Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SKI

ULAMA NUSANTARA (SYEKH DATUK KAHFI)

Pembimbing:
MUHAMMAD HILMI BADRUTTAMAM, S.I.A

Nama Kelompok:
1. SITI AULIA NUR AINI
2. SITI MUALLIFAH
3. LULUK MUDAIMAH

MADRASAH ALIYAH AL HASANIYYAH


SENDANG SENORI TUBAN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hilmi Badruttamam,


S.I.A, selaku Guru Pembimbing bidang studi SKI yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca pada umumnya. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar apa
yang terkandung dalam makalah ini bisa menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Senori, 02 Maret 2021

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Syekh Datuk Kahfi (dikenal juga dengan nama Syekh Idhofi atau Syekh Nurul


Jati atau Syekh Nurjati atau Syekh Nurijati atau Syekh Datuk
Barul atau Syekh Datuk Iman atau Syekh Dulyamin) adalah tokoh penyebar
Islam di wilayah yang sekarang dikenal dengan Cirebon dan leluhur dari
Pembesar Sumedang.

Dia pertama kali menyebarkan ajaran Islam di daerah Amparan Jati. Syekh Datuk
Kahfi merupakan buyut dari Pangeran Santri (Ki Gedeng Sumedang), penerus
penguasa di Kerajaan Sumedang Larang, Jawa Barat, dan putera dari Syekh
Datuk Ahmad. Ia juga merupakan keturunan dari Amir Abdullah Khan.

Datuk Kahfi adalah tokoh perintis dakwah Islam di wilayah Cirebon. Ia


menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di Giri Amparan Jati,
yang lebih terkenal dengan nama Gunung Jati, sebuah bukit kecil dari dua bukit,
yang berjarak + 5 km sebelah utara kota Cirebon, tepatnya di desa Astana
Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.[1][2]

Sebelumnya Syekh Nurjati dikenal dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Maulana


Idhofi Mahdi. Secara kronologis singkat, Syekh Nurjati lahir di Semenanjung
Malaka. Setelah berusia dewasa muda pergi ke Mekah untuk menuntut ilmu dan
berhaji. Syekh Nurjati pergi ke Bagdad dan menemukan jodohnya dengan
Syarifah Halimah serta mempunyai putra- putri. Dari Bagdad ia pergi berdakwah
sampai di Pesambangan, bagian dari Nagari Singapura (sekarang Desa
Mertasinga, Kabupaten Cirebon). Ia wafat dan dimakamkan di Giri Amparan Jati.[1]
[2]

Cerita tentang Syekh Nurjati dijumpai dalam naskah-naskah tradisi Cirebon yang
merupakan bukti sekunder. Naskah-naskah tersebut berbentuk prosa,
diantaranya : Carita Purwaka Caruban Nagari, Babad Tanah Sunda dan Sejarah
Cirebon. Serta naskah yang berbentuk tembang di antaranya Carub Kanda,
Babad Cirebon, Babad Cerbon terbitan S.Z. Hadisutjipto, Wawacan Sunan
Gunung Jati, Naskah Mertasinga, Naskah Kuningan dan Naskah Pulasaren. Dari

1
sekian banyak naskah hanya naskah Babad Cirebon terbitan Brandes saja yang
tidak memuat tentang Syekh Nurjati. Sedangkan naskah tertua yang menulis
tentang Syekh Nurjati dibuat oleh Arya Cerbon pada tahun 1706 M.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah biografi Syekh Datuk Kahfi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Syekh Datuk Kahfi


1. Menemukan Jodohnya

Setelah Syekh Datuk Kahfi menuntut ilmu di Mekah, Syekh Nurjati mencoba
mengamalkan ilmu yang diperoleh dengan mengajarkannya di wilayah Bagdad. Di
Bagdad Syekh Nurjati menikah dengan Syarifah Halimah, putri dari Ali Nurul Alim
putra dari Jamaluddin Akbar al-Husaini dari Kamboja, yang merupakan putra dari
Ahmad Shah Jalaludin, putra Amir Abdullah Khanudin. Jadi, Syekh Nurjati
menikah dengan saudara secicit.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak, yakni :

1. Syekh Abdurakhman yang kelak di Cirebon bergelar Pangeran


Panjunan (ayah Pangeran Tubagus Angke, dan Pangeran
Pamelekaran kakek Pangeran Santri),
2. Syekh Abdurakhim (kelak bergelar Pangeran Kejaksan),
3. Fatimah (yang bergelar Syarifah Bagdad menikah dengan Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati), dan
4. Syekh Datul Khafid (kadang-kadang disebut juga sebagai Syekh Datul
Kahfi, sehingga membuat rancu dengan sosok ayahnya yaitu Syekh Datuk
Kahfi, atau Syekh Nurjati di beberapa manuskrip yang lebih muda
umurnya, contohnya Babad Cirebon Keraton Kasepuhan).

