Anda di halaman 1dari 16

PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN CABAI YANG DISEBABKAN OLEH

BAKTERI LAYU (Ralstonia solanacearum)

PAPER

OLEH:

I MADE JOSUA
170301030
AGROTEKNOLOGI-IA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN CABAI YANG DISEBABKAN OLEH
BAKTERI LAYU (Ralstonia solanacearum)

PAPER

OLEH:

I MADE JOSUA
170301030
AGROTEKNOLOGI-IA

Paper sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium

Mikrobiologi Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Diperiksa Oleh: Diperiksa Oleh:


Asisten Koordinator Asisten Korektor

(Tony Arya Dharma) (Irena Santy Waruwu)


Nim:130301115 Nim:130301023

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah Penyakit Layu pada Tanaman Cabai

yang Disebabkan Oleh Bakteri (Ralstonia solanacearum) yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Mikrobiologi

Program Agroteknologi Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dosen penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi yaitu:

Irda Safni, SP, M.Si serta abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat dibutuhkan

demi kebaikan penulis mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga paper ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penulisan

Kegunaan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN CABAI YANG DISEBABKAN


OLEH BAKTERI LAYU (Ralstonia solanacearum)

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikroba merupakan organisme berukuran kecil yang sulit untuk dilihat

tanpa menggunakan peralatan bantu. Banyak diantara mikroba yang memiliki

kemiripan bentuk dan sifat sehingga tidak mudah untuk mempelajarinya.

Diperlukan ketelitian dan kesabaran untuk mempelajari mikroba. Salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk mempelajari mikroba adalah

denganmengidentifikasinya. Ada empat tahapan yang harus dilaksanakan apabila

hendak melakukanidentifikasi mikroba, yaitu inokulasi, inkubasi, isolasi dan

identifikasi. Keempat tahapan ini dilaksanakan secara sistimatis dan benar

sehingga mikroba dapat teridentifikasi(Rahadian, dkk, 2014).

Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang populasinya sangat besar

dan kompleks. Spesiesnya yang berjumlah ratusan terdapat di bagian-bagian

tubuh manusia, makanan, hewan dan lain-lain. Bukan hanya terdapat pada

mahluk hidup, mikroorganisme juga terdapat ditanah, air dan udara. Dalam

kehidupan terkadang kita membutuhkan suatu mikroorganisme tertentu untuk

diisolasi atau dibiakkan. Misalnya, bila hendak mengisolasi bakteri dari tanah/

benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair lain, maka

dilakukan serangkaian pengenceran (dilution series) terhadap zat tersebut.

(Rudin, 2015).

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.

Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil

(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa

kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan

industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel,

dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang

menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih

kompleks(Putri, dkk, 2015).

Mikroba merupakan Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut

sebagai mikroba ataumikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai

mikroba bukan hanyakarena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan

mata biasa, tetapi jugapengaturan kehidupannya yang lebih sederhana

dibandingkan dengan jasad tingkattinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad

yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuranmikroba biasanya dinyatakan dalam

mikron, 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat

dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang

berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar(Ardiansyah, 2015).

Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan

menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan

organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat

menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia.

Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme akuatik

perlu dipelajari supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya (kapasitas

jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (patogen)

jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan atau

antisipasi infeksi bakteri tersebut(Humairah, 2014).


Tujuan Penulisan

Adapun tujan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui gejala dan

ciri-ciri tanaman cabai yang terserang oleh bakteri (Ralstonia solanacearum) dan

cara pengendaliannya.

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk mengikuti praktikum diLaboratorium Mikrobiologi Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta sebagai

sumber informasi atau bahan bacaan bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Cabai (Capsicum Annuum L) tergolong Kingdom Plantae dengan, Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua /

dikotil), Ordo: Solanales, Famili : Solanaceae (suku terung-terungan), Genus:

Capsicum, Spesies: Capsicum annum L. Cabai merupakan komuditas sayuran

yang dapat dipasarkan dalam bentuk olahan dan memiliki nilai ekonomis yang

cukup tinggi serta prospek pasar yang menarik. Oleh Karena itu pada umumnya

usaha tani tanaman cabai dikelola petani secara intensif dengan harapan

memperoleh hasil dengan jumlah yang sangat banyak serta harga yang memadai.

Namun untuk menghasilkan cabai berkualitas bagus tidak terlepas dari perawatan

rutin yang harus dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar tanaman cabai terhindar

dari organisme pengganggu tanaman ( OPT ), salah satunya hama(Faradila, 2016).

Penyakit adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari

tumbuhan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik secara terus-

menerus. Pada umumnya penyakit disebabkan oleh jasad renik, mikroba,

dan mikroorganisme yaitu jamur, virus dan bakteri serta nematode. Adanya

penyakit yang diderita tanaman dapat menyebabkan tanaman tidak bisa

memberikan hasil yang baik secara kualitas dan kuantitas (Putri,

2011).

