Anda di halaman 1dari 12

BAB III

BIOGRAFI SYEKH MAULANA AKBAR

Penelitian mengenai sosok Syekh Maulana Akbar ini bisa dikatakan se-
tipe dengan penelitian Sosok Syekh Nurjati yang dilakukan oleh Didin N.
Rosidin. Namun, dalam pencarian data sosok Syekh Maulana Akbar mungkin
kesulitan lebih dialami. Dari sumber sekunder, seperti Naskah Carita
Parahiyangan, Carita Purwaka Caruban Nagari, Nagarakretabhumi, Babad
Tanah Sunda dan Babad Cirebon, tidak terlalu banyak memberikan informasi
tentang sosok serta kiprah Syekh Maulana Akbar dalam dakwah Islam. Hal
tersebut dilihat juga dalam beberapa karya ilmiah seperti Skripsi dan Tesis yang
membahas mengenai Islam di Kuningan, yang hanya menyebutkan bahwa Syekh
Maulana Akbar merupakan adik kandung Syekh Nurjati yang menyebarkan Islam
ke Kuningan dan mendirikan Pondok Pesantren di Sidapurna-Kuningan.
Dibandingkan dengan penelitian dan penulisan Sosok Syekh Nurjati, yang
mungkin lebih banyak ditemukan sumber datanya dan didukung dengan peranan
Syekh Nurjati sebagai guru dari para wali Songo yang salah satunya sebagai guru
Syekh Syarif Hidayatullah sebagai Waliyullah yang memiliki derajat tertinggi.
Selain itu juga Syekh Nurjati merupakan guru dari Walangsungsang dan Nyi Mas
Rarasantang sebagai putra-putri penguasa Kerajaan Pajajaran, Sri Baduga
Maharaja Prabu Siliwangi yang masih menganut Agama Hindu.
Dalam proses penulisan sejarah mengenai sosok Syekh Maulana Akbar di
Sagarahiang mengalami kesulitan, seperti yang dikemukakan oleh Didin N.
Rosidin bahwa, “dalam penulisan sejarah lokal itu mengalami kesulitan akan
pembedaan mana yang masuk fakta sejarah dan mana yang termasuk legenda atau
mitos”.1 Seperti halnya mengenai sosok Haji Purwa, dimana di dalam buku
Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat, Nina H. Lubbis masih meragukan
akan sosok Haji Purwa sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam di Tanah
Sunda. Hal ini dikarenakan tidak ada bukti fisik yang menguatkan argumen

1
Didin N. Rosidin. 2013. Syekh Nurjati: Studi tentang Islamisasi Pra-Walisongo di
Cirebon Abad ke 15. Cirebon: Lemlit IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hlm. 49
tersebut.Seperti halnya sosok Syekh Maulana Akbar di Desa Sagarahiang yang
dicirikan dengan petilasannya saja.Namun hal ini tidak membuat penulisan dan
penelitian berhenti begitu saja.
Sebagai perintis dakwah di Kuningan dan bagian dari Ulama Pra
Walisanga, kiranya pembahasan mengenai asal-usul kedatangan Syekh Maulana
Akbar tidak jauh berbeda dengan proses kedatangan Syekh Nurjati ke Cirebon
yang dikaji dalam konteks Asia Tenggara abad ke-14 dan 15.2Di mana pada abad
ke-15, Asia Tenggara mengalami perkembangan perkotaan yang pesat.Hal itu
terjadi karena hadirnya orang-orang Muslim dari India, Arab, Persia, dan China
yang mengikuti jalur pelayaran dan perdagangan. 3
Dengan jalur pelayaran tersebut terjadilah jaringan perdagangan antar
pulau dan antar suku bangsa yang kemudian berkembang menjadi jaringan
perdagangan Internasional atau perdagangan antar bangsa. Kondisi ini terjadi
sejak abad pertama sampai akhir abad ke-16 yang ditandai dengan tumbuh dan
berkembangnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha antara lain,
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. 4
Ketika Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran dalam bidang politik
dan ekonomi, situasi itu dimanfaatkan olek Kerajaan Singasari dan pedagang-
pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdagangan. 5
Dimana perdagangan merupakan pola penting dalam penyebaran Islam di
Indonesia hingga pesisir pulau Jawa, sehingga mendatangkan ulama-ulama dari
Mekkah, Campa, Arab, Persia dan lainnya singgah dan berdakwah ke kawasan
Nusantara.

