya warna Hasil identifikasi pada media sitrat
ungu pada lereng dan dasar media. dapat dilihat pada gambar 3.
Warna ungu pada media dihasilkan

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 3. Karakteristik bakteri MRSA (a) medium PSA, (b) medium SIM, (C) medium
LIA, (D) Medium KIA, (e) medium sitrat.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Hasil Uji Aktifitas Antibakteri bakteri P. aeruginosa di mana zona


hambat yang dihasilkan pada dosis 15
Hasil uji aktivitas antibakteri ppm sebesar 0,8 mm. Hasil berbeda
secara difusi kirby-bauer menunjukkan ditunjukkan oleh bakteri MRSA dimana
jika pada ekstrak kecoa Dubia dengan tidak ditemukan adanya zona hambat
konsentrasi dosis 15; 25 dan 35 ppm pada ekstrak . hasil identifikasi ekstrak
memiliki aktivitas antibakteri terhadap kecoa Dubia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji difusi ekstrak kecoa Dubia


No Sampel Diameter zona hambat mm
P. aeruginosa (mm) MRSA (mm)
1 Ekstrak 15 ppm 0,8 0
2 Ekstrak 25 ppm 0,9 0
3 Ekstrak 35 ppm 10 0
4 Kontrol 16,5 15,5
Keterangan: (Kontrol P. aeruginosa : Gentamisin) ( Kontrol MRSA: Vankomisin)

Berdasarkan tabel 1. Ketiga terbentuknya zona hambat dapat


dosis ekstrak memberikan zona hambat disebabkan oleh komponen penyusun
pada bakteri P. aeruginosa, hasil pada dinding sel pada bakteri tersebut.
tersebut membuktikan jika ekstrak Struktur pada bakteri Gram positif
kecoa dubia memiliki komponen tersusun atas beberapa lapisan, salah
biokimia yang bersifat bakteriosidal. satunya adalah asam teikoat yang
Namun , pada bakteri MRSA tidak diketahui dapat meminimalisir
ditemukan zona hambat sama sekali, kerusakan yang disebabkan oleh
hal tersebut kemungkinan terjadi akbat senyawa yang memiliki aktivitas
senyawa pada ekstrak tidak dapat antibakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri
bekerja secara optimal dalam pada ekstrak kecoa Dubia dapat dilihat
membunuh bakteri MRSA. Faktor lain pada gambar 4.
yang menjadi penyebab tidak

Gambar 4. Hasil identifikasi ekstrak kecoa Dubia (a) P. aeruginosa (B) metisilin resisten
staphylococcus aureus

Hasil uji aktivitas antibakteri antibakteri. Hal berbeda ditunjukkan

(a) (b)

pada fraksi air dan fraksi n-heksan tidak oleh fraksi etil asetat , fraksi etil asetat
menunjukkan adanya aktivitas dengan dosis 15; 25 dan 35 ppm
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

memberikan zona hambat terhadap bakteri tidak ditemukan adanya zona


bakteri P. aeruginosa Namun, hasil hambat. Hasil identifikasi fraksi kecoa
berbeda ditunjukkan oleh bakteri MRSA Dubia dapat dilihat pada gambar 5.
di mana pada medium pertumbuhan

(a) (b)
Gambar 5. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat kecoa Dubia (a) P. aeruginosa
(b) metisilin resisten staphylococcus aureus

muncul pada lempeng. Pengamatan


Identifikasi Komponen Bioaktif lebih lanjut dilakukan dengan cara
Bioautografi menyemprot lempeng KLT dengan
Identifikasi Komponen bioaktif menggunakan pereaksi semprot FeCl3,
dilakukan dengan menggunakan dari hasil penyemprotan tersebut spot
metode bioautografi dengan noda pada lempeng tampak lebih
menggunakan lempeng silica gel GF 254. menyala pada panjang gelumbang 366
Hasil dari tahap elusi menunjukkan nm. Berdasarkan hasil pengamatan
bahwa pada fraksi etil asetat memiliki tersebut dapat dijadikan sebagai
aktifitas antibakteri, hal tersebut landasan untuk memilih spot noda yang
ditandai dengan terbentuknya zona memiliki aktifitas antibakteri.. Hasil
bening pada spot noda dengan nilai rf bioautografi dapat dilihat pada gambar
0,84 yang sesui dengan noda yang 10.

(a) (b)
Gambar 6. Hasil bioautografi fraksi etil asetat kecoa Dubia (a) lempe KLT pada
penyinaran sinar UV pada λ 366 nm (b) Kromatografi Lapis Tipis Preparati

Berdasarkan hasil dari fraksi etil asetat.


