Penerbit
@Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
ANNANGGURU
dalam perubahan sosial di mandar
Penulis:
Dr. Aco Musaddad
ISBN : 978-602-51332-2-0
Penerbit :
Gerbang Visual
Kantor :
Jl. Cendrawasih Samping BTN Cendrawasih
Pekkabata, Polewali, Polewali Mandar- Sulawesi Barat 91313
Telp. : +628114222191
email : gerbangvisual2@gmail.com
Pengantar Penerbit
Pammase Puang. Annangguru merupakan sosok perekat
ukhuwah bangsa ini. Posisinya di masyarakat berada pada tingkatan
tertinggi karena ilmu yang dimilikinya. Perannya sebagai panutan
dalam satu daerah manjadi nur atau cahaya.
Istilah ulama secara luas digunakan di dunia Islam dan
paling tidak, setiap muslim mengetahui apa arti istilah tersebut. Di
Indonesia, beberapa istilah lokal digunakan untuk menunjukkan
berbagai tingkat keulamaan sedangkan istilah yang sering digunakan
untuk menyebut ulama adalah kyai. Khusus masyarakat Mandar
dalam menyebut seorang ulama dengan menggunakan istilah
annangguru, meskipun tetap ada yang menggunakan kyai.
Annangguru (Bugis: Angrengguru, Makassar: Anrongguru,
Jawa: Kyai) merupakan pengaruh Bugis, berasal dari kata annang
yang berarti kelompok atau kaum, guru berarti pimpinan. Jadi,
pimpinan suatu kelompok itu disebut annangguru.12 Dalam
masyarakat Mandar dan Bugis, annangguru atau angrengguru adalah
pemimpin spiritual dalam suatu kelompok. Pasca Perjanjian
Penerbit
Wahyudi Muslimin
Gerbang Visual
Sebuah Pengantar
Penelitian ini membahas tentang annangguru di Mandar,
kedudukan dan peran annangguru dalam prespektif sosial keagamaan
di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Problem penelitian ini adalah,
mengapa annangguru dapat bertahan dalam masyarakat Mandar yang
berubah? Annangguru bagi masyarakat Mandar, merupakan sebutan
bagi orang yang ahli di bidang keagamaan dan supranatural dan
mendapat pengakuan bagi masyarakat, seperti halnya kyai di Jawa
atau tuan guru di Lombok.
Annangguru sebagai pemimpin kharismatik yang
berkedudukan sebagai elit masyarakat, dalam sejarahnya berperan
cukup signifikan di semua aspek kehidupan sosial, budaya, agama dan
politik. Ia dapat melampaui fungsi khususnya sebagai pemangku di
bidang keagamaan dan ditempatkan pada posisi paling tinggi di
masyarakat. Hal ini disebabkan karena annangguru masih dipandang
sebagai tokoh yang cukup berpengaruh, karena pengetahuan yang ia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL- i
PENGANTAR PENERBIT - vi
SEBUAH PENGANTAR - viii
DAFTAR ISI - xii
DAFTAR TABEL - xv
DAFTAR GAMBAR - xviii
BAB I : PENDAHULUAN - 1
A. Latar Belakang - 1
B. Rumusan Masalah - 10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian - 10
D. Kajian Pustaka - 11
E. Landasan Teori - 26
F. Metodologi Penelitian - 41
G. Sistematika Pembahasan - 48
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, kyai
merupakan salah satu elit yang mempunyai kedudukan begitu sangat
terhormat dan berpengaruh besar pada perkembangan masyarakat.
Kyai menjadi salah satu elit strategis dalam masyarakat karena
ketokohannya sebagai figur yang memiliki pengetahuan luas dan
mendalam mengenai ajaran Islam. Lebih dari itu, secara teologis ia
juga dipandang sebagai sosok pewaris para Nabi, sehingga tidak
mengherankan jika kyai kemudian menjadi sumber legitimasi dari
berbagai kegamaan, tapi juga dalam semua aspek kehidupannya.1
Dalam berbagai literatur, perbincangan soal kyai selalu saja
tidak pernah terlepas dari persoalan perubahan dan gerakan sosial.2
Dan juga dijadikan bahan perbincangan para pengamat dan bahkan
1
Nurul Azizah, Artikulasi Politik Santri Dari Kyai Menjadi
Bupati, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm.11
2
Sayfa Aulya Achidsti, Kyai dan Pembangunan Institusi Sosial,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 53.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 2
3
Imam Suprayogo, Kyai dan Politik: Membaca Citra Politik Kyai
(Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 1.
2
Clifford Geertz, The Javanesse Kijaji: The Changing Role of a
Cultural Broker, Comparative Studies in Society and History (1959-1960),
Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial ”terj. Umar Basalim dkk.”
(Jakarta: P3M, 1987), Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi
Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), Pradjarta
Dirdjosanjoto, Memelihara Umat: Kiai Pesantren dan Kiai Langgar di Jawa
(Yogyakarta: LKiS, 1999), Imam Suprayogo, Kyai dan Politik: Membaca
Citra Politik Kyai (Malang: UIN Malang Press, 2007), Ahmad Patoni, Peran
Kiai Pesantren Dalam Partai Politik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
Koiruddin, Politik Kiai: Polemik Keterlibatan Kiai Dalam Politik Praktis
(Malang: Averroes Press), dll.
