PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang
mempunyai gizi yang tinggi dengan kandungan karbohidrat, vitamin A, C dan mineral yang
cukup besar, sehingga beberapa masyarakat pada daerah tertentu, khususnya bagian timur
Indonesia menjadikan ubi jalar sebagai makanan pokok. Selain sebagai sumber bahan
pangan, ubi jalar juga merupakan sumber bahan baku industri dan pakan ternak (Pinontoan,
O. R., dkk., 2011). Tanaman ini diduga berasal dari Benua Amerika dan menyebar ke seluruh
dunia terutama negara-negara beriklim tropis pada abad ke 16. Orang-orang Spanyol
menyebarkannya ke kawasan Asia terutama Pilipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan
penghasil ubi jalar terbesar mencapai 85% dari yang dihasilkan dunia (Rubatzky dan Mas
Yamaguchi, 1998 dalam Nasir, M., 2011). Pada tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke
hampir setiap daerah Indonesia dan pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil
ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara (Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tanpa tahun; Polatu,
A., 2011).
Menurut Suprapti (2003) dalam Polatu, A. (2011), tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri,
yaitu susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi dengan
batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku, lalu tipe pertumbuhan
tegak dan merambat atau menjalar dengan panjang batang tipe tegak 1 m-2 m, sedangkan tipe
merambat 2 m-3m. Syarat tumbuh tanaman ubi jalar, yaitu tanaman ini membutuhkan hawa
panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah
daerah yang bersuhu 21-27oC, dengan lama penyinaran 11-12 jam/hari Pertumbuhan dan
produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di
tanah yang kering (tegalan) dengan waktu tanam yang baik pada waktu musim hujan, sedang
pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi di panen. Menurut
Zuraida dan Supriyati (2001) dalam Sari, F. C. W. (2008), tanaman ubi jalar pada umumnya
ditanam secara monokultur, tetapi tidak jarang petani menerapkan sistem tumpangsari ubi
jalar, yaitu tumpangsari dengan tanaman pangan lain seperti kacang hijau, kedelai, kacang
tanah dan jagung. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun. Untuk media tanam, hampir setiap jenis
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah
pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah
terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah
becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil,
ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol. pH yang optimum untuk
penanaman ubi jalar adalah sekitar 5,5-7,5. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas
terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di
Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat
tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah (Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
tanpa tahun).
Luas lahan dan panen ubi jalar di Indonesia diperkirakan sekitar 230.000 Ha dengan
produktifitas sekitar 10 ton/Ha (Sarwono, 2011 dalam Pinontoan, O. R., dkk., 2011). Produksi
ubi jalar di Indonesia masih sangat rendah, di tingkat petani baru mencapai 10 t/ha,
sedangkan di tingkat penelitian ubi jalar mampu memberikan hasil 25-30 t/ha. Penghasil ubi
jalar di Indonesia adalah Jawa 45%, Sumatera 9%, Nusa Tenggara Timur 11% dan Irian Jaya
7% (Brotonogoro dan Staveren, 1985 dalam Nasir, M., 2011). Akan tetapi, dalam usaha
peningkatan produksi tanaman seringkali dihadapkan adanya gangguan hama dan penyakit.
Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi
dengan baik (Kristanto, S., Sutjipto, dan Soekarto, 2013; Sastrosiswojo, S., Uhan, T.S., dan
Sutarya, R., 2005).
Salah satu varietas ubi jalar yang tumbuh di Indonesia, yaitu varietas Cilembu. Hal
yang menjadikan ubi Cilembu sangat istimewa adalah ubi ini memiliki rasa yang khas, yaitu
lebih manis dan legit bila dibandingkan dengan ubi jalar jenis lain, sehingga ubi Cilembu
banyak digemari oleh masyarakat dan mempunyai peluang bisnis yang menjanjikan serta
mendatangkan keuntungan yang besar (Wijanarko, Y., 2007).
