Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014

Hal. 7-17

POTENSI RIZOBAKTERI PEMBENTUK ENDOSPORA DARI TANAMAN


PADI SEBAGAI BIOKONTROL FITOPATOGEN Xanthomonas oryzae

Maerani Sumarno, Anto Budiharjo1, Sri Pujiyanto1


1. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Semarang50275 Telepon (024)7474754; Fax. (024)76480690
email: sumarno.maerani@gmail.com

ABSTRACT

Xanthomonas oryzae is phytopathogen causing bacterial leaf blight which decreases in agricultural
product reaching 20-70 % in Asia. Bacterial leaf blight symptoms is characterized by the formation of lines
in the leaf blade turnings yellow, then white, causing the plant to wither and die. Endospore-forming
rhizobacteria are soil microbes potential as biocontrol to inhibit phytopathogen growth. The aims of this
study were to isolate endospore-forming rhizobacteria from rice plant and determine its ability as
biocontrol against X. oryzae. The methods used consisted of isolation, antibacterial activity test, molecular
identification, and biochemical characterization. Twenty isolates of endospore-forming rhizobacteria were
obtained from the isolation of the rice crop. Isolate P-10 had the greatest ability against X. oryzae with
inhibition zone of 18.89 mm. Molecular identification using 16S rRNA gene showed that isolates P-10 had
98 % homology with Bacillus pumilus. Biochemical characterization showed the isolate P-10 had a rod-
shaped with center of endospores, gram-positive, catalase positive, are motile, negative in starch hydrolyze,
not forming gas on glucose, these characteristics fitted with B. pumilus character.

Keywords : Rice plant, antibacterial, Xanthomonas oryzae, endospore-forming, rhizobacteria

ABSTRAK

Xanthomonas oryzae adalah fitopatogen penyebab hawar daun bakteri yang mengakibatkan
penurunan hasil pertanian rata-rata mencapai 20-70 % di wilayah Asia. Gejala hawar daun bakteri ditandai
dengan terbentuknya garis pada helaian daun yang berubah menjadi kuning, kemudian putih hingga
menyebabkan tanaman menjadi layu dan mati. Rizobakteri pembentuk endospora merupakan mikroba
tanah yang berpotensi sebagai biokontrol dalam menghambat pertumbuhan fitopatogen. Tujuan penelitian
ini adalah diperolehnya isolat rizobakteri pembentuk endospora dari tanaman padi sebagai biokontrol
terhadap fitopatogen X. oryzae. Metode yang digunakan meliputi, isolasi, uji aktivitas antibakteri,
identifikasi secara molekuler, dan karakterisasi secara biokimia. Rizobakteri pembentuk endospora yang
diperoleh dari hasil isolasi tanaman padi sebanyak dua puluh isolat. Isolat P-10 merupakan isolat yang
mempunyai daya hambat terbesar terhadap X. oryzae dengan zona hambat sebesar 18,89 mm. Hasil
identifikasi molekuler menggunakan gen 16S rRNA menunjukkan isolat P-10 memiliki homologi 98%
dengan Bacillus pumilus. Karakterisasi biokimia menunjukkan isolat P-10 berbentuk batang dengan letak
endospora di tengah, gram positif, positif menghasilkan katalase, bersifat motil, negatif dalam
menghidrolisis pati, tidak membentuk gas pada glukosa, karakteristik tersebut sesuai dengan karakter B.
pumilus.

Kata kunci: Tanaman padi, antibakteri, Xanthomonas oryzae, pembentuk endospora, rizobakteri

PENDAHULUAN penduduk Indonesia dari tahun 2000 sampai


dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dari
Indonesia merupakan salah satu negara 206.264.595 menjadi 237.641.326 jiwa.
berkembang yang tiap tahun jumlah Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang
penduduknya meningkat secara eksponensial. pesat menyebabkan Indonesia terus berupaya
Menurut Badan Pusat Statistik (2013), jumlah
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