2
Ibid. Hlm. 49
3
Nor Huda. 2013. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Hlm. 51
4
Uka Tjandrasasmita. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia). Hlm. 38
5
Fatah Syukur. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Cet. III. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Hlm. 178
A. Asal-usul Syekh Maulana Akbar
Sosok Syekh Maulana Akbar merupakan ulama pertama yang
menyebarkan Islam di daerah Kuningan dengan mendirikan pondok pesantren di
Sidapurna-Kuningan.6 Ia juga merupakan bagian dari para ulama penggerak Islam
di Jawa Barat, seperti Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Amparan
Jati. Terlepas dari pernyataan tersebut, dimana di bagian BAB I telah dipaparkan
bahwa dari sumber lisan menyatakan Syekh Maulana Akbar pernah singgah dan
berdakwah di Desa Sagarahiang, yang dibuktikan dengan adanya makam atau
petilasan Syekh Maulana Akbar.
Terlepas dari persoalan kebenaran akan sumber lisan tersebut, terlebih
dahulu kita coba telaah mengenai nama atau gelar Syekh Maulana Akbar. Gelar
tersebut tercipta ketika beliau tinggal di Kuningan, sehingga tidak heran ketika
panggilan Syekh Maulana Akbar untuk Syekh Bayanillah hanya terkenal di
daerah Kuningan saja. Gelar Syekh Maulana Akbar dari sumber lisan di desa
Sagarahiang didapat karena beliau memiliki “Nurul Qolbi”, 7 dan dilihat dari kata
“Maulana” dalam bahasa Arab diartikan sebagai raja atau juragan dan kata
“Akbar” diartikan agung. Syekh Maulana Akbar yang berhasil membuat delapan
kabuyutan di Desa Sagarahiang masuk Islam, sehingga ia mendapat julukan
Syekh Maulana Akbar.
Di dalam Naskah Pangeran Wangsakerta menyebutkan bahwa sewaktu
kecil Syekh Maulana Akbar bernama Datuk Bayan, salah satu putra dari seorang
ulama yang bernama Syekh Datuk Ahmad yang bermukim di Malaka. Pemberian
gelar Datuk dimungkinkan berasal dari kakeknya, Syekh Datuk Isa, seorang
ulama besar di Malaka.
Menarik untuk dicatat bahwa pada akhir abad ke 14, kondisi Malaka tidak
lebih dari sebuah desa nelayan sampai tahun kurang lebih 1402 Masehi, ketika
Prameswara mendirikan Kerajaan Malaka. Meski demikian, terjalinnya hubungan
diplomasi antara Arab Muslim dan China sejak awal abad pertama (abad ke-7

6
Yoseph Iskandar. Op.Cit. Hlm. 260
7
Hasil wawancara dengan Ustad Yayat pada tanggal 31 Agustus 2014
Masehi),8 membuat Semenanjung Malaka sering disinggahi oleh para pedagang
dan pelaut Arab, Persia, India, dan Cina. Hal itu disebabkan karena Malaka
memiliki peran yang signifikan sehingga menjadi kunci bagi pelayaran dan
perdagangan internasional. 9 Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang
bersifat Internasional antara negara-negara Asia Barat, Asia Timur, dan Asia
Tenggara mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani
Umayyah di Asia Barat dan Kerajaan Cina pada masa T’an di Asia Timur serta
Kerajaan Sriwijaya10 di Asia Tenggara. 11
Kondisi di atas, menjadi modal penting yang dimanfaatkan oleh,
Prameswari untuk menjadikan Malaka sebagai salah satu pelabuhan dan Kerajaan.
Prameswaripun kemudian menjalin hubungan dengan para pedagang Muslim
dengan mengajak para pedagang dan awak kapal yang mayoritas muslim untuk
singgah di Malaka. Selain itu Prameswari juga mendeklarasikan dirinya sebagai
pemeluk Islam dengan mengganti namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah. 12
Hingga akhirnya pada permulaan abad ke-15 Malaka menjadi Islam dan kota
pelabuhan terbesar di wilayah Asia Tenggara, 13 serta mendorong penyebaran
agama Islam keseluruh wilayah pesisir Nusantara bagian Barat.14Keadaan ini lah