3
Baca, Geertz, The Javanesse Kijaji, dan Hiroko Horikoshi, Kyai
dan Perubahan Sosial.
4
Menurut Thompson, bahwa elit lokal dapat terdiri dalam berbagai
bentuk berdasar pada sumber daya yang dimilikinya. Ada elit lokal yang
muncul karena kekuatan ekonomi yang dimilikinya. Dalam hal ini kita akan
melihat pada pengusaha atau tuan tanah di daerah yang mampu
menggerakkan masyarakat di sekitarnya di atas fundamental ekonominya itu.
Ada pula elit lokal yang kemunculannya bersumber dari kekuasaan publik
yang melekat pada dirinya. Dalam hal ini kita akan melihat pada berbagai
pejabat birokrasi di daerah-daerah yang dapat menentukan arah sosial dan
mengendalikan warga di sekitarnya. Dan terakhir adalah elit lokal yang
terbentuk karena kharisma yang dimilikinya. Kharisma ini dapat muncul
karena kekuatan fisik maupun kekuatan non-fisik, termasuk legitimasi
budaya masyarakat yang menempatkannya menjadi elit lokal. Dalam konteks
ini annangguru atau kyai termasuk dalam kategori ketiga, baca, Koiruddin,
Politik Kiai, hlm. 24-25.
.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 3
7
Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan kekuasaaan, “terj.
Supriyanto Abdi.” (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm. 1.
8
Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan
(Yogyakarta: LKis, 2004) hlm. 28.
7
Baca Horkoshi, terj. Umar Basalim, Kyai dan Perubahan Sosial
(Jakarta: P3M, 1987).
8
Baca Mansurnoor Iik Arifin, Isla>m in an Introduction World,
Ulama’ of Madura, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
9
Lihat, Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan,
hlm. 29.
Wawancara dengan Darmawan Mas’ud, (69 Tahun), Guru Besar
12
13
Wawancara dengan Halilintar, (48 tahun) Dosen UNM di
Makassar pada tanggal 23 Desember 2007.
14
Kata andongguru sama dengan annangguru, dimana orang Mandar
Majene menyebutnya andongguru, sedangkan orang Mandar Balanipa
(Polewali Mandar) menyebutnya annangguru.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 6
untuk minta pertolongan, serta mereka yang ahli dan menguasai ilmu
agama Islam. Annangguru di Mandar dan angrengurutta di tanah
Bugis dan Makassar mempunyai kesamaan, dan hanya berbeda pada
pengistilahan penyebutan, hanya saja annangguru di Mandar juga
diberikan kepada kaum perempuan sedangkan di kalangan orang
Bugis dan Makassar angrenggurutta hanyalah diberikan pada laki-
laki.
Dalam konteks Mandar, annangguru sebagai elit masyarakat
dalam sejarahnya berperan cukup signifikan di semua aspek
kehidupan sosial, budaya, agama dan politik dengan melampaui
fungsi khususnya sebagai pemangku di bidang keagamaan.
Annangguru ditempatkan pada posisi paling tinggi di tengah
masyarakat, karena ia dipandang sebagai tokoh yang cukup
berpengaruh karena pengetahuan yang ia miliki, dan tingkat
spiritualitas yang mendalam, dan masih terbatasnya informasi ke
masyarakat sehingga annangguru dijadikan sandaran untuk
menjawab problem sosial, bahkan annangguru dipandang sebagai
orang sakti yang mempunyai ilmu yang melebihi manusia pada
umumnya. Annangguru dalam konteks perubahan sosial budaya yang
sebelumnya ia sebagai sosok yang diposisikan di masyarakat pada
status tertinggi tingkatannya, dan menjadi rujukan utama dalam
pengambilan keputusan dalam berbagai segi kehidupan dan penengah
di berbagai konflik kemasyarakatan, perlahan mulai terkikis dengan
berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan
annangguru telah mengalami pergeseran di berbagai aspek
kehidupan. Seiring dengan munculnya kaum profesionalisme maupun
lembaga-lembaga bentukan pemerintah sebagai lembaga formal
maupun nonformal, adalah salah satu bagian kecil yang
mempengaruhi peran annangguru. Soejatmiko menyebutkan tiga
faktor utama yang mendorong terjadinya perubahan, yaitu
15
Soejatmiko, Manusia dan Dunia yang sedang Berubah (Jakarta:
Grafindo, 1991), hlm. 7.
16
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi: Resistensi
Tradisional Isla>m, hlm. 45.
17
Aris Dewanta, Pusaran Globalisasi, dalam “Basis” Nomor 01-02,
tahun ke 52, Jan-Feb 2003.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 9
18
Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 165.
19
Featherstone, Global Cultural: Nationalism, Globalization, and
Modernity (London: Sage Publication, 1990).
20
Ulf Hannez, Transnational Connection: Culture, People, Places
(London: Routledge, 1996).
21
Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, hlm.