melakukan berbagai pengembangan dalam endospora yang lebih stabil dan tahan di bawah
bidang pertanian guna meningkatkan kondisi tidak menguntungkan. Bentuk endospora
produktivitasnya. membuat rizobakteri tersebut mudah
Permasalahan yang seringkali menjadi diformulasikan dan dikomersialkan dengan
kendala utama dalam pertanian adalah serangan siklus hidup yang panjang. Stabilitas dan daya
patogen yang mengakibatkan hasil pertanian tahan rizobakteri pembentuk endosporadi bawah
menurun drastis. Salah satu penyakit utama pada kondisi lingkungan yang beragam menyebabkan
tanaman padi di Indonesia serta negara Asia rizobakteri inimampu menginduksi resistensi
lainnya yaitu hawar daun bakteri (bacterial leaf sistemik pada sistem pertanian yang berbeda.
blight) atau dikenal pula dengan istilah “kresek” Hasil penelitian Agustiansyah (2011)
yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae. membuktikan bahwa pemberian Pseudomonas
Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh penyakit diminuta dan Bacillus subtilis mampu
tersebut di Indonesia mencapai 70-80 %, di mengurangi jumlah koloni X. oryzae pada biji
India mencapai 74-81 %, dan Jepang mencapai padi. Potensi besar yang dimiliki rizobakteri
20-50 % sehingga menyebabkan kerugian besar pembentuk endosporamendorong perlunya
secara ekonomi bagi petani (Djatmiko et al., dikembangkan penelitian mengenai
2011). Infeksi yang disebabkan oleh X. oryzae pemanfaatannya sebagai biokontrol.
menimbulkan gejala yang khas yakni, Pemanfaatan rizobakteri pembentuk
serangannya pada tanaman yang masih muda endosporasebagai biokontrol merupakan salah
menyebabkan daun berubah menjadi kuning satu upaya peningkatan produktivitas pertanian
pucat, putih, layu, dan akhirnya mati (Wahyudi Indonesia yang ramah lingkungan. Tujuan dari
et al., 2011). penelitian ini adalah diperolehnya isolat
Penggunaan pestisida kimia merupakan rizobakteri pembentuk endospore dari tanaman
upaya yang selama ini dilakukan guna mengatasi padi sebagai biokontrol terhadap fitopatogen X.
gangguan penyakit pada tanaman karena dinilai oryzae.
efektif dan cepat. Namun, di sisi lain diketahui
pula penggunaan pestisida kimia berdampak METODOLOGI
buruk, baik bagi keamanan konsumen dan Waktu dan Tempat
lingkungan. Hal tersebut disebabkan karena Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
aplikasi penggunaan pestisida kimia Bakteriologi dan Genetika molekuler
meninggalkan residu yang membahayakan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,
kesehatan konsumen dan menyebabkan matinya Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada
predator alami yang berdampak buruk terhadap bulan Februari-Juni 2014.
keseimbangan ekosistem (Wahyudi et al., 2011).
Oleh karena timbulnya efek merugikan akibat Alat dan Bahan
penggunaan pestisida kimia, diperlukan Alat yang digunakan dalam penelitian
alternatif lain yang dapat menanggulangi ini antara lain cawan petri, tabung reaksi,
gangguan penyakit pada tanaman yang bersifat erlenmeyer, rak tabung, inkubator, autoklaf,
ramah lingkungan, yakni dengan penggunaan Laminar air flow, jarum ose, penangas air, gelas
agen hayati sebagai biokontrol. beker, gelas ukur, pipet tetes, rotary shaker,
Rizobakteri merupakan agen hayati vortex, blue tip, yellow tip, jangka sorong,
yang dapat menekan keberadaan patogen bunsen, mikro pipet, mikroskop, eppendorf,
tanaman. Keberadaan rizobakteri dapat Polymerase Chain Reaction (PCR) (Bio-Rad),
mengurangi populasi patogen tumbuhan melalui gel elektroforesis (Thermo Scientific), gel
kompetisi serta produksi senyawa antibakteri. documentation (Uvitech), nanodrop 2000, cool
Menurut Mahartha et al. (2013), rizobakteri box, cutter, corong, timbangan, batang
diketahui pula mampu memicu ketahanan pangaduk, rak pengecatan, spreader, timbangan
sistemik terinduksi pada tanaman sehingga analitik, centrifuge, freezer, micro centrifuge
memberikan perlindungan terhadap tanaman (Lab Gene Scanspeed 1730r), spektrofotometer
dari serangan fitopatogen. (Optima SP 300), timer, tube.
Salah satu agen biokontrol yang sukses Bahan yang dibutuhkan dalam
digunakan melawan patogen adalah rizobakteri penelitian ini yaitu sampel tanah rizosfer
pembentuk endospora. Ryu (2005), menyatakan tanaman padi, akuades, tryptic soy agar (TSA),
bahwa keuntungan utama menggunakan tryptic soy broth (TSB), paper disc 8 mm
rizobakteri pembentuk endosporaadalah bentuk
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

(Advantec), isolat Xanthomonas oryzae Uji aktivitas antibakteri terhadap X.


(diperoleh dari Laboratorium Hama dan oryzae secara in vitro dilakukan untuk
Penyakit Tanaman Universitas Brawijaya), menyeleksi rizobakteri pembentuk endospora
crystal violet, aceton, soluble starch, 3 % H2O2, yang berpotensi sebagai biokontrol terhadap X
phosphate buffered saline,kaca objek, gelas .oryzae. Isolat X. oryzae yang digunakan
penutup, minyak imersi, lugol iodin, loading diperoleh dari Laboratorium Hama dan Penyakit
dye, primer1429R, primer27F, agarosa 1%, Tanaman Universitas Brawijaya. Isolat
alkohol, kapas, kasa, spirtus, tissu, alumunium rizobakteri pembentuk endosporadan X.oryzae
foil, Bacillus subtilis,glukosa, beef extract, ditumbuhkan pada 5 mL medium TSB selama
bacto-agar, safranin, saponin 0,5 %, overnight pada suhu 30oC dalam rotary shaker
triptikase,chelex 20 %, buffer TAE 1x, KAPA dengan kecepatan 120 rpm. Kultur cair X.oryzae
2G fast kits, low mass ladder marker. sebanyak 5 mL dicampurkan pada 250 mL TSA
kemudian dituang dalam petri dan dinginkan
Cara Kerja hingga memadat. Sebanyak 20 µL kultur
rizobakteri pembentuk endosporaditeteskan pada
a.Pengambilan Sampel paper disc 8 mm dalam medium yang sama
Pengambilan sampel dilakukan untuk dengan bakteri uji. Petri yang berisi kulturX.
memperoleh sampel tanah rizosfer tanaman padi oryzae dan rizobakteri pembentuk
di persawahan organik Kecamatan Banyubiru endosporadiinkubasi pada suhu 30oC selama 48
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tanah jam. Uji aktivitas antibakteri ini dilakukan
rizosfer berasal dari dua rumpun tanaman padi secara duplo dan pengukuran zona hambat
dan dimasukkan ke dalam plastik steril. Tanah dilakukan setiap 24 jam. Kontrol negatif
dalam plastik dimasukkan ke dalam ice box guna dilakukan dengan memberikan 20 µL akuades
menjaga kesegaran tanah selama perjalanan. steril.
Tanah rizosfer diukur mikroklimatnya, meliputi
pengukuran pH, kelembaban, suhu, dan d. Identifikasi Isolat Uji secara
ketinggian. Molekuler

