Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIK (UNIT 2)

LUHT4234

METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN

(PENERAPAN METODE DAN TEKNIK DEMONSTRASI CARA )

DISUSUN OLEH :

NAMA : Maulidatul Hasanah

NIM : 031160575

UPBJJ : JEMBER

POKJAR : PP. SAQA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


BIDANG MINAT PENYULUHAN PERTANIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JEMBER
2020.1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir seluruh atau sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah


pertanian atau biasa disebut sebagai daerah agraris, dan hampir sebagian besar
penduduk di Indonesia berprofesi sebagai petani, akan tetapi sebagian besar dari
petani tidak mengerti dan mengetahui secara menyeluruh tentang ilmu pertanian,
mereka hanya mengetahui ilmu yang mereka dapat dari nenek moyang mereka,
masalah yang paling sering ditemui oleh para petani adalah masalah organisme
pengganggu tanaman (OPT) terutama hama dari jenis serangga, hama dari jenis
serangga ini menyerang tanaman dengan cara yang berbeda, gejala yang
ditimbulkanpun berbeda. Cara dan gejala serangan yang ditimbulkan hama
tergantung dari ordonya meskipun sama-sama dari kelompok hama tapi gejala
yang di timbulkan berbeda, masalnya hama pemakan jika gejala gigitannya halus
maka hama yang menyerang adalah hama dari ordo coleopteran, tapi jika gejala
gigitannya bergerigi maka yang menyerang adalah hama dari ordo ortoptera.
Setiap budidaya tanaman, pasti selalu ada gangguan. Setiap gangguan
tersebut selalu merugikan seorang petani. Gangguan tersebut merupakan masalah
yang harus dikendalikan oleh petani. Selama kerugian yang ditimbulkan tinggi,
maka gangguan tersebut harus segera dikendalikan.
Semua gangguan tersebut disebabkan oleh gulma, hama, penyakit, dan
nematoda. Gangguan yang tidak dikendalikan, akan merugikan petani. Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Hama adalah
binatang yang selalu menyebabkan kerugian bagi seorang petani. Penyakit
tanaman adalah semua penyebab tanaman sakit dan akan merugikan jika tudak
dikendalikan. Sedangkan nematode adalah organism kecil yang hidup di sekitar
perakaran tanaman.
Semua gangguan ini harus selalu di kendalikan secara tepat dan efektif.

Cara pengendalian yang dilakukan yaitu dengan cara memberantas secara


biologis, kimia, dan manual. Pemberantasan ini sangat perlu sekali karena gulma,
hama, penyakit, dan nematoda akan menyebabkan kerugian yang sangat besar.
Gulma yang menyerang tanaman yang ada di kalampangan adalah rumput
teki, marsilea crenata, fuirena ciliaris, centrosema pubesces, alternanthera sessilis,
linderma procumbens,hydrolea zeylanica. Gulma ini menyerang tanaman jagung,
kacang panjang, bayam, dan kemangi. Hama yang menyerang tanaman adalah tungau,
ulat grayak, belalang, capung, kepik, dan walang sangit. Penyakit tanaman yang ada
adalah terjadinya klorosis pada daun tanaman jagung dan terjadinya karat pad daun
kacang panjang. Dan nematode yang terdapat pada perakaran juga menghambat
pertumbuhan tanaman.

B.  Tujuan
1.    Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman padi.
2.    Melatih keterampilan petani dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang
baik.

C. Manfaat

1. Lebih memahami permasalahan yang ada pada petani.


2. Memiliki nilai tambah ilmu dengan permasalahan yang ada langsung dari
petani.

D. Lokasi dan waktu pelaksanaan praktik


Kegiatan praktikum metode dan teknik penyuluhan pertanian “PENERAPAN
METODE DAN TEKNIK DEMONSTRASI CARA” dilaksanakan pada hari jumat, tanggal
17 april 2020 dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan praktikum dilaksanakan di Desa
Bago, Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo.
Tabel 1.2
Ceklis Pengamatan/Wawancara pada Metode dan Teknik Demonstrasi
Cara*)

Lokasi Demonstrasi : ..................................................................


