Anda di halaman 1dari 19

Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam

1. Proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di sekolah

Sebelum kita membahas tentang proses belajar mengajar pendidikan

agama Islam terlebih dahulu kita harus tahu pengertian dari pendidikan agama

Islam itu sendiri. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terancana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami, mengahayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungnya dengan kerukunan antar

umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa. 1[1]

Dalam kegiatan pembelajaran tedapat dua kegiatan yang sinergi, yaitu

guru mengajar dan siswa belajar yang biasa dikenal dengan istilah proses

belajar mengajar (PBM), dalam kegiatan ini guru mengajarkan bagaimana

siswa harus belajar, sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar

melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya

dari segi kognitif, afektif dan atau psikomotorik. Benyamin S. Bloom dalam

bukunya The Taxonomy of education Objectives – Cognitive Domain

menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan diperoleh kemampuan

yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (cognitive), aspek sikap

(affective), dan aspek ketrampilan (psychomotor). 2[2]

1[1] Abdul Madjid dan Dian Andayani. Pendidikan Agam Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2004. hal. 130.

2[2] Muhaimin. Abd. Ghofir dan Nur Ali, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya : CV.
Citra Media, 1996. hal. 70.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan individual mengenai

dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Aspek

affektive mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang dulu sering

disebut perkembangan emosional dan moral, sedangkan psychomotor

menyangkut perkembangan kerampilan yang mengandung unsur motoris.

Ketiga aspek tersebut secara sederhana dapat dipandang sebagai aspek yang

bertalian dengan “head” (aspek cognitive), “heart” (affektive), dan “hand”

(psychomotor), yang ketiganya saling berhubungan erat dan tidak bisa

dilepaskan satu sama lain.

Dari uaraian di atas jelas bahwa proses belajar mengajar pendidikan

agama di sekolah merupakan usaha sadar untuk menyaipakan siswa dalam

meyakini, memahami, menghayati dan mnegamalkan agama Islam melalui

bimbingan, pengjaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Jadi pembelajaran

pendidikan agama di sekolah diharapkan membentuk kesalehan pribadi dan

sekaligus kesalehan sosial dan mampu mewujudkan ukuwah islamiyah dalam

arti luas.

Dari uraian di atas dapat diperoleh kejelasan bahwa proses belajar

mengajar pada dasarnya mengharapkan terjadinya perubahan dalam ketiga

aspek tersebut di atas, begitu juga dalam pembelajaran PAI, hanya saja tingkat

kedalaman perubahan masing-masing aspek harus disesuaikan dengan

disiplin ilmu yang dipelajarinya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar

Pendidikan Agama merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa


perubahan yang realatif menetap dalam tingkah laku seseorang sesuai dengan

Taxsonomi Bloom yaitu tujuan pendidikan agama yang meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Dan sifat perubahan yang terjadi pada masing-

masing aspek tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar.

2. Ciri-ciri interaksi proses belajar mengajar Pendidikan Agama

Proses pembelajaran yang sering disebut dengan PBM (proses belajar

mengajar), merupakan suatu kegiatan di mana guru melakukan kegiatan yang

membawa anak ke arah tujuan dan saat itu juga anak sedang melakukan suatu

kegiatan yang disediakan oleh guru yaitu kegiatan belajar yang juga terarah

pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Dengan pengertian lain “kegiatan guru”

dan “kegiatan murid” adalah searah atau sejalan.