KLT bioautografi dapat Lempeng yang digunakan
dijadikan acuan untuk merupakan lempeng kaca
memilih sport noda aktif dengan ukuran 20x20 cm,
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

fase diam yang digunakan jika, isolat fraksi etil asetat memberikan
yaitu silica gel GF 254 pengaruh pada kedua bakteri. Hal
dengan fase gerak tersebut ditandai dengan terbentuknya
butano:asam asetat:air zona hambat disekililing disk isolat
dengan perbandinga 4;1;5. fraksi etil asetat kecoa Dubia. Hasil
Dari hasil KLT preparatif tersebut berbeda pada ekstrak, fraksi
tersebut didapatkan hasil air dan fraksi n-heksan dimana dari
isolat serbuk bewarna ketiganya tidak memberikan pengaruh
kuning seberat 0,246 gram. pada bakteri MRSA. Hal tersebut
Hasil KLT preparatif dapat kemungkinan terjadi akibat senyawa
dilihat pada gambar 7. atau komponen bioaktif yang memiliki
aktivitas antibakteri tidak tersari ke
Uji aktivitas Antibakteri Isolat Fraksi dalam ketiga ekstrak. Hasil uji aktivitas
Kecoa Dubia isolat fraksi kecoa Dubia dapat dilihat
Hasil uji aktifitas antibakteri pada tabel 2.
secara difusi kirby-beauer menunjukkan

Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat fraksi kecoa Dubia.

No Sampel Diameter zona hambat mm


P. aeruginosa (mm) MRSA (mm)
1 Isolat 15 ppm 10 0
2 Isolat 25 ppm 12,5 0,9
3 Isolat 35 ppm 14 11
kontrol 19,5 18
Keterangan: (Kontrol P. aeruginosa : Gentamisin) ( Kontrol MRSA: Vankomisin)

Berdasarkan tabel 2 dan fraksi dapat disebabkan oleh


menunjukkan, jika dari ketiga dosis berbagai hal, pada penelitian ini
isolat kecoa Dubia yang diberikan kemungkinan tidak terbentuknya zona
mampu memberikan pengaruh hambat disebabkan oleh komponen
terhadap P. aeruginosa. Sedangkan, kimia pada ekstrak dan fraksi itu sendiri
pada bakteri MRSA hanya dua dosis yang bersifat antagonis. Komponen
yang memberikan pengaruh. Hasil pada ekstrak dan fraksi masih bersifat
tersebut berbeda dari kedua uji komplek dimana masih terdapat banyak
sebelumnya, dimana pada uji aktifitas kandungan kimia yang terdapat pada
antibakteri ekstrak dan fraksi tidak ekstrak dan fraksi selain senyawa yang
memberikan hasil atau pengaruh berpotensi sebagai antibiotik, dengan
terhadap bakteri MRSA, sedangkan adanya senyawa-senyawa tersebut
pada pengujian hasil isolat fraksi etil dapat berpotensi dalam mengganggu
asetat dengan dosis 25 dan 35 ppm kemampuan ekstrak dan fraksi pada uji
memberikan hasil positif. aktivitas antibakteri pada bakteri MRSA.
Faktor tidak terbentuknya zona Hasil uji aktivitas isolat secara difusi
hambat pada hasil pengujian ekstrak dapat dilihat pada gambar 7.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Gambar 7. (a) hasil uji difusi aktivitas antibakteri isolat fraksi kecoa dubia pada bakteri P.
aeruginosa (b) hasil uji difusi aktivitas antibakteri isolat fraksi kecoa dubia
Analisis LCMS
pada bakteri MRSA (c) hasil KLT preparat

Gambar 8. Spektrum LC-MS isolat fraksi etil asetat kecoa Dubia

Berdasarkan kromatogram di Hasil analisis pada spektrum massa


atas menunjukkan jika pada retensi menunjukkan jika pada waktu retensi
time 15,76 terbentuk puncak yang tersebut memiliki senyawa dengan
cukup tinggi. Hal tersebut dapat berat molekul 270 dan 296. Hasil
dijadikan sebagai indikasi terdapatnya spektrum massa dapat dilihat pada
suatu senyawa pada puncak tersebut. gambar 9.

Gambar 9. Spektrum massa isolat fraksi kecoa Dubia


PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Berdasarkan studi literatur, gelombang 1751,66 yang merupakan


diduga senyawa dengan berat molekul vibrasi Stretching dari gugus karbonil
270 dan 296 tersebut merupakan C=O dan didukung dengan adanya
senyawa golongan asam lemak vibrasi gugus C-O-C ester pada daerah
hidrokarbon dengan rumus molekul bilangan gelombang 1113,28, Hasill
C17H34O2 dan C19H36O2 atau dikenal tersebut memperkuat dugaan jika
dengan metil palmitat dan metil oleat.. senyawa yang muncul merupakan
Hal tersebut diperkuat dengan hasil FT- senyawa golongan asam lemak.
IR dimana muncul gugus fungsi pada Spektrum FTIR dapat dilihat pada
puncak serapan, pada daerah bilangan gambar 10.

