Anda di halaman 1dari 10

OBJEK WISATA RELIGI ISLAM CIAYUMAJAKUNING

----------------------------------------- Lomba Artikel Pariwisata

Religi----------------------------------------

MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA


KASEPUHAN – CIREBON

Oleh :
Aini Susanti
Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: ainisusan.susanti@gmail.com

ABSTRAK
Kota Cirebon memiliki banyak tempat sejarah, salah satunya masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Dimana masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki sejarah yang unik hingga diingat oleh
masyarakat islam bahkan non islam sampai saat ini. Mulanya, masjid Agung Sang Cipta Rasa
dibangun untuk menjadi daya tarik masyarakat non muslim untuk masuk agama Islam. Disisi
lain adanya kejadian aneh, yang tidak lain sihir yang dilakukan oleh Menjangan Wulung.
Sejarah inilah yang menjadikan masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu tempat
wisata religi yang ada di Cirebon, tidak sedikit dari luar Ciebon bahkan tourist yang
berkunjung ke masjid Agung Sang Cipta Rasa untuk melihat keunikan bangunannya yang tak
berubah dari awal dibangun hingga saat ini.

Kata Kunci : Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa


Dimulai dari sejarah pembangunan masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang merupakan
masjid yang dibangun pada masa keraton Islam Kasepuhan. Sang Cipta Rasa juga memiliki
arti perkata tersendiri, “Sang” berarti pembuat atau penguasa dan “Cipta” berarti sebuah hasil
ciptaan dari sang pencipta dan arti “Rasa” adalah perasaan. Jadi, Sang Cipta Rasa adalah
sebuah ciptaan dari sang penguasa yang lebih menunjukan pada perasaan.1

1
Ramdhany, M. (2012). Studi Analisis Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon (Doctoral
dissertation, IAIN Walisongo).

1|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


Pada mulanya, masjid ini dibangun untuk menjadi daya tarik masyarakat non muslim
untuk masuk agama Islam. Atas dasar tersebut, Sunan Gunung Jati menjadikan nuansa masjid
Agung Sang Cipta Rasa seperti halnya tempat ibadah mereka (Non-muslim). Tidak sedikit
terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha yang menghiasi ruangan masjid. Sehingga
masyarakat non-muslim yang masuk kedalam masjid memiliki kenyamanan, karena merasa
berada ditempat ibadahnya sendiri. Padamulanya yang hadir merupakan jama’ah dari masjid
Agung Sang Cipta Rasa itu sendiri (Jama’ah sholat), seiring berjalannya waktu, bertambah
banyaklah jama’ah muslim lainnya yang bergabung untuk melakukan sholat berjama'ah di
masjid Agung Sang Cipta Rasa. Melihat dari keadaan tersebut, masyarakat non-muslim
sedikit banyaknya tertarik dan ingin mencari tahu mengapa orang berbondong-bondong
datang ke masjid Agung Sang Cipta Rasa, sehingga merekapun datang dan memasuki area
masjid, dengan melihat keadaan dalam masjid yang dikelilingi dengan hiasan ornamen Hindu
Budha, akhirnya merekapun merasa tidak asing dan merasa nyaman berada di dalam masjid,
karena rasa nyaman yang mereka rasakan, membuat hati dan fikiran mereka terbuka, sehingga
dengan mudahlah kebenaran mereka terima, dari situlah misi dakwah Sunan Gunung Jati
dimulai, dengan mengislamkan golongan non-muslim yang sering datang ke masjid. Semakin
hari semakin banyak yang masuk agama Islam, sehingga setiap harinya semakin banyak pula
orang yang mengunjungi masjid Agung Sang Cipta Rasa untuk beribadah.2

Disisi lain ada salah satu tokoh yang konon katanya dari golongan hindu, bernama
Menjangan Wulung yang memiliki kesaktian, Menjangan Wulung tidak suka dengan kondisi
ramainya masjid Agung Sang Cipta Rasa, lebih-lebih umat pengikutnya sedikit demi sedikit
berkurang karena pengikutnya lebih merasa nyaman berada di masjid Agung Sang Cipta Rasa
dan tertarik masuk agama Islam. Dengan rasa tidak suka dan penasaran, Menjangan Wulung
melakukan observasi terhadap alasan mengapa orang berbondong-bondong datang ke masjid
Agung Sang Cipta Rasa. Hasil dari observasinya, Menjangan Wulung berkesimpulan bahwa
datangnya orang kedalam masjid, karena adanya suara adzan sebagai seruan untuk
melaksanakan sholat. Kemudian ia berfikir agar orang-orang tidak datang ke masjid,
pengumandang adzan harus dihilangkan. Menjangan Wulungpun lantas mencoba
kesaktiannya dengan menebar kekuatan ghaib, dengan menempatkan sihir disetiap sisi masjid,
dan sihir tersebut beraksi saat muadzin mengumandangkan adzan, yang membuat muadzin
mendadak sakit seketika dan meninggal. Menjangan wulungpun menyebar suatu wabah