Pada praktikum mengenai pengendalian terpadu hama dan penyakit tanaman pada
komoditas ubi jalar yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober dan 3 November ini, dilakukan
metode pengumpulan data berupa wawancara terhadap petani sebagai responden sebanyak 4
petani dari wilayah yang berbeda, yaitu Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, lalu Desa
Cileles dan Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
Pada praktikum ini, dilakukan analisis terhadap kondisi agroekosistem, hama dan penyakit
serta cara pengendliannya, sejarah ledakan hama dan epidemi penyakit, komponen
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
pengendalian, analisis usaha tani, kelembagaan, hingga persepsi petani sebagai responden
mengenai cara pengendalian yang ramah lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan praktikum ini, yaitu:
1. Bagaimanakah kondisi agroekosistem pada lokasi praktikum?
2. Apakah hama dan penyakit yang menyerang tanaman ubi jalar pada lokasi
praktikum dan bagaimanakah cara pengendaliannya?
3. Bagaimanakah sejarah ledakan hama dan epidemi penyakit pada pertanaman ubi
jalar di lokasi praktikum?
4. Bagaimanakah komponen pengendalian dalam pertanaman ubi jalar di lokasi
praktikum, analisis usaha tani, kelembagaan, serta presepsi petani sebagai
responden mengenai cara pengendalian ramah lingkungan?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat penulisan laporan praktikum dalam mata kuliah
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu yang berjudul Laporan Praktikum Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu serta mengetahui halhal yang berkaitan dengan pengendalian terpadu hama dan penyakit pada komoditas ubi jalar
pada lokasi praktikum dengan melakukan analisis mengenai kondisi agroekosistem, hama
dan penyakit serta cara pengendaliannya, sejarah ledakan hama dan epidemi penyakit,
komponen pengendalian, analisis usaha tani, kelembagaan, hingga persepsi petani sebagai
responden mengenai cara pengendalian yang ramah lingkungan melalui metode wawancara
kepada petani sebagai responden dalam tiga daerah yang berbeda, yaitu Desa Cilembu
(Kecamatan Pamulihan), Desa Cileles, dan Desa Sayang (Kecamatan Jatinangor), Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
2.1. Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat
Secara umum kondisi geografis, batas wilayah, potensi umum, topografi Desa Cilembu,
dapat disajikan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Luas Wilayah
: 352,2 Ha, dari luas 5.785 Ha pada kecamatan Pamulihan
Jumlah KK
: 975 KK
Ketinggian Wilayah. : 600 mdpl
Kontur Tanah
: Perbukitan
Curah Hujan
: 200/400 mm per 6 bulan
Suhu Rata-Rata
: 28 C
Jarak ke ibu kota kecamatan : 6 km
Jarak ke ibu kota kabupaten : 15 Km
Jarak ke ibu kota provinsi
: 30 Km
Batas wilayah:
1. Sebelah utara
2. Sebelah selatan
3. Sebelah timur
4. Sebelah barat
: Hitam
2. Tekstur tanah
: Lempungan
: 30o
: 0.5 ha
: 0,5 ha
: 0,2 ha
: 0,0264 ha
l. Topografi
1. Desa/kelurahan dataran rendah
34 ha
2. Desa/kelurahan berbukit-bukit
: 191 ha
m. Letak
1. Desa/kelurahan bantaran sungai
: 0,5 ha
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
: 0,5 ha
: 0,0265 ha
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Luas semua wilayah desa Cileles adalah 320 Ha, terdiri dari:
a. Tanah Sawah
: 63,71 ha
b. Tanah Kering
: 94,60 ha
c. Tanah perkebunan
: 3 ha
d. Tanah fasilitas Umum : 0,79 ha
e. Tanah lainnya
: 157,90 ha
C. Letak geografis:
Cileles terletak antara 618'-700' Lintang Selatan dan 10525'-10630' Bujur
Timur. Cileles berbatasan dengan Desa Cilayung di utara, Desa Kutamandiri di
timur, Desa Hegarmanah di selatan, dan Desa Cikeruh di barat. Desa ini terdiri
dari 4 dusun dengan 9RW dan 35 RT.