165.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 10
B. Rumusan Masalah
Problem utama riset ini adalah mengapa annangguru dapat
bertahan dalam masyarakat Mandar yang berubah? Problem ini lalu
dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
D. Kajian Pustaka
Kajian yang membahas annangguru di Mandar masih minim,
namun ada beberapa riset yang telah dilakukan di tempat lain, yang
mempunyai kesamaan dengan penelitian ini, yakni tentang penelitian
tokoh agama Islam. Pertama, tulisan disertasi Horikoshi yang
berjudul, A Traditional Leader in a Time of Change: The Kijaji and
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 12
22
Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Basalim
dkk.” (Jakarta: P3M, 1987).
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 13
23
Baca Geertz, The Javanese Kyai: The Changing Role of Cultural
Broker (1959).
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 14
25
The Pesantren Tradition: A Study of the Role of the Kyai in the
Maintenance of the traditional Ideology of Isla>m in Java”. Disertasi, Anu
Canberra, terj. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai
(Jakarta: LP3ES, 1981).
26
Dirdjosanjoto, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai Langgar
di Jawa (Yogyakarta: LKiS, 1999).
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 16
27
Endang Turmudi, Strugling for the Umma: Changing Leadhership
Roles of Kiai in Jombang,” terj. Supriyanto Abdi”. Perselingkuhan Kiai dan
Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS, 2003).
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 18
28
Abd. Kadi Ahmad, Ulama dalam Dinamika Sosial di Sulawesi,
Disertasi (Makassar: Unhas, 2005).
29
Pababari, Tarekat Qadiriah di Mandar, Disertasi (Makassar:
Unhas, 2003).
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 19
keagamaan, konsultan
agama, supranatural dan
pengobatan.
Horikoshi mendudukkan
posisi kyai sebagai
mediator atau perantara
dan makelar budaya
(cultural brooker).
mediator didefinisikan
sebagai orang atau
kelompok yang
menempati posisi
penghubung dan
perantara antara
masyarakat dan sistem
tradisional yang bercorak
perkotaan. horikoshi
melihat bahwa ulama dan
tokoh islam yang terdapat
di pedesaan jawa barat
menolak perubahan dan
mempertahankan
kedudukan yang
berpengaruh berupa
sistem tradisional.
Penelitian tentang
annangguru
menempatkan sosok
annangguru tidak hanya
sebagai mediator, tetapi
juga sebagai elit lokal,
E. Landasan Teori
Disertasi ini meneliti masalah Annangguru di Mandar,
Kedudukan dan Peran Annangguru dalam Perspektif Sosial
Keagamaan di Polewali Mandar Sulawesi Barat, dengan problem
utama, mengapa annangguru dapat bertahan dalam masyarakat
Mandar yang berubah? Dan digunakan beberapa teori dalam
penelitian ini, adapun yang dimaksud teori disini menurut Heddy Shri
Ahimsa Putra adalah: suatu pernyataan, pendapat atau pandangan
tentang hakekat suatu kenyataan atau suatu fakta, atau tentang
hubungan antara kenyataan atau fakta tersebut dengan kenyataan
atau fakta yang lain, dan kebenaran pernyataan tersebut telah diuji
melalui metode dan prosudur tertentu.30
Jika pengujian ini dilakukan melalui metode dan prosedur
(atau cara dan tata urut) ‘ilmiah’, maka teori tersebut dikatakan
sebagai teori yang ilmiah atau teori ilmu pengetahuan, sedang kalau
pengujiannya dilakukan dengan tidak dengan menggunakan prosedur
‘ilmiah’ tadi, maka teori tersebut akan dianggap sebagai teori yang
‘tidak ilmiah’ dan karenanya tidak harus diyakini kebenarannya. Jadi,
sebuah teori bisa merupakan pandangan tentang hakekat suatu
kenyataan atau gejala.31 Dalam disertasi ini digunakan beberapa teori
sebagai berikut:
30
Heddy Shri Ahimsa Putra, Makalah, Paradigma, Epistemologi
dan Metode Ilmu Sosial-Budaya, Sebuah Pemetaan (Yogyakarta: CRCS
UGM, 2007), hlm. 3.
31
Ibid., 3.
32
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial
(Bandung: Karya Nusantara, 1977), hlm. 94.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 29
33
http://nie07independent.wordpress.com/2008/11/18/teori-
perubahan-sosial-karl-marx-dan-max-weber/
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 30
34
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, Dasar Analisis, Teori, &
Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, & Kajian-Kajian
Strategis (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 384.
35
http://de-kill.blogspot.com/2009/04/Sosiologi-perspektif-realitas-
sosial.html.
36
Hugo F. Reading, Kamus Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1986), hlm. 360
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 31
37
Biddle, “Bentuk dan Jenis-Jenis Peran”, dalam Edgar F. Borgotha
(Ed.) Encyclopedia of Sociology, hlm. 222-225.
38
R.K. Merton, Social Theory and Social Structure, (New York:
Pree Co. Inc. 1975), hlm. 63.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 32
ini adalah kedudukan dan peran, maka konsep kedudukan (status) dan
peran menjadi kerangka analisis. Dalam analisis teori peran tersebut
di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa annangguru di
Mandar berada pada pada posisi peran yang diperkenalkan oleh
Biddle yaitu: Fungsionalisme role theory (teori peran fungsional)
yang memfokuskan pada peran dan tingkah laku seseorang yang
khusus yang memiliki kedudukan sosial dalam sistem sosial yang
stabil. Annangguru tampil sebagai pemimpin nonformal di tengah
masyarakat yang menjadikannya memiliki kedudukan sosial.