Keempat anak tersebut dijamin nafkahnya oleh kakak Syarifah Halimah, Syarif
Sulaiman yang menjadi raja di Bagdad. Syarif Sulaiman menjadi raja di Bagdad
karena menikahi putri mahkota raja Bagdad.

2. Keterkaitan Syekh Quro dengan Syekh Nurjati

Syekh Quro merupakan utusan Raja Campa. Secara geneologis, Syekh Quro dan


Syekh Nurjati adalah sama-sama saudara seketurunan dari Amir Abdullah
Khanudin generasi keempat. Syekh Quro datang terlebih dahulu ke Amparan

3
bersama rombongan dari angkatan laut Cina dari Dinasti Ming yang ketiga
dengan Kaisarnya, Yung Lo (Kaisar Cheng-tu). Armada angkatan laut tersebut
dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho alias Sam Po Tay Kam. Mereka mendarat di
Muara Jati pada tahun 1416 M. Mereka semua telah masuk Islam. Armada
tersebut hendak melakukan perjalanan melawat ke Majapahit dalam rangka
menjalin persahabatan. Ketika armada tersebut sampai di Pura Karawang, Syekh
Quro (Syekh Hasanudin) beserta pengiringnya turun. Syekh Quro pada akhirnya
tinggal dan menyebarkan ajaran agama Islam di Karawang. Kedua tokoh ini
dipandang sebagai tokoh yang mengajarkan Islam secara formal yang pertama
kali di Jawa Barat. Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Cirebon. Ketika
armada Cheng Ho singgah di Pura Karawang, Syekh Quro dan pengiringnya
turun, di antara pengiringnya adalah putranya yang bernama Syekh Bentong alias
Kiyai Bah Tong alias Tan Go Wat.

3. Keharmonisan dakwah antara Cirebon dan Karawang

 Cucu Syekh Ahmad dari Nyi Mas Kedaton, bernama Musanudin. Kelak
Musanudin menjadi lebai di Cirebon, memimpin Masjid Agung Sang Cipta
Rasa pada masa pemerintahan Susuhunan Jati (Sunan Gunung Jati). Sedang
Syekh Ahmad merupakan anak dari Syekh Quro dengan Ratna Sondari, putri
Ki Gedeng Karawang.
 Puteri Karawang memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan
sebuah masjid di Gunung Sembung (Nur Giri Cipta Rengga) yang bernama
Masjid Dog Jumeneng/ Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih
digunakan dan terawat baik.
 Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak
Keraton Kanoman Cirebon.

4. Pangeran Walangsungsang dan Nyi Mas Ratu Rarasantang

Di kampung Pesambangan, Syekh Nurjati melakukan dakwah Islam. Karena


menggunakan cara yang bijaksana dan penuh khidmat dalam mengajarkan
agama Islam, maka dalam waktu relatif singkat pengikutnya semakin banyak,
hingga akhirnya pengguron kedatangan Pangeran Walangsungsang beserta

4
istrinya Nyi Indang Geulis/ Endang Ayu dan adiknya, Nyi Mas Ratu Rarasantang
yang bermaksud ingin mempelajari agama Islam.

Mereka adalah cucu dari syahbandar pelabuhan Muara Jati dari jalur ibunya.
Kedatangan mereka ke Gunung Jati di samping melaksanakan perintah
ibundanya sebelum meninggal, juga bermaksud sungkem kepada eyangnya Ki
Gedeng Tapa. Kepergian mereka ke Pangguron Gunung Jati tanpa seizin ayah
mereka, Prabu Siliwangi. Karena Prabu Siliwangi kembali memeluk agama Budha
setelah Nyi Subang Larang meninggal dunia. Tetapi kedua putra-putrinya itu
sudah dididik dan diberi petunjuk oleh almarhum ibunya agar memperdalam
agama Islam di Pangguron Gunung Jati. Akhirnya mereka pun menuntut ilmu dan
memperdalam agama Islam, menjadi santri Syekh Nurjati di Pesambangan Jati.
Pada saat mereka bertiga diterima menjadi santri baru, Syekh Nurjati berdoa,  “
Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami orang-orang yang menghidupkan agama
Islam mulai hari ini hingga hari kemudian dengan selamat. Amin.”