Gambar 10. Spektrum IR isolat fraksi etil asetat kecoa Dubia

Berdasarkan spektrum tersebut. gelombang 1657,92 yang merupakan


Selain gugus fungsi diatas, masih ikatan ganda pada metil oleat. Dari hasil
terdapat faktor pendukung lain yaitu tersebut menunjukkan, jika senyawa
munculnya puncak pada panjang yang terdapat pada fraksi etil asetat
gelombang 3505,58 melebar dengan merupakan senyawa asam lemak rantai
intensitas sedang. Puncak khas tersebut panjang.
menjadi indikasi terdapatnya monomer Penelitian terdahulu telah
dari asam karboksilat. Selain itu, mengungkapkan bahwa Asam lemak
serapan pada daerah gelombang tidak jenuh dapat mengurangi sintesis
2854,65 yang merupakan serapan yang ATP dengan cara meningkatkan
khas berupa vibrasi stratching dari permeabilitas membran terhadap
ikatan C-H sp3 serta didukung dengan proton, baik pada membran bakteri
adanya vibrasi bending pada daerah maupun pada pori-pori proton tertentu
bilangan 1427, 32. Selain itu, muncul seperti pada mitokondria. Dengan
puncak serapan pada daerah bilangan demikian, proton akan memasuki
gelombang 802,39 yang menunjukkan sitosol dan menyebabkan penurunan
adanya vibrasi rocking dari (CH 2)n yang gradien proton dan potensial membran.
merupakan rantai panjang dari metil Selain itu, kemampuan enzim untuk
palmitat dan metil oleat. C=H alkena mensintesis ATP semakin berkurang
juga muncun pada daerah bilangan karena proton mem-bypass ATP sintase.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Mekanime asam lemak dalam Antibacterial Activity of Carica


mengganggu rantai transpor elektrok papaya Leaf Extracts against
berkaitan erat dengan membran Wound
bakteri, pada bagian bakteri baik bakteri
Strateva T, & Yordanov D. 2009.
Gram positif maupun negatif, membran
Pseudomonas aeruginosa – a
bagian dalam merupakan area yang
phenomenon of bacterial
penting karena menjadi tempat
resistance. Journal of Medical
produksi energi serta menjadi tempat
Microbiology. 58(9), 1133–
rantai transpor elektron berada.
1148.doi:10.1099/jmm.0.00914
Berbagai pembawa dalam rantai
2-0.
transpor elektron, terutama yang
berada di dalam membran akan Rukmono, P., Zuraida, R., 2013. Uji
meneruskan elektron dari satu Kepekaan Antibiotik Terhadap
pembawa ke yang lain hingga dua Pseudomonas aeruginosa
elektron bergabung dengan dua Penyebab Sepsis Neonatorum.
akseptor lain. Selama proses tersebut Sari Pediatri, Vol. 14, No. 5,
proton diekspor dari bagian dalam sel Februari 2013
sehingga konsentrasi elektron dalam
sitosol meningkat. Asam lemak tak Clorinda, FR. 2012 Uji Kemampuan
jenuh rantai sedang dan rantai panjang Minyak Jintan Hitam(Nigella
dapat berinteraksi secara langsung sativa) Menghambat
dengan membran bakteri dan Pertumbuhan Bakteri
mengganggu proses tersebut. Dengan Staphylococcus aureus Secara In
demikian, selama proses tersebut Vitro. Jember: Fakultas
berlangsung, asam lemak tak jenuh Kedokteran Universitas Jember.
dapat mengikat pembawa rantai Ali, SM., Siddiqui, R., Ong, SK., Shah,
transpor elektron secara langsung atau MR., Khan, AN., Heard, PJ.,
memasukkan ke dalam membran dan Anwar, A., 2016. Identification
menyebabkan pembawa elektron and characterization of
bergerak terpisah atau dipindahkan dari antibacterial compound(s) of
membran spenuhnya (Shin et al, 2007). cockroaches (Periplaneta
americana). Applied Genetics
Kesimpulan and Molecular Biotechnology.
pada penelitian ini didapatkan DOI 10.1007/s00253-016-7872-
hasil bahwa senyawa kimia yang 2.
terdapat pada kecoa Dubia merupakan
senyawa golongan asam lemak rantai Jawetz. 2007. Mikrobiologi Kedokteran
panjang dengan rumus molekul C17H34O2 Jawetz, Melnick, & Adelberg,
dan C19H36O2 Ed.23, Translation of Jawetz,
Melnick, and Adelberg’s
Daftar Pustaka Medical Microbiology, 23thEd.
Aruljothi, S., Uma, C., Sivagurunathan, Alih bahasa oleh Hartanto, H.,
P., and Bhuvaneswari., M. Jakarta: EGC.
2014. Investigation on
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.16 No. 02 Desember 2019:178-187

Benson. 2001. Microbial Application Lab of eicosapentaenoic acid (EPA)


Manual, 8th ed. California: The against foodborne and food
McGraw-Hill Companies. spoilage microorganisms LWT
40: 1515-1519.
Shin, SY., Bajpai, VK ., Kim, HR., Kang,
SC., 2007. Antibacterial activity

Anda mungkin juga menyukai