39
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perpektif Klasik,
Modern, Posmodern dan Poskolonial, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2016), hlm, 362.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 33
40
Mudjia Rahardjo, Sosiologi Pedesaan Studi Perubahan Sosial
(Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 26-27.
41
Ibid., 28.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 34
42
Agussalim, Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi
Metodologi Kasus Indonesia (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 20-21.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 35
43
Soejono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial,
(Jakarta: Ghalia Indonesia 1983), hlm. 98.
44
Robert. H. Laurer, Perspektif tentang Perubahan Sosial. (Jakarta:
PT. Rhineka Cipta 1993), hlm. 224
45
James. M. Henslin, Sosiologi dengan Pendekatan Mebumi,
(Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 222.
46
Ibid., hlm. 223, lihat juga Robert. H. Laurer 1993. Perspektif
tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1993), hlm. 210.
47
http://ricardoizaak.blogspot.com/
48
http://start-to-logic.blogspot.com/2011/04/teori-teori-
perubahandinamika-sosial.html.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 39
49
Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat (Pendekatan
Sosiologi Agama), (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 41.
50
Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization,
terj. Talcott Parsons (New York: The Free Press, 1966), hlm. 358.
51
Ibid., hlm. 328.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 41
52
Muhammad Asfar, Pergeseran Otoritas Kepemimpinan Politik
Kyai, dalam Prisma No. 5 tahun XXIV Mei 2005, hlm. 36.
53
Rusli, Max Weber: Etika Keagamaan, Kharisma dan
Kepemimpinan Kharismatik, dalam Religi Jurnal Studi Agama-Agama, Vol.
IV, No. 2, Juli 2005. Hlm. 214-215.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 42
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang
didasari atas beberapa alasan. Pertama, yang dikaji adalah makna dari
suatu tindakan atau apa yang berada di balik tindakan seseorang.54
54
Dalam dunia penelitian sosial, rancangan seperti ini disebut
sebagai fenomenologi, artinya hanya yang dikaji adalah sesuatu yang
melatarbelakangi tindakan seseorang, dimana setiap tindakan selalu dikaitkan
dengan apa yang mendasari tindakan tersebut, (diskusi tentang fenomenologi
dalam kelas doktoral 2005, Yogyakarta, pada mata kuliah Metodologi
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 43
2. Penelitian Awal
Peneliti telah melakukan penelitian awal, sebelumnya
melakukan penelitian dengan judul “Islam Mandar, Islam Hilir”,
sudah dipublikasikan di media massa dan “Peran Annangguru Dalam
Upacara Peralihan”, telah dipresentasikan dalam ujian masuk
doktoral tahun 2005 pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan
sepanjang tahun 2008, penulis telah mengobservasi dan mengambil
pengambilan data58 lapangan, terutama pada peran-peran
annangguru, aktivitas annangguru dan lain-lain.
57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 6.
58
Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer berupa data tentang praktek kehidupan
keannangguruan dalam masyarakat Mandar, yang diperoleh melalui
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 45
3. Menentukan Informan
Ada tiga macam informan yang terlibat dalam penelitian
ini yaitu: pertama, informan kunci atau key informan, merupakan
informan yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi kunci
atau pokok yang diperlukan dalam penelitian, informan kunci ini
meliputi budayawan Mandar, akademisi dan tokoh masyarakat.
kedua, informan utama, adalah mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti, mereka terdiri dari tujuh orang
annangguru yang diteliti dalam penelitian ini, tiga perempuan dan
empat laki-laki. Dan yang ketiga, informan tambahan adalah mereka
yang dapat memberikan keterangan meskipun tidak langsung terlibat.
a. Pencatatan Data
Dalam pencatatan data, penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
Pertama, penulis melakukan catatan lapangan, berupa
catatan laporan peristiwa atau catatan tentang peristiwa secara
singkat.
Kedua, buku harian pengalaman lapangan, buku harian ini
penulis ambil dari catatan lapangan, dari catatan lapangan inilah
nantinya akan ditarik menjadi analisis data dimulai sejak hari pertama
saat pengambilan data.
Ketiga, catatan kronologis, catatan yang penulis lakukan
untuk mencatat kejadian secara rinci dan kronologis dari waktu ke
waktu, catatan kronologis ini banyak penulis lakukan dalam
penelitian ini terutama disaat mencatat kegiatan annangguru dalam
satu hari, penulis menguraikan secara kronologis dari waktu ke
waktu.
Keempat, jadwal, penulis menyusun jadwal pengamatan
berisi waktu secara rinci tentang apa yang akan dilakukan, dimana,
bilamana, apa yang diamati, dan semacamnya.