Dari semua kegiatan tersebut dapat diikhtisarkan adanya beberapa ciri

proses belajar mengajar Pendidikan Agama. Ciri-ciri tersebut terdapat pada

hal-hal sebagai berikut : 1) Tujuan pendidikan Agama yang akan dicapai telah

dirumuskan secara jelas, 2) Bahan ajar pendidikan agama yang akan menjadi

isi interaksi telah dipilih dan ditetapkan, 3) Guru-siswa aktif dalam melakukan

interaksi, 4) Pelajar dan siswa berinteraksi secara aktif, 5) Kesesuaian metode

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan agama, 6) Situasi

yang memungkinkan terciptanya proses interaksi dapat berlangsung dengan

baik, 7) Penilaian terhadap hasil interaksi proses belajar mengajar pendidikan

agama.3[3] 

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama menekankan

pada pengertian interaksi yaitu hubungan aktif dua arah (timbal balik) antara

guru dan murid. Hubungan aktif antara guru dan murid harus diikuti oleh
3[3] Muhaimin, Op.Cit. hal. 73-74.
tujuan pendidikan agama. Tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketaqwaanya berbangsa dan bernegara. Usaha guru dalam

membantu murid untuk mencapai tujuan adalah guru harus memilih bahan ajar

atau meteri pendidikan agama yang sesuai dengna tujuan yang akan dicapai.di

samping memilih bahan yang sesuai, guru selanjutnya memilih dan

menetapkan metode dan sasaran yang paling tepat dan sesuai dalam

penyampaian bahan dengan mempertimbangkan faktor situasional serta

diperkirakan dapat memperlancar jalannya proses belajar mengajar

pendidikan agama. Setelah proses belajar mengajar dilaksanakan, maka

komponen lain yang harus disertakan adalah evaluasi.

1.      Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar

Pendidikan Agama

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa melalui proses belajar

mengajar pendidikan agama diharapkan terjadinya perubahan dalam diri siswa

baik secara kognitif, afektif maupun psikomorik yang akan berpengaruh pada

tingkah laku siswa ynag relatif menetap. Dan perubahan yang terjadi harus

merupakan perubahan tingkah laku yang lebih baik berdasarkan pendidikan

agama.

Agar perubahan dalam diri siswa sampai pada tujuan yang diharapkan,

perlu diperhatikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain:


a.       Kondisipembelajaran pendidikan agama adalah faktor yang

mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran

PAI. Faktor ini berkaitan dengan pemilihan penetapan dan pengembanagan

metode pembelajaran PAI, kondisi pembelajaran PAI diklasifikasikan menjadi

tujuan pembelajaran PAI, karakteristik bidang studi PAI, karakteristik peserta

didik PAI dan kendala pembelajaran PAI.

b.      Metode pembelajaran PAI yaitu cara-cara tertentu yang cocok digunakan

dalam mencapai hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi

pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi strategi

pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolahan

pembelajaran

c.       Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat

dijadikan indikator tentang nilai dari pada penggunaan metode PAI dibawah

kondisi pembelajaran yang berbeda.4[1]

2. Proses belajar mengajar yang berkualitas

Guru yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakanya. Oleh sebab itu guru

harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas

pengajaranya. Untuk memenuhi hal tersebut guru dituntut mampu mengelolah

proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan pada siswa sehingga

ia mau belajar. Dalam menciptakan kondisi mengajar yang efektif ada lima

faktor yang menetukan keberhasilan belajar siswa yaitu:

a.       Meliabatkan siswa secara aktif


4
b.      Menarik minat dan perhatian siswa

c.       Membangkitkan motifasi siswa

d.      Prinsip individulitas

e.       Peragaan dalam pengajaran

Proses Belajar mengajar Aqidah-Akhlak merupakan kegiatan aktif siswa

dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran Aqidah dan Akhlak Islam. Ada 10 prinsip yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran Aqidah akhlak:

1)      Berpusat Pada Siswa

Setiap siswa yang belajar PAI (Aqidah Akhlak) memiliki perbedaan satu

sama lain. Perbedaan tersebut bisa dalam hal minat, kemampuan, kesenangan,

pengalaman, dan cara belajar. Ditinjau dari latar belakang pengalaman

beragama, ada siswa yang berasal dari keluarga taat beragama, dan ada yang

acuh tak acuh terhadap pengamalan nilai-nilai keagamaan. Ditinjau dari gaya

belajarnya, siswa tertentu lebih mudah belajar dengar baca dan melihat

(visual), dengan mendengar (audio), atau dengan cara gerak (kinestika). Oleh

karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran,

waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai

karakteristik siswa.