b. Isolasi RizobakteriPembentuk Ekstraksi DNA


Endospora Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan
Isolasi rizobakteri bertujuan untuk metode Chelex (Walsh et al., 2013). Metode ini
memperoleh rizobakteri pembentuk dilakukan dengan cara memasukkan 3 ose kultur
endosporadari tanaman padi. Metode isolasi bakteri umur 24 jam ke dalam tube yang telah
yang digunakan mengacu pada penelitian yang diberi 100 µL ddH2O dan ditambahkan 1 mL
dilakukan Ryu (2005) dengan sedikit modifikasi. saponin 0,5%, perendaman kultur bakteri dalam
Sebanyak 5 gram tanah yang melekat pada saponin 0,5% dilakukan selama overnight pada
rizosfer tanaman padi dimasukkan ke dalam labu suhu 4oC. Campuran kultur bakteri dan saponin
erlenmeyer berisi 45 mL akuades steril. Suspensi 0,5% di centrifuge selama 10 menit dengan
tanah dipanaskan pada suhu 80oC selama 30 kecepatan 12.000 rpm dan kemudian supernatant
menit dalam penangas air, kemudian dilakukan dibuang. Supernatan merupakan DNA yang siap
pengenceran bertingkat hingga 10-6. Sebanyak 1 digunakan untuk proses PCR.
mL dari pengenceran suspensi tanah dituang
Amplifikasi DNA
pada medium TSA, masing-masing perlakuan
Amplifikasi DNA dilakukan dengan
dilakukan secara duplo. Inkubasi dilakukan pada
dengan menggunakan PCR berdasarkan metode
suhu ruang selama 24-48 jam, lalu
yang dilakukan oleh Radjasa et al. (2001).
dikarakterisasi morfologinya, meliputi bentuk,
Amplifikasi DNA dengan PCR dilakukan
warna, tepi, elevasi, dan permukaan.
dengan perlakuan suhu sebagai berikut:
Karakterisasi secara mikroskopis dilakukan
denaturasi awal pada suhu 95oC selama 3 menit,
dengan pewarnaan gram. Bakteri yang telah
denaturasi 94oC selama 1 menit, annealing 55oC
murni disimpan dalam TSA miring.
selama 1 menit, dan ekstensi 72oC selama 1
menit, dilanjutkan dengan ekstensi akhir 72oC
c.Uji Aktivitas Antibakteri Rizobakteri selama 7 menit dan suhu penyimpanan pada
terhadap Xanthomonas oryzae tahap akhir 4oC.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