8
Didin N. Rosyidin. Syekh Nurjati: Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
abad ke-15.Op.cit. Hlm. 52
9
Aswi Warman Adam. “Pengantar Merintis Sejarah Total Asia tenggara” dalam buku
Anthony Reid. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680 Jilid 2: Jaringan
Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (YOI). Hlm. xvii
10
Ditinjau dari segi geografisnya, wilayah kedaulatan Sriwijaya bagian terluas merupakan
daerah maritim atau perairan. Layaklah apabila Sriwijaya memperkuat armada lautnya dalam
bidang keamanan sebagai alat kekuasaan. Oleh karena itu, agaknya dibidang pelayaran niaga lebih
maju dibanding bidang pertanian. (Rashad Herman. 2010. Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia.
Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 16)
11
Anthony Reid. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680 Jilid 2: Jaringan
Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (YOI).Hlm. 189
12
Didin N. Rosyidin. Syekh Nurjati: Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
abad ke-15.Op.Cit. Hlm. 53
13
Disamping itu, para Sultan Malaka tetap mmpertahankan beragam acara dan seremoni
khas Hindu – Budha yang memang sudah mengakar di masyarakat lokal. (Ibid. Hlm. 59)
14
Rashad Herman. Op.Cit. Hlm. 24
kiranya yang mendorong Syekh Datuk Isa, kakek Syekh Maulana Akbar migrasi
ke Malaka pada awal atau akhir pertengan abad ke-14.15
Syekh Datuk Isa mempunyai dua orang anak, yakni Syekh Datuk Ahmad
(ayah Syekh Maulana Akbar) dan Syekh Datuk Sholeh (ayah Syekh Siti Jenar). 16
Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang merupakan penyebar Islam di tanah
Jawa yang kontroversial pada abad ke-16,17 hingga akhirnya ia diputuskan
dihukum qisas dalam sidang Walisongo.18Jika melihat uraian di atas, Syekh Siti
Jenar merupakan saudara sepupu Syekh Maulana Akbar. Secara geneologis,
keduanya merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW dari jalur Ali
Zainal Abidin bin Husein 19 dan ayahnya (Syekh Datuk Ahmad dan Syekh Datuk
Sholeh) putra dari Syekh Datuk Isa merupakan putra Abdul Kadir
Kaelani. 20Sementara Abdul Qadir Jaelani adalah putra Amir Abdullah Khanudin,
keturunan Nabi Muhammad SAW generasi ke sembilan belas dari jalur Ali Zaenal
Abidin.Untuk gambaran silsilah, lihat di bawah ini.21

Muhammad bin Abdullah

Fatimah binti Muhammmad

Husen bin Ali

15
Didin N. Rosyidin. Syekh Nurjati: Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
abad ke-15.Op.Cit. Hlm. 54
16
Hasanu Sinom. 2007. Misteri Syekh Siti Jenar. Peran wali Songo dalam MengIslamkan
Tanah Jawa. Cet.IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 365
17
Didin N. Rosyidin. Syekh Nurjati: Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
abad ke-15.Op.Cit. Hlm. 55
18
Hasanu Sinom. Misteri Syekh Siti Jenar. Peran wali Songo dalam MengIslamkan
Tanah Jawa. Op.Cit. Hlm. 405
19
Didin N. Rosyidin. Syekh Nurjati: Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
abad ke-15.Op.Cit. Hlm. 55
20
Hasanu Sinom. . Misteri Syekh Siti Jenar. Peran wali Songo dalam MengIslamkan
Tanah Jawa. Op.Cit. Hlm. 364
21
Didin Nurul Rosyidin. Syekh Nurjati: Studi Tentang Islamisasi Pra-Walisongo di
Cirebon abad ke-15.Op.Cit. Hlm. 55
Ali Zainal Abidin bin Husein

Muhammad al-Baqir

Imam Ja'far As-Shadiq

Ali al-Uraidi

Muhammad al-Naqib

Isa al-Rumi

Ahmad al-Muhajir

Ubaidillah

Alawi

Muhammad

Alawi

Ali Khalil Qosam

Muhammad Shahib al-Mirbath

Sayyid Alawi

Sayyid Abdul Malik Al-Ghujarati


Amir Abdullah Khanudin

Abdul Khadir Khaelani

Maulana Isa (Syekh Datuk Isa Tuwu Malaka)

Syekh Datuk Ahmad

Syekh Maulana Akbar (Syekh Bayanillah)