2)      Belajar dengan keteladanan dan Pembiasaan

KBM aqidah akhlak tidak terputus pada pengetahuan, tetapi harus

ditindak lanjuti pada pemberian contoh/keteladanan dalam pengamalan, dan

berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan

sehari-hari.

3)      Mengembangkan Kemampuan Sosial


Siswa akan lebih muda menemukan dan membangun pemahaman nilai-

nilai yang terkandung dalam aqidah dan akhlak Islam, apabila dapat

mengkomunikasikan pengalaman dan pemahamannya kepada siswa lain, guru

atau pihal-pihak lain. Untuk membangun makna, KBM Aqidah akhlak

diperlukan pengalaman langusng atau tidak langsung kaitannya dengan

lingkungan sosial.

4)      Mengembangkan Fitrah Bertauhid

Keingintahuan dan Imajinasi, Siswa dilahirkan dengan membawa fitrah

bertauhid (QS; al-A’rof:172). Fitrah bertauhid tersebut harus dikembangkan

dan butuh bimbingan agar beraqidah dan berakhlak yang benar dan lurus

(hanif). Rasa ingin tahu dan daya imajinasi merupakan modal dasar yang

harus dikembangkan agar siswa mampu bersikap sesuai dengan nilai dan

ajaran agama Islam.

5)      Mengambangkan Keterampilan Memecahkan Masalah

Di era globalisasi ini siswa memerlukan keterampilan memecahkan

masalah dan kemampuan untuk dapat mengambil keputusan sikap dan nilai

secara tepat dan benar dalam kehidupan. Untuk itu KBM Aqidah akhlak

dikembangkan agar siswa terampil dalam mengidentifikasi, mengklasifikasi,

memecahkan dan memeutuskan nilai atau sikap secara benar dengan

menggunakan prosedur ilmiah yang bersumber dari wahyu Illahi.

6)      Mengembangkan Kreatifitas Siswa

Pembelajaran aqidah akhlak dikembangkan agar siswa diberikan

kesempatan dan kebebasan untuk berkreasi dalam mengembangkan dan

mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan.

7)      Mengembangkan Kepahaman Penggunaan Ilmu dan Teknologi


Siswa perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi

sejak dini namun tidak mempertuhankan hasil-hasil perkembangan IPTEKS.

KBM Aqidah Akhlak juga perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh

informasi dari berbagai sumber belajar dan penggunaan multimedia

pembelajaran.

8)      Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara yang Baik

Pembelajaran Aqidah akhlak yang dikembangkan tidak terlepas dari

membangun kepribadian dan moral siswa sebagai anak Indonesia. Karena itu

wujud dan contoh-contoh pengamalan aqidah dan akhlak diupayakan dapat

memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa untuk menjadi warga

negara yang taat beragama serta menghormati dan mengharagi agama lain

secara bertanggung jawab serta memberikan wawasan nilai-nilai moral dan

sosial yang dapatmembekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan warga

negara yang bertanggung jawab.

9)      Belajar Sepanjang Hayat

Belajar aqidah akhlak adalah membangun moral sepanjang kehidup.

Karena itu pembelajaran dikembnagkan agar siswa memilki kesadaran dan

terus butuh belajar agama sepanjang hayat

10)  Perpaduan kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas

Siswa perlu berkompetensi, bekerjasama, dan mengembangkan

solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan bekerjasama yang memungkinkan siswa

bekerja secara mandiri dan bekerjasama melalui lintas kompetensi.

3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama


Strategi mengajar adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana

mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variable

pengajaran, yaitu tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi agar dapat

mempengaruhi para siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi mengajar juga dapat dikatakan sebagai tindakan nyata dari guru atau

praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang

dinilai lebih efektif dan lebih efesien. Dengan perkataan lain strategi mengajar

adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan/praktek

mengajar dalam kelas. Politik atau taktik tesebut hendaknya mencerminkan

langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung

pengertian bahwa setiap komponen belajar mengajar saling berkaitan satu

sama lain sehingga terorganisasi secara terpadu dalam mencapai tujuan.

