Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI NUSA TENGGARA

OLEH :
NAMA KELOMPOK : 7

ANGGOTA : 1. MARIANI PUTRI OLOAN SIREGAR

2. SARAH PUSPITA

3. BAGAS PATI L. SADEWA

4.SURYA RAHMAT PUTRA

5.REIYNDRA NAIBAHO

6.RIDHO PUTRA NOVANDA

SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI 15 PEKANBARU
T . A . 2018/2019

Page 1 of 12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “ KERAJAAN ISLAM DI DAERAH NUSA
TENGGARA “ tepat dengan waktunya.

Makalah ini kami buat untuk mengetahui semua hal tentang


kerajaan- kerajaan yang ada di nusa tenggara. Makalah ini di buat untuk
memenuhi nilai mata pelajaran Sejarah wajib kelas 10 semester 2 tahun
pelajaran 2018/2019.

Kami menyadarai bahwa dalam membuat makalah ini masih banyak


kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan laporan
penelitian ini.

PEKANBARU , 28 JANUARI 2019

TIM PENYUSUN

Page 2 of 12
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………….4

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………...…….4


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….….5
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………….…………………5
D. Manfaat …………………………………………………………………………….…………………6

BAB II PERKEMBANGAN KERAJAAN ………………………………………………………………..7

A. Awal Masuk Islam ke Nusa tenggara ……………………………….……………………7


B. Kerajaan di Nusa Tenggara …………………………………………………………….…….7
C. Kesultanan Bima …………………………………………………………………….…..……….8
D. Keruntuhan Kerajaan di Nusa Tenggara ………………….……………………………9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………………............11

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………….………. 11
B. Saran ………………………………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….……………………………………….……12

Page 3 of 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai
berkenalanan dengan “tradisi” Islam, meskipun frekuensinya tidak terlalu besar.
Pengenalan ini berlangsung sejalan dengan munculnya para saudagar Muslim di
beberapa tempat di Asia Tenggara. Bukti tertua adanya “komunitas” Muslim di Asia
Tenggara adalah dua buah makam yang bertarikh sekitar abad ke-5 Hijriah/ke-11
Masehi di Pandurangga (kini Panrang, Viet Nam) dan di Leran (Gresik, Indonesia).

Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13
Masehi, yaitu dengan adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada
bulan Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi
di Nusantara sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam.

Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7
Masehi. Beberapa kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan
hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah.
Bukti-bukti arkeologis yang mendukung ke arah itu ditemukan di Laut Jawa dekat
Cirebon. Di antara komoditi perdagangan yang asalnya dari Timur Tengah ditemukan
indikator “keIslaman” yang berupa sebuah cetakan tangkup (mould) yang bertulisan
asma‘ul husnah.

Meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia menganut paham Sunni, namun


pada prakteknya saat ini di Sumatra dan Jawa menganut paham Syi‘ah. Data arkeologis
menunjukkan bahwa Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia melalui
Gujarat, kemudian dibawa oleh para saudagar ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia
dan Semenanjung Tanah Melayu.

Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi


budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma
aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan
Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai
konsespsi sosial budaya, dan Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi
budaya ini oleh para ahli sering disebut dengan great tradition (tradisi besar),
sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil)
atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik”,
yang dipengaruhi Islam.

Page 4 of 12
Tradisi besar (Islam) adalah doktrin-doktrin original Islam yang permanen, atau
setidak-tidaknya merupakan interpretasi yang melekat ketat pada ajaran dasar. Dalam
ruang yang lebih kecil doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan syariah-
hukum Islam yang menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam. Tradisi-
tradisi ini seringkali juga disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan dengan peri-
feri (pinggiran).

Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence- kawasan-


kawasan yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local ini
mencakup unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya yang meliputi
konsep atau norma, aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya yang
dihasilkan masyarakat.

Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian
melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil
mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing,
sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah
bangsa yang membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki
karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai
kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan
mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asliu; dan memilkiki
kemampuanmengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya
selanjutnya.

Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia,


ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai
agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-
budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam.
Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna
Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local
dan Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Islam bisa masuk ke Nusa Tenggara?
b. Apa nama kerajaan di Nusa Tenggara?
c. Siapa pembangun Kerajaan di Nusa Tenggara?
d. Mengapa Kerajaan di Nusa Tenggara bisa runtuh?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui nama Kerajaan di Nusa Tenggara.
b. Untuk Untuk mengetahui proses masuknya Islam ke Nusa Tenggara.
c. mengetahui nama pembangun Kerajaan di Nusa Tenggara.
d. Untuk mengetahui sebab keruntuhan Kerajaan di Nusa Tenggara.

Page 5 of 12
D. MANFAAT
a. Menambah wawasan tentang masuknya Islam di Nusa Tenggara.
b. Menambah pengetahuan tentang kerajaan di Nusa Tenggara yang ada
maupun yang berjaya.
c. Menambah wawasan terhadap orang yang berjasa menyebar luaskan Islam
di Nusa Tenggara.
d. Mengerti tentang keruntuhan Kerajaan di Nusa Tenggara agar tidak terjadi
keruntuhan lagi di Indonesia.

Page 6 of 12
BAB II
PERKEMBANGAN KERAJAAN
A. AWAL MASUK ISLAM KE NUSA TENGGARA
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok).
Islam di lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan
masuknya Islam ke Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah para
mubalig dari Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian berkembang kerajaan Islam
di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan Selaparang.

B. KERAJAAN DI NUSA TENGGARA


Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau
Lombok. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada di Selaparang (sering pula
diucapkan dengan Seleparang), yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa
Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur.

Sejujurnya minim sekali yang dapat diketahui tentang sejarah Kerajaan


Selaparang, terutama sekali tentang awal mula berdirinya. Namun, tentu saja terdapat
beberapa sumber objektif yang cukup dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang
tercatat di dalam daun Lontar yang menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan
Selaparang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah masuknya atau proses
penyebaran agama Islam di Pulau Lombok.

Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah


Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itu Selaparang mengalami zaman
keemasan, memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya
dari lombok terus ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara
Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban
Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.

Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di


laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah
tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus
rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih
dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya
pernah pula mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari
arah barat. Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan
Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi, akan tetapi kedua-duanya
dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar
pula.

Page 7 of 12
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan
kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor
agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman,
di sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini. Dari wilayah kota
yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar
belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan
pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan
segera dapat diketahui. Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah
bagian belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi,
bertingkat-tingkat hingga ke hutan Lemor yang memiliki sumber mata air yang
melimpah.[8]

Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan


Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan
Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat.
Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan
gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga
masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian
dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi,
putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji
Komala, dilantik di Sumbawa menjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh
wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.

Setelah terjadinya Perjanjian Bongayana pada tanggal 18 November 1667,


kerajaan-kerajaan yang ada di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC. Dengan
keadaan tersebut, maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun
1673. Tujuan pemindahan tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan
kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan
Gowa. Alasan Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa adalah karena Sumbawa
dipandang lebih strategis dari pada pusat pemerintahan di Selaparang. Disamping itu
juga mengingat adanya ancaman dan serangan dari VOC yang terjadi terus menerus.

C. KESULTANAN BIMA
Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara.Rajanya yang
pertama masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau
Sultan Abdul Khair(1611-1640).Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan
terhadap intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC.ketika VOC mau
memperbaharui perjanjian dengan Bima pada tahun 1668,Sultan Bima,Tureli
Nggampo,menolaknya.ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675,raja
Tambora,Kalongkong dan para pembesarnya diharuskan menyerahkan keris-keris
pusakanya kepada Holsteijn.pada tahun 1691,ketika permaisuri Kerajaan Dompu
terbunuh,Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal dalam
Penjara.kerajaan-kerajaan di Lombok,Sumbawa,Bima,dan lainnya selama abad XVIII

Page 8 of 12
dan akhir abad itu terus melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC
senantiasa mencampuri urusan pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan
menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang melawan.

Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan Bima abad XIX dapat diperkaya oleh
gambaran terperinci dalam Syair Kerajaan Bima yang menurut telaah filologi Henri
Chambert-Loir diperkirakan dikarang sebelum tahun 1833, sebelum Raja Bicara abdul
Nabi meletakan Jabatan dan digantikan oleh Putranya. Syair itu dikarang oleh Khatib
Lukman,barang kali pada tahun 1830.Syair itu ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa
Melayu.Syair itu menceritakan empat peristiwa yang terjadi di Bima pada awal abad
XIX,yaitu letusan Gunung Tambora(1815)wafatdan pemakaman Sultan Abdul Hamid
pada mei 1819.serangan bajak laut dan Pemberontakan Sultan Ismail pada 26
November 1819.

Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh
asal Makassar yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang
pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim
sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke
Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di
suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.

D. KERUNTUHAN KERAJAAN DI NUSA TENGGARA


Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel,
namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari bagian barat telah muncul
pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para
imigran petani liar dari Karang Asem (Pulau Bali) secara bergelombang, dan selanjutnya
mendirikan koloni di kawasan Kota Mataram sekarang ini. Kekuatan itu kemudian
secara berangsur-angsur tumbuh berkembang sehingga menjelma menjadi kerajaan
kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri sekitar tahun 1622 Masehi.
Kerajaan ini berdiri lima tahun setelah serangan laut pertama Kerajaan Gelgel dari Bali
Utara atau dua tahun sebelum serangan ke dua yang dapat ditumpas oleh pasukan
Kerajaan Selaparang.

Namun, bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul
secara tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda, yang tentunya sewaktu-waktu
dapat melakukan ekspansi militer. Kekuatan dan tetangga dekat diabaikan, karena
Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Oleh sebab itu, sebelum kerajaan yang
berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan
menempatkan laskar kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.

Page 9 of 12
Dalam upaya menghadapi masalah yang baru tumbuh dari bagian barat itu, yakni
Kerajaan Gelgel, dan Kerajaan Mataram Karang Asem, maka secara tiba-tiba saja, salah
seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas
ditengarai berselisih paham dengan rajanya, raja Kerajaan Selaparang, soal posisi pasti
perbatasan antara wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik. Arya Banjar Getas
beserta para pengikutnya kemudian memutuskan untuk meninggalkan Selaparang dan
bergabung dengan sebuah ekspedisi militer Kerajaan Mataram Karang Asem (Bali) yang
pada saat itu sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Kemudian dengan segala
taktiknya, Arya Banjar Getas menyusun rencana dengan pihak Kerajaan Mataram
Karang Asem untuk bersama-sama menggempur Kerajaan Selaparang. Pada akhirnya,
ekspedisi militer tersebut telah berhasil menaklukkan Kerajaan Selaparang. Peristiwa
itu terjadi sekitar tahun 1672 Masehi. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi
penguasa tunggal di Lombok.

Page 10 of 12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Islam masuk sekitar abad ke-16 ke daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di
lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kerajaan Selaparang
adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Selaparang merupakan
pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah Pemerintahan Prabu Rangkesari.
Kerajaan Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya
yang pertama masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau
Sultan Abdul Khair(1611-1640). Kerajaan Islam di Nusa Tenggara semakin runtuh
karena kedatangan Belanda termasuk tekanan dari VOC.

B. SARAN
Kita tidak boleh melupakan bagaimana Islam (yang sekarang sebagai agama kita)
masuk ke Indonesia. Dan kita harus bersikap lebih kritis terhadap pembelaan negara
agar negara kita tidak runtuh seperti kerajaan-kerajaan Islam yang lampau.

Page 11 of 12
DAFTAR PUSTAKA
Yunus,Mahmud.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta:Mutiara Sumber
Widya,1995.

Yatim,Badri.sejarah peradaban Islam:dirasah Islamiyah II.cet.ke-13.Jakarta:Rajawali


Press,2002.

http//:www. Faktaandalusia.wordpress.com/.../sejarah-awal-islam-n.

http://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/kerajaan-islam-di-nusa-tenggara.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Selaparang

http://smakita.net/teori-masuknya-islam/

http://spistai.blogspot.com/

Page 12 of 12

Anda mungkin juga menyukai