Primer yang digunakan untuk proses digoreskan di atas kaca objek yang kering.
PCR gen 16S rRNA adalah primer 27F (5’- Hidrogen peroksida diteteskan sebanyak 2-3
AGAGTTTGATCMTGGCTCAG-3’) dan tetes pada usapan bakteri. Apabila terbentuk
1492R (5’-GGYTACCTTGTTACGACTT-3’) gelembung udara, maka uji katalase dinyatakan
(Osborneet al., 2005). Bahan-bahan yang positif. Bakteri aerob memberikan reaksi yang
digunakan dalam proses PCR ini yaitu 1,5 µL positif terhadap uji katalase sedangkan bakteri
primer 27F; 1,5 µL primer 1492R ; 3 µL DNA anaerob menunjukkan reaksi yang negatif
template ; 25 µL KAPA 2GFAST kits dan 19 µL (Brown, 2012).
ddH2O.
Visualisasi produk PCR 16S rRNA
Uji Hidrolisis Pati
dilakukan menggunakan analisis elektroforesis Satu ose isolat bakteri ditanam dengan
dengan cara memasukkan 5 µL produk PCR dan metode goresan pada medium agar pati. Kultur
marker (1 µL loading dye dan 1 µL DNA low diinkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam.
mass laddermarker) ke dalam sumuran gel Larutan lugol diteteskan di sekitar biakan setelah
agarosa 1 % (dalam 100 mL mengandung 5,33 terlihat pertumbuhan koloni dan dibiarkan
µL EtBr) yang telah direndam larutan buffer selama 5 menit. Hasil yang tampak diamati dan
TAE 1x, gel kemudian dielektroforesis dengan dicatat. Uji hidrolisis pati positif terdapat daerah
voltase sebesar 100 V selama 30 menit. bening pada medium yang mengandung pati
Terakhir, pita hasil produk PCR dilihat setelah penambahan larutan lugol (Brown,
menggunakan gel documentation. 2012).
Analisis sekuens Uji Produksi Gas dari Glukosa
Produk PCR selanjutnya disekuens Satu ose isolat bakteri diinokulasikan ke
untuk mengetahui jumlah dan urutan basanya di dalam medium glukosa cair fenol merah (dengan
PT. Genetika Science Indonesia. Sekuens yang tabung durham). Kultur diinkubasi selama 24-48
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan jam pada suhu kamar. Gelembung yang terdapat
penyejajaran yang terdapat dalam fasilitas dalam tabung durham menunjukkan bahwa
penyejajaran Basic Local Alignment Search Tool fermentasi juga menghasilkan gas
(BLAST) untuk menentukan persentase karbondioksida (CO2) (Brown, 2012).
kesamaan pasangan basa dengan isolat referensi
yang terdapat di gen bank. Pewarnaan Endospora
Satu ose isolat bakteri berumur ± 10 hari
diletakkan di atas gelas benda kemudian
Pembuatan Pohon Filogenetik
dilakukan fiksasi. Isolat bakteri pada gelas benda
Pembuatan pohon filogenetik selanjutnya diteteskan crystal violet sebanyak 2-
dilakukan dengan menggunakan software 3 tetes, diamkan selama 1 menit dan bilas
MEGA 5.0. Sekuens isolat yang akan dianalisis dengan air mengalir. Pengamatan endospora
dibandingkan dengan sekuens bakteri yang dilakukan menggunakan mikroskop dengan
memiliki persentase homologi tertinggi serta perbesaran 1000x (Hiss, 1905).
dibandingkan pula dengan sekuens jenis bakteri
lainnya. Pohon filogenetik dikonstruksi dengan f. Uji Motilitas
Test Neighbor-joining tree dan diuji dengan Uji motilitas dilalukan dengan
Bootstrap method. menanamkan biakan bakteri pada media TSB
semisolid dengan cara tusuk (stab inoculation)
e.Karakterisasi secara Biokimia sedalam 5 cm, kemudian diinkubasi pada suhu
Karakterisasi secara biokimia dilakukan kamar selama 24 jam. Hasil positif (motil)
dengan mengikuti beberapa kriteria berdasarkan ditunjukkan jika bakteri tumbuh pada seluruh
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology permukaan media yang semisolid, hasil negatif
yaitu dengan melakukan uji produksi gas dari ditunjukkan jika bakteri hanya tumbuh pada
glukosa, hidrolisis pati, pewarnaan endospora daerah tusukan saja (Brown, 2012).
dan uji katalase.
Uji Katalase HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses isolasi diawali dengan
Koloni rizobakteri diambil dari media pengukuran mikroklimat tanah rizosfer tanaman
TSA diambil sebanyak satu ose, kemudian
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

padi. Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran pemanasan walaupun pada suhu yang tinggi,
mikroklimat rizosfer tanaman padi. sehingga dengan perlakuan tersebut
memungkinkan hanya isolat rizobakteri
Tabel 1. Pengukuran mikroklimat tanah rizosfer pembentuk endospora yang diperoleh. Bakteri
tanaman padi non-pembentuk endospora bentuk vegetatif
Pengukuran Nilai pembawa spora secara umum mati oleh
pemanasan pada suhu 60-70oC, sedangkan spora
Kelembaban 53 % bakteri dapat bertahan sampai suhu 100oC atau
lebih (Salle, 1993). Berdasarkan hasil isolasi
Suhu 25oC
yang telah dilakukan, diperoleh 20 isolat
Ph 5 rizobakteri pembentuk endospora dengan
karakter morfologi koloni dan sel seperti pada
Ketinggian 600 m dpl Tabel 2.
Seleksi terhadap isolat rizobakteri
pembentuk endospora yang berpotensi sebagai
biokontrol dilakukan dengan uji aktivitas
Slepecky dan Hemphill (2006), antibakteri terhadap fitopatogen X. oryzae,
menyatakan bahwa untuk memperoleh bakteri menunjukkan bahwa hanya isolat rizobakteri
pembentuk endospora yang berasal dari berbagai pembentuk endospora P-10 mampu menghambat
habitat seperti tanah, air, makanan dan lainnya pertumbuhan X. oryzae, seperti yang
dapat diisolasi dengan mensuspensikan sampel diperlihatkan pada Gambar 1.
dalam air dan memanaskannya pada suhu 80oC
selama 10-30 menit.Spora tahan terhadap

Tabel2. Morfologi koloni dan sel rizobakteri pembentuk endospora dari tanaman padi

