Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang
mempunyai gizi yang tinggi dengan kandungan karbohidrat, vitamin A, C dan mineral yang
cukup besar, sehingga beberapa masyarakat pada daerah tertentu, khususnya bagian timur
Indonesia menjadikan ubi jalar sebagai makanan pokok. Selain sebagai sumber bahan
pangan, ubi jalar juga merupakan sumber bahan baku industri dan pakan ternak (Pinontoan,
O. R., dkk., 2011). Tanaman ini diduga berasal dari Benua Amerika dan menyebar ke seluruh
dunia terutama negara-negara beriklim tropis pada abad ke 16. Orang-orang Spanyol
menyebarkannya ke kawasan Asia terutama Pilipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan
penghasil ubi jalar terbesar mencapai 85% dari yang dihasilkan dunia (Rubatzky dan Mas
Yamaguchi, 1998 dalam Nasir, M., 2011). Pada tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke
hampir setiap daerah Indonesia dan pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil
ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara (Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tanpa tahun; Polatu,
A., 2011).
Menurut Suprapti (2003) dalam Polatu, A. (2011), tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri,
yaitu susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi dengan
batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku, lalu tipe pertumbuhan
tegak dan merambat atau menjalar dengan panjang batang tipe tegak 1 m-2 m, sedangkan tipe
merambat 2 m-3m. Syarat tumbuh tanaman ubi jalar, yaitu tanaman ini membutuhkan hawa
panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah
daerah yang bersuhu 21-27oC, dengan lama penyinaran 11-12 jam/hari Pertumbuhan dan
produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di
tanah yang kering (tegalan) dengan waktu tanam yang baik pada waktu musim hujan, sedang
pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi di panen. Menurut
Zuraida dan Supriyati (2001) dalam Sari, F. C. W. (2008), tanaman ubi jalar pada umumnya
ditanam secara monokultur, tetapi tidak jarang petani menerapkan sistem tumpangsari ubi
jalar, yaitu tumpangsari dengan tanaman pangan lain seperti kacang hijau, kedelai, kacang
tanah dan jagung. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun. Untuk media tanam, hampir setiap jenis

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah
pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah
terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah
becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil,
ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol. pH yang optimum untuk
penanaman ubi jalar adalah sekitar 5,5-7,5. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas
terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di
Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat
tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah (Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
tanpa tahun).
Luas lahan dan panen ubi jalar di Indonesia diperkirakan sekitar 230.000 Ha dengan
produktifitas sekitar 10 ton/Ha (Sarwono, 2011 dalam Pinontoan, O. R., dkk., 2011). Produksi
ubi jalar di Indonesia masih sangat rendah, di tingkat petani baru mencapai 10 t/ha,
sedangkan di tingkat penelitian ubi jalar mampu memberikan hasil 25-30 t/ha. Penghasil ubi
jalar di Indonesia adalah Jawa 45%, Sumatera 9%, Nusa Tenggara Timur 11% dan Irian Jaya
7% (Brotonogoro dan Staveren, 1985 dalam Nasir, M., 2011). Akan tetapi, dalam usaha
peningkatan produksi tanaman seringkali dihadapkan adanya gangguan hama dan penyakit.
Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi
dengan baik (Kristanto, S., Sutjipto, dan Soekarto, 2013; Sastrosiswojo, S., Uhan, T.S., dan
Sutarya, R., 2005).
Salah satu varietas ubi jalar yang tumbuh di Indonesia, yaitu varietas Cilembu. Hal
yang menjadikan ubi Cilembu sangat istimewa adalah ubi ini memiliki rasa yang khas, yaitu
lebih manis dan legit bila dibandingkan dengan ubi jalar jenis lain, sehingga ubi Cilembu
banyak digemari oleh masyarakat dan mempunyai peluang bisnis yang menjanjikan serta
mendatangkan keuntungan yang besar (Wijanarko, Y., 2007).
Pada praktikum mengenai pengendalian terpadu hama dan penyakit tanaman pada
komoditas ubi jalar yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober dan 3 November ini, dilakukan
metode pengumpulan data berupa wawancara terhadap petani sebagai responden sebanyak 4
petani dari wilayah yang berbeda, yaitu Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, lalu Desa
Cileles dan Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
Pada praktikum ini, dilakukan analisis terhadap kondisi agroekosistem, hama dan penyakit
serta cara pengendliannya, sejarah ledakan hama dan epidemi penyakit, komponen
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

pengendalian, analisis usaha tani, kelembagaan, hingga persepsi petani sebagai responden
mengenai cara pengendalian yang ramah lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan praktikum ini, yaitu:
1. Bagaimanakah kondisi agroekosistem pada lokasi praktikum?
2. Apakah hama dan penyakit yang menyerang tanaman ubi jalar pada lokasi
praktikum dan bagaimanakah cara pengendaliannya?
3. Bagaimanakah sejarah ledakan hama dan epidemi penyakit pada pertanaman ubi
jalar di lokasi praktikum?
4. Bagaimanakah komponen pengendalian dalam pertanaman ubi jalar di lokasi
praktikum, analisis usaha tani, kelembagaan, serta presepsi petani sebagai
responden mengenai cara pengendalian ramah lingkungan?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat penulisan laporan praktikum dalam mata kuliah
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu yang berjudul Laporan Praktikum Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu serta mengetahui halhal yang berkaitan dengan pengendalian terpadu hama dan penyakit pada komoditas ubi jalar
pada lokasi praktikum dengan melakukan analisis mengenai kondisi agroekosistem, hama
dan penyakit serta cara pengendaliannya, sejarah ledakan hama dan epidemi penyakit,
komponen pengendalian, analisis usaha tani, kelembagaan, hingga persepsi petani sebagai
responden mengenai cara pengendalian yang ramah lingkungan melalui metode wawancara
kepada petani sebagai responden dalam tiga daerah yang berbeda, yaitu Desa Cilembu
(Kecamatan Pamulihan), Desa Cileles, dan Desa Sayang (Kecamatan Jatinangor), Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