Gambar 12.Silsilah Syekh Maulana Akbar dari Nabi Muhammad SAW

Dari silsilah di atas, Syekh Maulana Akbar selain memiliki ikatan dengan
Syekh Siti Jenar, memiliki ikatan dengan Syekh Syarif Hidayatullah. Garis silsilah
mereka bertemu pada sosok Amir Abdullah Khanuddin yang memiliki anak
Ahmad Jalaludin Syah yang merupakan ayah Jamaluddin Akbar dan memiliki
putra Nur Alam yang merupakan ayah dari Syarif Abdullah, ayahnya Syekh
Syarif Hidayatullah.22
Melihat gelar yang dipakai pada Datuk Isa yang mana nama aslinya adalah
Syekh Maulana Isa, diturunkan pada anak-cucunya termasuk Syekh Maulana
Akbar. Terdengar kabar bahwa gelar Datuk di dalam nama Syekh Datuk Isa
berasal dari pemberian gurunya Raja Pasai.
Adanya hubungan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dengan Timur
Tengah, Aceh misalnya menjalin hubungan dengan pusat keagamaan Islam, yakni
Mekkah dan Madinah23 berdampak pada perintisan Kerajaan Samudera Pasai
sebagai kerajaan Islam yang mengikuti mazhab Syafi’i yang dipimpin oleh
Meurah Malik Ash-Shaleh pada abad ke-13 Masehi. 24
Kemudian sepeninggalnya Meurah Malik ash-Shaleh, kekuasaan
digantikan oleh Raja Malik Ad-Dhahir yang menjadikan dasar negaranya Islam

22
Ibid. Hlm. 57
23
Azyumardi, Azra. 2007. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana. Hlm. 46
24
Dedi, Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka setia. Hlm. 195
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.Selain itu, negeri ini (Samudera Pasai) dikategorikan
sebagai pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya ulama-ulama dari
berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan
keduniawian. 25 Sultan Zaenal Bidin Bahian Syah diketahui penerus pemegang
kekuasaan, setelah ayahnya, sultan Ahmad Bahian Syah Malik al Tahir wafat.
Terlihat bahwa, kemungkinan Syekh Datuk Isa yang telah berguru dan
mengikuti mazhab Syafi’i, hingga keluarganya pun pengikut mazhab Syafi’i.
Meskipun sumber akan pertemuan keduanya tidak didapati, namun ketika dilihat
dari kediaman keduanya berdekatan yang mana Malaka pada saat itu menjadi
salah satu pelabuhan yang cukup signfikan dalam pelayaran, dan menjadi agen
untuk melakukan transaksi perdagangan. Dan didukung oleh bahwa Syekh Nurjati
cucu Syekh Datuk Isa mengikuti mazhab syafi’i hasil dari menuntut ilmu di
Mekkah, dikarenakan pada saat itu mayoritas mengikuti Mazhab Syafi’i. Namun,
bisa jadi mazhab yang dipakai oleh keluarganya, sedikit banyak sudah dipakai
dalam diri Syekh Nurjati dan Syekh Maulana Akbar yang tersalurkan dari
kakeknya sehingga keduanya pun mengambil mazhab Syafi’i.
Syekh Maulana Akbar, yang merupakan adik kandung Syekh Nurjati,
memiliki tempat kelahiran yang sama yakni di Semenanjung Malaka. Tidak
diketahui pasti selisih umur di antara keduanya, karena keterangan akan kapan
keduanya dilahirkanpun tidak ditemukan. Namun, diperkirakan Syekh Nurjati
lahir pada tahun 1380-an dan 1390-an. Keterangan tersebut diambil dari tahun
kedatangan beliau yang sudah berkeluarga ke Amparan Jati pada tahun 1420-an,
sehingga bisa diperkirakan pada saat tiba di Amparan Jati berusia 30-an.26
Berbeda dengan Syekh Maulana Akbar, yang tiba di Cirebon dengan seorang
diri27 dan tinggal di Kuningan pada tahun 1450-an.

