Mereka juga kebetulan mendengar keberadaan Syekh Kahfi atau biasa disebut syekh
datuk kahfi membuka perguruan Islam di cirebon. Mereka mengutarakan maksud
mereka kepada prabu silliwangi untuk berguru kepada syekh kahfi. Mereka ingin
memperdalam agama Islam seperti ajaran nabi Muhammad SAW. Tapi keinginan
mereka ditolah oleh prabu siliwangi.
Daerah itupun dijadikan pedukuhan yang semakin hari semakin banyak orang
berdatangan untuk menetap dan menjadi pengikut pangeran walangsungsang. Setelah
daerah itu ramai, ia diangkat sebagai kepala dukuh dengan gelar cakrabuana. Lalu,
daerah tersebut dinamakan tegal alang-alang.
Orang yang menetap di tegal alang-alang terdiri atas berbagai ras atau keturunan.
Banyak pedagang asing yang menjadi penduduk setempat, sehingga terjadilah
Nazwa Auliazda Abudi
pembauran berbagai ras dan percampuran dalam bahasa sunda. Akibatnya, tegal
alang-alang disebut caruban.
Sebagai besar rakyat caruban bermata pencarian pencari udang, yang kemudian dibuat
menjadi petis yang terkenal. Dalam bahas asunda, petis udang disebut “cai rebon”.
Kemudian, daerah caruban lebih dikenal sebagai Cirebon hingga sekarang. Setelah
dianggap memenuhi syarat, pangeran cakrabuana dan rara santang diperintah oleh
syekh kahfi untuk melaksanakan ibadah gaji ke tanah suci.
Mereka berdua berangkat ke Makkah. Sesampainya di kota suci makkah, kedua kakak
beradik itu tinggal di rumah seorang ulama bersar bernama Syaikh Bayanillah sambil
menambah pengetahuan agama. Sewaktu mengerjakan thawaf mengelilingi Ka’bah,
keduany bertemu dengan seorang raja mesir bernama Sultan Syatif Abdullah yang
sedang menjalani ibadah haji. Raja mesir itu tertarik pada wajah rara santang yang
mirip almarhumah istrinya.
Sesudah ibadah haji, raja mesir itu melamar rara santang pada syekh bayanillah. Rara
santang dan kakaknya, pangeran cakrabuana, tidak keberatan. Maka pernikahan
mereka dilangsungkan sesuai Madzhab Syafi’i. Kemudian, nama rara santang diganti
menjadi Syarifah Mudaim. Dari perkawinan tersebut, lahirlah syarif Hidayatullah yang
kemudian mendapat sebutan sunan gunung jati dan syarif Nurullah, adiknya.
Dalam usia muda, syarif hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk
menggantikan kedudukannya sebagai raja mesir. Tapi anak mudah yang masih
berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Ia dan ibunya bermaksud untuk pulang ke
tanah jawa untuk berdakwah di jawa barat. Kemudian, kedudukannya diberikan
kepada adiknya, yaitu Syarif Nurullah. Sewaktu berada di mesir, Syarif Hidayatullah
berguru kepada beberapa ulama besar di daratan timur tengah. Dalam usia sangat
muda, ilmunya sudah sangat banyak. Maka, ia tidak merasa kesulitan untuk
melakukan dakwah ketika pulang ke tanah leluhurnya, yaitu jawa.