BAB II
DESKRIPSI LOKASI
2.1. Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat
Secara umum kondisi geografis, batas wilayah, potensi umum, topografi Desa Cilembu,
dapat disajikan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Luas Wilayah
: 352,2 Ha, dari luas 5.785 Ha pada kecamatan Pamulihan
Jumlah KK
: 975 KK
Ketinggian Wilayah. : 600 mdpl
Kontur Tanah
: Perbukitan
Curah Hujan
: 200/400 mm per 6 bulan
Suhu Rata-Rata
: 28 C
Jarak ke ibu kota kecamatan : 6 km
Jarak ke ibu kota kabupaten : 15 Km
Jarak ke ibu kota provinsi
: 30 Km
Batas wilayah:
1. Sebelah utara

: Desa Cigendel, Kecamatan Pamulihan

2. Sebelah selatan

: Desa Mekar Bakti, Kecamatan Pamulihan

3. Sebelah timur

: Hutan Gunung Kareumbi Barat

4. Sebelah barat

: Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan

k. Potensi Umum Desa:


Luas wilayah menurut penggunaan, yaitu tanah sawah, tanah kering, tanah perkebunan,
tanah fasilitas umum. Sedangkan jenis dan kesuburan tanah, yaitu:
1. Warna tanah

: Hitam

2. Tekstur tanah

: Lempungan

3. Tingkat kemiringan tanah

: 30o

4. Luas tanah erosi ringan

: 0.5 ha

5. Luas tanah erosi sedang

: 0,5 ha

6. Luas tanah erosi berat

: 0,2 ha

7. Luas tanah yang tidak ada erosi

: 0,0264 ha

l. Topografi
1. Desa/kelurahan dataran rendah

34 ha

2. Desa/kelurahan berbukit-bukit

: 191 ha

m. Letak
1. Desa/kelurahan bantaran sungai

: 0,5 ha

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

2. Desa/kelurahan rawan banjir

: 0,5 ha

3. Desa/kelurahan bebas banjir

: 0,0265 ha

(Pemerintah Kabupaten Sumedang, 2011).


2.1.1. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Pak Asep
b. Umur
: 50 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas (SMA)
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
e. Pekerjaan Sampingan
: Bertani ubi jalar cilembu
f. Pekerjaan istri
: Ibu Rumah Tangga
g. Tanggungan keluarga
: 3 orang
2.1.2. Kondisi Agroekosistem
a. Jenis lahan
: Lahan kering
b. Luas lahan
: 200 ha
c. Status kepemilikan lahan
: Pemilik
d. Kondisi lokasi lahan
:
- Ketinggian tempat
: Dataran rendah (< 700 mdpl), yaitu
600 mdpl
- Topografi
: Dataran rendah
e. Kondisi Tanah
:
- Tekstur tanah
: Halus
- Jenis tanah
: Pasir berlempung
f. Sistem tanam
: Monokultur
g. - Jenis tanaman utama
: Ubi jalar
- Jenis tanaman sekunder
:h. Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman
: Ubi jalar rutin setiap musim
i. Jenis tanaman/tumbuhan yang berbatasan
dengan lahan yang diamati
:
- Sebelah barat
: Waluh (Labu)
- Sebelah timur
: Cabai
- Sebelah selatan
: Tomat
- Sebelah utara
: Jagung
j. Kondisi lingkungan
:
- Musim
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
- Suhu harian rata-rata
: 28 C
- Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : 200/400 mm per 6 bulan
2.2. Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
A. Letak tempat secara administratif:
a. Jarak dari Kota Bandung sebagai ibukota Jawa Barat ke desa Cileles adalah 32
Km.
b. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 2 km
c. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 24 km
B. Luas lahan pertanian:

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Luas semua wilayah desa Cileles adalah 320 Ha, terdiri dari:
a. Tanah Sawah
: 63,71 ha
b. Tanah Kering
: 94,60 ha
c. Tanah perkebunan
: 3 ha
d. Tanah fasilitas Umum : 0,79 ha
e. Tanah lainnya
: 157,90 ha
C. Letak geografis:
Cileles terletak antara 618'-700' Lintang Selatan dan 10525'-10630' Bujur
Timur. Cileles berbatasan dengan Desa Cilayung di utara, Desa Kutamandiri di
timur, Desa Hegarmanah di selatan, dan Desa Cikeruh di barat. Desa ini terdiri
dari 4 dusun dengan 9RW dan 35 RT.
D. Topografi tempat:
Ditinjau dari aspek lingkungan fisik, terletak pada ketinggian 700 mdpl, dengan
topografi wilayah berupa dataran medium.
E. Jenis atau golongan tanah, yaitu tanah ultisol
F. Tingkat kesuburan tanah, yaitu baik
G. Data iklim
a. Suhu rata-rata harian sebesar 23-280C
b. Kelembaban rata-rata harian 78,3 %
c. Curah hujan sebesar 2000 mm/th, dengan jumlah bulan hujan sebanyak 7
bulan (Nainggolan, S. A., dkk., tanpa tahun).
2.2.1. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Pak Rosidin
b. Umur
: 50 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas (SMA)
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
e. Pekerjaan Sampingan
: Bertani ubi jalar
f. Pekerjaan istri
: Guru Sekolah Dasar (SD)
g. Tanggungan keluarga
: 4 orang
2.2.2. Kondisi Agroekosistem
a.
Jenis lahan
: Lahan kering
b.
Luas lahan
: 500 m2
c.
Status kepemilikan lahan
: Pemilik
d.
Kondisi lokasi lahan
:
- Ketinggian tempat
: Dataran medium (700 mdpl)
- Topografi
: Dataran medium
e.
Kondisi Tanah
:
- Tekstur tanah
: Halus
- Jenis tanah
: Ultisol
f.
Sistem tanam
: Monokultur
- Jenis tanaman utama
: Ubi jalar
- Jenis tanaman sekunder
:g.
Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman
: Ubi jalar, Kacang-kacangan, dan
Jagung
h.
Jenis tanaman/tumbuhan yang berbatasan
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

dengan lahan yang diamati


- Sebelah barat
- Sebelah timur
- Sebelah selatan
- Sebelah utara
Kondisi lingkungan
- Musim

:
: Kacang
: Jagung
: Padi
: Jagung
i.
:
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
- Suhu harian rata-rata
: 23-280C
- Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : Kelembaban rata-rata harian 78,3
%/curah hujan sebesar 2000 mm/th,
dengan jumlah bulan hujan sebanyak 7
bulan.
2.2.3. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Maman Lukmana
b. Umur
: 58 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Menengah Pertama (SMP)
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Agropreneur Ubi Jalar Cilembu
e. Pekerjaan Sampingan
:f. Pekerjaan istri
: Ibu Rumah Tangga
g. Tanggungan keluarga
: 4 orang
2.2.4. Kondisi Agroekosistem
a.
Jenis lahan
: Lahan kering
b.
Luas lahan
: 700 m2
c.
Status kepemilikan lahan
: Pemilik
d.
Kondisi lokasi lahan
:
- Ketinggian tempat
: Dataran medium (700 mdpl)
- Topografi
: Dataran medium (berbukit)
e.
Kondisi Tanah
:
- Tekstur tanah
: Halus
- Jenis tanah
: Ultisol
f.
Sistem tanam
: Monokultur
- Jenis tanaman utama
: Ubi jalar
- Jenis tanaman sekunder
:g.
Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman
: Ubi jalar, Tomat, Ubi kayu dan Jagung
h.
Jenis tanaman/tumbuhan yang berbatasan
dengan lahan yang diamati
:
- Sebelah barat
: Ubi jalar
- Sebelah timur
: Tomat
- Sebelah selatan
: Ubi jalar
- Sebelah utara
:i.
Kondisi lingkungan
:
- Musim
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
- Suhu harian rata-rata
: 27-280C
- Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : Kelembaban rata-rata harian 78,3
%/curah hujan sebesar 2000 mm/th,
dengan jumlah bulan hujan sebanyak 7

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

bulan.
2.3. Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
Desa Sayang teletak pada Kelurahan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mekargalih,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibeusi, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Cipacing dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikeruh. Desa Sayang terdiri dari 13
Rukun Warga (RW) dan 48 Rukun Tetangga , dibagi menjadi 3 Dusun yaitu Dusun 1 meliputi
RW 01,02,03,04. Dusun 2 meliputi RW 05,06,07,08,09 dan Dusun 3 meliputi RW 10,11,12
dan 13. Luas wilayah desa ini kuang lebih 270 Ha yang terdiri dari berbagai kependudukan,
yang pertama adalah tempat pemukiman, kedua lahan pertanian, ketiga tempat jasa dan
perdagangan, keempat sebagai tempat industri kecil dan menengah. Wilayah ini memiliki
ketinggian 400-600 M dpl, dengan jenis tanah inceptisol yang bertekstur kasar. Suhu udara
rata-rata di desa ini, yaitu 230-270C dengan banyaknya curah hujan 241 mm/tahun (Hatta, M.,
2011).
2.3.1. Identitas Petani dan Keluarga
a. Nama
: Ibu Romlah
b. Umur
: 52 tahun
c. Pendidikan
: Sekolah Dasar
d. Pekerjaan Utama Kep. Kel : Petani
e. Pekerjaan Sampingan
: Pejual kelontong
f. Pekerjaan istri (suami)
: Pejual kelontong dan pekerja bangunan
g. Tanggungan keluarga
: 3 orang
2.3.2. Kondisi Agroekosistem
a.
Jenis lahan
b.
Luas lahan
c.
Status kepemilikan lahan
d.
Kodisi lokasi lahan
Ketinggian tempat
e.

f.
g.

h.

i.

Topografi
Kondisi Tanah
- Tekstur tanah
- Jenis tanah
Sistem tanam
Jenis tanaman utama
Jenis tanaman sekunder
Jenis tanaman yang diusahakan dalam
1 tahun terakhir dan masa tanam
masing-masing jenis tanaman

: Sawah
: 2.800 m2
: Sewa
:
: Dataran rendah (< 700 mdpl), yaitu
sekitar 400-600 mdpl
: Dataran rendah
:
: Kasar
: Inceptisol, bertekstur kasar dengan
kadar pasir 60 %
: Monokultur
: Ubi jalar
:: Padi (3 bulan sekali) jagung (3 bulan)
ubi jalar (4 bulan sekali)

Jenis tanaman/tumbuhan yang berbatasan

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

dengan lahan yang diamati


- Sebelah barat
- Sebelah timur
- Sebelah selatan
- Sebelah utara
Kondisi lingkungan
- Musim

j.

:
: - (jalan raya)
: - (jalan raya)
: - (jalan raya)
: - (jalan raya)
:
: Pancaroba (peralihan musim hujan ke
musim kemarau)
Suhu harian rata-rata
: 230-270C
Kelembaban rata-rata/frekuensi hujan : Curah hujan 241 mm/tahun
BAB III

PELAKSANAAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA LOKASI SURVEY


3.1. Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat
3.1.1. Hama dan Penyakit serta Cara Pengendaliannya (Petani 1, Pak Asep)
Data Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman
Bagian
No

Jenis Hama

Jenis

tanaman

Tanaman/tumbuhan

yang

Gejala kerusakan

diserang
1.

Belalang

Ubi jalar

Daun

Terdapat daun yang


berlubang
Terdapat lubang-lubang
kecil tidak rata pada
permukaan kulit ubi.
Bila ubi dibelah terdapat

Hama Boleng
2.

(Lanas) (Cylas
formicarius
Fabr.)

lubang-lubang kecil

Ubi jalar (tidak


ditemukan saat
praktikum)

Ubi

bekas gerekan yang


tertutup oleh kotoran
berwarna hijau dan
berbau menyengat dan
bila direbus lalu
dimakan akan terasa
pahit

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Intensitas kerusakan/populasi hama dominan


- Cara sampling : secara acak (random sampling method)
- Penghitungan :
Keterangan:
n
: Jumlah sampel yang mempunyai nilai skor sama
z
: Nilai skor
N
: Jumlah total sampel yang diamati
Z
: Nilai skor tertinggi
=

=
Jadi, intensitas kerusakan/populasi hama dominan (belalang) pada pertanaman
ubi jalar, yaitu sekitar 44,44%.
Data Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman

No.

Jenis Penyakit

Jenis
Tanaman/tumbuhan

Bagian
tanaman yang

Gejala kerusakan

diserang
Bercak pada umbi
berdiameter 0,5

1.

Busuk umbi

Ubi jalar

cm, agak

Umbi

mengendap,
berwarna cokelat,
dan berbentuk bulat.

Intensitas penyakit utama


- Pengambilan sampling : (tidak dilakukan, karena tidak ditemukan gejala busuk
umbi pada saat praktikum)
- Perhitungan
:Data Jenis musuh alami yang ditemukan pada pertanaman

No.
1.