Karakteristik
Isolat
Warna Bentuk Koloni Elevasi Bentuk Sel Gram
P-1 Putih susu Circular Raised Basil Positif
P-2 Puith susu Circular Convex Basil Positif
P-3 Kuning gading Circular Convex Basil Positif
P-4 Putih keruh Circular Raised Basil Positif
P-5 Putih Irregular Umbonate Basil Positif
P-6 Putih pucat Circular Raised Basil Positif
P-7 Putih susu bening Circular Raised Basil Positif
P-8 Putih pucat Circular Raised Basil Positif
P-9 Putih bening Circular Raised Basil Positif
P-10 Putih Circular Raised Basil Positif
P-11 Putih Circular Flat Basil Positif
P-12 Putih Circular Umbonate Basil Positif
P-13 Kuning gading Circular Convex Basil Positif
P-14 Putih Rhizoid Flat Basil Positif
P-15 Putih Bertekuk Raised Basil Positif
P-16 Putih-kekreman Circular Raised Basil Positif
P-17 Krem muda Circular Umbonate Basil Positif
P-18 Putih-krem muda Circular Convex Basil Positif
P-19 Kuning-orange Circular Flat Basil Positif
P-20 Putih bening Circular Umbonate Basil Positif
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

P-10
P-10

Kontrol

P-11
P-11

Zona hambat

Gambar 1. Uji aktivitas antibakteri isolat P-10 terhadap X. oryzae inkubasi 48 jam pada suhu 30OC

Berdasarkan hasil uji aktivitas Hassi et al. (2012), menerangkan bahwa


antibakteri, isolat P-10 mampu menghambat Bacillus memiliki beberapa antibiotik yang
pertumbuhan fitopatogen X. oryzae dengan mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram
ditunjukkan adanya zona bening pada daerah positif ataupun jenis antibiotik yang mampu
sekeliling paper disc. Berdasarkan hasil membunuh bakteri gram positif dan bakteri
pengukuran, isolat P-10 mampu menghasilkan gram negatif. Slepecky & Hemphill
diameter daya hambat sebesar 18,89 mm pada (2006),mengemukakan bahwa beberapa jenis
masa inkubasi 48 jam. Kontrol negatif dilakukan antibiotik yang dihasilkan oleh beberapa anggota
dengan memberikan akuades steril pada paper Bacillus yaitu, subtilin, surfaktin, bacilisin dari
disc. Bacillus subtilis;; pumilin, tetain, amikacin,
Davis & Stout (1971) dalam Fitri & micrococcin dari B. pumilus; polimixin, colistin
Bustam (2010), menjelaskan kriteria kekuatan dari B. polymyxa, bacitrasin, protisin dari B.
daya antibakteri terbagi menjadi beberapa licheniformis.
kategori, antara lain: diameter zona hambat 5 Hasil ekstraksi DNA dengan
mm atau kurang dikategorikan lemah, diameter menggunakan metode chelex sebagai tahap awal
zona hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, identifikasi molekuler diperoleh hasil
diameter zona hambat 10-20 mm dikategorikan konsentrasi DNA isolat P-10 yakni 134 ng/µL
kuat, dan diameter zona hambat lebih dari 20 dengan kemurnian 1,72 pada rasio 260/280.
mm dikategorikan sangat kuat. Berdasarkan Musapa et al. (2013), menambahkan bahwa
kriteria tersebut, daya hambat isolat P-10 yang keuntungan ekstraksi DNA dengan
sebesar 18,89 mm tergolong dalam kategori menggunakan metode chelex adalah sederhana,
kuat. reagen yang digunakan lebih sedikit
Zona bening tersebut diduga muncul dibandingkan metode standar lainnya. Nilai
karena senyawa antibakteri telah berdifusi dari kemurnian DNA 1,72 mengindikasikan DNA
paper disc ke sekitar media dan juga sebagai terkontaminasi protein. Sambrook et al. (1989),
suatu respon sensitivitas X. oryzae terhadap mengemukakan bahwa nilai kemurnian DNA
senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh isolat yang terbebas dari pengotor RNA dan protein
P-10. Mekanisme perlawanan isolat P-10 berkisar antara 1,8-2,0. Menurut Mulyani et al.
terhadap X. oryzae secara in vitro diduga (2010), selain beberapa keunggulan penggunaan
merupakan mekanisme antibiosis sebagai upaya metode thermal lysis dalam ekstraksi DNA, nilai
penekanan pertumbuhan X. oryzae. Pernyataan kemurnian DNA rendah yang dihasilkan
ini diperkuat oleh Allabouvette et al. (2006) dikarenakan metode ini memotong proses isolasi
bahwa antibiosis merupakan suatu mekanisme dengan tidak melibatkan tahap pemurnian dan
yang digunakan biokontrol seperti Bacillus spp., pencucian DNA pada proses isolasinya.
Trichoderma spp., Pseudomonas spp., Amplifikasi DNA dilakukan pada
Streptomyces spp. karena kemampuannya dalam daerah gen 16S rRNA karena menurut Janda &
memproduksi antibiotik, bakteriosin, enzim Sharon (2007), gen 16S rRNA pada hampir
pendegradasi dinding sel, dan senyawa volatil terdapat pada seluruh bakteri, fungsi gen 16S
lainnya. rRNA pada waktu yang lama tidak berubah, dan
gen 16S rRNA cukup panjang untuk tujuan
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