2
Wawancara dengan Bapak Ismail (Pengurus Masjid), tanggal 8 Desember 2019 di masjid Agung
Sang Cipta Rasa Cirebon.

2|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


penyakit, wabah tersebut membuat beberapa jama’ah masjid terkena penyakit aneh dan
akhirnya meninggal.3

Setiap satu orang muadzin melantunkan adzan, adzan tersebut tidak dapat
mengalahkan sihir dari Menjangan Wulung, justru muadzin tersebut meninggal. Lalu
ditambah menjadi dua muadzinpun masih tidak bisa mengalahkan sihir tersebut, bertambah
dan bertambah muadzin hingga tujuh muadzin. Saat hal itu terjadi, Sunan Gunung Jati
bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah Swt. Hingga suatu ketika, Sunan
Gunung jati meminta tujuh orang untuk mengumandangkan adzan dalam waktu bersamaan di
dalam masjid tersebut, pendapat lain menyampaikan bahwa adzan dengan tujuh
pengumandang ini merupakan hasil pemikiran dari istri Sunan Gunung Jati yaitu Raden Nyi
Mas Pakungwati, yang sampai saat ini hal tersebut dikenal dengan istilah adzan pitu.4

Tindakan Sunan Gunung Jati dan istrinya sesuai dengan kaidah fiqhiyah ٌ‫صلَ َح ِة َمنُ ْوط‬ ْ ‫بِا ْل َم‬
َ ‫ اِم ت‬8888‫“ ال َّرا ِعيَّ ِة َعلَى اأْل ِ َم‬Tindakan Imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan
ُ‫ ُّرف‬8888‫َص‬
kemaslahatan”, kaidah ini paling tidak, bisa diartikan bahwa keputusan seorang pemimpin
haruslah selalu berorientasikan kepada kebaikan masyarakat.5

Seketika sesudah adzan pitu dikumandangkan, terdengar suara ledakan keras dari
ruangan masjid, ternyata dengan adzan yang dikumandangkan oleh tujuh muadzin, sihir dan
wabah penyakit dari Menjangan Wulung pergi dan terpental dari masjid bersamaan dengan
meledaknya kubah masjid. Menurut cerita, kubah masjid Agung Sang Cipta Rasa terbang dan
mendarat di atas kubah masjid Agung Banten.6

Pengumandang adzan pitu masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon adalah orang-orang
tertentu yang masih keturunan keraton, biasanya muadzin adzan pitu tersebut berumur 30
tahun lebih atau sudah menikah. Adzan pitu dilakukan oleh dua golongan muadzin, dari
keturunan Keraton Kasepuhan dan dari keturunan Keraton Kanoman. Untuk golongan
pengumandang adzan dari Keraton Kasepuhan mengenakan jubah yang berwarna hijau dan
untuk golongan dari Keraton Kanoman mengenakan jubah berwarna putih. Golongan

3
Wawancara dengan Bapak Fathoni (Pengurus Masjid), tanggal 29 November 2019 di masjid Agung
Sang Cipta Rasa Cirebon.
4
Wawancara dengan Bapak Budi (Masyarakat sekitar masjid Agung Sang Cipta Rasa), tanggal 29
November 2019.
5
Wawancara dengan Bapak Samsudin (Dosen Pengampu Mata Kuliah Qowaidh Fiqhiyah), tanggal 18
Desember 2019.
6
Wawancara dengan Bapak Fathoni (Pengurus Masjid), tanggal 29 November 2019 di masjid Agung
Sang Cipta Rasa Cirebon.