Sasaran : Petani di wilayah ............... Kec. .............
Kab. ..................
Tujuan Demonstrasi :...................................................................
Materi Demonstrasi : ..................................................................
Media yang digunakan: ..................................................................
Demonstrator : ..................................................................

No Kondisi/Komponen yang Hasil Pengamatan/ Keterangan


Diamati Wawancara
1. Kondisi lokasi sasaran

2. Masalah utama masyarakat


petani

3. Langkah-langkah
demonstrasi:
1. Pembukaan
2. Pemaparan
tentang inovasi
3. Pengenalan
demonstrato
r
4. Pelaksanaan
demonstrasi cara
(kejelasan
pemberian materi,
sistematika, dan
pelibatan sasaran)
4. Tanggapan petani saat
diberikan materi
demonstrasi cara
5. Tanggapan petani saat
disarankan untuk materi
yang didemonstrasikan
6. Kendala yang dirasakan
petani jika menerapkan
materi yang
didemonstrasikan
7. Usulan petani
E. Pembahasan
Sistem tanam padi sawah yang diaplikasikan oleh petani hingga saat ini pada umumnya
adalah menggunakan sistem tanam pindah (tapin). Sistem ini selain tidak banyak
membutuhkan persyaratan khusus juga tidak banyak resiko seperti sistem tanam benih
langsung (tabela). Namun, masih banyak petani yang menggunakan bibit dengan jumlah bibit
yang relatif banyak antara (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih dari 10 batang per
rumpun). Menurut Lita dkk, (2013) Pada cara tanam dengan tabela benih disebar langsung di
lahan sawah, untuk tanam benih langsung dengan pita organik, benih dimasukkan ke dalam
pita tanam kemudian ditanam di lahan sawah. Sedangkan menurut Adnan dkk, (2012)
menyatakan bahwa sistem pemgolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) adalah pengolahan
tanah dimana tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali lubang tugalan untuk penempatan
benih, dan sistem tanam jajar legowo meurut Lalla dkk, (2012).
Sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk
memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari
teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo (tajarwo)
merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan tanaman dan merupakan tanam
berselang seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Tujuannya
agar populasi tanaman per satuan luas dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Pola
tanam legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo”
atau panjang di antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan
memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm,
60 cm atau 70 cm bergantung pada kesuburan tanah (Lalla dkk, 2012). Teknologi ini
merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Di antara
kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan.
Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm bergantung
pada kesuburan tanah. Terdapat beberapa tipe sistem tanam jajar legowo yaitu. 1) jajar
legowo tipe 2:1 yang artinya baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah
lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Pada cara tanam legowo 2:1, setiap
dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak barisan, namun
jarak tanam dalam barisan dipersempit menjadi setengah jarak tanam aslinya. Sedangkan
baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya)
disebut satu unit legowo. Bila terdapat empat baris tanam per unit legowo maka disebut
Pengadaan benih tanaman padi pada umumnya menggunakan teknik benih basah dengan
caradirendam dengan air selama beberapa hari dan baru disemaikan. Menurut Wangiyana
dkk, (2009) bahwa persiapan benih dan pesemaian, benih padi sebelum perendaman,
dilakukan pemilahan benih yang bernas dengan memasukkan benih ke dalam larutan garam
dapur (konsentrasi 200 g/L), sehingga hanya benih yang bernas yang tenggelam, sedangkan
yang mengambang dibuang. Benih yang tenggelam segera dibilas dengan air tawar untuk
menghilangkan garamnya, kemudian direndam dalam air bersih selama 48 jam, dilanjutkan
dengan pemeraman selama 48 jam. Benih yang telah berkecambah ini kemudian disemaikan
di atas nampan yang telah diisi campuran tanah dan kompos (1:1). Sedangkan yang dilakukan
oleh petani di Desa Jenggawah, Kabupaten Jember adalah penyiapan benih sebelum disemai
adalah dengan cara menyeleksi benih yang bermutu, persiapan benih dicuci air untuk
memilih benih yang bernas.
Sistem pertanian yang dilakukan di Indonesia saat ini terdapat beberapa sistem yaitu
pertanian tradisional secara organik, konvensioanl, dan pertanian dengan sistem modern.
Namun mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem pertanian secara konvensional
pada beberapar komditas tanaman pangan, perkebunan. hal ini sejalan dengan pendapat
Mungara dkk, (2013) bahwa pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang
dilakukan oleh sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan
input dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil
pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengna
responden (Bapak Nurul) pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jenggawah
mayritas adalah dengan sistem konvensional. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan benih
yang berasal dari toko pertanian dengan bibit yang sudah bersertifikat. Sedangkan teknik
pengolahan tanah yang dilakukan adalah dibajak menggunakan mesin traktor (Hand tractor)
pengairan dilakukan dengan cara irigasi teknis menggunakan pompa air. Jenis pupuk yang
digunakan adalah Urea dengan dosis 50 kg per hektar, TSP dengan dosis 50 kg per m 2 /hektar
dan KCL dengan dosis 25 kg per m2 / hektar. Sedangkan teknik pengendalian hama dan
penyakit tanaman padi yang dilakukan petani adalah dengan mengguanakan pestisida.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi praktikum lapang yang dilakukan di Desa Bago, Kecamatan
Besuk Kabupaten Probolinggo dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.    Sistem pertanian yang dilakukan oleh petani di Desa Bago Kabupaten Probolinggo adalah
sistem pertanian konvensional dengan menggunakan beberapa input.
2.    Teknik penyediaan benih yang dilakukan oleh mayoritas petani di Desa Bago Kabupaten
Probolinggo adalah teknik persemaian