D. Topografi tempat:
Ditinjau dari aspek lingkungan fisik, terletak pada ketinggian 700 mdpl, dengan
topografi wilayah berupa dataran medium.
E. Jenis atau golongan tanah, yaitu tanah ultisol
F. Tingkat kesuburan tanah, yaitu baik
G. Data iklim
a. Suhu rata-rata harian sebesar 23-280C
b. Kelembaban rata-rata harian 78,3 %
c. Curah hujan sebesar 2000 mm/th, dengan jumlah bulan hujan sebanyak 7
bulan (Nainggolan, S. A., dkk., tanpa tahun).
2.2.1. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Pak Rosidin
b. Umur
: 50 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas (SMA)
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
e. Pekerjaan Sampingan
: Bertani ubi jalar
f. Pekerjaan istri
: Guru Sekolah Dasar (SD)
g. Tanggungan keluarga
: 4 orang
2.2.2. Kondisi Agroekosistem
a.
Jenis lahan
: Lahan kering
b.
Luas lahan
: 500 m2
c.
Status kepemilikan lahan
: Pemilik
d.
Kondisi lokasi lahan
:
- Ketinggian tempat
: Dataran medium (700 mdpl)
- Topografi
: Dataran medium
e.
Kondisi Tanah
:
- Tekstur tanah
: Halus
- Jenis tanah
: Ultisol
f.
Sistem tanam
: Monokultur
- Jenis tanaman utama
: Ubi jalar
- Jenis tanaman sekunder
:g.
Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman
: Ubi jalar, Kacang-kacangan, dan
Jagung
h.
Jenis tanaman/tumbuhan yang berbatasan
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
:
: Kacang
: Jagung
: Padi
: Jagung
i.
:
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
- Suhu harian rata-rata
: 23-280C
- Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : Kelembaban rata-rata harian 78,3
%/curah hujan sebesar 2000 mm/th,
dengan jumlah bulan hujan sebanyak 7
bulan.
2.2.3. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Maman Lukmana
b. Umur
: 58 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Menengah Pertama (SMP)
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Agropreneur Ubi Jalar Cilembu
e. Pekerjaan Sampingan
:f. Pekerjaan istri
: Ibu Rumah Tangga
g. Tanggungan keluarga
: 4 orang
2.2.4. Kondisi Agroekosistem
a.
Jenis lahan
: Lahan kering
b.
Luas lahan
: 700 m2
c.
Status kepemilikan lahan
: Pemilik
d.
Kondisi lokasi lahan
:
- Ketinggian tempat
: Dataran medium (700 mdpl)
- Topografi
: Dataran medium (berbukit)
e.
Kondisi Tanah
:
- Tekstur tanah
: Halus
- Jenis tanah
: Ultisol
f.
Sistem tanam
: Monokultur
- Jenis tanaman utama
: Ubi jalar
- Jenis tanaman sekunder
:g.
Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman
: Ubi jalar, Tomat, Ubi kayu dan Jagung
h.
Jenis tanaman/tumbuhan yang berbatasan
dengan lahan yang diamati
:
- Sebelah barat
: Ubi jalar
- Sebelah timur
: Tomat
- Sebelah selatan
: Ubi jalar
- Sebelah utara
:i.
Kondisi lingkungan
:
- Musim
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
- Suhu harian rata-rata
: 27-280C
- Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : Kelembaban rata-rata harian 78,3
%/curah hujan sebesar 2000 mm/th,
dengan jumlah bulan hujan sebanyak 7
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
bulan.