Sedangkan sistematik mengandung pengertian, bahwa langkah-langkah yang

dilakukan guru pada waktu mengajar berurutan secara rapi dan logis sehingga

mendukung tercapainya tujuan.

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan

strategi mengajar, yaitu

a.       Tahapan mengajar, secara umum ada tiga tahapan pokok dalam strategi

mengajar, yakni a) Tahap pemula (prainstruksional) adalah tahapan yang

ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar, b) Tahap

pengajaran (Instruksional) adalah tahap memberikan bahan pelajaran yang

telah disusun guru sebelumnya, dan c) Tahap penilaian dan tindak lanjut.

b.      Pendekatan mengajar, inti dari proses belajar mengajar adalah kegiatan

belajar siswa yang dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan

guru. Richard Anderson seperti yang dikutip Nana Sudjana mengajukan dua
pendekatan, yaitu pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher

centered) dan pendekatan yang berorientasi pada siswa (student centered). 5

[2]

c.       Prinsip mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan

mengkondisi situasi belajar mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar

secara optimal. Beberapa prinsip mengajar yang utama dan harus digunakan

guru antara lain, prinsip motivasi, koperasi dan kompetisi, korelasi dan

integrasi, aplikasi dan transformasi, serta individualitas. Berdasarkan

penjelasan di atas ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum

mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan agama antara lain, 1)

Tujuan pembelajaran umum pendidikan agama, 2) Karakteristik bidang studi

pendidikan agama, dan 3) Karakteristik siswa yang akan mengikutinya. Hal ini

menunjukkan bahwa sebelum guru mengembangkan strategi pengajarannya di

kelas terlebih dahulu guru harus mempertimbangkan ketiga point penting

tersebut.

4. Macam-Macam Ketrampilan Mengajar

Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting

itu terletak pada tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk

mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir demikian berarti

menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai

ketrampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya

dalam proses belajar mengajar. Ketrampilan dasar mengajar merupakan

ketrampilan yang mutlak harus dimiliki oleh guru. Adapun beberapa

ketrampilan dasar mengajar tersebut adalah :


5
a.       Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran

Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan ketrampilan

dasar mengajar yang harus dikuasai guru agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran secara efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membuka dan menutup pelajaran

dimulai dari awal hingga akhir pelajaran. Pada awal pelajaran dimulai tidak

semua siswa memiliki kesiapan mental dan tertarik untuk mengikuti hal-hal

yang akan dipelajari. Demikian pula selama proses pelajaran berlangsung

kesiapan mental dan perhatian siswa tidak selalu tertuju pada hal-hal yang

dipelajari sehingga mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa.

1)      Ketrampilan membuka pelajaran.

Yang dimaksud ketrampilan membuka pelajaran adalah usaha atau

kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk

menciptakan prakondisi bagi siswa agar mereka siap menerima materi yang

akan dipelajari sehingga memberikan efek yang positifdalam proses belajar

mengajar.6[3]

Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan

suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada

hal-hal yang akan dipelajarinya.

Membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja

tetapi pada setiap penggal awal dan akhir pelajaran atau setiap kali beralih hal

atau topik baru. Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka

pelajaran adalah sebagai berikut 1) Menarik perhatian siswa, 2) Memotivasi

siswa, 3) Memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan

atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, pokok permasalahan yang
6
akan dibahas, rencana kerja dan pembagian waktu, 4) Mengaitkan topik yang

sudah dikuasai dengan topik baru, dan 5) Menanggapi situasi kelas. 7[4]