Jenis Musuh

Ditemukan pada

Alami

bagian tanaman

Laba-laba

Di permukaan

Memakan hama seperti belalang

tanah (di bawah

kecil

Karakteristik musuh alami

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

10

tanaman)
3.1.2. Sejarah Ledakan Hama dan Epidemi Penyakit

No.

Jenis
Hama/Penyakit
-

Kapan terjadinya
Belum pernah
terjadi

Kerugian yang diakibatkan

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

11

3.1.3. Komponen Pengendalian


No.

Keterangan

a.

Benih yang digunakan:


- Bersertifikat/tidak bersertifikat
- Asal benih:

Hasil Survey
Benih berasal dari hasil panen pada
musim sebelumnya.
Varietas yang digunakan adalah
Cilembu (wirancik)

b.

Perlakuan benih
Pengolahan tanah
a. Setelah panen, berapa lama

c.

tanah dibiarkan bera sebelum


diolah?
b. Berapa lama tanah dibiarkan

a. Langsung digemburkan untuk


penanaman kembali ubi jalar.
b. 2 minggu setelah pemberian
pupuk dasar

setelah diolah?
Pemupukan
a. Pupuk dasar: jenis, dosis,
d.

kapan diaplikasikan
b. Pupuk susulan: jenis, dosis,

a. Pupuk dasar, kotoran ayam


( 200 karung/ha dan pupuk
NPK secukupnya.
b. Pupuk susulan pemberian

kapan diaplikasikan
e.
f.

g.
h.

Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)

kompos secukupnya.
20 cm x 60 cm
Tadah hujan

Ketersediaan air dalam setahun: < 6

Menunggu dari hujan (tergantung

bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan

musim)

Drainase (buruk/sedang/baik)

Baik

Sanitasi
a. Penanganan gulma: cara dan
kapan dilakukan
b. Penanganan tanaman/sisa
i.

tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir
lahan/diambil dan

a. Dilakukan penyiangan 1 2
bulan sekali tergantung
intensitas hujan yang ada.
b. Tanaman yang terserang di
buang dan dibiarkan.

dipedam/diambil dan dibakar


Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

12

3.1.4. Analisis Usaha Tani (Tanaman)


No.

Komponen usaha tani

Hasil Survey

a.

Total hasil panen

14 ton/ha

b.

Harga per kg atau ton?

Ketika musim kemarau : 4.000 5.000/kg


Musim hujan : 3.000 4.000/kg

c.

Cara pemasaran hasil:


Langsung/tengkulak/koperasi, dan

Di jual ke bandar

sebagainya
d.

Pengangkutan/transpotasi hasil
panen

Diambil oleh Bandar.

e.

Biaya pembelian pupuk

Pupuk kandang : 7.000 / karung


Pupuk NPK : 4.000 5.000/kg

f.

Biaya pembelian pestisida

Rp 200.000,00/ha

g.

Biaya tenaga kerja

h.

Sumber pendanaan (swadaya,


koperasi, bank)

Rp 40.000,00 Rp 50.000,00/hari atau Rp


1.000.000,00/1 musim.
Dari hasil panen ubi sebelumnya

3.1.5. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara:
a. Petani yang berada di Desa Cilembu sering dikunjungi dan bertemu dengan
petugas penyuluh pertanian. Hasil yang didapatkan dari kunjungan tersebut adalah
pengembangan tentang ilmu pertanian, seperti cara produksi tanaman dan budidaya
tanaman yang baik, agar dapat meningkatkan produktivitas, dan lain-lain.
b. Kelompok tani yang terdapat di Desa Cilembu bermacam-macam, tergantung
komoditasnya. Seperti kelompok tani ubi jalar, kubis, tomat, dan lain-lain. Untuk
komoditas ubi jalar sendiri terdapat 1 kelompok tani dari total 6 kelompok tani
yang terdapat di Desa Cilembu.
c. Petani yang menjadi narasumber dalam wawancara ini merupakan anggota
kelompok tani. Pertemuan rutin kelompok tani ini dilakukan dalam waktu 3 bulan
sekali. Manfaat yang diperoleh, yaitu pengembangan tentang ilmu pertanian,
seperti cara produksi tanaman dan budidaya tanaman yang baik, agar dapat
meningkatkan produktivitas, dan lain-lain.

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

13

d. Petani yang menjadi narasumber dalam wawancara ini tidak menjadi anggota
koperasi.
e. Petani tersebut mengetahui mengenai sumber-sumber pendanaan dari bank, hanya
saja petani tidak mau berhutang ke pada orang lain dalam melakukan budidaya.
3.1.6. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Berikut adalah hasil analisis mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
berdasarkan hasil wawancara kepada petani (Pak Asep) sebagai responden:
a. Pak Asep selaku anggota kelompok tani ubi jalar dan petani yang menanam ubi
jalar di desa Cilembu, telah mengetahui mengenai dampak penggunaan pestisida
yang berlebihan, namun pada teknik budidaya ubi jalar beliau tidak terlalu
memikirkan mengenai hama yang menyerang pada tanaman ubi jalar, karena
intensitas serangan hama masih tergolong rendah.
b. Pak Asep mengetahui mengenai pestisida nabati yang ramah lingkungan, seperti
ekstrak buah nimba. Akan tetapi, beliau tidak pernah mencobanya karena intesitas
serangan hama masih belum melampaui ambang ekonomi hama tersebut.
c. Pak Asep tidak mengetahui mengenai pestisida yang menggunakan
mikroorganisme. Akan tetapi, tertarik untuk mencoba jika hasilnya akan
meningkatkan produktivitas ubi jalar, maka beliau akan menggunakan pestisida
tersebut.
3.1.7. Hama dan Penyakit serta Cara Pengendaliannya (Petani 2, Pak Maman)
Data Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman
Bagian
No

Jenis Hama

Jenis

tanaman

Tanaman/tumbuhan

yang

Gejala kerusakan

diserang
1.

Hama Boleng

Ubi jalar (tidak

(Lanas) (Cylas

ditemukan saat

kecil tidak rata pada

formicarius

praktikum)

permukaan kulit ubi.

Fabr.)