3|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


pengumandang adzan ini memiliki jadwal masing-masing atau selang satu mingguan, jika
mengalami kealfaan salah satu anggota muadzin adzan pitu tersebut, maka akan diganti oleh
orang tertentu yang masih juga keturunan Keraton Kasepuhan atau Keraton Kanoman.7

Pendapat lain yang bersumber juga dari pengurus masjid menjelaskan bahwa setelah
meninggalnya para ulama terdahulu, tradisi adzan pitu ini dikumandangkan oleh keturunan
Keraton Kasepuhan dan Kanoman, bahkan dari masyarakat menyampaikan bahwa
pengumandang adzan pitu ini merupakan orang yang ditunjuk oleh sultan.8 Namun, seiring
berjalannya waktu dan sampai saat ini pengumandang adzan pitu hanya dilakukan oleh para
pengurus masjid Agung Sang Cipta Rasa, hanya saja untuk imam sholat berasal dari ulama
yang konon katanya masih keturunan dari Sunan Gunung Jati yaitu para ulama dari Buntet
Pesantren.9

Adanya adzan pitu di masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan suatu hal yang unik.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa Adzan pitu dilakukan oleh tujuh muadzin secara
bersamaan. Adzan yang dilakukan oleh tujuh orang secara bersamaan ini mungkin satu-
satunya di Indonesia. Tradisi adzan pitu ini sudah berlangsung secara turun-temurun selama
ratusan tahun, yaitu pada masa Sunan Gunung Jati. Menurut informasi tradisi adzan pitu ini
hanya dilakukan saat shalat jum'at pada adzan yang pertama. Bagi masyarakat sekitar Keraton
Kasepuhan sudah terbiasa setiap hari jum’at mendengar kumandang adzan yang berbeda
dengan masjid di daerah-daerah lain, dengan kumandang adzan yang dibawakan oleh tujuh
muadzin. Pada masa awal Islam masuk ke Cirebon adzan pitu ini dikumandangkan disetiap
waktu sholat sebagai cara menolak adanya sihir Menjangan Wulung.10

Kebiasaan tersebut dilestarikan sampai sekarang sebagai tradisi yang hanya dilakukan
setiap hari jum’at. Meskipun salah seorang masyarakat berpendapat bahwa seharusnya adzan
pitu ini dilakukan disetiap waktu sholat, seperti halnya awal mula tradisi ini dilakukan. 11
Selain menjaga tradisi, adzan pitu juga sebagai washilah do’a dan pengharapan agar

7
Wawancara dengan Bapak Fathoni (Pengurus Masjid), tanggal 29 November 2019 di masjid
Agung Sang Cipta Rasa Cirebon.
8
Wawancara dengan Bapak Feri (Masyarakat sekitar masjid Agung Sang Cipta Rasa), tanggal 29
November 2019.
9
Wawancara dengan Bapak Ismail (Pengurus Masjid), tanggal 8 Desember 2019 di masjid Agung
Sang Cipta Rasa Cirebon.
10
Wawancara dengan Bapak Ismail (Pengurus Masjid), tanggal 8 Desember 2019 di masjid Agung
Sang Cipta Rasa Cirebon.
11
Wawancara dengan Bapak Sopyan (Masyarakat sekitar masjid Agung Sang Cipta Rasa), tanggal
29 November 2019.

4|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


terlindung dari segala bencana dan musibah, bagi masyarakat Cirebon, Jawa Barat dan
sekitarnya.

Menurut cerita-cerita yang beredar di kalangan masyarakat Cirebon pada masa awal
perkembangan Islam, terjadinya sebuah musibah berupa wabah penyakit yang berujung
kematian, hal ini berturut-turut menimpa muadzin hingga membuat masyarakat resah dan
khawatir. Penyebabnya adalah adanya sihir dari Menjangan Wulung yang merupakan tokoh
jahat penganut agama lain yang merasa terganggu oleh pengaruh perkembangan Islam.12

Dengan adanya adzan pitu dimasjid Agung Sang Cipta, keresahan yang masyarakat
rasakan karena wabah penyakit yang disebarkan oleh Menjangan Wulung tidak lagi
mengganggu dan masyarakatpun merasa aman kembali. Orang berbondong-bondong
berdatangan ke masjid tersebut karena penasaran mengenai adzan pitu yang dikumandangkan
oleh tujuh orang pada setiap hari jum'at di masjid Agung Sang Cipta Rasa. Dengan demikian,
masyarakat sekitar memanfa’atkan kondisi yang ada di wilayah masjid Agung Sang Cipta
Rasa dengan berjualan disekitar masjid tersebut, karena ramainya orang-orang dari berbagai
wilayah yang berkunjung ke masjid Agung Sang Cipta Rasa, dari situlah masyarakatpun
mendapat keuntungan, diantaranya yaitu masyarakat yang mulanya tidak memiliki pekerjaan
dapat berjualan disekitar masjid, sehingga mereka mempunyai pekerjaan dan penghasilan
serta perekonomian merekapun meningkat.13

Dari cerita sejarah diatas, itulah yang menjadikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa
menjadi salah satu objek wisata religi islam di Cirebon.