2.3. Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
Desa Sayang teletak pada Kelurahan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mekargalih,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibeusi, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Cipacing dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikeruh. Desa Sayang terdiri dari 13
Rukun Warga (RW) dan 48 Rukun Tetangga , dibagi menjadi 3 Dusun yaitu Dusun 1 meliputi
RW 01,02,03,04. Dusun 2 meliputi RW 05,06,07,08,09 dan Dusun 3 meliputi RW 10,11,12
dan 13. Luas wilayah desa ini kuang lebih 270 Ha yang terdiri dari berbagai kependudukan,
yang pertama adalah tempat pemukiman, kedua lahan pertanian, ketiga tempat jasa dan
perdagangan, keempat sebagai tempat industri kecil dan menengah. Wilayah ini memiliki
ketinggian 400-600 M dpl, dengan jenis tanah inceptisol yang bertekstur kasar. Suhu udara
rata-rata di desa ini, yaitu 230-270C dengan banyaknya curah hujan 241 mm/tahun (Hatta, M.,
2011).
2.3.1. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Ibu Romlah
b. Umur
: 52 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Dasar
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Petani
e. Pekerjaan Sampingan
: Pejual kelontong
f. Pekerjaan istri (suami)
: Pejual kelontong dan pekerja bangunan
g. Tanggungan keluarga
: 3 orang
2.3.2. Kondisi Agroekosistem
a.
Jenis lahan
b.
Luas lahan
c.
Status kepemilikan lahan
d.
Kodisi lokasi lahan
Ketinggian tempat
e.
f.
g.
h.
i.
Topografi
Kondisi Tanah
- Tekstur tanah
- Jenis tanah
Sistem tanam
Jenis tanaman utama
Jenis tanaman sekunder
Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman
: Sawah
: 2.800 m2
: Sewa
:
: Dataran rendah (< 700 mdpl), yaitu
sekitar 400-600 mdpl
: Dataran rendah
:
: Kasar
: Inceptisol, bertekstur kasar dengan
kadar pasir 60 %
: Monokultur
: Ubi jalar
:: Padi (3 bulan sekali) jagung (3 bulan)
ubi jalar (4 bulan sekali)
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
j.
:
: - (jalan raya)
: - (jalan raya)
: - (jalan raya)
: - (jalan raya)
:
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
Suhu harian rata-rata
: 230-270C
Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : Curah hujan 241 mm/tahun
BAB III
Jenis Hama
Jenis
tanaman
Tanaman/tumbuhan
yang
Gejala kerusakan
diserang
1.
Belalang
Ubi jalar
Daun
Hama Boleng
2.
(Lanas) (Cylas
formicarius
Fabr.)
lubang-lubang kecil
Ubi
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
=
Jadi, intensitas kerusakan/populasi hama dominan (belalang) pada pertanaman
ubi jalar, yaitu sekitar 44,44%.
Data Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman
No.
Jenis Penyakit
Jenis
Tanaman/tumbuhan
Bagian
tanaman yang
Gejala kerusakan
diserang
Bercak pada umbi
berdiameter 0,5
1.
Busuk umbi
Ubi jalar
cm, agak
Umbi
mengendap,
berwarna cokelat,
dan berbentuk bulat.
No.
1.
Jenis Musuh
Ditemukan pada
Alami
bagian tanaman
Laba-laba
Di permukaan
kecil
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
10
tanaman)
3.1.2. Sejarah Ledakan Hama dan Epidemi Penyakit
No.
Jenis
Hama/Penyakit
-
Kapan terjadinya
Belum pernah
terjadi
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
11
Keterangan
a.
Hasil Survey
Benih berasal dari hasil panen pada
musim sebelumnya.
Varietas yang digunakan adalah
Cilembu (wirancik)
b.
Perlakuan benih
Pengolahan tanah
a. Setelah panen, berapa lama
c.
setelah diolah?
Pemupukan
a. Pupuk dasar: jenis, dosis,
d.
kapan diaplikasikan
b. Pupuk susulan: jenis, dosis,
kapan diaplikasikan
e.
f.
g.
h.
Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)
kompos secukupnya.
20 cm x 60 cm
Tadah hujan
musim)
Drainase (buruk/sedang/baik)
Baik
Sanitasi
a. Penanganan gulma: cara dan
kapan dilakukan
b. Penanganan tanaman/sisa
i.
tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir
lahan/diambil dan
a. Dilakukan penyiangan 1 2
bulan sekali tergantung
intensitas hujan yang ada.
b. Tanaman yang terserang di
buang dan dibiarkan.