Ubi

Terdapat lubang-lubang

Bila ubi dibelah terdapat


lubang-lubang kecil
bekas gerekan yang
tertutup oleh kotoran
berwarna hijau dan
berbau menyengat dan
bila direbus lalu

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

14

dimakan akan terasa


pahit
Intensitas kerusakan/populasi hama dominan
- Cara sampling : - Penghitungan : Data Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman

No.

Jenis Penyakit

Jenis
Tanaman/tumbuhan

Bagian
tanaman yang

Gejala kerusakan

diserang
-

Intensitas penyakit utama


- Pengambilan sampling : - Perhitungan
:Data Jenis musuh alami yang ditemukan pada pertanaman

No.
-

Jenis Musuh

Ditemukan pada

Alami

bagian tanaman

Karakteristik musuh alami


-

3.1.8. Sejarah Ledakan Hama dan Epidemi Penyakit

No.

Jenis
Hama/Penyakit

Kapan terjadinya

Hama Boleng
1.

(Lanas) (Cylas
formicarius
Fabr.)

Kerugian yang diakibatkan

Produktivitas berkurang dengan


1990-an

ledakan hama 60 ton hama boleng


per hektarnya.

3.1.9. Komponen Pengendalian

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

15

No.

Keterangan

Hasil Survey
Benih yang digunakan berasal dari

a.

Benih yang digunakan:


- Bersertifikat/tidak bersertifikat
- Asal benih:

petani sendiri yang dihasilkan untuk


benih. Terkadang memebeli di kioskios benih ubi cilembu.

b.

Perlakuan benih
Pengolahan tanah
c. Setelah panen, berapa lama

c.

tanah dibiarkan bera sebelum


diolah?
d. Berapa lama tanah dibiarkan

a. Melakukan rotasi tanaman


dengan padi dan ubi kayu.
b. Tanah didiamkan selama satu
musim

setelah diolah?
Pemupukan
c. Pupuk dasar: jenis, dosis,
d.

kapan diaplikasikan
d. Pupuk susulan: jenis, dosis,
kapan diaplikasikan

e.
f.

g.

h.

Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)
Ketersediaan air dalam setahun: < 6
bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan
Drainase (buruk/sedang/baik)

a. Pupuk dasar menggunakan


pupuk kandang yaitu kotoran
domba.
b. Tidak ada pemupukan susulan
15x70 cm
Irigasi pedesaan
Dilakukan penyiraman satu bulan
sekali agar menghindari hama boleng
atau lanas.
Baik

Sanitasi
c. Penanganan gulma: cara dan
kapan dilakukan
d. Penanganan tanaman/sisa
i.

tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir

a. Penyiangan dilakukan 1 bulan


sekali.
b. Tanaman yang terserang oleh
penyakit di buang dan dicabut.

lahan/diambil dan
dipedam/diambil dan dibakar

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

16

3.1.10. Analisis Usaha Tani (Tanaman)


No.

Komponen usaha tani

Hasil Survey

a.

Total hasil panen

7 kg/m2

b.

Harga per kg atau ton?

Kelas A : 4000-5000/kg
Kelas B : 3000/kg
Kelas C : 1500/kg

c.

Cara pemasaran hasil:


Langsung/tengkulak/koperasi, dan

Bandar-langsung ke konsumen

sebagainya

( Supermarket-supermarket)
Hasil produksi tinggi, hasil panen di ambil
oleh bandar, sedangkan hasil produksi

d.

Pengangkutan/transpotasi hasil

rendah, tetap diambil oleh Bandar. Namun,

panen

karena bapak Maman adalah agropreneur


ubi cilembu ini transportasi menggunakan
milik bapak Maman sendiri.

e.

Biaya pembelian pupuk

Pupuk kandang : 4000 rupiah kg/ton


Pupuk NPK,POSCA: 9000 rupiah kg/ton

f.

Biaya pembelian pestisida

g.

Biaya tenaga kerja

Rp 40.000,00/hari

h.

Sumber pendanaan (swadaya,


koperasi, bank)

Modal pribadi

3.1.11. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara pada petani 2
di Desa Cilembu (Bapak Maman) sebagai responden:
a. Penyuluh pertanian sering datang ke petani langsung ke lapangan, penyuluh
memberi tahu perkembangan mengenai budidaya yang baik untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil, namun pada nyatanya dengan teori yang penyuluh
nyatakan tidaklah sama dengan praktek yang sudah dicoba para petani
b. Terdapat kelompok tani pada tanaman ubi jalar var. cilembu ini khususnya Bapak
Maman adalah agropreneur yang memegang peranan
c. Bapak Maman bukan anggota koperasi, walaupun terdapat koperasi di kecamatan
Pamulihan sendiri,namun koperasi yang berada di Kecamatan Pamulihan tersebut
itu hanyalah formalitas.
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

17

d. Bapak Maman mengetahui terdapat pendanaan dari bank berupa pinjaman hanya
saja beliau lebih baik menggunakan dana pribadinya.
3.1.12. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Berikut adalah hasil analisis mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
berdasarkan hasil wawancara kepada petani (Bapak Maman) sebagai responden:
a. Pak maman merupakan petani yang menanam ubi jalar di desa Cilembu, beliau
telah mengetahui bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat merusak
keadaan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi rusak.
b. Pak maman menggunakan pestisida dengan cukup bijak, pengaplikasiannya hanya
di lakukan ketika serangan dari hama telah melebihi nilai ambang ekonominya.
c. Pak maman mengetahui mengenai adanya pestisida nabati/organik, seperti ekstrak
buah nimba, dan lain sabagainya. Akan tetapi, beliau tidak pernah mencobanya
karena intesitas serangan hama masih belum melampaui ambang ekonomi hama
tbersebut.
d. Pak maman belum

mengetahui mengenai pestisida yang menggunakan

mikroorganisme. Karena dilahannya tidak terlalu banyak diserang oleh hama dan
jika terserang pun beliau langsung melakukan tindakan.
3.2. Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
3.3.1. Hama dan Penyakit serta Cara Pengendaliannya
Data Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman

No.

1.

Jenis Hama

Jenis
Tanaman/tumbuhan

Bagian
tanaman yang

Gejala kerusakan

diserang

Hama Boleng

Ubi jalar (tidak

(Lanas) (Cylas

ditemukan saat

lubang kecil tidak

formicarius

praktikum)

rata pada

Fabr.)

