DISUSUN OLEH :
AHMAD FUDHAYL
KELAS : 9C
Saya sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah dengan judul Sunan Gunung Jati.
Disamping itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di
waktu-waktu mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................................................ii
Daftar is..................................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
B. Peran Sunan Gunung Jati dalam penyebaran ajaran Islam di pulau Jawa.............................3
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................................6
A. Kesimpulan............................................................................................................................6
Daftar Pustaka..........................................................................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menyebar di berbagai tempat di Indonesia tidak dengan sendirinya tetapi disebarkan
oleh tokoh-tokoh Islam yang salah satunya oleh para Wali Songo. Diantara para Wali Songo yaitu
Sunan Gunung Djati yang menyebarkan agama Islam di Cirebon.Sunan Gunung Jati adalah salah
satu dari sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan
sebutan Wali Sanga. Kehidupannya selain sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubaligh dan Da’i
pada zamannya juga sebagai pemimpin rakyat, karena beliau menjadi raja di Kasultanan Cirebon.
Bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang semula bernama Keraton Pakungwati.
Sunan Gunung Djati mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Maulana
Akbar sehingga ketika telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan
ke Timur Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi masih diperselisihkan, kecuali (mungkin)
Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat itu wajib dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji
untuk umat Islam.
Babad Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon dan
tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Sunan Gunung Djati mengambil
peranan mambangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru
dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Setelah pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa
paling sulit, baik bagi Sunan Gunung Djati dan Raden Patah karena proses Islamisasi secara
damai mengalami gangguan internal dari kerajaan Pakuan dan Galuh (di Jawa Barat) dan
Majapahit (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan external dari Portugis yang telah
mulai expansi di Asia Tenggara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Sunan Gunung Jati?
2. Bagaimana peran Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa?
3. Apa saja metode dakwah Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran Islam?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui bagaimana Biografi Sunan Gunung Jati
2. Mengetahui peran Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa
3. Mengetahui metode-metode yang digunakan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran
islam
BAB 2
PEMBAHASAN
B. Peran Sunan Gunung Jati dalam penyebaran ajaran Islam di pulau Jawa
Proses penyebaran dan perluasan Islam di Jawa Barat lebih banyak dikisahkan melalui dua
gerbang penyebaran yaitu Cirebon dan Banten. Didua daerah itu dikuasai oleh seorang raja juga
seorang ulama yaitu Sunan Gunung Djati. Karena dua kekuasaan yang diperankannya yaitu
kekuasaan politik dan agama, dia mendapatkan gelar Ratu Pandita. Dibawah kepemimpinannya
dilakukan penyebaran agama Islam di Jawa Barat atau Tatar Sunda dari dua pusat kekuasaan
Islam yaitu Cirebon dan Banten. Menurut Hoesen Djajadiningrat (1913), setelah Sunan Gunung
Djati jadi penguasa Kerajaan Islam Cirebon, secara damai ia mengajarkan dan menyebarkan
agama Islam. Pada saat itu, beribu-ribu orang berdatangan kepada Sunan Gunung Djati untuk
berguru agama Islam. Pada awalnya kepala-kepala daerah di sekelilingnya mencoba menentang
gerakan itu. Tetapi mereka melihat tentangannya tidak berguna, mereka membiarkan diri mereka
sendiri terseret oleh gerakan tersebut. Para bupati seperti Galuh, Sukapura, dan Limbangan
menerima dan memelukagama Islam dan menghormati Sunan Gunung Djati. Para penguasa di
sekitar Cirebon menganggap bahwa Sunan Gunung Djati adalah sebagai peletak dasar bagi dinasti
sultan-sultan Cirebon. Dalam menjalankan pemerintahannya, Sunan Gunung Djati menggunakan
sistem desentralisasi. Adapun pola kekuasaannya Kerajaan Islam Cirebon menggunakan pola
Kerajaan Pesisir, di mana pelabuhan mempunyai peranan yang sangat penting dengan dukungan
wilayah pedalaman menjadi penunjang yang vital. Menyadari posisi Cirebon sebagai pusat
penyebaran agama Islam, pusat kekuasaan politik, serta pusat perekonomian yang sangat strategis,
maka Sunan Gunung Jati mempercepat pengembangan kota tersebut. Untuk hal itu, maka ia
menjalin hubungan dengan kerajaan Islam pesisir utara Jawa yaitu Kerajaan Islam Demak. Untuk
sarana politik, Sunan Gunung Jati memperluas bangunan Istana Pakungwati sebagai tempat pusat
kegiatan pemerintahan. Kemudian di bidang ekonomi, Sultan Cirebon selain memperluas jaringan
perdagangan, untuk mendukung kegiatan ekonomi dibuat jalan-jalan antara istana ke pelabuhan
Muara Jati dan pasar.