Kelima, alat tape recorder, alat ini seringkali penulis bawa
dalam melakukan pengamatan yang disembunyikan di dalam pakaian
sehingga tidak mengganggu suasana yang diamati.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dideskripsikan dalam bentuk laporan hasil
penelitian yang dibagi menjadi enam bab. Satu bab pendahuluan,
59
Penjelasan lebih lanjut baca Noeng Muhadjir, Metodologi
Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1989).
60
Mathew B. Miles & A. Michael Huberman, Analisis Data
Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-metode Baru (Jakarta: UIP, 1992)
hlm.16.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 49
empat bab pembahasan dan satu bab penutup, dengan uraian sebagai
berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan. Pada pendahuluan
dikemukakan secara tajam yang melatarbelakangi sehingga
penelitian ini diadakan, yang kemudian dibangun dalam sebuah
rumusan masalah. Dalam rumusan masalah ini, dikemukakan tiga
rumusan masalah penting yang merupakan penjabaran dari problem
dari penelitian ini, rumusan masalah tersebut kemudian dijawab pada
bab keempat, kelima dan keenam. Selain rumusan masalah yang
dibahas pada pendahuluan juga dibahas tujuan dan manfaat yang akan
dicapai dalam penelitian ini, kemudian juga diuraikan tinjauan
pustaka, yaitu menguraikan referensi yang mendukung penelitian ini
dan apa yang membedakan dengan penelitian sebelumnya. Tentu
penelitian ini juga dikuatkan dengan landasan teori. Teori apa yang
dibangun untuk melihat tema yang ditulis dan untuk
mengoperasionalkan penelitian ini, tentu dibutuhkan metodologi
penelitian, sehingga penelitian dapat fokus dan terarah, demikianlah
muatan yang terdapat pada bab pertama ini.
Bab kedua adalah setting lokasi penelitian. Jika pada bab
pertama menyajikan latar belakang penelitian hingga teori yang
digunakan, maka lokasi penelitian ditempatkan pada bab kedua.
Karakteristik masyarakat Mandar dibahas pada bab ini dan enting
juga diterangkan sistem kekerabatan lalu hubungan kekerabatan dan
stratifikasi sosial, untuk mengetahui hubungan kekerabatan dan
nenek moyang orang Mandar lalu pelapisan-pelapisan sosial dalam
masyarakat Mandar, kemudian agama dan kepercayaan diterangkan
bagaimana perilaku keagamaan masyarakat setempat dan
kepercayaannya, lalu bab ini ditutup dengan upacara tradisional.
Bab ketiga membahas status dan peran para annangguru yang
diteliti. Pada bab ini menjawab rumusan masalah pertama, yaitu
bagaimana posisi dan peran annangguru di masyarakat Mandar? Para
annangguru yang diteliti, posisi dan perannya ditempatkan untuk
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 50
BAB II
KARAKTERISTIK MASYARAKAT MANDAR
1
Darmawan Mas’ud Rahman, Puang dan Daeng: Sistem Nilai
Budaya Orang Balanipa-Mandar, (Surakarta: Zadahaniva Publishing, 2014),
hlm. 29
2
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Polewali Mandar, Polewali
Mandar Dalam Angka, 2016, hlm.77
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 52
A. Sistem Kekerabatan
Menurut Goodnough4 bahwa masyarakat Melayu Polynesia
mempunyai tipe bilokal dan berkeluraga luas. Hal ini dapat
ditemukan dalam masyarakat Mandar yang garis keturunan ayah dan
ibu dipegang secara berimbang karena menganut sistem extended
family yang bersifat bilateral. Nama belakang biasanya disandarkan
nama ayah karena dalam masyarakat Mandar tidak mengenal sistem
nama famili. Kekerabatan bilateral ini juga nampak pada sistem
3
Muh.Idham Khalid Bodi, Kamus Besar Bahasa Mandar-
Indonesia, (Surakarta Zada Haniva: 2010), hlm. 1-2
4
Ibid,.51.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 53
5
Idham Khalid Bodi, Kamus Besar Bahasa Mandar-Indonesia,
hlm. 11.
6
Ibid., 11-12
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 55
7
Lihat Darmawan Mas’ud, Puang dan Daeng, hlm. 61.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 56
8
Wawancara Muis Mandra di Somba Majene, tanggal 17 April
2008.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 57
9
Lihat Suridi, Ensiklopedia, Sejarah dan Kebudayaan Mandar,
hlm. 364-365.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 58
10
Lihat silsilah raja-raja Gowa di Balla Lompoa Gowa Sulawesi
Selatan
11
Dapat dilihat pada silsilah raja-raja Bone di Museum Arung
Palakka di Wattampone, Bone Sulawesi Selatan. Dan Silsilah raja-raja
Mandar tulisan tangan Andi Syaiful Sinrang.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 60
12
Dikenal sebagai Sunan Gresik (w. 1419 M/882 H) adalah nama
salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota
Gresik, Jawa Timur, ia juga dikenal sebagai wali yang memiliki kontribusi
dalam penyiaran Islam di tanah Jawa, silsilahnya sampai pada rasulullah saw
melalui Husain bin Ali. Hasil wawancara dengan Muchtar Hussain, guru
besar UIN Alauddin Makassar, 23 Juni 2009.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 63
2. Stratifikasi Sosial
Bagi para sosiolog seperti Karl Marx dan Max Weber13
melihat adanya perbedaan sosial yang muncul di masyarakat secara
vertikal. Ia kebanyakan bertumpu pada sudut pandang ketidaksamaan
derajat (inequality) yang timbul karena perbedaan ekonomi semata.