Ubi

Terdapat lubang-

permukaan kulit
ubi. Bila ubi dibelah
terdapat lubanglubang kecil bekas
gerekan yang
tertutup oleh
kotoran berwarna
hijau dan berbau

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

18

menyengat dan bila


direbus lalu
dimakan akan terasa
pahit
Intensitas kerusakan/populasi hama dominan
- Cara sampling : - Penghitungan : -

Data Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman

No.

Jenis Penyakit

Jenis
Tanaman/tumbuhan

Bagian
tanaman yang

Gejala kerusakan

diserang
-

Intensitas penyakit utama


- Pengambilan sampling : - Perhitungan
:Data Jenis musuh alami yang ditemukan pada pertanaman

No.
-

Jenis Musuh

Ditemukan pada

Alami

bagian tanaman

Karakteristik musuh alami


-

3.3.2. Sejarah Ledakan Hama dan Epidemi Penyakit

No.

Jenis
Hama/Penyakit
-

Kapan terjadinya
Belum pernah
terjadi

Kerugian yang diakibatkan

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

19

3.3.3. Komponen Pengendalian


No.

Keterangan

Hasil Survey
Benih yang digunakan varietas

a.

Benih yang digunakan:


- Bersertifikat/tidak bersertifikat
- Asal benih:

wirancik. Bersertifikat pada awalnya.


Untuk penanaman selanjutnya
menggunakan hasil panen sebelumnya.

b.

Perlakuan benih
Pengolahan tanah
a. Setelah panen, berapa lama

c.

a. Melakukan rotasi tanaman


dengan jagung dan jenis

tanah dibiarkan bera sebelum


diolah?
b. Berapa lama tanah dibiarkan

kacang- kacangan.
b. Tanah didiamkan selama satu
musim

setelah diolah?

a. Pupuk dasar menggunakan


d.

e.
f.

g.
h.

Pemupukan
a. Pupuk dasar
b. Pupuk susulan
Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)

domba.
b. Tidak ada pemupukan susulan
30 x 70 cm
Tadah hujan

Ketersediaan air dalam setahun: < 6

Dilakukan penyiraman satu bulan

bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan

sekali

Drainase (buruk/sedang/baik)

Baik

Sanitasi
a. Penanganan gulma
b. Penanganan tanaman/sisa
i.

pupuk kandang, yaitu kotoran

tanaman sakit:

a. Penyiangan dilakukan 1 bulan


sekali.
b. Tanaman yang terserang oleh

dibiarkan/dibuang di pinggir

penyakit di buang dan

lahan/diambil dan

dibiarkan.

dipedam/diambil dan dibakar

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

20

3.3.4. Analisis Usaha Tani (Tanaman)


No.

Komponen usaha tani

Hasil Survey

a.

Total hasil panen

5 kg/m2

b.

Harga per kg atau ton?

Kelas A : 2000/kg
Kelas B : 1750/kg
Kelas C : 1500/kg

c.

Cara pemasaran hasil:


Langsung/tengkulak/koperasi, dan

Bandar

sebagainya
Hasil produksi tinggi, hasil panen di ambil
d.

Pengangkutan/transpotasi hasil

oleh bandar, sedangkan hasil produksi

panen

rendah, petani mengantarkan hasil panen


ke bandar.

e.

Biaya pembelian pupuk

Pupuk kandang : 500 rb/ton

f.

Biaya pembelian pestisida

g.

Biaya tenaga kerja

Rp 40.000,00/hari

h.

Sumber pendanaan (swadaya,


koperasi, bank)

Modal pribadi

3.3.5. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara:
e. Penyuluh pertanian sering datang ke kantor kecamatan, hanya jarang turun
langsung ke lapangan, penyuluh memberi tahu perkembangan mengenai budidaya
yang baik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil.
f. Pada desa tersebut, terdapat kelompok tani pada setiap komoditas, hanya saja
jumlahnya tidak diketahui.
g. Petani yang menjadi responden dalam wawancara praktikum ini bukan anggota
kelompok tani.
h. Petani yang menjadi responden dalam wawancara praktikum ini juga bukan
anggota koperasi, walaupun terdapat koperasi di kecamatan Tanjungsari.
i. Petani yang menjadi responden dalam wawancara praktikum ini mengetahui
terdapat pendanaan dari bank berupa pinjaman hanya saja beliau lebih baik
menggunakan dana pribadinya.
3.3.6. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan
Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

21

Berikut adalah hasil analisis mengenai cara pengendalian ramah lingkungan


berdasarkan hasil wawancara kepada petani (Pak Rosidin) sebagai responden:
a. Pak Rosidin selaku petani ubi jalar di daerah Cileles, Jatinangor mengetahui
mengenai dampak penggunaan pesisida yang berlebihan, contohnya pada tanaman
hortikultura, dapat memberikan bercak putih pada organ target yang dapat
berakibat buruk pada konsumen pada saat di konsumsi.
b. Penggunaan pestisida yang selama ini digunakan masih tetap efektif, karena
penggunaannya tidak terlalu sering. Penggunaannya hanya jika intensitas serangan
hama telah melebihi nilai ambang ekonomi dari hama tersebut.
c. Pak Rosidin mengetahui mengenai pestisida nabati, seperti ekstrak daun nimba.
Beliau pernah mencobanya pada komoditas hortikultura seperti tomat dan cabai,
dan hasilnya cukup efektif dalam mencegah serangan hama pada organ target.
d. Pak Rosidin tidak mengetahui akan pestisida yang menggunakan
mikroorganisme.Akan tetapi, jika hasilnya berkorelasi positif dengan peningkatan
produktivitas tanaman ubi jalarnya, maka beliau tertarik untuk mencoba pestisida
yang berasal dari mikroorganisme tersebut.
3.3. Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
3.3.1. Hama dan Penyakit serta Cara Pengendaliannya
Data Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman

No.

1.

Jenis Hama

Jenis
Tanaman/tumbuhan

Bagian
tanaman yang

Gejala kerusakan

diserang

Hama Boleng

Ubi jalar (tidak

(Lanas) (Cylas

ditemukan saat

lubang kecil tidak

formicarius

praktikum)

rata pada

Fabr.)

Ubi

Terdapat lubang-

permukaan kulit
ubi. Bila ubi dibelah
terdapat lubanglubang kecil bekas
gerekan yang
tertutup oleh
kotoran berwarna
hijau dan berbau
menyengat dan bila

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

22

direbus lalu
dimakan akan terasa
pahit
Ulat tanduk
2.