2)      Ketrampilan menutup pelajaran

Menjelang akhir jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan belajar,

guru harus melakkan kegiatan menutup pelajaran agar siswa memperoleh

gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang sudah

dipelajari. Menutup pelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan

gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari. Jadi ketrampilan

menutup pelajaran adalah ketrampilan merangkum inti pelajaran pada akhir

setiap penggal kegiatan. Ketrampilan ini sangat penting dalam membantu

siswa menemukan konsep, dalil, hukum atau prosedur dari inti pokok bahasan

yang telah dipelajari.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran

adalah 1) Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran, 2) Memberikan

dorongan psikologis dan atau sosial kepada siswa, 3) Memberi petunjuk untuk

pelajaran atau topik berikutnya, dan 4) Mengadakan evaluasi tentang materi

pelajaran yang baru selesai.8[5]

b.      Ketrampilan menjelaskan

Kegiatan menjelaskan dalam proses belajar mengajar merupakan

kegiatan yang mutlak dilakukan oleh guru, bahkan dapat dikatakan inti dari

proses belajar mengajar. Karena apapun metode yang digunakan,materi yang

disampaikan, jenis sekolah, dan sebagainya maka kegiatan menjelaskan selalu

harus dilaksanakan oleh guru hanya saja cara penyampaiannya dan

kualitasnya yang berbeda-beda menyesuaikan situasi pada waktu itu.


7[4] Siti Kusrini, Op.Cit. hal. 43.

8[5] Ibid. hal. 45


Menjelaskan adalah menuturkan secara lisan mengenai suatu bahan

pelajaran secara sistematis dan terencana sehingga memudahkan siswa untuk

memahami bahan pelajaran.9[6]

Jadi ketrampilan menjelaskan adalah ketrampilan untuk menyajikan

informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk

menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. 10[7]

Menurut T. Bilarso yang dikutip oleh Siti fatimah Sunaryo dijelaskan

bahwa isi ketrampilan menjelaskan meliputi 1) Penyampaian informasi, yang

termasuk dalam katagori ini adalah kegiatan memberitahukan, menceritakan,

menyampaikan konsep, fakta, prinsip, proses atau prosedur, 2) Menerangkan,

yang terasuk dalam aktifitas menerangkan yaitu hal-hal tentang “apa” dan

“bagaimana” sesuatu itu ada, 3) Menjelaskan, ketrampilan ini akan menjawab

“mengapa”, “untuk apa”, dan “hubungan”. Untuk memudahkan ketrampilan di

atas berikut disajikan alur proses ketrampilan menjelaskan.

a)      Pendidik/guru menyampaikan informasi → pemberitahuan → Peserta didik

menerima dan mangingat

b)      Pendidik/guru menerangkan → pemberitahuan → Peserta didik menerima

dan mengerti.

c)      Pendidik/guru menjelaskan → pemberitahuan → Peserta didik mengolah

dan menghubungkan dua atau tiga hal.

4) Memberikan motifasi, yaitu memberikan dorongan agar siswa menunjukkan

minat, perhatian serta kemauan untuk memperhatikan agar mereka

mengetahui apa kegunaan mempelajari “hal” tersebut terhadap dirinya di

masa mendatang, 5) Mengajukan pendapat pribadi, guru dapat mengajukan


9[6] Ibid. hal. 64.

10[7] Moh. Uzer Usman, Op.Cit. hal. 85.


pendapat pribadinya atas sebuah peristiwa, gagasan atau teori, hanya saja

perlu diperhatiakan bahwa sebelum mengajukan ide atau gagasan tersebut

didahului dengan kata-kata “Menurut saya “ dan sebagainya sekalipun

perndapat di atas bersifat subyektif tetapi guru telah melatih siswa untuk

belajar memberanikan diri agar mengemukakan pendapat terhadap suatu

peristiwa atau teori tertentu.11[8]

Ada beberpa tujuan penggunaan penjelasan dalam proses belajar

mengajar, tujuan tersebut adalah :

(1)   Membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum, dalil,

fakta, definisi dan prinsip secara obyektif dan benar.