informatika (1.500 bp). Menurut Osborne et al. Produk PCR selanjutnya dilakukan
(2005), primer 27F dan 1492R yang digunakan sekuensing untuk mengetahui urutan nukleotida
untuk amplifikasi gen 16S rRNA isolat P-10. Priest & Austin (1993),
memungkinkan amplifikasi yang hampir mengemukakan bahwa sekuensing DNA
sempurna pada gen 16S rRNA dari kebanyakan dilakukan karena klasifikasi sistematik mikroba
bakteri yang telah diketahui dan telah digunakan berdasarkan informasi dalam kromosom yang
pula untuk mempelajari bakteri pada berbagai dikodekan dalam sekuens nukleotida.
habitat.Gambar 2 merupakan visualisasi hasil Berdasarkan hasil sekuensing, diketahui isolat P-
amplifikasi gen 16S rRNA isolat P-10 pada 10 memiliki urutan basa sebanyak 1.112 bp
konsentrasi gel agarosa 1% dengan seperti yang tertera pada Gambar 3.
menggunakan low mass ladder marker.

M 01

2.000
1.500 bp
bp
1.000 bp
750 bp
500 bp

250 bp

Gambar 2. Visualisasi hasil amplifikasi gen 16S rRNA isolat P-10 pada konsentrasi gel agarosa
1% dengan menggunakan low mass ladder marker (M=marker; 01=P-10)
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

GGCGGGTGCTATAATGCAGTCGAGCGGACAGAAGGGAGCTTGCTCCCGGATGTTAGCGGC
GGACGGGTGAGTAACACGTGGGTAACCTGCCTGTAAGACTGGGATAACTCCGGGAAACCG
GAGCTAATACCGGATAGTTCCTTGAACCGCATGGTTCAAGGATGAAAGACGGTTTCGGCT
GTCACTTACAGATGGACCCGCGGCGCATTAGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGG
CGACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGGGTGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCA
GACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGGAATCTTCCGCAATGGACGAAAGTCTGACGGAGCA
ACGCCGCGTGAGTGATGAAGGTTTTCGGATCGTAAAGCTCTGTTGTTAGGGAAGAACAAG
TGCAAGAGTAACTGCTTGCACCTTGACGGTACCTAACCAGAAAGCCACGGCTAACTACGT
GCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGGTGGCAAGCGTTGTCCGGAATTATTGGGCGTAAAGG
GCTCGCAGGCGGTTTCTTAAGTCTGATGTGAAAGCCCCCGGCTCAACCGGGGAGGGTCAT
TGGAAACTGGGAAACTTGAGTGCAGAAGAGGAGAGTGGAATTCCACGTGTAGCGGTGAAA
TGCGTAGAGATGTGGAGGAACACCAGTGGCGAAGGCGACTCTCTGGTCTGTAACTGACGC
TGAGGAGCGAAAGCGTGGGGAGCGAACAGGATTAGATACCCTGGTAGTCCACGCCGTAAA
CGATGAGTGCTAAGTGTTAGGGGGTTTCCGCCCCTTAGTGCTGCAGCTAACGCATTAAGC
ACTCCGCCTGGGGAGTACGGTCGCAAGACTGAAACTCAAAGGAATTGACGGGGGCCCGCA
CAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCAACGCGAAGAACCTTACCAGGTCTTGAC
ATCCTCTGACAACCCTAGAGATAGGGCTTTCCCTTCGGGGACAGAGTGACAGGGGGTGCA
TGGTTGTCCGCCACCTCCTGTCCTGGAGATGTTGGGGTTAAGTCCCGCAACCCACCGCCA
CCCCTTGACCTTAGTTGCCCACGATTCCATTT

Gambar 3. Urutan basa nitrogen gen 16S rRNA hasil amplifikasi menggunakan primer 27F (A: adenin;
G: guanin; T: timin; C: Citosin)

Urutan basa isolat P-10 dianalisis untuk Gambar 4 merupakan pohon filogenetik dengan
mengetahui homologinya dengan spesies yang menggunakan metode neighbor-joining.
memiliki kemiripan sekuens dengan isolat P-10 Pohon filogenetik dibuat dengan
menggunakan Basic Local Alignment Search membandingkan sekuens isolat P-10 dan
Tool (BLAST).Hasil analisis sekuensing DNA sekuens yang memiliki nilai kemiripan tertinggi
isolat P-10 dengan menggunakan BLAST dengan sekuens P-10 yakni B. pumilus serta
diperoleh hasil bahwa isolat ini memiliki beberapa genus lainnya yang juga merupakan
homologi sebesar 98 % dengan Bacillus kelompok rizobakteri seperti Paenibacillus serta
pumilus.Urutan basa B. pumilus NBRC 12092 dengan spesies Bacillus lainnya yang juga
yang memiliki persentase (98 %) dan nilai mampu menghasilkan senyawa antibakteri.
kemiripan tertinggi dengan urutan basa isolat P- Berdasarkan pohon filogenetik yang tampak
10 dengan gaps 0 %. pada Gambar 4, antara isolat P-10 dengan B.
Pohon filogenetik dibuat untuk pumilus menunjukkan nilai bootstrap 99.
mengetahui hubungan kekerabatan isolat P-10 Kemiripan antara isolat P-10 dengan beberapa
dengan B. pumilus dan bakteri lainnya sebagai spesies Bacillus, diduga dikarenakan adanya
pembanding. Sekuens bakteri pembanding beberapa sifat yang sama, salah satunya yaitu
diperoleh dari database National Center for kemampuannya dalam menghasilkan senyawa
Biotechnology Information (NCBI). Pembuatan antibakteri. Foldes et al. (2000), menjelaskan
pohon filogenetik dilakukan dengan pula beberapa anggota genus Bacillus
menggunakan software Mega 5.0 dan memproduksi senyawa antibakteri beragam,
dikontruksi dengan cara test neighbor-joining contohnya antibiotik.
tree serta diuji menggunakan metode bootstrap.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