12
Hasil Survey
a.
14 ton/ha
b.
c.
Di jual ke bandar
sebagainya
d.
Pengangkutan/transpotasi hasil
panen
e.
f.
Rp 200.000,00/ha
g.
h.
3.1.5. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara:
a. Petani yang berada di Desa Cilembu sering dikunjungi dan bertemu dengan
petugas penyuluh pertanian. Hasil yang didapatkan dari kunjungan tersebut adalah
pengembangan tentang ilmu pertanian, seperti cara produksi tanaman dan budidaya
tanaman yang baik, agar dapat meningkatkan produktivitas, dan lain-lain.
b. Kelompok tani yang terdapat di Desa Cilembu bermacam-macam, tergantung
komoditasnya. Seperti kelompok tani ubi jalar, kubis, tomat, dan lain-lain. Untuk
komoditas ubi jalar sendiri terdapat 1 kelompok tani dari total 6 kelompok tani
yang terdapat di Desa Cilembu.
c. Petani yang menjadi narasumber dalam wawancara ini merupakan anggota
kelompok tani. Pertemuan rutin kelompok tani ini dilakukan dalam waktu 3 bulan
sekali. Manfaat yang diperoleh, yaitu pengembangan tentang ilmu pertanian,
seperti cara produksi tanaman dan budidaya tanaman yang baik, agar dapat
meningkatkan produktivitas, dan lain-lain.
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
13
d. Petani yang menjadi narasumber dalam wawancara ini tidak menjadi anggota
koperasi.
e. Petani tersebut mengetahui mengenai sumber-sumber pendanaan dari bank, hanya
saja petani tidak mau berhutang ke pada orang lain dalam melakukan budidaya.
3.1.6. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Berikut adalah hasil analisis mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
berdasarkan hasil wawancara kepada petani (Pak Asep) sebagai responden:
a. Pak Asep selaku anggota kelompok tani ubi jalar dan petani yang menanam ubi
jalar di desa Cilembu, telah mengetahui mengenai dampak penggunaan pestisida
yang berlebihan, namun pada teknik budidaya ubi jalar beliau tidak terlalu
memikirkan mengenai hama yang menyerang pada tanaman ubi jalar, karena
intensitas serangan hama masih tergolong rendah.
b. Pak Asep mengetahui mengenai pestisida nabati yang ramah lingkungan, seperti
ekstrak buah nimba. Akan tetapi, beliau tidak pernah mencobanya karena intesitas
serangan hama masih belum melampaui ambang ekonomi hama tersebut.
c. Pak Asep tidak mengetahui mengenai pestisida yang menggunakan
mikroorganisme. Akan tetapi, tertarik untuk mencoba jika hasilnya akan
meningkatkan produktivitas ubi jalar, maka beliau akan menggunakan pestisida
tersebut.
3.1.7. Hama dan Penyakit serta Cara Pengendaliannya (Petani 2, Pak Maman)
Data Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman
Bagian
No
Jenis Hama
Jenis
tanaman
Tanaman/tumbuhan
yang
Gejala kerusakan
diserang
1.
Hama Boleng
(Lanas) (Cylas
ditemukan saat
formicarius
praktikum)
Fabr.)
Ubi
Terdapat lubang-lubang
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
14
No.
Jenis Penyakit
Jenis
Tanaman/tumbuhan
Bagian
tanaman yang
Gejala kerusakan
diserang
-
No.
-
Jenis Musuh
Ditemukan pada
Alami
bagian tanaman
No.
Jenis
Hama/Penyakit
Kapan terjadinya
Hama Boleng
1.
(Lanas) (Cylas
formicarius
Fabr.)
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
15
No.
Keterangan
Hasil Survey
Benih yang digunakan berasal dari
a.
b.
Perlakuan benih
Pengolahan tanah
c. Setelah panen, berapa lama
c.
setelah diolah?