25
Ibid. Hlm. 195
26
Didin N. Rosidin. Syekh Nurjati: Studi tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
Abad ke 15.Op.Cit. Hlm. 52
27
Entah, sudah berkeluarga atau tidak pada saat Syekh Maulana Akbar di Mekkah.
Karena belum ditemukannya keterangan mengenai status Syekh Maulana Akbar ketika tinggal di
Mekkah.
B. Pendidikan Syekh Maulana Akbar
Dilihat dari silsilah Syekh Maulana Akbar, yang merupakan bagian dari
keluarga para ahli agama yang tergabung dalam penyebaran Islam, Syekh
Maulana Akbar pun kiranya melewatkan pendidikannya di bawah bimbingan
ayahnya sendiri seperti Syekh Nurjati.
Dari sumber lokal didapati bahwa pada usia remajanya Syekh Maulana
Akbar melakukan migrasi ke Mekkah untuk menuntut ilmu agama, sehingga ia
menjadi guru agama dan mendirikan pondok serta menjadi saudagar di Mekkah. 28
Kita sebut saja, selisih usia antara Syekh Maulana Akbar dengan Syekh Nurjati
sepuluh tahun, dapat diperkirakan bahwa tahun kelahiran beliau antara 1390-an
dan 1400-an. Sehingga didapat bahwa pada tahun 1415-an Syekh Maulana Akbar
melakukan imigrasi ke Mekkah pada usia sekitar 15 tahun-an dimana usia tersebut
tergolong pada taraf usia remaja, setara dengan pernyataan bahwa beliau
melakukan imigrasi ke Mekkah pada saat remaja.
Sejenak kita lihat kondisi di Mekkah sendiri pada awal abad ke-15, yang
merupakan masa “dimana para penguasa dan orang kaya Muslim dari berbagai
wilayah di luar Mekkah seperti Dinasti Rasulid Yaman, Cambay, dan Bengal”
melakukan pembangunan madrasah dengan fiqih mazhab Syafi’i (fiqih mazhab
Syafi’i merupakan kelompok paling dominan dalam dunia pendidikan Islam saat
itu di Mekkah dan Madinah) di sekitar Masjidil Haram dengan harapan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Namun, karena secara politik Mekkah
saat itu berada dalam kekuasaan Dinasti Mamluk yang berpusat di Kairo-Mesir,
sehingga “pembangunan madrasah oleh penguasa Muslim, terutama Dinasti
Rasulid Yaman, menjadi salah satu pengaruh dari persaingan politik antara
Rasulid dan Mamluk atas wilayah Hijaz”. 29 Selain itu, pada paruh abad ke-15 juga
menjadi masa di mana hubungan perdagangan “komersial” antara Mekkah dengan

28
Edi. S. Ekadjati, Entin Wartini, dan Undang A. Darsa. 1991. Pustaka
Nagarakertabhumi. Jakarta: Yayasan Pembangnan Jabar. Tim Penggarapan Naskah Pangeran
Wangsakerta. Hlm. 166
29
Didin N. Rosidin. Syekh Nurjati: Studi tentang Islamisasi Pra-Walisongo di Cirebon
Abad ke 15.Op.Cit. Hlm. 59-60
wilayah-wilayah sebelah Timur (India dan Cina) meningkat pesat.30 Kondisi ini,
sangat mendukung pernyataan Syekh Maulana Akbar menjadi saudagar dan
pendiri pondok di Mekkah.Namun, tidak ada keterangan siapa guru yang berhasil
ditemui di Mekkah dalam belajar agama.
Jika melihat dari usia remaja Syekh Maulana Akbar berada di Mekkah
sampai mendirikan pondok, bisa dikatakan bahwa ada kemungkinan Syekh
Maulana Akbar menjadi salah satu murid madrasah-madrasah yang telah berdiri
di sekitar Masjidil Haram. Hal itu tidak terlepas dari penerus pemegang pondok
pamijen di Desa Sagarahiang yang menyatakan bahwa Syekh Maulana Akbar
mengajarkan fiqih mazhab Syafi’i yang memang kemudian menjadi anutan
mayoritas muslim di Sagarahiang.
Sementara itu, melihat Syekh Nurjati dikabarkan menganut tarekat
Syattariyah serta Syekh Amir Abdullah Khanuddin (Kakek Syekh Datuk Isa) yang
dikenal sebagai murshid tarekat Syattariyah,31 kiranya ada kemungkinan Syekh
Maulana Akbar pun menganut tarekat Syattariah. Menurut van Bruinessen, tarekat
Syattariah merupakan tarekat yang relatif mudah berpadu dengan berbagai tradisi
setempat.32Oleh karena itu,beberapa sumber lokal menyatakan bahwa ajaran dan
budaya yang telah dahulu diyakini oleh masyarakat Desa Sagarahiang
disempurnakan oleh ajaran-ajaran Syekh Maulana Akbar dengan tanpa membuang
budaya yang telah ada yakni babaritan.Namun, dengan tidak ditemukannya
penganut tarekat Syattariyah di Desa Sagarahiang, ada kemungkinan ajaran
tarekat tidak sempat ia ajarkan.