Seorang antropolog mencoba menekuni persoalan serupa dengan
pandangan yang lebih jauh dan mendalam. Ia tidak hanya melihat
kepada suatu persoalan yang bertumpu pada ketidaksamaan vertikal
belaka, seperti hanya melihat perbedaan ekonomi saja, akan tetapi,
dia ingin mencari sesuatu yang tidak universal dalam perbedaan
vertikal. Bahkan dia ingin melihat arti stratifikasi sosial atau
pembuluan (keturunan) tersebut secara menyeluruh dalam berbagai
kaitan aspek budaya yang melekat padanya.
Stratifikasi sosial dalam pengertian pembahasan ini adalah:
sebagaimana yang dikutip Soerjono Soekanto14 dari Pitirim A.
Sorokin, mengatakan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Sistem stratifikasi sosial dapat ditemukan pada berbagai
kualifikasi sosial, misalnya, kelas sosial, ras, gender, kelahiran atau
umur. Berbagai hal ini dapat dibuat tingkatannya, dalam perjenjangan
yang secara esensial berkaitan dengan status dan prestise (prestige),
hingga berkaitan dengan kualitas ekonomis. Masyarakat modern
mungkin lebih menekankan kualitas ekonomis, misalnya stratifikasi
kelas sosial. Sedangkan stratifikasi masyarakat tradisional, kuno,
feudal akan lebih didasari pada status. Akan tetapi semua masyarakat
menggabungkan keduanya. Sistem stratifikasi sosial bisa ketat atau
longgar. Misalnya, ada penjenjangan yang terbuka dalam mobilitas di
13
Max Weber, Class, Status and Party dalam Class, Status and
Power, Bendix and Lipset (ed). (New York: The Free Press), hlm. 21-28.
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: CV.
Rajawali), hlm. 220.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 65
15
Nicholas Abercrombie dkk, Kamus Sosiologi, “terj. Desi
Noviyani” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm. 557-558.
16
Heddy Shri Ahimsa-Putra, Minawang Hubungan Patron-Klien di
Sulawesi Selatan (Yogyakarta: Gadjah Mada Press), hlm. 101.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 66
17
Darmawan Mas’ud Rahman, Disertasi, Puang dan Daeng: Studi
Mengenai Nilai-Nilai Budaya Orang Balanipa Mandar (Ujung Pandang:
Universitas Hasanuddin, 1987), hlm. 101-102.
18
Suradi Yasil, Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Mandar,
(Makassar: Forum Studi & Dokumentasi Mandar), hlm. 103-104
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 67
19
Wawancara dengan Mukhlis Hannan, budayawan Mandar, dan
dosen Ilmu Budaya Universitas Asy’ariah Mandar, Polewali Mandar, pada
tanggal 31 Mei 2012.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 68
Todiang Laiyana
Tau maradeka
Batua
20
Lihat, Heddy Shri Ahimsa Putra, Minawang, Hubungan Patron-
Klien di Sulawesi Selatan, hlm.101-102.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 70
21
Ibid., 103
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 72
22
Ibid., 104-105
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 73
23
Darmawan Mas’ud, Puang dan Daeng: Studi Mengenai Nilai-
Nilai Budaya Orang Balanipa Mandar (Ujung Pandang, disertasi doktor
Universitas Hasanuddin), hlm. 59-63.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 74
atau sangnging dengan ibu yang memiliki kadar darah biasa tanpa
perhitungan kadar darah tetapi bukan budak. Tingkatan kelima puang
Separapa’ (seperempat), lapisan ini memiliki kadar darah bangsawan
dalam perhitungan simbolik yang disebut separapa’, yang merupakan
hasil perkawinan antara seorang ayah dan seorang ibu yang masing-
masing mempunyai perhitungan darah separapa’.
Ia juga merupakan hasil perkawinan antara seorang ayah yang
mempunyai kadar darah sassigi’ dengan tanpa perhitungan kadar
darah tapi bukan budak. Tingkatan keenam, puang Sallessor atau
Salleso’ (kurang dari seperempat), lapisan ini memiliki kadar darah
bangsawan dalam perhitungan simbol yang disebut sallessor atau
sassigi. Merupakan hasil perkawinan antara seorang ayah dengan
seorang ibu yang masing-masing mempunyai perhitungan kadar
darah seperempat. Dapat juga terjadi bila perkawinan antara seorang
ayah yang memiliki kadar separapa’ dan seorang ibu yang tidak
memiliki perhitungan kadar darah tetapi bukan budak. Tingkatan
ketujuh, puang dipisupai anna’ sarombong (digosok baru muncul bau
harum), lapisan ini memiliki kadar darah bangsawan dalam
perhitungan simbolik, disebut dipisupai anna sarombong. Merupakan
hasil dari perkawinan yang terjadi bila seorang ayah dengan seorang
ibu yang masing-masing mempunyai kadar darah dalam perhitungan
kurang dari darah sallessor. Dapat juga terjadi dari hasil perkawinan
antara seorang ayah yang memiliki kadar darah sallessor kawin
dengan seorang ibu yang tidak memiliki perhitungan kadar darah,
tetapi bukan budak atau sebaliknya.