75 Bacillus_subtilis
99 Bacillus_amyloliquefaciens
44
Bacillus_licheniformis
95 Bacillus_firmus
Bacillus_megaterium

43 P-10
89
99 Bacillus_pumilus
Paenibacillus_thiaminolyticus
Paenibacillus_timonensis
70
41 Paenibacillus_glucanolyticus
55 Paenibacillus_peoriae
Xanthomonas_oryzae
Xanthomonas_campestris
99
67 Pseudomonas_hibiscicola
98 Pseudomonas_geniculata
Volvariella_volvacea

0.1

Gambar 4. Pohon filogenetik berdasarkan perbandingan gen 16S rRNA menggunakan Neighbor-joining
dengan uji bootstrap 500 dan Volvariella volvacea sebagai outgroup

Karakterisasi isolat secara mikrobiologi terbentuk setelah kultur bakteri diteteskan 3 %


dan biokimia dapat dilakukan sebagai H2O2 yang membuktikan bahwa isolat ini
konfirmasi dari identifikasi isolat secara memiliki enzim katalase yang mampu mengubah
molekuler. Karakterisasi secara biokimia peroksida menjadi gas dan air.
terhadap isolat P-10 dilakukan dengan
menggunakan beberapa kriteria sifat B. pumilus
berdasarkan Bergey’s Manualof Determinative Tabel 3. Karakteristik biokimia B. pumilus dan isolat
Bacteriology (Breed et al., 1957). Tabel 3 P-10
merupakan karakteristik biokimia B. pumilus
Karakteristik B. pumilus P-10
dan isolat P-10.
Bacillus memiliki karakteristik Pewarnaan Gram + +
diantaranya yaitu, berbentuk batang, pembentuk Bentuk Sel Batang Batang
spora, kebanyakan motil dan dibedakan
Letak Endospora Central Central
berdasarkan metabolismenya. B. pumilus
memiliki karakteristik yaitu katalase positif, Katalase + +
tidak menghasilkan gas pada glukosa, hidrolisis Motilitas + +
pati negatif (Slepecky & Hemphill, 2006). B. Hidrolisis pati - -
pumilus memiliki endospora yang terletak
Produksi Gas dari - -
central (Doi, 1992; Hatmanti, 2000). Glukosa
Hasil pewarnaan gram seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5 menunjukkan Keterangan : Tanda + menunjukkan hasil uji positif
bahwa isolat P-10 adalah bakteri gram positif Tanda – menunjukkan hasil uji negatif
dan berbentuk batang (basil) dengan letak
endospora di tengah. Hasil uji katalase pada
isolat P-10 menunjukkan adanya gas yang
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

