LUHT4234
DISUSUN OLEH :
NIM : 031160575
UPBJJ : JEMBER
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman padi.
2. Melatih keterampilan petani dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang
baik.
C. Manfaat
3. Langkah-langkah
demonstrasi:
1. Pembukaan
2. Pemaparan
tentang inovasi
3. Pengenalan
demonstrato
r
4. Pelaksanaan
demonstrasi cara
(kejelasan
pemberian materi,
sistematika, dan
pelibatan sasaran)
4. Tanggapan petani saat
diberikan materi
demonstrasi cara
5. Tanggapan petani saat
disarankan untuk materi
yang didemonstrasikan
6. Kendala yang dirasakan
petani jika menerapkan
materi yang
didemonstrasikan
7. Usulan petani
E. Pembahasan
Sistem tanam padi sawah yang diaplikasikan oleh petani hingga saat ini pada umumnya
adalah menggunakan sistem tanam pindah (tapin). Sistem ini selain tidak banyak
membutuhkan persyaratan khusus juga tidak banyak resiko seperti sistem tanam benih
langsung (tabela). Namun, masih banyak petani yang menggunakan bibit dengan jumlah bibit
yang relatif banyak antara (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih dari 10 batang per
rumpun). Menurut Lita dkk, (2013) Pada cara tanam dengan tabela benih disebar langsung di
lahan sawah, untuk tanam benih langsung dengan pita organik, benih dimasukkan ke dalam
pita tanam kemudian ditanam di lahan sawah. Sedangkan menurut Adnan dkk, (2012)
menyatakan bahwa sistem pemgolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) adalah pengolahan
tanah dimana tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali lubang tugalan untuk penempatan
benih, dan sistem tanam jajar legowo meurut Lalla dkk, (2012).
Sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk
memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari
teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo (tajarwo)
merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan tanaman dan merupakan tanam
berselang seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Tujuannya
agar populasi tanaman per satuan luas dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Pola
tanam legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo”
atau panjang di antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan
memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm,
60 cm atau 70 cm bergantung pada kesuburan tanah (Lalla dkk, 2012). Teknologi ini
merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Di antara
kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan.
Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm bergantung
pada kesuburan tanah. Terdapat beberapa tipe sistem tanam jajar legowo yaitu. 1) jajar
legowo tipe 2:1 yang artinya baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah
lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Pada cara tanam legowo 2:1, setiap
dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak barisan, namun
jarak tanam dalam barisan dipersempit menjadi setengah jarak tanam aslinya. Sedangkan
baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya)
disebut satu unit legowo. Bila terdapat empat baris tanam per unit legowo maka disebut
Pengadaan benih tanaman padi pada umumnya menggunakan teknik benih basah dengan
caradirendam dengan air selama beberapa hari dan baru disemaikan. Menurut Wangiyana
dkk, (2009) bahwa persiapan benih dan pesemaian, benih padi sebelum perendaman,
dilakukan pemilahan benih yang bernas dengan memasukkan benih ke dalam larutan garam
dapur (konsentrasi 200 g/L), sehingga hanya benih yang bernas yang tenggelam, sedangkan
yang mengambang dibuang. Benih yang tenggelam segera dibilas dengan air tawar untuk
menghilangkan garamnya, kemudian direndam dalam air bersih selama 48 jam, dilanjutkan
dengan pemeraman selama 48 jam. Benih yang telah berkecambah ini kemudian disemaikan
di atas nampan yang telah diisi campuran tanah dan kompos (1:1). Sedangkan yang dilakukan
oleh petani di Desa Jenggawah, Kabupaten Jember adalah penyiapan benih sebelum disemai
adalah dengan cara menyeleksi benih yang bermutu, persiapan benih dicuci air untuk
memilih benih yang bernas.
Sistem pertanian yang dilakukan di Indonesia saat ini terdapat beberapa sistem yaitu
pertanian tradisional secara organik, konvensioanl, dan pertanian dengan sistem modern.
Namun mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem pertanian secara konvensional
pada beberapar komditas tanaman pangan, perkebunan. hal ini sejalan dengan pendapat
Mungara dkk, (2013) bahwa pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang
dilakukan oleh sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan
input dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil
pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengna
responden (Bapak Nurul) pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jenggawah
mayritas adalah dengan sistem konvensional. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan benih
yang berasal dari toko pertanian dengan bibit yang sudah bersertifikat. Sedangkan teknik
pengolahan tanah yang dilakukan adalah dibajak menggunakan mesin traktor (Hand tractor)
pengairan dilakukan dengan cara irigasi teknis menggunakan pompa air. Jenis pupuk yang
digunakan adalah Urea dengan dosis 50 kg per hektar, TSP dengan dosis 50 kg per m 2 /hektar
dan KCL dengan dosis 25 kg per m2 / hektar. Sedangkan teknik pengendalian hama dan
penyakit tanaman padi yang dilakukan petani adalah dengan mengguanakan pestisida.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi praktikum lapang yang dilakukan di Desa Bago, Kecamatan
Besuk Kabupaten Probolinggo dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem pertanian yang dilakukan oleh petani di Desa Bago Kabupaten Probolinggo adalah
sistem pertanian konvensional dengan menggunakan beberapa input.
2. Teknik penyediaan benih yang dilakukan oleh mayoritas petani di Desa Bago Kabupaten
Probolinggo adalah teknik persemaian
Saran
Kegiatan praktikum metode dan teknik penyuluhan pertanian yang dilakukan sudah berjalan
dengan baik, namun akan lebih baik jika pratikum ini dilakukan secara berkelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Hasnuddin, Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat Dan
Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia
Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.
Lalla, H, M, Saleh, A, Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Teknologi,
12(3): 255-264.
Lita, T.,N, S, Soekartomo, B, Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Sawah. Produksi
tanaman, 1(4): 361-369.
Prastiyo, Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Rauf, A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo. Perspektif pembiayaan dan pembangunan daerah, 2(2): 71-76.
Sriyanto, S. 2010. Panen Duit Dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: Agromedia pustaka.