Pemupukan
c. Pupuk dasar: jenis, dosis,
d.
kapan diaplikasikan
d. Pupuk susulan: jenis, dosis,
kapan diaplikasikan
e.
f.
g.
h.
Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)
Ketersediaan air dalam setahun: < 6
bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan
Drainase (buruk/sedang/baik)
Sanitasi
c. Penanganan gulma: cara dan
kapan dilakukan
d. Penanganan tanaman/sisa
i.
tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir
lahan/diambil dan
dipedam/diambil dan dibakar
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
16
Hasil Survey
a.
7 kg/m2
b.
Kelas A : 4000-5000/kg
Kelas B : 3000/kg
Kelas C : 1500/kg
c.
Bandar-langsung ke konsumen
sebagainya
( Supermarket-supermarket)
Hasil produksi tinggi, hasil panen di ambil
oleh bandar, sedangkan hasil produksi
d.
Pengangkutan/transpotasi hasil
panen
e.
f.
g.
Rp 40.000,00/hari
h.
Modal pribadi
3.1.11. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara pada petani 2
di Desa Cilembu (Bapak Maman) sebagai responden:
a. Penyuluh pertanian sering datang ke petani langsung ke lapangan, penyuluh
memberi tahu perkembangan mengenai budidaya yang baik untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil, namun pada nyatanya dengan teori yang penyuluh
nyatakan tidaklah sama dengan praktek yang sudah dicoba para petani
b. Terdapat kelompok tani pada tanaman ubi jalar var. cilembu ini khususnya Bapak
Maman adalah agropreneur yang memegang peranan
c. Bapak Maman bukan anggota koperasi, walaupun terdapat koperasi di kecamatan
Pamulihan sendiri,namun koperasi yang berada di Kecamatan Pamulihan tersebut
itu hanyalah formalitas.
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
17
d. Bapak Maman mengetahui terdapat pendanaan dari bank berupa pinjaman hanya
saja beliau lebih baik menggunakan dana pribadinya.
3.1.12. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Berikut adalah hasil analisis mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
berdasarkan hasil wawancara kepada petani (Bapak Maman) sebagai responden:
a. Pak maman merupakan petani yang menanam ubi jalar di desa Cilembu, beliau
telah mengetahui bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat merusak
keadaan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi rusak.
b. Pak maman menggunakan pestisida dengan cukup bijak, pengaplikasiannya hanya
di lakukan ketika serangan dari hama telah melebihi nilai ambang ekonominya.
c. Pak maman mengetahui mengenai adanya pestisida nabati/organik, seperti ekstrak
buah nimba, dan lain sabagainya. Akan tetapi, beliau tidak pernah mencobanya
karena intesitas serangan hama masih belum melampaui ambang ekonomi hama
tbersebut.
d. Pak maman belum
mikroorganisme. Karena dilahannya tidak terlalu banyak diserang oleh hama dan
jika terserang pun beliau langsung melakukan tindakan.
3.2. Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
3.3.1. Hama dan Penyakit serta Cara Pengendaliannya
Data Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman
No.
1.
Jenis Hama
Jenis
Tanaman/tumbuhan
Bagian
tanaman yang
Gejala kerusakan
diserang
Hama Boleng
(Lanas) (Cylas
ditemukan saat
formicarius
praktikum)
rata pada
Fabr.)
Ubi
Terdapat lubang-
permukaan kulit
ubi. Bila ubi dibelah
terdapat lubanglubang kecil bekas
gerekan yang
tertutup oleh
kotoran berwarna
hijau dan berbau
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
18
No.
Jenis Penyakit
Jenis
Tanaman/tumbuhan
Bagian
tanaman yang
Gejala kerusakan
diserang
-
No.
-
Jenis Musuh
Ditemukan pada
Alami
bagian tanaman
No.
Jenis
Hama/Penyakit
-
Kapan terjadinya
Belum pernah
terjadi
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
19
Keterangan
Hasil Survey
Benih yang digunakan varietas
a.
b.