(2)   Melibatkan anak didik untuk berpikir memecahkan masalah-masalah

atau pertanyaan-pertanyaan.

(3)   Untuk mendapatkan balikan dari anak didik mengenai tingkat

pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

(4)   Membimbing anak didik untuk menghayati dan mendapat proses

penalaran dan menggunakn bukti-bukti dalam memecahkan masalah. 12[9]

Untuk dapat menjelaskan sesuatu dengan jelas maka dituntut

penguasaan materi yang mantap, kemampuan menganalisis pokok persoalan

yang akan di bahas, serta perencanaan yang matang bagaimana langkah-

langkahnya untuk menjelaskan materi tertentu kepada orang lain. Maka dari itu

ketrampilan menjelaskan meliputi dua aspek, yaitu :

(a)    Perencanaan sebagai persiapan, mempersiapkan isi penjelasan yang akan

disampaikan dan kepada siapa penjelasan itu akan diberikan.

11[8] Siti Fatimah Sunaryo, Kemampuan Dasar Mengajar, Malang : UMM. Press, 2002.
hal. 8-7

12[9] Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hal. 131-132.


(b)   Pelaksanaan, yaitu bagaimana cara dan teknik-teknik menyampaikan

penjelasan yang telah dipersiapkan.

c.       Ketrampilan bertanya

Ketrampilan bertanya merupakan ketrampilan yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban atau balikan dari orang lain. Lebih lanjut E.C. Wragg

melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa menjelaskan adalah ketrampilan

yang paling dihargai murid.13[10] Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran,

penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Oleh sebab itu

ketrampilan serta kelancaran bicara dari guru harus dilatih dan ditingkatkan.

Peningkatan ketrampilan bertanya meliputi aspek isi pertanyaan maupun

aspek teknik bertanya. Terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis-

jenis pertanyaan. Dalam hal ini penggolongan itu terdiri atas jenis pertanyaan

menurut maksudnya, jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom, dan jenis

pertanyaan menurut luas sempitnya pertanyaan.

Jenis pertanyaan menurut maksudnya, terdiri dari :

1)      Pertanyaan permintaan, yaitu pertanyaan yang mengharapkan agar

siswa mematuhi perintah yang diucapkan guru.

2)      Pertanyaan restoris, yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki

jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru

3)      Pertanyaan mengarahkan menuntut, yaitu pertanyaan yang diajukan

untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berfikirnya

4)      Pertanyaan menggali, yaitu pertanyaan lanjut yang akan mendorong

siswa untuk lebih mendalami jawabanya terhadap pertanyaan sebelumnya

Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom:

13[10] Siti Fatimah Sunaryo, Op.Cit. hal. 19.


1)      Pertanyaan pengetahuan, ialah pertanyaan yang hanya mengharapkan

jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang telah dipelajari

siswa, dalam hal ini siswa tidak diminta pendapatnya atau penilainya terhadap

suatu problema atau persoalan.

2)      Pertanyaan pemahaman, ialah pertanyaan yang menuntut siswa untuk

menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisir informasi-informasi yang

pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri atau menginterpretasikan

informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan

memperbandingkan atau membeda-bedakan.

3)      Pertanyaan penerapan, ialah pertanyaan yang menuntut siswa untuk

memberikan jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan,

informasi, aturan-aturan, kriteria dan lain-lain yang pernah diterimanya pada

suatu kasus atau kejadian yang sesungguhnya.

4)      Pertanyaan analisis, ialah pertanyaan yang menuntut siswa untuk

menentukan jawaban dengan cara mengidentifikasikan motif masalah yang

ditampilkan, mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu

kesimpulan atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang

ada.

5)      Pertanyaan sintesa, ialah pertanyaan yang memberikan jawaban benar

lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta

daya kreasi.

6)      Pertanyaan evaluasi yang menghendaki siswa untuk memberikan

penilaian atau pendapatnya terhadap isu yang ditampilkan.

Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran:


1)      Pertanyaan sempit, adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban

yang tertutup yang biasanya jawabannya telah tersedia

2)      Pertanyaan luas, adalah pertanyaan yang jawabannya mungkin lebih

dari satu, sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik,

sehingga masih diharapkan yang terbuka.

3)      Pertanyaan luas menilai, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk

mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap. 14[11]

Suatu pertanyaan yang baik bisa ditinaju dari segi isinya, tetapi jika cara

penyajiannya kepada siswa tidak tetap akan mengakibatkan tidak tercapainya

tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik pertanyaan harus pula

dipahami dan dilatih, agar guru dapat menggunakan pertanyaan secara efektif

dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

mengajukan pertanyaan antara lain : 1) Kejelasan dan kaitan pertanyaan, 2)

Kecepatan dan selang waktu, 3) Arah dan distribusi penunjukan (penyebaran),

4) Teknik menuntun, 5) Teknik penguatan, 6) Teknik menggali, 7) Pemusatan,

dan 8) Pindah gilir.

d.      Ketrampilan memberi penguatan.

Dalam proses belajar mengajar siswa membutuh penghargaan atas

prestasi yang diperolehnya, sehingga ia dapat mempertahankan prestasi

tersebut. Bahkan dengan penghargaan yang diberikan guru, timbul motivasi

yang kuat untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapai, begitu pula

sebaliknya. Menyadari begitu pentingnya peranan penghargaan atas siswa

yang berprestasi, maka guru perlu menguasai ketrampilan memberi

penguatan.

14[11] Siti Kusrini, Op.Cit. hal. 85-92.


Penguatan adalah tindakan memberi respon terhadap suatu tingkah laku

yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali tingkahlaku

tersebut. Penguatan juga dapat diartikan sebagai respon positif yang

dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai siswa dalam proses

belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku

tersebut.

Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar kelihatannya

sederhana, yaitu memberi tanda dalam persetujuan guru terhadap tingkah laku

siswa, yang dinyatakan dalam bentuk, antara lain kata-kata membenarkan,

pujian, senyuman, anggukan atau memberi hadiah secara material. Namun

demikian, ketrampilan ini sulit dilakuakn jika guru tidak memahami makna

yang ingin dicapai dalam ketrampilan memberi penguatan.

Ada empat prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberi

penguatan, yaitu 1). Kehangatan, 2) Antuasiasme, 3) Bermakna, dan 4)

Menghindari respon yang negatif. Selain prinsip-prinsip di atas ada beberapa

komponen yang perlu dipahami dan dikuasai oleh guru agar ia dapat

memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen-

komponen tersebut adalah: 1) Penguatan verbal, 2) Penguatan berupa mimic

muka dan gerakan badan, 3) Penguatan dengan cara mendekati anak, 4)

Penguatan dengan sentuhan, 5) Penguatan dengan kegiatan yang

menyenangkan, dan 6) Penguatan berupa simbol atau benda.

e.       Ketrampilan mengelola kelas

Pengelolahan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan


untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar mengajar.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam

suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga

hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan

siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolahan kelas. Pengelolahan kelas

yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar

mengajar yang efektif. Untuk itu ada beberpa prinsip yang perlu diperhatikan

dalam pengelolahan kelas yaitu, 1) Kehangatan dan keantusiasan, 2)

Tantangan, 3) Bervariasi, 4) Keluwesan, 5) Penekanan pada hal-hal yang

positif, dan 6) Penanaman disiplin diri.

Adapun komponen-komponen ketrampilan mengelolah kelas adalah

ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal dan ketranpilan yang berhubungan dengan

pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Dalam usaha mengelolah kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan

yang harus dihindari oleh guru, yaitu 1) Campur tangan yang berlebihan, 2)

Kelenyapan, 3) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, 4)

Penyimpangan, dan 5) Bertele-tele.15[12]

15[12] Muh. Uzer Usman, Op.Cit. hal. 97-101.

Anda mungkin juga menyukai