Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIOGRAFI SUNAN MURIA

Nama Kelompok :

M. ASHIF TAUFIQ MAWARDI

M. IQBAL HERSA THAYEB ALI

NADIN CAHYA QULBI


DAFTAR ISI

1. Biografi Sunan Muria

2. Wilayah dakwah Sunan Muria

3. Metode dakwa Sunan Muria

4. Sifat teladan yang dimiliki Sunan Muria

5. Kisah dewi Roroyono dan bukti kesaktian Sunan Muria

6. Letak makam Sunan Muria

7. Benda peningglan sunan muria yang dianggap keramat


BIOGRAFI SUNAN MURIA

Sunan Muria merupakan putera dari Sunan Kalijaga melalui pernikahannya


bersama Dewi Saroh, yang merupakan puteri dari Syekh Maulana Ishak, seorang
ulama terkenal di Samudra Pasai Aceh. Dengan demikian maka Sunan Muria masih
merupakan keponakan dari Sunan Giri. Saat masih kecil, Sunan Muria memiliki nama
Raden Prawoto. Selain itu, beliau juga sering dipanggil dengan Raden Umar Said atau
Raden Umar Syahid.

Menginjak dewasa, Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah yang merupakan
puteri dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji). Sunan Ngudung merupakan salah
satu putera dari sultan di Mesir yang melakukan perjananan hingga ke tanah Jawa.
Sementara itu, Sunan Ngudung sendiri juga merupakan ayah dari Sunan Kudus. Dari
pernikahannya dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria dikaruniai putera bernama Pangen
Santri atau Sunan Ngadilangu.

Menurut beberapa kisah, selain menikah dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria juga
mempersunting Dewi Roroyono yang terkenal dengan kecantikannya. Dewi Roroyono
merupakan puteri dari Sunan Ngerang, seorang ulama terkenal di Juwana yang
memiliki ilmu atau kesaktian yang tinggi, serta merupakan guru dari Sunan Muria dan
Sunan Kudus. Kecantikan Dewi Roroyono banyak memicu pertumpahan darah yang
juga membuktikan kesaktian dari Sunan Muria.
WILAYAH DAKWAH SUNAN MURIA

Dalam berdakwah, Sunan Muria banyak mengadopsi metode ayahnya.


Namun, beliau lebih memusatkan pada daerah terpencil dan jauh dari
pusat kota. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak gunung
Muria yaitu desa Colo. Dan dari nama gunung tersebutlah maka muncul
sebutan Sunan Muria. Selain berdakwah, disana beliau juga berkumpul
dengan rakyat jelata untuk mengajarkan keterampilan bercocok tanam,
melaut, dan berdagang.

Sementara itu, selain mengajarkan Islam di sekitar gunung dan lereng


Muria, Raden Umar Said atau Sunan Muria juga memperluas dakwahnya
di wilayah Tayu, Kudus, dan Juwana. Jadi beliau beserta keluarga dan
para muridnya terkenal dengan fisiknya yang sangat kuat. Bayangkan jika
beliau dan para pengikutnya harus naik turun gunung yang tingginya
sekitar 750 meter, untuk bisa berdakwah di wilayah-wilayah tersebut.
METODE DAKWAH SUNAN MURIA

1. DAKWAH BIL HIKMAH DENGAN AKULTURASI BUDAYA


Meskipun Sunan Muria diterima dengan baik oleh masyarakat, namun bukan berarti
proses dakwah beliau berjalan dengan lancar. Kebanyakan penduduk yang berada di
kawasan gunung Muria masih menganut kepercayaan turun temurun yang sangat
kental dan sulit untuk dirubah. Oleh karenanya beliau sama seperti para wali yang
lainnya yaitu lebih kepada metode dakwah bil hikmah, atau dengan cara-cara bijak
yang tidak memaksa.

Dalam menyikapi kebiasaan masyarakat yang sering melakukan adat kenduren,


maka Sunan Muria meniru gaya moderat ayahnya, yang tidak mengharamkan tradisi
peringatan telung dino hingga sewu dino. Tradisi yang dilakukan untuk memperingati
hari-hari tertentu kematian anggota keluarga ini tidak dilarang, kecuali adat untuk
membakar kemenyan atau memberikan sesajen di tempat tertentu, yang kemudian
diganti dengan sholawat dan do’a untuk ahli kubur.

