Anda di halaman 1dari 6

Berwisata sembari Mengenal Sejarah dan Keunikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Cirebon serta Meningkatkan Religiusitas.

ABSTRAK

Indonesia merupakan Negara yang dianugerahi kekayaan alam yang beragam, Maka
tak heran jika Indonesia memiliki banyak tempat untuk berwisata. Salah satu nya yaitu kota
Cirebon yang memiliki banyak destinasi wisata, selain dijuluki sebagai kota udang, Kota ini
juga sering dijuluki sebagai kota para wali karena memiliki nilai sejarah dan budaya islam
yang sangat tinggi, serta tempat penyebaran islam dengan tokoh islamnya yang sangat
terkenal Sunan Gunung Jati. Dari hal tersebut maka tak heran jika kota cirebon memiliki
banyak tempat wisata syariah atau wisata religi yang sampai saat ini masih terus
dikembangkan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wisata religi yang ada di Kota
Cirebon dengan menggunakan metode kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini
bahwasannya salah satu wisata religi yang cukup dikenal di Cirebon yaitu Masjid Agung
Sang Cipta Rasa. Masjid ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, dan memiliki bangunan
dengan keunikan tersendiri yang patut untuk kita ketahui dan kita kembangkan bersama-sama.

ISI

Indonesia dikenal sebagai Negara majemuk yang memiliki berbagai keanekaragaman.


Baik dari sisi agama, suku, ras, hingga kebudayaan. Selain itu Indonesia merupakan Negara
yang dianugerahi kekayaan alam yang beragam seperti laut, pantai, daratan, gunung dan
bangunan-bangunan kebudayaan masa lampau. Maka tak heran jika Indonesia memiliki
banyak tempat indah dan bersejaerah yang kini menjadi tempat untuk berwisata. Adapun
tempat yang terkenal akan wisatanya yaitu pulau bali dengan keindahan pantainya yang
terkenal sampai manca Negara, kota Jogjakarta yang terkenal akan candi Borobudur dan
malioboro, kota bandung, dan banyak lainnya.

Selain yang di sebutkan diatas salah satu kota yang memiliki banyak destinasi wisata
yaitu kota Cirebon. Kota ini dikenal akan destinasi wisatanya yang cukup banyak mulai dari
sejarah, budaya, hingga kuliner yang khas dan menarik. Kota Cirebon terletak di provinsi
jawa barat, dan berbatasan dengan provinsi jawa tengah. Kota Cirebon merupakan singkatan
dari dua kata yaitu “Ci” yang memiliki arti air dan “Rebon” yang berarti udang, karena hal
tersebutlah kota Cirebon dikenal dengan sebutan kota udang.
Kota ini juga sering dijuluki sebagai kota para wali karena memiliki nilai sejarah dan
budaya islam yang sangat tinggi, serta tempat penyebaran islam dengan tokoh islamnya yang
sangat terkenal yaitu Syekh Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal dengan sebutan
Sunan Gunung Jati. Pada masa Sunan Gunung Jati peradaban islam di cirebon mencapai
puncak kejayaan, dengan berbagai bukti yang terlihat dari sisi keagamaan masyarakat Cirebon
dan bangunan-bangunan berupa masjid dan keraton yang ada di kota ini.

Dari hal tersebut maka tak heran jika kota cirebon memiliki banyak tempat wisata
syariah atau wisata religi yang sampai saat ini masih terus dikembangkan. Tren wisata syariah
atau religi semakin berkembang seiring meningkatnya jumlah muslim didunia. Wisata syariah
atau religi merupakan pengintregasian nilai-nilai keislaman kedalam aspek wisata. Hadirnya
wisata syariah bukanlah ancaman bagi pariwisata yang sudah ada sebelumnya, melainkan
sebagai pelengkap dan tidak menghambat kemajuan wisata yang sudah ada. Dengan adanya
wisata religi, kita bisa berlibur sembari mendapatkan pengetahuan baru yang bermanfaat
mengenai suatu agama, mulai dari sejarahnya hingga tokoh tokoh hebat yang berpengaruh di
suatu wilayah sehingga dapat meningkatkan religiusitas.

Destinasi wisata religi yang cukup dikenal di Kota Cirebon yaitu Keraton Kesepuhan,
Keraton Kanoman, Makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Sunan Kalijaga, dan Masjid Agung
Sang Cipta Rasa. Dari beberapa wisata religi yang ada, penulis tertarik untuk membahas
sejarah dan keunikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Masid Agung Sang Cipta Rasa juga dikenal dengan nama Masjid Agung Cirebon,
terletak di Desa Panjunan, Lemahwungkuk, Cirebon. Karena bangunannya yang didominasi
dengan bata berwarna merah, dan letaknya di Desa Panjunan maka banyak pula yang
menamai masjid ini dengan sebutan Masjid Merah Panjunan. Masjid ini bisa dijadikan salah
satu tujuan destinasi wisata religi yang ada di Kota Cirebon, karena masjid ini memiliki
sejarah dan keunikan yang sangat menarik untuk kita ketahui. Letak masjid ini tak jauh dari
keraton kanoman, kita hanya perlu berjalan kaki sekitar 2 menit dari keraton kanoman ke
masjid agung sang cipta rasa. Selain itu untuk berwisata di masjid ini tidak dikenakan biaya,
karena selain untuk berwisata, masjid ini juga biasa digunakan untuk orang-orang yang ingin
beristirahat sejenak dari perjalanan.

Masjid ini dibangun sekitar tahun 1408 yang dipimpin langsung oleh Sunan Gunung
Jati, yang kemudian sunan gunung jati menugaskan Sunan Kalijaga dan Raden Sapet untuk
menjadi arsitektur masjid ini. Masjid agung sang cipta rasa memiliki keunikan tersendiri
karena konon katanya hanya dibangun dalam waktu satu malam saja dengan jumlah pekerja
sebanyak 500 orang yang didatangkan khusus dari Majapahit, Demak dan Cirebon. Nama
masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya, yang biasanya identik dengan nama nama
berbahasa arab. Nama masjid agung terdiri dari 3 kata yaitu “sang” yang memiliki makna
keagungan, kemudian “cipta” yang berarti dibangun dan “rasa” yang berarti digunakan.

Bentuk arsitektur masjid ini merupakan perpaduan gaya Jawa dan Hindu Majapahit,
hal ini terlihat dari atap masjid yang berbentuk prisma atau limas seperti atap rumah adat
jogja. Tidak seperti masjid pada umumnya yang biasanya memiliki kubah dan menara. Selain
itu terdapat atap tumpuk pada bangunan utama masjid. Sedangkan gaya hindu majapahit
terlihat dari bentuk bangunan yang menyerupai candi pada bagian gerbang atau gapura
masjid. Gerbang masjid dibuat dari tumpukan batu yang tertata rapi secara vertikal, seperti
pada pintu-pintu candi.

Pada bagian depan masjid terdapat kayu ukir bertuliskan huruf-huruf arab, ukiran ini
sangat terlihat indah walaupun berumur ratusan tahun. ditambah dengan hiasan piring china
yang menempel di tembok bagian depan yang semakin memperlihatkan perpaduan budaya
yang sangat indah. Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan beranda dan ruangan
utama. Bagian beranda bisa juga disebut bagian luar masjid, bagian ini terletak di sisi masjid,
yaitu pada bagian depan, bagian samping kanan, dan samping kiri. Ruangan beranda ini
ditopang dengan pilar-pilar kayu yang memiliki ukiran salur-salur sehingga menambah
keindahan masjid ini.

Keunikan masjid Agung Sang Cipta Rasa semakin terlihat ketika kita akan memasuki
ruangan utama, kita diharuskan melewati lubang pintu yang berjumlah Sembilan pintu.
Terdapat satu pintu utama dengan ukuran normal dan terdapat delapan pintu di sisi kanan dan
kiri. Pintu utama masjid hanya dibuka pada saat salat Jumat dan peringatan hari besar Islam,
seperti pada saat Maulid Nabi atau muludan, salat Idul Fitri, dan Idul Adha. Sedangkan
delapan pintu di bagian samping dibuat dengan ukuran lebih rendah dari tinggi manusia pada
umumnya. Sehingga jamaah atau wisatawan yang ingin memasuki ruangan utama diharuskan
merundukkan kepala. Hal tersebut memiliki makna yang luar biasa yaitu sebagai
penghormatan dan merendahkan diri saat masuk masjid. Makna lainnya yaitu bahwasannya
manusia memiliki kedudukan yang sama dimata sang pencipta, sehingga sebagai muslim yang
baik kita diharuskan tunduk dan patuh untuk senantiasa menjalankan perintah Allah SWT.
Pada ruangan utama masjid juga terdapat ruangan khusus yang hanya bisa digunakan oleh
keluarga keraton untuk beribadah. Sedangkan untuk pintu yang berjumlah Sembilan,
melambangkan jumlah wali songo yang berarti wali sembilan yang berjumlahkan Sembilan
orang.

Pada bagian tempat imam memimpin sholat terdapat tiga ubin yang dipasang oleh
Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, dan Sunan Bonang. Tiga ubin tersebut memiliki filosofi
tiga ajaran pokok agama yaitu iman, islam dan ihsan. Selain tiga ubin tersebut, pada bagian
mihrab atau tempat imam memimpin sholat terdapat ukiran berbentuk kuncup daun teratai
yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan pada bagian mimbar dibangun menyerupai kursi
dengan tiga anak tangganya. Di Mimbar tersebut terukir motif berbentuk bunga dan rantai
disetiap sisinya, yang diberi nama Mimbar Sang Ranggakosa. Keunikan masjid ini juga
terlihat pada bagian langit-langit di ruangan utama, didalamnya terdapat balok-balok kayu
yang saling menopang satu sama lain. Kayu kayu tersebut sangat kuat untuk menopang atap
masjid. Bagian atap utama disangga oleh empat buah pilar kayu dengan diameter yang cukup
besar. Sementara bagian atap lainnya juga ditopang oleh kayu dfengan diameter yang sama. 

Selain keunikan pada bangunan masjid, masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki
keunikan pada pelaksanaan sholat jum’at. Pelaksanaan sholat jum’at di masjid pada umumnya
hanya menggunakan satu muadzin untuk mengumandangkan adzan. Tetapi di masjid agung
memiliki keunikan tersendiri yaitu dengan adanya adzan pitu. Maksud adzan pitu yaitu
terdapat tujuh muadzin untuk mengumandangkan adzan memanggil para jamaah yang akan
melaksanakan ibadah shalat jum’at. Konon katanya tradisi adzan pitu bermula ketika masa
Sunan Gunung Jati, masjid ini selalu diganggu oleh Aji Menjangan Wulung yang datang
membawa petaka, dan beberapa muadzin yang mencoba mengumandangkan adzan tewas
dihajar olehnya. Sehingga Sunan Gunung Jati memerintahkan tujuh orang muadzin untuk
mengumandangkan adzan secara bersamaan untuk mengusir Aji Menjangan Walung. Dan
setelah dilakukan adzan pitu, Aji Menjangan Wulung tidak pernah mengganggu ibadah para
jamaah Masjid Sang Cipta Rasa.

Satu hal yang tidak boleh dilewatkan ketika berwisata ke Masjid Agung Sang Cipta
Rasa yaitu air sumur zam-zam, karena air yang mengalir dari sumur di masjid ini dapat
mengobati berbagai penyakit, dan memudahkan pintu rezeki bagi orang yang meminumnya.
Jadi, sangat disayangkan jika kita tidak mengambil barokah dari air sumur zam-zam ini.
Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwasannya kota Cirebon sejak dahulu
memiliki potensi destinasi wisata yang beragam, dengan demikian perlu kiranya untuk
mengeksplorasi wisata yang sudah ada, dapat pula dikembangkan kearah bisnis pariwisata
syariah atau pariwisata religi, selain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,
pariwisata religi juga memuat unsur dakwah dan religiusitas terutama menyangkut budaya,
lifestyle, ekonomi, dan lain sebagainya.

DAFTAR REFERENSI

1. Anggara Disuma, “Strategi Pengembangan Wisata Syariah Berbasis Budaya di Kota


Cirebon”, Jurnal Inklusif, 3:1 (2018).
2. Riky, “Masjid Sang Cipta Rasa bagian Sejarah Islam di Tanah Cirebon”
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/masjid-sang-cipta-rasa-bagian-sejarah-islam-
di-tanah-cirebon/ diakses pada 15 juli 2021.
3. Agung Sasongko, “Keunikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon” 04 juni 2019,
https://www.republika.co.id/berita/pskigv313/keunikan-masjid-agung-sang-cipta-rasa-
cirebon diakses pada 15 Juli 2021.

LAMPIRAN FOTO OBJEK WISATA RELIGI

Foto by RadarCirebon.com
PROFIL PENULIS

Penulis bernama Desy Indriyani, Lahir di Cirebon pada tanggal 22 Desember 1998,
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Yang beralamat di Desa Cilukrak Rt.003
Rw.001 Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Penulis merupakan Lulusan SI program
studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati
Cirebon angkatan 2021.

Anda mungkin juga menyukai