Di antaramurid-muridnya, murid yang tercatat sangat cerdas adalah Pangeran


Walangsungsang dan Nyi Mas Ratu Rarasantang. Walaupun keduanya telah
menjadi muslim sejak kecil, dan belajar ke Syekh Quro, tetapi ketika datang ke
pesantren Syekh Nurjati keduanya dan Nyi Indang Geulis (istri Pangeran
Walangsungsang), tetap diminta kembali mengucapkan kedua kalimah syahadat.
Syekh Nurjati memberi pelajaran kepada mereka mulai dari yang sangat dasar
(rukun Islam), tentang pelajaran tauhid sebagai dasar fondasi keimanan.
Mengapa Syekh Nurjati melakukan metode pengajaran seperti kepada orang
yang baru mengenal ajaran dasar Islam? Menururt Besta Basuki Kertawibawa,
kemungkinan ada keraguan pada Syekh Nurjati terhadap kadar keimanan dan
pengetahuan ketiganya tentang agama Islam. Hal ini dikarenakan Pangeran
Walangsungsang dan Nyi Mas Ratu Rara Santang adalah putra-putri dari Raja
Pajajaran yang beragama Hindu - Budha. Selain itu, pengalaman mereka tentang
agama Islam masih dalam tahapan pemula. 

5. Hubungan keluarga dengan Syekh Siti Jenar dan Adipati


Kuningan

Syekh Nurjati ketika lahir dikenal dengan nama Syekh Datuk Kahfi, putra dari
Syekh Datuk Ahmad, seorang ulama besar. Syekh Datuk Ahmad putra dari

5
Maulana Isa, yang juga seorang tokoh agama yang berpengaruh pada jamannya.
Syekh Datuk Ahmad mempunyai adik yang bernama Syekh Datuk Sholeh,
ayahanda dari Syekh Siti Jenar (Abjul Jalil). 

Syekh Datuk Kahfi memiliki dua orang adik, yaitu laki-laki Syekh


Bayanullah atau Syekh Maulana Akbar yang mempunyai pondok di Mekah, yang
kemudian mengikuti jejak kakaknya berdakwah di Cirebon, Syekh Bayanullah
memiliki putra Syekh Maulana Arifin menikah dengan Nyai Ratu Selawati dari
pernikahannya dikaruniai putri Nyi Mas Kencanawati yang menikah
dengan Adipati Kuningan putra Ki Gedeng Luragung (seorang kepala daerah
di Luragung) yang masih saudara sepupu Nyai Ratu Selawati (putri
Pangeran Surawisesa cucu Prabu Siliwangi).

Dan seorang adik Syekh Datuk Kahfi wanitanya menikah dengan Raja Upih
Malaka. Lalu dari perkawinan tersebut lahir lah seorang putri yang kelak menikah
dengan Dipati Unus dari Demak.

6. Silsilah

Di bawah ini merupakan silsilah Syekh Datuk Kahfi yang bersambung dengan
Sayyid Alawi bin Muhammad Sohib Mirbath hingga Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-
Rumi (Hadramaut, Yaman) dan seterusnya hingga Imam Husain, cucu Nabi
Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW, berputeri

 Sayidah Fatimah az-Zahra manikah dengan Imam Ali bin Abi Thalib,


berputera
 Imam Husain a.s, berputera
 Imam Ali Zainal Abidin, berputera
 Muhammad al-Baqir, berputera
 Imam Ja'far ash-Shadiq, berputera
 Ali al-Uraidhi, berputera
 Muhammad al-Naqib, berputera
 Isa al-Rumi, berputera
 Ahmad al-Muhajir, berputera

6
 Ubaidillah, berputera
 Alawi, berputera
 Muhammad, berputera
 Alawi, berputera
 Ali Khali' Qosam, berputera
 Muhammad Shahib Mirbath, berputera
 Sayid Alwi, berputera
 Sayid Abdul Malik, berputera
 Sayid Amir Abdullah Khan (Azamat Khan), berputera
 Sayid Abdul Kadir, berputera
 Maulana Isa, berputera
 Syekh Datuk Ahmad, berputera
 Syekh Datuk Kahfi