Golongan kedua: Tau pia (Manusia Pilihan), Tau pia berhak
atas kedudukan lembaga ada’ dalam wilayah Amara’diangang
(Kerajaan) Balanipa. Ia bertindak dan mewakili rakyat dalam tatanan
pemerintah Amara’diangan Balanipa. Mereka itu yang berhak disapa
dengan sapaan puang bersama bijanna (turunannya) yang terdiri atas:
Tingkatan pertama, Tau pia tongang atau tau pia manassa (pilihan
Todiang
Laiyyana
Tau Pia
Tau Maradeka
Batua
Pembagian stratifikasi sosial orang Mandar versi yang
digunakan Darmawan Mas’ud
24
Wawancara Mukhlis Hannan, Budayawan Mandar, Mantan Ka.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Polewali Mandar, tanggal 31 Mei 2012.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 79
25
Anwar Sewang, Sosialisasi Siri Pada Masyarakat Mandar,
(Polmas: Yayasan Maha Putra Mandar, 2001), hlm. 5.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 80
26
Ibid., hlm. 6
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 82
27
Perahu khas Mandar terbuat dari kayu sehingga sekilas terlihat
rapuh tapi mampu mengarungi lautan luas. Panjang lambungnya 7-11meter
dengan lebar 60-80 sentimeter dan di kiri kananya dipasang cadik dari bambu
sebagai penyeimbang. Untuk berlayar perahu ini mengandalkan dorongan
angin yang ditangkap dengan layar yang berbentuk segitiga. Layar itu mampu
mendorong Sande’ hingga 20 knot.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 85
28
Jima’ (bahasa mandar), adalah jimat, biasa berisi mantra-mantra,
namun setelah mendapat pengaruh Isla>m, jimat berisi ayat-ayat al-Qur’an
atau Asma’al-Husna.
29
Nagasi koi, untuk memancarkan aura ketampanan atau kecantikan.
30
Lontara’ Pattodioloang Mandar 2, terj. Azis Syah, hlm. 118.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 89
31
Sahabuddin, Skripsi Pesantren Nuhiah Pambusuang: Peranannya
dalam Masyarakat Kabupaten Polewali Mamasa (Makassar: IAIN Alauddin
Makassar, 1986) hlm. 45.
32
Baharuddin Lopa, Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan
(Bandung: Penerbit Alumni, 1984) hlm. 118.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 90
33
Data di Museum Mandar Majene dan Asrama Todilaling.
34
Lihat, Silsilah Raja-Raja Gowa di Balla’ Lompoa Kabupaten
Gowa, Lihat juga Silsilah Raja-Raja Mandar dan Nusantara, ditulis oleh A.
Syaiful Sinrang.
35
Team Departemen Agama RI, Textbook Sejarah dan Kebudayaan
Isla>m Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Isla>m, Sejarah
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 91
Artinya:
Didirikanlah salat Jumat di Balanipa Tuan di Benuang. Dia
yang mendoakan siang, malam dan sore, agar negeri Balanipa
aman sentosa dan tentram, usaha pertanian rakyat menjadi
subur, usaha perikanan menjadi maju, rakyat taat beragama,
tanaman subur, rakyat sehat.
37
Fachruddin DM, Dakwa dan Adat Malilling di Kecamatan Mambi
Kabupaten Polewali Mamasa (Skripsi Makassar: IAIN Alauddin FU, 1983),
hlm. 21. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1983 ini, setelah penulis
menyurvei ke masyarakat Mambi di Polewali Mandar pada bulan Februari
2009, tradisi ini masih mereka jalankan.
38
Ibid., hlm. 27.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 93
G. Upacara Tradisional
Upacara tradisional merupakan bagian integral dari
kebudayaan masyarakat pendukungnya yang berfungsi sebagai
pengokoh norma-norma yang telah berlaku dalam masyarakat turun
temurun. Norma-norma serta nilai-nilai budaya itu ditampilkan
dengan peragaan secara simbolis dalam bentuk upacara yang
dilakukan dengan penuh hikmat oleh warga masyarakat. Upacara
tradisional yang biasa dilakukan oleh orang Mandar antara lain,
upacara adat petani, upacara adat nelayan, upacara adat maccera’
arayang (membersihkan alat pusaka), upacara lingkaran hidup (daur
hidup), upacara adat lingkungan. Upacara tradisional tersebut banyak
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan sebelum agama Islam dianut
oleh masyarakat Mandar, namun disaat Islam menjadi agama resmi
mereka, maka upacara tradisional masyarakat Mandar menjadi
sebuah upacara tradisional yang dipadukan antara tradisi lokal dan
Islam, bahkan upacara tersebut kebanyakan dipimpin oleh seorang
annangguru, adapun upacara beserta tata caranya diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Upacara Naik Rumah Baru
Dalam upacara menaiki rumah baru, sang pemilik rumah
menyiapkan bahan-bahan antara lain: tumbuhan ribu-ribu,
banguttuwo, kai-kai, pallili (kapur), ayam jantan berbulu cappaga.
