SUNAN MURIA
Menginjak dewasa, Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah yang merupakan
puteri dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji). Sunan Ngudung merupakan salah
satu putera dari sultan di Mesir yang melakukan perjananan hingga ke tanah Jawa.
Sementara itu, Sunan Ngudung sendiri juga merupakan ayah dari Sunan Kudus. Dari
pernikahannya dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria dikaruniai putera bernama
Pangen Santri atau Sunan Ngadilangu.
Menurut beberapa kisah, selain menikah dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria
juga mempersunting Dewi Roroyono yang terkenal dengan kecantikannya. Dewi
Roroyono merupakan puteri dari Sunan Ngerang, seorang ulama terkenal di Juwana
yang memiliki ilmu atau kesaktian yang tinggi, serta merupakan guru dari Sunan
Muria dan Sunan Kudus. Kecantikan Dewi Roroyono banyak memicu pertumpahan
darah yang juga membuktikan kesaktian dari Sunan Muria.
TUGAS AIK
NAMA : M. AMIR AFFANDI
NIM/KELAS : 181020700155/2B2 T.INDUSTRI
SUMBER : https:///thegorbalsla.com//sunan-muria/
Sementara itu, selain mengajarkan Islam di sekitar gunung dan lereng Muria, Raden
Umar Said atau Sunan Muria juga memperluas dakwahnya di wilayah Tayu, Kudus,
dan Juwana. Jadi beliau beserta keluarga dan para muridnya terkenal dengan
fisiknya yang sangat kuat. Bayangkan jika beliau dan para pengikutnya harus naik
turun gunung yang tingginya sekitar 750 meter, untuk bisa berdakwah di wilayah-
wilayah tersebut.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Muria lebih toleran dengan memusatkan
pada rakyat jelata dan bukan kaum bangsawan. Beliau lebih senang mengasingkan
diri bersama rakyat jelata dibandingkan tinggal di pusat kerajaan Demak. Metode
dakwah beliau sering disebut dengan Topo Ngeli, yang berarti menghanyutkan diri
di dalam masyarakat. Dengan begitu, maka Sunan Muria lebih mudah dalam
mengajak masyarakat untuk masuk agama Islam.
Sementara itu, agar bisa berbaur dengan masyarakat sekitar pegunungan tersebut,
maka beliau kerap sekali memberikan kursus atau keterampilan untuk para pelaut,
nelayan, pedagang, dan rakyat jelata. Dengan demikian maka beliau bisa
mengumpulkan mereka yang notabennya adalah pekerja yang sangat sulit untuk
TUGAS AIK
NAMA : M. AMIR AFFANDI
NIM/KELAS : 181020700155/2B2 T.INDUSTRI
SUMBER : https:///thegorbalsla.com//sunan-muria/
meluangkan waktu belajar agama. Jadi dengan adanya kursus maka Sunan Muria
dapat dengan mudah menyampaikan ajaran Islam kepada mereka.
Meskipun Sunan Muria diterima dengan baik oleh masyarakat, namun bukan berarti
proses dakwah beliau berjalan dengan lancar. Kebanyakan penduduk yang berada
di kawasan gunung Muria masih menganut kepercayaan turun temurun yang sangat
kental dan sulit untuk dirubah. Oleh karenanya beliau sama seperti para wali yang
lainnya yaitu lebih kepada metode dakwah bil hikmah, atau dengan cara-cara bijak
yang tidak memaksa.
Sama seperti para wali yang lain, Sunan Muria juga tetap mempertahankan alat
musik daerah seperti gamelan dan kesenian tradisional wayang untuk media
dakwahnya. Beliau tidak mengubah budaya yang ada, namun memasukkan ajaran-
ajaran Islam di dalamnya. Beberapa lakon pewayangan dirubah karakternya dengan
membawa pesan-pesan Islam, seperti kisah Dewa Ruci, Petruk dadi Ratu, Jimat
Kalimasada, Mustakaweni, Semar ambarang Jantur, dan lain sebagainya.
Selain mempertahankan kesenian daerah seperti gamelan dan wayang, Sunan Muria
juga menciptakan beberapa tembang Jawa macapat yang berisi tentang ajaran
Islam. Beberapa karyanya yang terkenal hingga saat ini yaitu tembang Sinom dan
TUGAS AIK
NAMA : M. AMIR AFFANDI
NIM/KELAS : 181020700155/2B2 T.INDUSTRI
SUMBER : https:///thegorbalsla.com//sunan-muria/
Kinanthi. Dengan menggunakan tembang atau lagu maka masyarakat akan dengan
mudah menerimanya, dan mampu mengingat nilai-nilai serta ajaran Islam yang
terkandung di dalamnya untuk bisa diterapkan dalam kehidupan.
Mengasingkan diri di tengah masyarakat jelata membuat kepribadian Sunan Muria lebih
peka dan lebih toleran terhadap berbagai masalah. Bahkan beliau kerap sekali memberikan
solusi untuk berbagai masalah yang rumit. Seperti saat konflik internal di Kesultanan
Demak tahun 1518-1530 M. Beliau mampu menjadi penengah dan memberikan solusi
terbaik yang bisa diterima oleh berbagai pihak dan membuatnya sangat dihormati di
berbagai kalangan.
Selain itu, keteladanan sifat Sunan Muria juga bisa tergambar dengan caranya yang lebih
memilih untuk berbaur dengan rakyat kecil dan meninggalkan keramaian di dalam kerajaan
Demak. Sikap yang demikian patut dicontoh dalam kehidupan bermasyarakat. Yang mana
dalam memsosialisasikan kebijakan umum maka pemerintah sudah selayaknya bisa
menjangkau seluruh elemen masyarakat dan tidak berhenti pada orang-orang tertentu
saja.
1. Pelana kuda
Beberapa benda peninggalan Sunan Muria seperti pelana kuda sering diigunakan
oleh masyarakat sekitar untuk mendatangkan hujan. Ritual tersebut dinamakan
dengan guyang cekathak yang berati memandikan pelana kuda, dan biasanya
dilakukan pada hari Jumat Wage di saat musim kemarau. Untuk mengawali ritual
biasanya mereka membawa pelana kuda dari Masjid Muria ke mata air Sendang
Rejoso, dan mencucinya di mata air tersebut.
2. Air gentong
Selain itu, ada juga gentong peninggalan Sunan Muria yang selalu menjadi tujuan
para peziarah. Menurut beberapa orang dan warga sekitar Gunung Muria, air yang
selalu mengalir dalam gentong tersebut mampu mencegah dan menyembuhkan
berbagai penyakit. Selain itu, air yang bersumber dari pegunungan muria tersebut
juga diyakini mampu untuk membersihkan jiwa dan bermanfaat untuk kecerdasan.