Tumbuhnya isolat P-10 pada daerah BPS. 2013. Laporan bulanan data sosial
tusukan medium semisolid menunjukkan bahwa ekonomi. Sensus pertanian edisi 40: 1-
isolat P-10 bersifat motil yang ditunjukkan 116.
Breed, R. S., E.G.D.Muray, dan N.R.Smith.
dengan pergerakannya di sekitar daerah tusukan.
1957. Bergey’s Manual of
Brown (2012), menjelaskan bahwa kebanyakan Determinative Bacteriology. The
Bacillus sp. bersifat motil dengan adanya Wiliams & Wilkins Company, USA.
flagella. Isolat P-10 tidak pula menghasilkan Brown, A. E. 2012. Benson’s Microbiology
enzim amilase sehingga tidak dapat Applications: Laboratory Manual in
menguraikan molekul pati. Isolat P-10 tidak pula General Microbiology. McGraw-Hill
menghasilkan gas dalam medium glukosa. Inc., New York.
Djatmiko, H. A., B. Prakoso dan N.
Prihatiningsih. 2011. Penentuan prototip
dan keanekaragaman genetik
Xanthomonas oryzae pada tanaman padi
di wilayah Karesidenan Banyumas. J.
HPT. Tropika 11 (1): 35-36.
Fitri, L., dan B. M. Bustam. 2010. Screening of
b antimicrobial producing strains isolated
a
from the soil of grassland rhizosphere in
Pocut Meurah Intan Forest Park,
Gambar 5. a. Sel vegetatif isolat P-10 Seulawah, Aceh besar. Biodiver. 11 (3):
b. Endospora isolat P-10 129-132.
Foldes, T., I. B., Z. Herpai, L. Varga, dan J.
Szigeti. 2000. Isolation of Bacillus
strain from the rhizosphere of cereals
SIMPULAN
and in vitro screening for antagonism
Hasil isolasi tanah rizosfer dari against phytopathogenic, food-borne
tanaman padi diperoleh dua puluh isolat pathogenic and spoilage micro-
rizobakteri pembentuk endospora. Isolat P- organisms. J. App. Microbiol. 89: 840-
10 merupakan isolat yang mempunyai 846.
kemampuan terbesar dalam menghambat Hassi, M., S. David, A. Haggoud, S. E.
pertumbuhan fitopatogen X. oryzae dengan Guendouzi, A. E. Ouarti, S. I. Souda,
zona hambat sebesar 18,89 mm. Hasil dan M. Iraqui. 2012. In vitro and
identifikasi molekuler menggunakan gen intracellular antimycobacterial activity
of a Bacillus pumilus strain. Afr. J.
16S rRNA menunjukkan bahwa isolat P-10
Microbiol. Res. 6 (10): 2299-2304.
merupakan Bacillus pumilus. Isolat P-10 Hatmanti, A. 2000. Pengenalan Bacillus spp.
memiliki karakteristik morfologi dan Oseano. 25 (1): 31-41.
biokimia yang sama pula dengan B. pumilus. Hiss, P. J. 1905. Contribution of physiological
differentiation of Pneumococcus and
Streptococcus and to methos of staining
DAFTAR PUSTAKA capsule. J. Exptl. Med. 6: 317-345.
Janda, J. M., dan S .L. Abbott. 2007. 16s rRNA
Agustiansyah. 2011. Perlakuan benih untuk
gene sequencing for bacterial
perbaikan pertumbuhan tanaman, hasil,
identification in the diagnostic
dan mutu benih padi serta pengendalian
laboratory: pluses, perils, and pitfalls. J.
penyakit hawar daun bakteri dan
Clin. Microbiol. 45 (39): 2761-2764.
pengurangan penggunaan pupuk fosfat.
Mahartha, K. A., K. Khalimi, dan G. N. Alit.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
2013. Uji efektivitas rhizobakteri
Allabouvette, C., C. Olivain, dan C. Steinberg. sebagai agen antagonis terhadap
2006. Biological control of plant Fusarium oxysporum f.sp. capsici
diseases: the Eurepoan situation. Europ. penyebab penyakit layu Fusarium pada
J. Pla. Pathol. 114: 329-341. tanaman cabai rawit (Capsicum
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

frutescens L.). E-Jur. Agroekotek. Trop. Ryu, Choong-Min., J. Kim, O. Choi, Soo-Young
2 (3): 145-154. Park, Seung-Hwan Park, dan Chong-
Mulyani, Y., A. Purwanto, dan I. Nurruhwati. Seuk Park. 2005. Nature of root-
2010. Perbandingan beberapa metode associated Paenibacillus polymyxa from
isolasi DNA untuk deteksi dini KOI field-grown winter barley in Korea. J.
Herpes Virus (KHV) pada ikan mas Microbiol. Biotechnol 15 (5): 984-
(Cyprinus carpio L.). Artikel. Fakultas 991.
Perikanan dan Ilmu Kelautan Salle, A. J. 1993. Fundamental Principles of
Universitas Padjajaran. Bandung. Bacteriology. McGraw-HillInc., New
Musapa, M., T .Kumwenda, M. Mkulama, S. York.
Chishimba, D. E. Noris, P. E. Thuma, Sambrook, J., E. F. Fritsch, dan T. Maniatis.
dan S. Mharakurwa. 2013. A simple 1989. Molecular Cloning. Cold Spring
chelex protocol for DNA extraction Harbor Press, Texas.
from Anopheles spp. J. Vis. Exp. 71: 1- Slepecky, R. A., dan E. Hemphill. 2006. The
7. genus Bacillus-nonmedical. Prokar. 4:
Osborne, C. A., M. Galic, P. Sangwan, dan P. H. 530-562.
Jansen. 2005. PCR generated artifact Suryana, A. dan Hermanto. 2004. Kebijakan
from 16S rRNA gene-specific primers. Ekonomi Perbesaran Nasional. Badan
FEMS Microbiol. Lett. 248: 183-187. Litbang Pertanian. Jakarta.
Priest, F., dan B. Austin. 1993. Modern Wahyudi, A. T., S. Meliah dan A. A.
Bacterial Taxonomy. Chapman and Nawangsih. 2011. Xanthomonas oryzae
Hall, London. pv. oryzae bakteri penyebab hawar daun
Radjasa, O.K., Urakawa, K. Kita-Tsukamoto, pada padi: isolasi, karakterisasi, dan
dan Ohwada. 2001. Characterization of telaah mutagenesis dengan transposon.
psychrotrophic bacteria in the surface Makara Sains 15 (1): 89-96.
and deep-sea waters from northwestern Walsh, P. S., Metzger, dan Higuchi. 2013.
Pacific Ocean based on 16S ribosomal Chelex 100 as a medium for simple
DNA approach. Mar. Biotechnol. 3:454- extraction of DNA for PCR-based
462. typing from forensic material. Biotech.
54 (3): 134-139.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 7-17

Anda mungkin juga menyukai