12
Wawancara dengan Bapak Ismail (Pengurus Masjid), tanggal 8 Desember 2019 di masjid Agung
Sang Cipta Rasa Cirebon.
13
Wawancara dengan Bapak Yudi (Masyarakat sekitar masjid Agung Sang Cipta Rasa), tanggal 29
November 2019.

5|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Ramdhany, M. (2012). Studi Analisis Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon
(Doctor aldissertation, IAIN Walisongo).

Wawancara

NO NAMA UMUR KETERANGAN


1 Bapak Adang Djumhur S - Dosen Pengampu Mata Kuliah
Ushul Fiqh II
2 Bapak Samsudin - Dosen Pengampu Mata Kuliah
Qowaidhul Fiqhiyah sekaligus
Pengasuh PP. Al-Ihya Cirebon
3 Bapak Mohamad Rana - Dosen Pengampu Mata Kuliah
Penghantar Hukum Islam
4 Bapak Fathoni 59 Th Pengurus Masjid Agung Sang
Cipta Rasa
5 Bapak Ismail - Pengurus Masjid Agung Sang
Cipta Rasa
6 Bapak Sopyan 55 Th Masyarakat sekitar masjid
Agung Sang Cipta Rasa
7 Bapak Budi 38 Th Masyarakat sekitar masjid
Agung Sang Cipta Rasa
8 Bapak Yudi 30 Th Masyarakat sekitar masjid
Agung Sang Cipta Rasa
9 Bapak Feri 30 Th Masyarakat sekitar masjid
Agung Sang Cipta Rasa

6|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


PROFIL PENULIS

Namaku “Aini Susanti”, sahabat semua bisa memanggilku dengan panggilan Aini atau
Susan. Aku lahir pada tanggal 17 september tahun 2000, saat ini umurku 20 tahun 10 bulan.
Aku putri pertama dari dua bersaudara, adikku bernama “Luthfi Fauzi Annafi’i”, saat ini
adikku berumur 6 tahun. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku yang begitu menyayangiku
dan adikku. Keluargaku merupakan keluarga kecil yang bahagia.
Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Meskipun aku memiliki adik, tentunya
sahabat semua bisa menghitung jarak aku dan adikku, yaa 13 tahun. Dari jarak itu pula aku
menjadi putri kesayangan mamah dan bapakku. Semua apa yang menjadi keinginanku pasti
mamah dan bapakku akan memberikannya, dan memang pada saat itu kondisi keluargaku
berada dan berkecukupan.
Dari kecil aku sangat di manja, dan tak ada kata jauh dari dekapan mamah dan
bapakku. Dari mulai aku sekolah TK, SD, SMP, dan sampai MA. Aku beranggapan bahwa
aku adalah anak yang paling beruntung, karena memiliki orangtua yang begitu sangat
menyayangiku.
Beranjak pada usia anak-anak, aku di sekolahkan oleh orangtuaku di salah satu TK
islam yang tidak begitu jauh jaraknya dari tempat tinggalku, yakni TK ISLAMIYAH
KENANGA. Disekolah itulah aku memulai belajar dari nol yang belum mengerti satu
hurufpun hingga kini aku mengerti banyak hal.
Untuk sampai disekolah aku diantar oleh mamahku yang tersayang, beliau merupakan
mamah terhebat, mamah terbaik, mamah segalanya bagiku. Setiap hari tanpa kenal lelah,
hujan, panas, mamah tetap mengantarku untuk bisa sampai ke sekolah, hingga aku duduk di
bangku Sekolah Dasar (SD), mamah tetap setia menemani hari-hariku dalam bersekolah.
Di TK aku menjadi santriwati yang begitu banyak di kenal orang, karena
keberanianku dibanding santriwan santriwati yang lain. Aku bisa berprestasi di TK, meskipun
aku hanya bisa berperingkat 2 diantara yang lain. Namun itu sudah bisa menjadi mamah dan
bapakku tersenyum karena bangga dengan prestasi yang di gapai anaknya.
Begitupun di bangku Sekolah Dasar aku bisa menjadi siswi yang dekat dengan semua
guru yang ada disekolah. Di tambah di Sekolah Dasar ini sudah mulai muncul bakatku dalam
berbicara. Yaa aku senang berbicara, berbicara bagiku menyenangkan, hehe. Mulai