2. MEMPERTAHANKAN KESENIAN GAMELAN DAN WAYANG


Sama seperti para wali yang lain, Sunan Muria juga tetap mempertahankan alat
musik daerah seperti gamelan dan kesenian tradisional wayang untuk media
dakwahnya. Beliau tidak mengubah budaya yang ada, namun memasukkan ajaran-
ajaran Islam di dalamnya. Beberapa lakon pewayangan dirubah karakternya dengan
membawa pesan-pesan Islam, seperti kisah Dewa Ruci, Petruk dadi Ratu, Jimat
Kalimasada, Mustakaweni, Semar ambarang Jantur, dan lain sebagainya.

3. MENCIPTAKAN BEBERAPA TEMBANG JAWA


Selain mempertahankan kesenian daerah seperti gamelan dan wayang, Sunan
Muria juga menciptakan beberapa tembang Jawa macapat yang berisi tentang ajaran
Islam. Beberapa karyanya yang terkenal hingga saat ini yaitu tembang Sinom dan
Kinanthi. Dengan menggunakan tembang atau lagu maka masyarakat akan dengan
mudah menerimanya, dan mampu mengingat nilai-nilai serta ajaran Islam yang
terkandung di dalamnya untuk bisa diterapkan dalam kehidupan .
KISAH DEWI ROROYONO DAN BUKTI KESAKTIAN SUNAN MURIA

bukti kesaktian Sunan Muria diceritakah dalam kisah pertarungan beliau


untuk mendapatkan Dewi Roroyono. Alkisah, Dewi Roroyono yang
merupakan puteri dari Sunan Ngerang yang sangat disegani di desa
Juwana, tengah berulang tahun yang ke-20. Saat itu Sunan Ngerang
mengadakan syukuran dengan mengundang para tetangga, saudara, serta
para muridnya seperti Sunan Muria, Sunan Kudus, Kapa dan adiknya
Gentiri, serta Adipati Pathak Warak.

1. TERBIUS DENGAN KECANTIKAN DEWI ROROYONO

Ketika semua tamu berkumpul, Dewi Roroyono dan adiknya Dewi Roro
Pujiwati keluar untuk menghidangkan makanan dan minuman. Keduanya
merupakan wanita yang sangat cantik, terutama Dewi Roroyono yang
sudah menginjak 20 tahun. Bagi mereka yang tidak bisa menjaga
pandangan matanya seperti Adipati Pathak Warak akhirnya terseret oleh
godaan setan. Ia memandangi paras cantik Dewi Roroyono sampai
matanya tidak berkedip sama sekali.

Adipati kemudian menggoda Dewi Roroyono dengan ucapan yang tidak


pantas dan tindakan yang kurang ajar sehingga membuatnya merasa malu
dan marah. Dewi Roroyono akhirnya menumpahkan nampan berisi
minuman ke pakaian sang Adipati yang membuatnya marah dan
menyumpahi Dewi Roroyono. Bahkan ia juga hampir menampar Dewi
Roroyono. Seketika Dewi pun masuk dalam kamar dan menangis karena
dipermalukan oleh Adipati Pathak Warak.

2. USAHA PENCULIKAN DEWI ROROYONO

Ketika malam hari, syukuran yang digelar telah selesai dan semua tamu
pulang kecuali yang datang dari jauh, termasuk Pathak Warak. Namun ia
tidak bisa tidur karena masih terngiang dengan wajah ayu Dewi Roroyono.
Ia pun akhirnya mengendap-endap ke kamar Dewi dan membiusnya
dengan ilmu sirep. Pathak Warak kemudian masuk melewati genteng dan
membawa Dewi keluar lewat jendela menuju Mandalika, Kediri.
Sunan Ngerang yang mengetahui putrinya diculik kemudian membuat
sayembara. Ia akan menjadikan saudara bagi anaknya jika yang
menyelamatkan Dewi adalah perempuan, dan menjodohkannya dengan
Dewi jika ia laki-laki. Namun tak seorang pun berani untuk menghadapi
kesaktian Pathak Warak, kecuali Sunan Muria. Di tengah perjalanannya
mengejar Dewi, Sunan Muria bertemu dengan adik seperguruannya Kapa
dan juga Gentiri yang lebih dahulu pulang.