Setelah Cirebon berada dibawah kekuasaan kesultanan Islam yang dipimpin oleh Syarif
Hidayatullah atau Sayid Kamil, atau Syeikh Djati, atau Sunan Gunung Jati, maka kota tersebut
tumbuh menjadi pusat kekuatan politik Islam di Jawa Barat atau Tatar Sunda. Selain itu Cirebon
dibawah kekuasaan Syarif Hidayatullah selain sebagai pusat kekuasaan kesultanan Islam juga
merupakan pusat penyebaran agama Islam dan sekaligus sebagai pusat perdagangan yang menjadi
lintasan perdagangan internasional yaitu lintasan perdagangan jarak jauh (long dintance trade line)
yang 36 dikenal perdagangan Jalur Sutra. Dengan demikian, maka dalam waktu singkat dibawah
kekuasaan Sunan Gunung jati Cirebon tumbuh menjadi sebuah kota yang berkembang dari
sebelumnya. Struktur pemerintahan Kerajaan Islam Cirebon menurut Carita Purwaka Caruban
Nagari, terdiri dari Tumenggung sebagai pemimpin tertinggi, kemudian penasehat, dan pimpinan
tentara atau lasykar yaitu para Adipati, kemudian para pemimpin wilayah yang lazim disebut
dengan Ki Gedeng.Adapun program-program yang dijalankan dalam memipin pemerintahan di
Cirebon, menurut Sunarjo (1983) Sunan Gunung Djati adalah intensitas pengembangan agama
Islam ke segenap penjuru Tatar Sunda. Sedangkan di bidang ekonomi Sultan menekankan bidang
perdagangan terutama dengan nagari-nagari di wilayah Nusantara. Selain itu dikembangkan pula
hubungan perdagangan dengan negeri Campa, Malaka, Cina, India, dan Arab. Setelah
membangunan kekuatan-kekuatan ekonomi. Usaha dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Djati
sesuai tugasnya sebagai guru agama islam, yang kemudian menjadi anggota wali mula-mula
dilakukan di Gunung Sembung dengan memakai nama Sayyid Kamil. Atas bantuan Haji
Abdullah Iman alias Pangeran Cakrabuwana, Kuwu Caruban, Sunan Gunung Djati membuka
pondok dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar dan namanya disebut Maulana
Jati atau Syeikh Jati. Tidak lama kemudian, datanglah Ki Dipati Keling beserta Sembilan puluh
delapan orang pengiringnya, menjadi pegikut Sunan Gunung Jati. Salah satu strategi dakwah
Sunan Gunung Jati dalam memperkuat kedudukan, sekaligus memperluas hubungan dengan
tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon adalah melalui pernikahan sebagaimana hal itu telah
dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat
A. Kesimpulan
Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal sebagai Sunan Gunung Djati lahir dari
pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim dan Nyai Rara Santang. Sunan
Gunung Djati lahir sekitar tahun 1450 M di Mekkah ketika Sultan Syarifah Abdullah dan
Nyai Rara Santang sedang berziarah di Mekkah dan Madinah, namun ada juga yang
menyebutkan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Sultan Syarifah adalah raja dari
kerajaan Mesir,sedangkan Nyai Rara Santang merupakan putri Prabu Siliwangi.
Sejak kecil Sunan Gunung Djati tekun belajar agama. Selain dari orang tuanya, ia juga
belajar dari Syekh Kahfi, seorang muballigh asal Baghdad yang juga menjadi guru
pamannya, Pangeran Cakrabuana. Tak puas mendalami agama di pesantren Syekh Kahfi,
Sunan Gunung Djati pergi ke Timur Tengah. Sunan Gunung Djati mendalami ilmu agama
sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara.
Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia
mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati
Salah satu strategi dakwah Sunan Gunung Jati dalam memperkuat kedudukan,
sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon adalah
melalui pernikahan sebagaimana hal itu telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan
para sahabat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.historyofcirebon.id/2018/01/biografi-sunan-gunung-jati-lengkap.html
Dadan Wildan (2003), Melacak Metode Da’wah Wali Songo Di Tanah Jawa,