7|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


berkembang bakatku pada saat aku duduk dibangku kelas 4, di mulai dari menjadi petugas
upacara membaca UUD’45, setelah itu aku terpilih oleh guru untuk mengikuti perlombaan
Pildacil dengan sebab ketegasanku disaat aku menjadi petugas upacara. Aku dilatih
menghafal teks ceramah yang dibuatkan oleh guru PAI di sekolah, tak lupa dukungan dari
mamah dan bapak yang membuatku lebih semangat lagi untuk berlatih dan mengahafal teks
ceramah.
Singkat cerita, sekarang aku telah lulus dari Sekolah Dasar dan akan melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMP. Pada saat itu aku berkeinginan untuk masuk SMP
favorit yang ada di kecamatan rumahku, dengan tekad yang yakin dan dorongan dari orangtua
dan guru, akupun mencoba mengikuti tes untuk bisa masuk SMP favorit tersebut. Pada saat
tes, jujur diri ini merasa minder dengan teman-teman pendaftar yang lain, yang terlihat
memiliki kemampuan yang lebih di banding aku. Namun aku berusaha untuk percaya diri
demi tergapainya cita-cita.
Selesai mengikuti tes, akupun menunggu hasil, dan hasilnya pun Alhamdulillah
namaku tercantum dalam daftar siswa-siswi yang diterima masuk SMP NEGERI 1 SUMBER
RSBI. Aku dengan senang dan bangga bisa masuk sekolah favorit yang aku inginkan.
Setelah aku memulai dunia pendidikanku yang baru, aku mendapat begitu banyak
pelajaran. Dari cara bergaul, berbicara, dsb. Tak kalah dengan semasa TK dan SD, di SMPpun
aku menjadi siswi yang dikenal dan dekat dengan guru, akupun berhasil mencetak sejarah
dalam sekolah ku yang ini, tak jarang aku menjadi perwakilan untuk mengikuti perlombaan
keagamaan, di kelaspun aku bisa meraih peringkat 3 besar, meskipun aku belum pernah
mendapat peringkat 1, namun aku tetap bangga dengan prestasi yang aku miliki.
Saat aku lulus dari bangku SMP, dan bertepatan dengan kelahiran adik kecilku.
Bahagia rasanya aku telah berhasil menyelesaikan pendidikan SMPku, kini aku akan
melanjutkan pendidikan di bangku SMA, dan double kebahagiaanku karena kini aku menjadi
kakak untuk adikku.
Setelah aku lulus dari SMP, kini aku memilih tempat pendidikan yang cocok untukku.
Ingin hati aku bisa melanjutkan SMA favorit yang ada dikecamatanku, namun apa daya, aku
tidak ditakdirkan untuk masuk SMA tersebut. Sehingga aku masuk sekolah ‘Aliyyah. Sempat
aku menyalahi takdir mengapa aku harus masuk MA, namun mungkin ini yang terbaik
bagiku.
Di awal bersekolah di MA aku masuk ke kelas sosial. Di kelas sosial aku berhasil
menjadi juara kelas, ya karena di kelasku tidak ada yang memiliki kemampuan melebihi aku.
Sejak saat itu pula aku mengambil pelajaran bahwa dengan aku bersekolah disini aku mampu

8|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


menjadi juara 1 di kelas, yang sebelumnya di SMP, aku belum pernah mendapat peringkat 1.
Aku mulai menerima kenyataan bahwa Allah mentakdirkan sesuatu kepada seseorang
tentunya yang terbaik untuknya.
Setelah lulusa dari MA, aku melanjutkan pendidikan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon
dengan jurusan Hukum Keluarga, dan saat ini aku memasuki semester 7, yang tak lama lagi
akan menyelesaikan pendidikan ini dan lulus wisuda dengan menyandang gelar S.H.
Inilah singkat profil tentangku, tentang perjalanan hidupku.

Lampiran foto hasil observasi wawancara di masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan –
Cirebon

Gambar 1.1

Tampak depan masjid Agung Sang Cipta Rasa

9|Objek Wisata Religi Islam Ciayumajakuning


Gambar 1.2

Tampak dalam masjid Agung Sang Cipta Rasa

10 | O b j e k W i s a t a R e l i g i I s l a m C i a y u m a j a k u n i n g

Anda mungkin juga menyukai