C. Versi lain mengenai Sosok Syekh Maulana Akbar

Telah dijelaskan di atas bahwa di daerah Kuningan, sosok Syekh


Bayanillah lebih dikenal dengan sosok Syekh Maulana Akbar. Namun, muncul
pendapat lain mengenai sosok Syekh Maulana Akbar. Dari penuturan Kang Soni

30
Ibid. Hlm. 60
31
Ibid. Hlm. 58
32
Nor Huda. Op.Cit. Hlm. 293
bahwa Syekh Maulana Akbar merupakan nama lain dari Susuhunan Gunung Jati
atau Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di Kuningan. 33
Melihat dari kedatangan Syekh Maulana Akbar di Desa Sagarahiang pada
tahun 1450 Masehi, membuat pernyataan itu nyaris tidak mungkin. Karena, pada
sekitar pertengahan abad ke-15, ibunda Sunan Gunung Jati (Nyi Mas
Rarasantang) baru saja pergi ke Mekkah bersama kakaknya, Walangsungsang,
tinggal di rumah Syekh Maulana Akbar. Selain itu Syekh Maulana Akbar menjadi
saksi mata akan pernikahan Nyi Mas Rarasantang dan Syarif Abdullah (orang tua
Sunan Gunung Jati).
Terlepas dari hal itu, terungkap dalam naskah Mertasinga yang
menyebutkan nama Syekh Maulana yang hendak mengunjungi neneknya di
Banten dan di sana ia berganti nama menjadi Syekh Maulana Akbar. Namun,
Syekh Maulana Akbar yang disebutkan di dalam Naskah tertuju untuk Syekh
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung jati) bukan untuk Syekh Bayanillah. 34 Sangat
wajar kiranya, muncul pernyataan bahwa Syekh Maulana Akbar di Sagarahiang
dan Kuningan disebut Sunan Gunung Jati.

D. Wafatnya Syekh Maulana Akbar


Mengenai kapan wafatnya Syekh Maulana Akbar, tidak ada sumber lokal
yang menyatakannya bahkan peranannya setelah mendirikan pondok di Sidapurna
dan menikah dengan Nyi Wandasari pun tidak banyak diungkap.Namun,
kemudian yang muncul dan banyak diceritakan adalah putera dari pernikahannya
dengan Nyi Wandasari yakni Syekh Maulana Arifin.
Syekh Maulana Arifin dikabarkan meneruskan Pondok Pesantren
Sidapurna. Bahkan ia juga memajukan bidang peternakan, terutama ternak “kuda
khas Kajene”, sampai sekarang “kuda” menjadi lambang kota
Kuningan.Peningkatan dalam bidang peternakan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pemukiman para santri yang sedang belajar di Pesantrennya.

33
Hasil wawancara dengan Kang Soni (putra Kyai H.Madrohim) pada hari Jum’at, 30
Januari 2015 yang beralamatkan di Pasapen-Kuningan.
34
Amman N. Wahju. 2005. Sajarah Wali: Syekh Syarif hidayatullah-Sunan Gunung Jati
(Naskah Mertasinga). Bandung: Pustaka. Hlm. 52
Pemukiman tersebut dibuat dan diberi nama Purwawinangun yang artinya “mula-
mula dibangun”, yang pertama dibangun. 35
Mengenai makam yang ada di Desa Sagarahiang, yang dikabarkan
terdapat “iteuk” (tongkat) dan sorban milik Syekh Maulana Akbar di dalam
makam tersebut yang dua tahun yang lalu kurang lebih tahun 2013-an, sebelah
kanan makam Syekh Maulana Akbar bolong seperti bekas seseorang yang
mengambil sesuatu dari makam itu.36Dipercaya bahwa makam tersebut hanya
petilasannya.
Adapun makam Syekh Maulana Akbar sampai sekarang dipercaya berada
di pemakaman Astana Gede- Kuningan.

35
Euis Thesnawaty, dkk. 2005. Sejarah Berdirinya Kabupaten Kuningan. Bandung:
Departemen kebudayaan dan Priwisata balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Hlm. 47
36
Hasil wawancara dengan Ustad Yayat pada tanggal 26 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai