Nama Kelompok :
Menginjak dewasa, Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah yang merupakan
puteri dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji). Sunan Ngudung merupakan salah
satu putera dari sultan di Mesir yang melakukan perjananan hingga ke tanah Jawa.
Sementara itu, Sunan Ngudung sendiri juga merupakan ayah dari Sunan Kudus. Dari
pernikahannya dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria dikaruniai putera bernama Pangen
Santri atau Sunan Ngadilangu.
Menurut beberapa kisah, selain menikah dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria juga
mempersunting Dewi Roroyono yang terkenal dengan kecantikannya. Dewi Roroyono
merupakan puteri dari Sunan Ngerang, seorang ulama terkenal di Juwana yang
memiliki ilmu atau kesaktian yang tinggi, serta merupakan guru dari Sunan Muria dan
Sunan Kudus. Kecantikan Dewi Roroyono banyak memicu pertumpahan darah yang
juga membuktikan kesaktian dari Sunan Muria.
WILAYAH DAKWAH SUNAN MURIA
Ketika semua tamu berkumpul, Dewi Roroyono dan adiknya Dewi Roro
Pujiwati keluar untuk menghidangkan makanan dan minuman. Keduanya
merupakan wanita yang sangat cantik, terutama Dewi Roroyono yang
sudah menginjak 20 tahun. Bagi mereka yang tidak bisa menjaga
pandangan matanya seperti Adipati Pathak Warak akhirnya terseret oleh
godaan setan. Ia memandangi paras cantik Dewi Roroyono sampai
matanya tidak berkedip sama sekali.
Ketika malam hari, syukuran yang digelar telah selesai dan semua tamu
pulang kecuali yang datang dari jauh, termasuk Pathak Warak. Namun ia
tidak bisa tidur karena masih terngiang dengan wajah ayu Dewi Roroyono.
Ia pun akhirnya mengendap-endap ke kamar Dewi dan membiusnya
dengan ilmu sirep. Pathak Warak kemudian masuk melewati genteng dan
membawa Dewi keluar lewat jendela menuju Mandalika, Kediri.
Sunan Ngerang yang mengetahui putrinya diculik kemudian membuat
sayembara. Ia akan menjadikan saudara bagi anaknya jika yang
menyelamatkan Dewi adalah perempuan, dan menjodohkannya dengan
Dewi jika ia laki-laki. Namun tak seorang pun berani untuk menghadapi
kesaktian Pathak Warak, kecuali Sunan Muria. Di tengah perjalanannya
mengejar Dewi, Sunan Muria bertemu dengan adik seperguruannya Kapa
dan juga Gentiri yang lebih dahulu pulang.
7. KEMATIAN GENTIRI
KEMATIAN KAPA
1.PELANA KUDA
Beberapa benda peninggalan Sunan Muria seperti pelana kuda sering diigunakan
oleh masyarakat sekitar untuk mendatangkan hujan. Ritual tersebut dinamakan dengan
guyang cekathak yang berati memandikan pelana kuda, dan biasanya dilakukan pada
hari Jumat Wage di saat musim kemarau. Untuk mengawali ritual biasanya mereka
membawa pelana kuda dari Masjid Muria ke mata air Sendang Rejoso, dan mencucinya
di mata air tersebut.
2. AIR GENTONG
Selain itu, ada juga gentong peninggalan Sunan Muria yang selalu menjadi tujuan para
peziarah. Menurut beberapa orang dan warga sekitar Gunung Muria, air yang selalu
mengalir dalam gentong tersebut mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai
penyakit. Selain itu, air yang bersumber dari pegunungan muria tersebut juga diyakini
mampu untuk membersihkan jiwa dan bermanfaat untuk kecerdasan.