3. PENYELAMATAN DEWI ROROYONO

Sunan Muria menceritakan kejadian tersebut kepada Kapa dan adiknya


Gentiri. Keduanya yang sangat menghormati Sunan Muria kemudian
memutuskan untuk membantu beliau dan menyuruhnya agar kembali ke
padepokan untuk bertemu para murid yang lebih membutuhkan. Mereka
juga berjanji akan memberikan Dewi pada Sunan Muria jika berhasil.
Sunan Muria yang tidak ingin berdebat dan menolak permintaan adik
seperguruannya akhirnya mengabulkan permintaan tersebut.

Kedua bersaudara tersebut akhirnya berhasil merebut Dewi Roroyono


dengan bantuan datuk Wiku Lodhang dari pulau Sprapat yang dikenal sakti
dan tidak tertandingi. Mereka pun akhirnya mengembalikan Dewi ke Sunan
Ngerang. Di hari berikutnya, Sunan Muria hendak pergi memastikan usaha
Kapa dan Gentiri. Namun di tengah perjalanan beliau bertemu dengan
Pathak Warak yang sedang menunggangi kuda. Sunan muria pun akhirnya
menghadangnya.

4. TUMBANGNYA PATHAK WARAK OLEH SUNAN MURIA

Beliau menanyakan keberadaan Dewi, namun Pathak Warak


mengucapkan jika Dewi telah dibawa oleh Kapa dan Gentiri, sedangkan ia
berusaha untuk merebutnya kembali. Sunan Muria kemudian memasang
kuda-kuda sembari mengucapkan jika Pathak Warak ingin merebut Dewi
maka ia harus melangkahi mayatnya. Pathak Warak kemudian turun dan
menyerang Sunan Muria dengan jurus cakar harimau. Namun ia kalah
dengan hanya beberapa gebrakan saja.
5. HADIAH SAYEMBARA

Seluruh kesaktian Pathak Warak hilang seketika, bahkan ia juga tidak


mampu untuk berdiri dan juga berjalan. Sementara itu, Sunan Muria
melajutkan perjalanannya ke Juwana. Beliau disambut gembira oleh Sunan
Ngerang yang sudah diceritakan perjalanannya oleh Kapa dan Gentiri.
Beliau kemudian dijodohkan dengan Dewi Roroyono. Sementara Kapa dan
Gentiri mendapatkan hadiah tanah di daerah Buntar, yang menjadikan
keduanya kaya dan berkecukupan.

6. RASA SESAL KAPA DAN GENTIRI

Sementara Sunan Muria dan istrinya berbahagia di padepokan Muria,


Kapa dan Gentiri yang membawa Dewi Roroyono kembali saat itu
tampaknya telah terpesona dengan kecantikannya. Mereka tidak bisa tidur
dengan nyenyak dan menyesali tawaran baik mereka kepada Sunan Muria
kala itu. Mereka selalu menghujam betapa enaknya Sunan Muria bisa
mendapatkan Dewi tanpa perjuangan, yang akhirnya menyulut dendam di
hati mereka berdua.

7. KEMATIAN GENTIRI

Mereka yang dirasuki iblis akhirnya bertekad untuk merebut Dewi


Roroyono dari kakak seperguruannya, dan sepakat menjadikan Dewi
sebagai istri mereka secara bergiliran. Namun niat jahat mereka berakhir
buruk, Gentiri yang beraksi terlebih dahulu ke Muria, akhirnya kepergok
oleh para murid Sunan Muria dan menyebabkan pertempuran hebat
diantara mereka. Hingga akhirnya Gentiri menghadapi Sunan Muria dan
menemui ajalnya di gunung tersebut.