Saran
Kegiatan praktikum metode dan teknik penyuluhan pertanian yang dilakukan sudah berjalan
dengan baik, namun akan lebih baik jika pratikum ini dilakukan secara berkelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Hasnuddin, Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat Dan
Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia
Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.

Chapagain, T. A. Riseman. E. Yamaji. 2011. Assessment of System of Rice Intensification


(SRI) and Conventional Practices Under Organic and Inorganic Management in Japan. Rice
science, 18(4): 311-320.

Hidayah, I. 2013. Farmers’ Behaviour in The Implementation of Component PTT (Integrated


Plant and Resource Management) in Irrigation Paddy Rice Fields Farming in Buru Regency
Maluku Province Indonesia. Ijhsnet, 3(12): 129-138.

Ikhwani, G. R. Pratiwi. E. Paturrohman. A. K. Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas


Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek tanaman pangan, 8(2): 72-79.

Kawasaki, J. S. Herath. Impact Assessment Of Climate Change On Rice Production In Khon


Kaen Province, Thailand. Issaas, 17(2): 14-28.

Lalla, H, M, Saleh, A, Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Teknologi,
12(3): 255-264.

Lita, T.,N, S, Soekartomo, B, Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Sawah. Produksi
tanaman, 1(4): 361-369.

Mungara, E, D, Indradewa, R, rogomulyo. 2013. Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Padi


Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Sistem Pertanian Konvensional, Transisi Organik, Dan
Organik. Vegetalika, 2,(3): 1-12.

Nyamai, M. B. M. Mati. P. G. Home. B. Odongo. R. Wanjogu. E. G. Thuranira. 2012.


Improving Land And Water Productivity In Basin Rice Cultivation In Kenya Through
System of Rice Intensification (SRI). Agric, 14(2): 1-9.

Prastiyo, Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Rauf, A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo. Perspektif pembiayaan dan pembangunan daerah, 2(2): 71-76.

Sriyanto, S. 2010. Panen Duit Dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: Agromedia pustaka.

Suhendrata, T. S. Budiyanto. 2012. Peningkatan Produktvitas Padi Gogo Dan Pendapatan


Petani Lahan Kering Melalui Perubahan Penerapan Sistem Tanam Di Kabupaten
Banjarnegara. Semnas, 1(1): 1-5.
Totok Mardikanto, M.S Pepi Rospina Pertiwi, S.P.,M.Si. 2019. Metode dan Teknik
Penyuluhan Pertanian.Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan –
15418.

Anda mungkin juga menyukai