7. Sebagai guru

Syekh Datuk Kahfi merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai
Rara Santang (Syarifah Muda'im), yaitu putera dan puteri dari Sri Baduga
Maharaja (Prabu Siliwangi), raja Kerajaan Pajajaran, Jawa Barat. Syekh Datuk
Kahfi wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, bersamaan dengan makam Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Pangeran Pasarean, dan raja-raja Kesultanan
Cirebon lainnya.

Syekh Nurjati adalah tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di
Cirebon. Tokoh yang lain adalah Maulana Magribi, Pangeran Makhdum,
Maulana Pangeran Panjunan, Maulana Pangeran Kejaksan, Maulana Syekh
Bantah, Syekh Majagung, Maulana Syekh Lemah Abang, Mbah Kuwu Cirebon
(Pangeran Cakrabuana), dan Syarif Hidayatullah. Pada suatu ketika mereka
berkumpul di Pasanggrahan Amparan Jati, dibawah pimpinan Syekh Nurjati.
Mereka semua muri-murid Syekh Nurjati. Dalam sidang tersebut Syekh Nurjati
berfatwa kepada murid-muidnya :

“Wahai murid-murid ku, sesungguhnya masih ada suatu rencana yang sesegera
mungkin kita laksanakan, ialah mewujudkan atau membentuk masyarakat

7
Islamiyah. Bagaimana pendapat para murid semuanya dan bagaimana pula
caranya kita membentuk masyarakat islamiyah itu?”.

Para murid dalam sidang mufakat atas rencana baik tersebut. Syarif Hidayatullah
berpendapat bahwa untuk membentuk masyarakat islam sebaiknya
diadakan usaha memperbanyak tabligh di pelosok dengan cara yang baik
dan teratur. Pendapat ini mendapat dukungan penuh dari sidang, dan disepakati
segera dilaksanakan. Sidang inilah yang menjadi dasar dibentuknya organisasi
dakwah dewan Walisongo.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syekh Nurjati adalah tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama
di Cirebon.
Syekh Datuk Kahfi merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan
Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im), yaitu putera dan puteri dari Sri
Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), raja Kerajaan Pajajaran, Jawa Barat.
Syekh Datuk Kahfi wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, bersamaan dengan
makam Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Pangeran Pasarean, dan
raja-raja Kesultanan Cirebon lainnya.
Silsilah Syekh Datuk Kahfi yang bersambung dengan Sayyid Alawi
bin Muhammad Sohib Mirbath hingga Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi
(Hadramaut, Yaman) dan seterusnya hingga Imam Husain, cucu Nabi
Muhammad SAW.

B. Saran
Hendaknya kita bisa mengambil teladan dari Syekh Datuk Kahfi yang
gigih berjuang di jalan Allah dalam menyebarkan ajaran agama Islam di
wilayah Nusantara demi tegaknya ‘izzul Islam wal muslimin.
Kita harus selalu semangat belajar dan berjuang agar bisa meneruskan
perjuangan para ulama terdahulu dengan kemampuan yang kita miliki,
sehingga dapat bermanfaat bagi diri kita sendiri pada khususnya dan bagi
orang lain pada umunya.
C.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Biografi Syekh Nurjati Situs resmi IAIN Nurijati Cirebon


2. para santri dan sejarah cirebon yang terlupakan
3. Silsilah Pangeran Santri Koesoemadinata
4. Arkeologi Islam Nusantara Oleh Uka Tjandrasasmita
5. Untold Story Syekh Nurjati oleh Dodi Nurdjaja
6. Sejarah Kuningan oleh Adiyta guru SMA Negeri 1 Kuningan
7. Asy Seikh Datul Kahfi / Syekh Nurjati / Maulana Idhofi Mahdi
8. Biografi Syekh Nurjati H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah,
M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan
Pendidikan. Cirebon : Zulfana Cierbon
9. https://id.wikipedia.org/wiki/Datuk_Kahfi#:~:text=Syekh%20Datuk%20Kahfi
%20merupakan%20buyut,dakwah%20Islam%20di%20wilayah%20Cirebon.

10

Anda mungkin juga menyukai