8. PENCULIKAN DEWI ROROYONO OLEH KAPA

Berita kematian Gentiri tersebar dengan cepat ke berbagai daerah,


namun tak menyurutkan niat Kapa. Ia mendatangi gunung Muria secara
diam-diam pada malam hari dan tak ada yang mengetahuinya. Kebetulan
saat itu, Sunan Muria dan beberapa muridnya juga sedang berada di
Demak Bintoro. Kapa membius para murid Sunan Muria yang menjaga
Dewi dan berhasil membawanya ke pulau Sprapat dengan amat mudah.
9. KEJADIAN DI PULAU SPRAPAT

Sepulangnya dari Demak Bintoro, Sunan Muria juga bermaksud untuk


mendatangi datuk Wiku Lodhang yang ada di pulau Sprapat. Meskipun
sang Wiku Lodhang memeluk agama lain, namun beliau tetap bersahabat
dengannya. Terlebih lagi sang Wiku Lodhang juga telah membantu
merebut Dewi Roroyono dari Pathak Warak sebelumnya. Sementara itu,
kedatangan Kapa dengan membawa Dewi Roroyono tidak disambut baik
oleh sang Wiku Lodhang.

Datuk Wiku Lodhang menghardik dan menistakan perbuatan muridnya


tersebut. Ia juga menyuruh Kapa untuk mengembalikan istri dari kakak
seperguruannya, namun Kapa menolaknya. Mereka berdua pun akhirnya
berdebat cukup lama sehingga tidak menyadari kedatangan Sunan Muria.
Sunan Muria terkejut melihat istrinya terikat pada tangan dan kaki,
sementara melihat Kapa dan gurunya tengah bertengkar.

KEMATIAN KAPA

Disaat Wiku Lodhang berjalan untuk membebaskan Dewi dan selesai


melepaskan ikatannya, kemudian terdengar jeritan Kapa di saat yang
bersamaan. Ternyata Kapa yang saat itu mengetahui kedatangan Sunan
Muria kemudian mengeluarkan jurus aji pamungkasnya yang kemudian
berbalik menyerang dan membunuh dirinya sendiri. Itulah salah satu
kesaktian Sunan Muria yang mampu mengembalikan serangan lawan.
LETAK MAKAM SUNAN MURIA

Makam Sunan Muria terletak di puncak gunung Muria, sebelah utara


kota Kudus. Untuk mencapai makam maka Anda perlu menaiki sekitar 700
tangga dari pintu gerbang. Letak makam Sunan Muria berada persis di
belakang masjid Sunan Muria. Yang membedakannya dari makam wali
lainnya, yaitu letak makam beliau yang menyendiri dan berada jauh dari
para punggawanya, sama seperti sifatnya yang suka menyendiri.
BENDA PENINGGALAN SUNAN MURIA YANG DIANGGAP KERAMAT

1.PELANA KUDA
Beberapa benda peninggalan Sunan Muria seperti pelana kuda sering diigunakan
oleh masyarakat sekitar untuk mendatangkan hujan. Ritual tersebut dinamakan dengan
guyang cekathak yang berati memandikan pelana kuda, dan biasanya dilakukan pada
hari Jumat Wage di saat musim kemarau. Untuk mengawali ritual biasanya mereka
membawa pelana kuda dari Masjid Muria ke mata air Sendang Rejoso, dan mencucinya
di mata air tersebut.

Mereka mencuci pelana kuda di Sendang Rejoso dilanjutkan dengan memercikkan


air ke warga. Setelah selesai kemudian mereka membacakan doa dan menunaikan
sholat istisqa’ untuk meminta hujan. Lalu ritual tersebut ditutup dengan acara makan
bersama dengan lauk-pauk berupa opor ayam, gulai kambing, dan sayuran-sayuran
yang dipadu dengan parutan kelapa. Ada juga makanan penutup yaitu dawet yang
setiap butirannya melambangkan rintik hujan.

2. AIR GENTONG
Selain itu, ada juga gentong peninggalan Sunan Muria yang selalu menjadi tujuan para
peziarah. Menurut beberapa orang dan warga sekitar Gunung Muria, air yang selalu
mengalir dalam gentong tersebut mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai
penyakit. Selain itu, air yang bersumber dari pegunungan muria tersebut juga diyakini
mampu untuk membersihkan jiwa dan bermanfaat untuk kecerdasan.

Anda mungkin juga menyukai