Melihat nilai penting dan nilai ekonomis dari cabai di Indonesia tentu

budidaya tanaman ini sangat diperlukan dalam memenuhi permintaan konsumen.

Hanya saja seperti yang diketahui budidaya tanaman cabai memiliki risiko yang

tinggi. Gangguan hama dan penyakit sering menyebabkan petani tanaman cabai
mengalami penurunan hasil produksi sehingga merugikan para petani cabai.

Dalam hal ini, pengetahuan tentang bagaimana cara pengendalian hama dan

penyakit tersebut dengan benar sangat diperlukan sehingga diperoleh hasil

produksi semaksimal mungkin. Serangan penyakit pada tanaman cabai dapat

menurunkan hasil produksi, jika serangan parah dapat mengakibatkan gagal panen

sehingga menimbulkan kerugian total bagi para petani cabai. Patogen yang sering

menyerang tanaman adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran

spora yang tersebar melalui media udara, air serta tanah. Penyakit yang timbul

juga dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa(Audiva W, 2016).

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan komoditas yang memiliki nilai

ekonomi yang tinggi di Indonesia dan diusahakan secara komersial baik dalam

skala besar maupun kecil. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-

terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua

Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika,

Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe

pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang

sebagian besar hidup di negara asalnya. Daerah-daerah sentra pertanaman cabai di

Indonesia tersebar dari Sumatra utara sampai Sulawesi selatan dengan rata-rata

total produksi cabai di sentra pertanaman berkisar 841.015 ton per tahun. Dalam

budidaya cabai selalu menghadapi kendala. Salah satunya adalah penyakit tanam.

(Harman, 2014).

Patogen penyebab penyakit layu adalah bakteri Ralstonia solanacearum

SmithYabuuchi. Nama tersebut mengalami beberapa kali perubahan, sebagai hasil

kajian molekuler yang didasarkan pada analis DNA bakteri. Semula bakteri
tersebut dinamakan Bacillus solanacearum, kemudian menjadi Burkholderia

solanacearum, berubah menjadi Pseudomonas solanacearum) adalah Ralstonia

solanacearum. Secara taksonomi bakteri tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:

Bangsa: Bakteri

Filum : Proteobakteria

Klas : Betaproteobakteria

Ordo : Burkholderiales

Famili : Burkholderiaceae

Marga : Ralstonia

Spesies :Ralstonia solanacearum

R. solanacearum termasuk kelompok bakteri Gram negatif, morfologi sel

berbentuk batang pendek, sel tunggal berukuran 0,50,7 x 1,52,0 m, tidak

membentuk spora, dan tidak berkapsul(Rahayu, 2009).


PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN CABAI YANG DISEBABKAN OLEH

BAKTERI LAYU (Ralstonia solanacearum)

Pengertian Layu Pada Tanaman Cabai

Layu bakteri merupakan salah satu penyakit yang sangat merusak pada

tanaman cabai. Penyakit tersebut sering mengakibatkan kehilangan hasil karena

tanaman cabai yang banyak mati sampai 90% sehingga petani cabai sangat

dirugikan. Penyakit layu bakteri menyerang sistem perakaran tanaman cabai.

Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak dan akhirnya menyebabkan

kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Gejala yang dapat diamati

secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman, mulai dari bagian

pucuk, kemudian menjalar keseluruh bagian tanaman. Daun menguning dan

akhirnya mengering serta rontok (Sastrahidayat, 1990). Sangat dianjurkan untuk

menggunakan galur yang resisten dalam upaya mendapatkan galur cabai besar

yang tahan terhadap antraknosa maupun layu bakteri, maka perlu dilakukan

pengujian tentang ketahanan alami galur cabai terhadap penyakit antraknosa dan

layu bakteri. Karena hasil pengujian ketahanan galur cabai besar sering tidak

konsisten, walaupun menggunakan galur yang sama(Palupi, dkk, 2014).

Akibat Penyakit Layu

Salah satu penyebab tidak tercapainya potensi hasil cabai adalah karena

serangan hama dan penyakit. Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) merupakan

penyakit utama yang menyerang pertanaman cabai. Faktor biotik dan abiotik

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan berdampak pada

potensi hasil. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai


adalah faktor varietas dengan daya hasil rendah dan adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT) yaitu hama, penyakit, dan gulma. Layu bakteri

(Ralstonia solanacearum) merupakan penyakit yang dominan menyerang

pertanaman cabai(Ningtyas, dkk, 2014).