(Agrius

Ubi jalar

Daun

Daun berlubang

convolvuli)
-

Cara sampling : secara acak (random sampling method)


Penghitungan :
Keterangan:
n
: Jumlah sampel yang mempunyai nilai skor sama
z
: Nilai skor
N
: Jumlah total sampel yang diamati
Z
: Nilai skor tertinggi
=

=
Jadi, intensitas kerusakan/populasi hama dominan (ulat tanduk) pada
pertanaman ubi jalar, yaitu sekitar 40%.
Data Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman

No.

Jenis Penyakit

Jenis
Tanaman/tumbuhan

Bagian
tanaman yang

Gejala kerusakan

diserang
-

Intensitas penyakit utama


- Pengambilan sampling : - Perhitungan
:Data Jenis musuh alami yang ditemukan pada pertanaman

No.
-

Jenis Musuh

Ditemukan pada

Alami

bagian tanaman

Karakteristik musuh alami


-

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

23

3.3.2. Sejarah Ledakan Hama dan Epidemi Penyakit

No.

Jenis
Hama/Penyakit
-

Kapan terjadinya
Belum pernah
terjadi

Kerugian yang diakibatkan

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

24

3.3.3. Komponen Pengendalian


No.

Keterangan

a.

Benih yang digunakan:


- Bersertifikat/tidak bersertifikat
- Asal benih:

b.

Hasil Survey
Benih yang digunakan adalah varietas
Cilembu, dengan asal bibit merupakan
pucuk yang muda.

Perlakuan benih

a. Tanah dibiarkan bera sebelum

Pengolahan tanah
a. Setelah panen, berapa lama
c.

diolah selama 2 minggu,


dengan diberikan air untuk

tanah dibiarkan bera sebelum


diolah?
b. Berapa lama tanah dibiarkan
setelah diolah?

menggemburkan tanah, kerbau


untuk membajak, dan cangkul.
b. Tanah dibiarkan setelah diolah
selama 2 minggu.
a. Pupuk dasar menggunakan

d.

Pemupukan
a. Pupuk dasar
b. Pupuk susulan

pupuk kandang secukupnya.


b. Pupuk susulan berupa pupuk
urea diberikan secukupnya.
Biasanya dalam 1 musim,
sekitar 200 kwintal pupuk.

e.
f.

g.
h.

Jarak tanam
Sistem irigasi (tadah hujan/irigasi
pedesaan/irigasi teknis/lainnya...)
Ketersediaan air dalam setahun: < 6
bulan; 6-9 bulan; 9-12 bulan
Drainase (buruk/sedang/baik)
Sanitasi
a. Penanganan gulma
b. Penanganan tanaman/sisa

i.

tanaman sakit:
dibiarkan/dibuang di pinggir
lahan/diambil dan

15 x 70 cm
Tadah hujan

Tergantung musim hujan


Baik

a. Penyiangan dilakukan jika gulma


sudah banyak, dengan cara
dicabut.
b. Tanaman yang terserang oleh
penyakit dibuang di pinggir lahan.

dipedam/diambil dan dibakar


Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

25

3.3.4. Analisis Usaha Tani (Tanaman)


No.

Komponen usaha tani

Hasil Survey

a.

Total hasil panen

1,5 ton/luas lahan

b.

Harga per kg atau ton?

Rp 5.000,00/kg

c.

Cara pemasaran hasil:


Langsung/tengkulak/koperasi, dan

Langsung dan melalui bandar

sebagainya
d.

Pengangkutan/transpotasi hasil

Pengangkutan dilakukan oleh bandar

panen

menggunakan mobil

e.

Biaya pembelian pupuk

f.

Biaya pembelian pestisida

g.

Biaya tenaga kerja

h.

Sumber pendanaan (swadaya,


koperasi, bank)

1 musim, sekitar 200 kwintal, sehingga


sekitar Rp 200.000,00/musim tanam
Sekitar Rp 200.000,00/musim tanam
Rp 100.000,00/hari, yaitu mulai dari pagi
hingga jam 12.00 WIB.
Modal pribadi

3.3.5. Kelembagaan
Berikut adalah hasil analisis kelembagaan berdasarkan hasil wawancara dengan petani
(Ibu Romlah) sebagai responden:
a. Ibu Romlah tidak pernah dikunjungi oleh petugas penyuluh pertanian
b. Ibu Romlah tidak mengetahui jumlah kelompok tani di desanya, karena wilayah
pertanaman ubi jalar yang beliau budidayakan dikelilingi oleh bangunan dan jalan
raya, sehingga komoditas yang ditanam pun hanya ubi jalar.
c. Ibu Romlah tidak menjadi anggota kelompok tani, karena di desanya tidak ada
kelompok tani.
d. Ibu Romlah tidak menjadi anggota koperasi.
e. Ibu Romlah mengetahui sumber pendanaan bagi usaha tani yang difasilitasi oleh
bank dan pemerintah, akan tetapi beliau lebih memilih untuk memakai uang
pribadinya.
3.3.6. Persepsi mengenai cara pengendalian ramah lingkungan

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

26

Berikut adalah hasil analisis mengenai cara pengendalian ramah lingkungan


berdasarkan hasil wawancara kepada petani (Ibu Romlah) sebagai responden:
a. Ibu Romlah tahu mengenai dampak penggunaan pestisida yang terus menerus dan
secara berlebihan, namun menurut beliau, pestisida tidak akan memberikan
dampak yang negatif terhadap tanaman apabila penggunaannya secara tepat,
artinya jangan terlalu banyak diberikan kepada tanaman, dan sesuai dengan dosis
(takaran) yang dianjurkan.
b. Ibu Romlah tahu dan pernah mencoba pestisida nabati dan MOL (pupuk cair
buatan sendiri), yaitu yang berasal dari kotoran dan urin kelinci, akan tetapi,
penggunaannya jarang dilakukan, karena menurut beliau, hal tersebut cukup rumit,
terlebih lagi harus mendapatkan kotoran dan urin kelinci yang sulit diperoleh dan
pelaksanannya sulit untuk dilakukan.
c. Ibu Romlah tidak tahu dan belum pernah mencoba mengenai pestisida dari
mikroorganisme, akan tetapi beliau tertarik mencoba jika pestisida tersebut
memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan ubi jalarnya.