Perlakuan benih
Pengolahan tanah
a. Setelah panen, berapa lama
c.
kacang- kacangan.
b. Tanah didiamkan selama satu
musim
setelah diolah?
e.
f.
g.
h.
Pemupukan
a. Pupuk dasar
b. Pupuk susulan
Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)
domba.
b. Tidak ada pemupukan susulan
30 x 70 cm
Tadah hujan
sekali
Drainase (buruk/sedang/baik)
Baik
Sanitasi
a. Penanganan gulma
b. Penanganan tanaman/sisa
i.
tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir
lahan/diambil dan
dibiarkan.
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
20
Hasil Survey
a.
5 kg/m2
b.
Kelas A : 2000/kg
Kelas B : 1750/kg
Kelas C : 1500/kg
c.
Bandar
sebagainya
Hasil produksi tinggi, hasil panen di ambil
d.
Pengangkutan/transpotasi hasil
panen
e.
f.
g.
Rp 40.000,00/hari
h.
Modal pribadi
3.3.5. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara:
e. Penyuluh pertanian sering datang ke kantor kecamatan, hanya jarang turun
langsung ke lapangan, penyuluh memberi tahu perkembangan mengenai budidaya
yang baik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil.
f. Pada desa tersebut, terdapat kelompok tani pada setiap komoditas, hanya saja
jumlahnya tidak diketahui.
g. Petani yang menjadi responden dalam wawancara praktikum ini bukan anggota
kelompok tani.
h. Petani yang menjadi responden dalam wawancara praktikum ini juga bukan
anggota koperasi, walaupun terdapat koperasi di kecamatan Tanjungsari.
i. Petani yang menjadi responden dalam wawancara praktikum ini mengetahui
terdapat pendanaan dari bank berupa pinjaman hanya saja beliau lebih baik
menggunakan dana pribadinya.
3.3.6. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
21
No.
1.
Jenis Hama
Jenis
Tanaman/tumbuhan
Bagian
tanaman yang
Gejala kerusakan
diserang
Hama Boleng
(Lanas) (Cylas
ditemukan saat
formicarius
praktikum)
rata pada
Fabr.)
Ubi
Terdapat lubang-
permukaan kulit
ubi. Bila ubi dibelah
terdapat lubanglubang kecil bekas
gerekan yang
tertutup oleh
kotoran berwarna
hijau dan berbau
menyengat dan bila
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
22
direbus lalu
dimakan akan terasa
pahit
Ulat tanduk
2.
(Agrius
Ubi jalar
Daun
Daun berlubang
convolvuli)
-
=
Jadi, intensitas kerusakan/populasi hama dominan (ulat tanduk) pada
pertanaman ubi jalar, yaitu sekitar 40%.
Data Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman
No.
Jenis Penyakit
Jenis
Tanaman/tumbuhan
Bagian
tanaman yang
Gejala kerusakan
diserang
-
No.
-
Jenis Musuh
Ditemukan pada
Alami
bagian tanaman
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
23
No.
Jenis
Hama/Penyakit
-
Kapan terjadinya
Belum pernah
terjadi
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
24
Keterangan
a.
b.
Hasil Survey
Benih yang digunakan adalah varietas
Cilembu, dengan asal bibit merupakan
pucuk yang muda.
Perlakuan benih
Pengolahan tanah
a. Setelah panen, berapa lama
c.
d.
Pemupukan
a. Pupuk dasar
b. Pupuk susulan
e.
f.
g.
h.
Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)
Ketersediaan air dalam setahun: < 6
bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan
Drainase (buruk/sedang/baik)
Sanitasi
a. Penanganan gulma
b. Penanganan tanaman/sisa
i.
tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir
lahan/diambil dan
15 x 70 cm
Tadah hujan
25
Hasil Survey
a.
b.
Rp 5.000,00/kg
c.
sebagainya
d.
Pengangkutan/transpotasi hasil
panen
menggunakan mobil
e.
f.
g.
h.