Cara Penanggulangan

Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum

merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya cabai. Penyakit ini sulit

dikendalikan karena tergolong patogen tular tanah dan mempunyai kisaran inang

yang sangat luas. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, tetapi penyakit ini

masih menjadi kendala. Oleh karena itu, alternatif pengendalian secara hayati

perlu dipertimbangkan untuk menekan penyakit layu bakteri pada cabai, salah

satunya Bacillus spp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab

penyakit layu pada tanaman cabai, mengetahui efektivitas agens hayati Bacillus

spp. terhadap penyakit layu bakteri R. solanacearum pada cabai(Aini, 2007).

Daerah Tempat Peredaran Bakteri

Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tanaman tular tanah

yang banyak ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang secara alami

menginfeksi perakaran dan memperbanyak diri di dalam jaringan xylem. Bakteri

ini memiliki kisaran inang yang sangat luas semenjak spesies tanaman yang rentan

terhadap patogen ini telah diamati terjadi pada ratusan spesies tanaman dari

sekitar 50 famili tanaman. Sebuah studi yang dilakukan di India menunjukkan

bahwa layu bakteri dapat menimbulkan kerugian hingga 90% pada tomat selama

musim panas. Setiap tahun, 15% dari lahan di Carolina Selatan, Amerika Serikat
dipengaruhi oleh layu bakteri. Kehilangan hasil akibat penyakit ini telah

diperkirakan berkisar 1-5% (Saputra, dkk, 2015).

Gejala Serangan

Pada tanaman tua, layu pertama biasanya terjadi pada daun yang terletak

pada bagian bawah tanaman. Pada tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada

daun bagian atas tanaman. Setelah beberapa hari gejala layu diikuti oleh layu yang

tiba-tiba dan seluruh daun tanaman menjadi layu permanen, sedangkan warna

daun tetap hijau, kadang-kadang sedikit kekuningan. Jaringan vaskuler dari batang

bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Bila batang atau akar dipotong

melintang dan dicelupkan ke dalam air yang jernih, maka akan keluar cairan keruh

koloni bakteri yang melayang dalam air menyerupai kepulan asap. Serangan pada

buah menyebabkan warna buah menjadi kekuningan dan busuk. Infeksi terjadi

melalui lentisel dan akan lebih cepat berkembang bila ada luka mekanis. Penyakit

berkembang dengan cepat pada musim hujan(Meilin, 2014).

Gambar. Layu pada cabai merah


Pengendalian

(1).Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat dan sanitasi

dengan mencabut dan memusnahkan tanaman sakit. (2).Dianjurkan memanfaatkan

agen antagonis Trichoderma spp. Dan Gliocladium spp. Yang diaplikasikan

bersamaan dengan pemupukan dasar. (3).Penggunaan bakterisida sesuai anjuran

sebagai alternatif terakhir(Meilin,2014).


KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari paper ini adalah:

1. Cabai (Capsicum Annuum L) tergolong Kingdom Plantae dengan, Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping

dua / dikotil), Ordo: Solanales, Famili : Solanaceae (suku terung-

terungan), Genus: Capsicum, Spesies: Capsicum annum L.

2. Penyakit adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari tumbuhan

tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik secara terus-menerus.

Pada umumnya penyakit disebabkan oleh jasad renik, mikroba, dan

mikroorganisme yaitu jamur, virus dan bakteri serta nematode.

3. Melihat nilai penting dan nilai ekonomis dari cabai di Indonesia tentu

budidaya tanaman ini sangat diperlukan dalam memenuhi permintaan

konsumen.

4. Daerah-daerah sentra pertanaman cabai di Indonesia tersebar dari Sumatra

utara sampai Sulawesi selatan dengan rata-rata total produksi cabai di

sentra pertanaman berkisar 841.015 ton per tahun.

5. Patogen penyebab penyakit layu adalah bakteri Ralstonia solanacearum

SmithYabuuchi. Nama tersebut mengalami beberapa kali perubahan,

sebagai hasil kajian molekuler yang didasarkan pada analis DNA bakteri.

6. Salah satu penyebab tidak tercapainya potensi hasil cabai adalah karena

serangan hama dan penyakit. Layu bakteri (Ralstonia solanacearum)

merupakan penyakit utama yang menyerang pertanaman cabai. Faktor


biotik dan abiotik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

dan berdampak pada potensi hasil.

7. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum

merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya cabai.

8. Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tanaman tular tanah

yang banyak ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang secara alami

menginfeksi perakaran dan memperbanyak diri di dalam jaringan xylem.

9. Gejala awal tanaman terkena bakteri Ralstonia solacearum adalah Pada

tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun bagian atas tanaman.

10. Cara pengendaliannya: (1).Kultur teknis dengan pergiliran tanaman,

penggunaan benih sehat dan sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan

tanaman sakit. (2).Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis

Trichodermaspp. Dan Gliocladium spp. Yang diaplikasikan bersamaan

dengan pemupukan dasar. (3).Penggunaan bakterisida sesuai anjuran

sebagai alternatif terakhir.

Anda mungkin juga menyukai