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

27

BAB IV
REKOMENDASI
Terdapat beberapa rekomendasi terhadap hasil analisis wawancara terhadap petani
sebagai responden mengenai pengendalian dan usaha tani yang dilakukan, yaitu:
a. Untuk mengendalikan hama boleng (Lanas) (Cylas formicarius Fabr.), pengendalian
dapat dilakukan dengan cara:
a) Pergiliran tanaman dengan bukan inang.
b) Perbaikan cara bercocok tanam dengan pembumbun tanaman agar ubi tidak
menonjol keluar atau terlihat.
c) Penggunaan bibit sehat.
d) Sanitasi lahan sebelum ditanami ubi jalar (Susniahti, N., Sumeno, dan Sudarjat.,
2005).
e) Melakukan pemanenan awal ketika turun hujan yang intensitasnya rendah.
b. Untuk mengendalikan hama ulat tanduk (Agrius convolvuli), menurut Susniahti, N.,
Sumeno, dan Sudarjat. (2005), maka dapat dilakukan pengendalian dengan cara:
a) Memangkas ngengat dengan lampu perangkap.
b) Konservasi musuh alaminya berupa parasitoid telur Trichogrumma minuturn Ril
dan parasitoid larva Zygobothria ciliata.
c) Penyemprotan insectisida diazinon dengan membalikkan daun ubi jalar lebih
dahulu.
c. Untuk mengendalikan hama belalang, menurut (Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian, tanpa tahun), maka dapat dilakukan pengendalian sebagai berikut:
a) Pengendalian Hayati
Agens hayati M. anisopliae var. acridium, B. bassiana, Enthomophaga sp.dan
Nosuma locustae di beberapa negara terbukti dapat digunakan pada saat populasi
belum meningkat.
b) Pola Tanam, di daerah pengembangan tanaman pangan yang menjadi ancaman
hama belalang kembara perlu dipertimbangkan pola tanam dengan tanaman
alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang dengan sistem tumpang sari atau
diversifikasi.
c) Mekanis, yaitu dengan melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi pada stadia
telur. Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu
hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas
serangan yang diketahui terdapat populasi telur, dilakukan pengumpulan kelompok
telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan
dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak
disukai belalang. Pada stadia nimfa, setelah dua minggu sejak hinggapnya

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

28

kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan


adanya nimfa. Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar
atau menggunakan perangkap lainnya. Pengendalian nimfa berperan penting dalam
menekan perkembangan belalang.
d) Kimiawi, dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan
populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi
maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan. Jenis insektisida
yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan
aktif organofosfat seperti fenitrothion.

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

29

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Tanpa tahun. Pengelolaan Hama
Belalang dan Pengendaliannya. http://cybex.deptan.go.id/ (Diakses 4 November 2014).
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.

Tanpa

tahun.

Ubi

Jalar/ketela

rambat

(Ipomoea

batatas

L.).

http://www.warintek.ristek.go.id/ (Diakses 1 November 2014).


Hatta, M. 2011. Sejarah Toponimi Desa-desa di Kecamatan Jatinangor. Buletin Berita Klasik
edisi 2. Program Studi Ilmu Sejarah. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Padjadjaran.
Sumedang.
Kristanto, S., Sutjipto, dan Soekarto. 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman Kubis dengan
Sistem Tanam Tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian. Volume 1, Nomor 1, Agustus
2013, hlm 7-9.
Nainggolan, S. A., dkk. Tanpa tahun. Laporan Agroekosistem Desa Cileles Kecamatan
Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran. Sumedang.
Nasir, M. 2011. Ubi Jalar (Ipomoea batatas. L). http://repository.usu.ac.id/ (Diakses 2
November 2014).
Pemerintah Kabupaten Sumedang. 2011. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sumedang:
Gambaran Umum Kabupaten Sumedang. Kelompok Kerja Air Minum Dan Penyehatan
Lingkungan (Pokja Ampl) Kabupaten Sumedang. Jawa Barat.
Pinontoan, O. R., dkk. 2011. Hama Penting Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas L.(Lamb)) Di
Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Dan Kota Tomohon. Eugenia Volume 17 No. 2
Agustus 2011.
Polatu, A. 2011. Ubi Jalar (Ipomoea batatas. L). http://e-journal.uajy.ac.id/ (Diakses 2
November 2014).
Sari, F. C. W. 2008. Analisis Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dan
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) dalam Sistem Tumpangsari. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sastrosiswojo, S., Uhan, T.S., dan Sutarya, R. 2005. Penerapan Teknologi PHT pada
Tanaman Kubis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Bandung.
Susniahti, N., Sumeno, dan Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Sumedang.
Wijanarko, Y. 2007. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Cilembu di Kecamatan Jatisrono
Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

30

LAMPIRAN FOTO
1. Di Desa Cilembu

Gambar 1. Tanaman ubi jalar yang terserang hama


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gamabr 2. Tanaman Yang terserang Ulat Tanduk


Sumber: Dokumentasi Penulis

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

31

Gambar 3. Lahan Ubi Jalar di desa


Cilembu
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 4. Proses pengambilan sampling


Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 5. Proses wawancara petani


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 6. Tanaman yang disampling


Sumber: Dokumentasi Penulis

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

32

Gambar 7. Gulma yang terdapat pada lahan ubi jalar


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 8. Proses Pengolahan Tanah Pada Lahan Ubi Jalar di Desa Cilembu
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 9. Pemberian Pupuk Dasar pada lahan Ubi Jalar di Desa Cilembu
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 9. Gulma yang terdapat pada lahan ubi jalar


Sumber: Dokumentasi Penulis

2. Di desa Cileles

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

33

Gambar 10. Landscape lahan Ubi Jalar di Desa Cileles, Jatinangor


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 11. Contoh Tanaman Sampling


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 12. Lahan ubi jalar dari atas


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 13. Lahan ubi jalar dari bawah


Sumber: Dokumentasi Penulis

3. Di desa Sayang
Gambar 14. Lahan ubi jalar
Sumber: Dokumentasi Penulis

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

34

Gambar 15. Tanaman ubi jalar sebagai contoh sampling


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 16. Tanaman ubi jalar sebagai sampling


Sumber: Dokumentasi Penulis

Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

35

Anda mungkin juga menyukai