3.3.5. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara dengan petani
(Ibu Romlah) sebagai responden:
a. Ibu Romlah tidak pernah dikunjungi oleh petugas penyuluh pertanian
b. Ibu Romlah tidak mengetahui jumlah kelompok tani di desanya, karena wilayah
pertanaman ubi jalar yang beliau budidayakan dikelilingi oleh bangunan dan jalan
raya, sehingga komoditas yang ditanam pun hanya ubi jalar.
c. Ibu Romlah tidak menjadi anggota kelompok tani, karena di desanya tidak ada
kelompok tani.
d. Ibu Romlah tidak menjadi anggota koperasi.
e. Ibu Romlah mengetahui sumber pendanaan bagi usaha tani yang difasilitasi oleh
bank dan pemerintah, akan tetapi beliau lebih memilih untuk memakai uang
pribadinya.
3.3.6. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
26
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
27
BAB IV
REKOMENDASI
Terdapat beberapa rekomendasi terhadap hasil analisis wawancara terhadap petani
sebagai responden mengenai pengendalian dan usaha tani yang dilakukan, yaitu:
a. Untuk mengendalikan hama boleng (Lanas) (Cylas formicarius Fabr.), pengendalian
dapat dilakukan dengan cara:
a) Pergiliran tanaman dengan bukan inang.
b) Perbaikan cara bercocok tanam dengan pembumbun tanaman agar ubi tidak
menonjol keluar atau terlihat.
c) Penggunaan bibit sehat.
d) Sanitasi lahan sebelum ditanami ubi jalar (Susniahti, N., Sumeno, dan Sudarjat.,
2005).
e) Melakukan pemanenan awal ketika turun hujan yang intensitasnya rendah.
b. Untuk mengendalikan hama ulat tanduk (Agrius convolvuli), menurut Susniahti, N.,
Sumeno, dan Sudarjat. (2005), maka dapat dilakukan pengendalian dengan cara:
a) Memangkas ngengat dengan lampu perangkap.
b) Konservasi musuh alaminya berupa parasitoid telur Trichogrumma minuturn Ril
dan parasitoid larva Zygobothria ciliata.
c) Penyemprotan insectisida diazinon dengan membalikkan daun ubi jalar lebih
dahulu.
c. Untuk mengendalikan hama belalang, menurut (Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian, tanpa tahun), maka dapat dilakukan pengendalian sebagai berikut:
a) Pengendalian Hayati
Agens hayati M. anisopliae var. acridium, B. bassiana, Enthomophaga sp.dan
Nosuma locustae di beberapa negara terbukti dapat digunakan pada saat populasi
belum meningkat.
b) Pola Tanam, di daerah pengembangan tanaman pangan yang menjadi ancaman
hama belalang kembara perlu dipertimbangkan pola tanam dengan tanaman
alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang dengan sistem tumpang sari atau
diversifikasi.
c) Mekanis, yaitu dengan melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi pada stadia
telur. Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu
hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas
serangan yang diketahui terdapat populasi telur, dilakukan pengumpulan kelompok
telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan
dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak
disukai belalang. Pada stadia nimfa, setelah dua minggu sejak hinggapnya
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
28
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Tanpa tahun. Pengelolaan Hama
Belalang dan Pengendaliannya. http://cybex.deptan.go.id/ (Diakses 4 November 2014).
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Tanpa
tahun.
Ubi
Jalar/ketela
rambat
(Ipomoea
batatas
L.).
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
30
LAMPIRAN FOTO
1. Di Desa Cilembu
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
31
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
32
Gambar 8. Proses Pengolahan Tanah Pada Lahan Ubi Jalar di Desa Cilembu
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 9. Pemberian Pupuk Dasar pada lahan Ubi Jalar di Desa Cilembu
Sumber: Dokumentasi Penulis
2. Di desa Cileles
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
33
3. Di desa Sayang
Gambar 14. Lahan ubi jalar
Sumber: Dokumentasi Penulis
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
34
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
35