Tumbuhan tersebut bersama pallili dimasukkan dalam piring atau
mangkok yang diletakkan di atas sebuah wadah disebut kappar
kemudian diletakkan dekat posi’ arriang (tiang rumah yang berada di
tengah) bersama ayam. Selanjutnya disiapkan pula sokkol lengkap
dengan cucur (kue khas Mandar) dan telur di atasnya sebanyak pitu
pindang-pindang (tujuh piring kecil) juga diletakkan dekat posi’
arriang. Pemilik rumah suami isteri, sando boyang (dukun rumah),
imam atau annangguru duduk dekat posi’ arriang dan undangan
39
Aco Musaddad. H. M., Isla>m Mandar, Penelitian Mata Kuliah
Sosiologi Agama S2 Hubungan Antar Agama, IAIN Sunan Kalijaga, 2003,
hlm. 4.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 96
40
Lihat, Upacara dan Kepercayaan Orang Mandar, hlm. 17, lihat
juga, Isla>m Mandar, hlm. 5-6.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 98
41
Ibid., hlm. 15.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 100
42
Lihat, Isla>m Mandar, hlm. 7.
43
Menggunakan istilah “di atas rumah” karena kebanyakan rumah di
Mandar masih berbentuk rumah panggung yang bahannya dari kayu,
meskipun di daerah perkotaan sudah masyarakat Mandar sudah mendirikan
rumah batu.
44
Ibid., Isla>m Mandar, hlm. 7-8.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 102
45
Ibid.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 103
46
Lihat Upacara dan Kepercayaan Orang Mandar, hlm. 23-24.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 106
BAB III
STATUS DAN PERAN PARA ANNANGGURU
- H. Sybli Sahabuddin
H. Sybli Sahabuddin, biasanya disapa Annangguru Sybli
adalah putra kedua dari lima bersaudara dari pasangan annangguru
kharismatik, Prof. Dr. Annangghuru Sahabuddin dan ibunya bernama
Hj. Hajaniah, dilahirkan di Polewali pada tanggal 20 Agustus 1968,
ayahnya adalah tokoh tarekat Qadiriah di Mandar yang dikenal
sebagai mursyid Qadiriah menggantikan almarhum Annangguru
Shaleh. Masa kecilnya dihabiskan di Kota Ternate, mengikuti
ayahnya yang saat bertugas sebagai dosen IAIN Alauddin cabang
Ambon hingga ia menamatkan pendidikan dasar di SDN Buseiri
Ternate 1984. Kemudian ia hijrah ke kota Ujung Pandang (sekarang
Makassar), melanjutkan SLTP pada Pondok Pesatren Modern
IMMIM, di pesantren inilah pertama kalinya ia belajar agama Islam,
mempelajari dasar-dasar bahasa Arab dari Mustafa Nuri, LC belajar
ilmu-ilmu Islam, seperti fiqh, tafsi>r, dari AG. H. Sanusi Baco, LC dan
bahasa Inggris diajarkan oleh Azhar Arsyad. Pesantren IMMIM yang
kemudian membentuk kepribadian sosok Sybli muda menjadi seorang
santri modern, sehingga wawasannya lebih terbuka, sesuai dengan
visi pesantren IMMIM memberinya pengetahuan seimbang kepada
para santri yaitu ilmu agama dan ilmu umum, dengan kewajiban
utama harus menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris, Sybli
mengenyam pendidikan di pesantren IMMIM selama 3 tahun (SLTP)
setamat dari pesantren IMMIM pada tahun 1984 lalu melanjutkan
Madrasah Aliyah Negeri Tala’salapang Makassar tamat 1987,
kemudian ia memilih kuliah di Jakarta dan mendaftarkan diri sebagai
mahasiswa baru pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat,
sejak dibangku kuliah ia mulai aktif di organisasi kemahasiswaan
terutama yang berhaluan ke Nahdatul Ulama atau NU, seperti
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Sarjana (PMII) cabang
Ciputat pada tahun 1990, juga aktif di GP Ansor pada tahun 1997.
1
Wawancara Mas’ud Saleh, Sekretaris Pribadi Annangguru Sybli, di
Polewali 25 Januari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 109
2
Wawancara Annangguru Sybli, kertua Yayayasan UNASMAN, di
Polewali tanggal 12 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 110
3
Wawancara Basnang Said, Dekan FAI, di Pare-Pare, 1 Mei 2010.
4
Pada tahun 2014 Basnang Said dilantik menjadi kepala seksi
madrasah Kementrian Agama Republik Indonesia di Jakarta.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 111
5
Wawancara dengan Akmal Hidayah, Sekretaris PW NU Sulbar, di
Polewali, 3 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 112
6
Wawancara Akmal Hidayah, Sekretaris PW NU Sulbar, 3 Mei
2010.
7
Wawancara Annangguru Sybli, Ketua PW NU Sulbar, di Polewali
5 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 113
8
Wawancara Annangguru Sybli, Ketua PW NU Sulbar, di Polewali
5 Mei 2010.
9
Wawancara Mas’ud Shaleh di Polewali, tanggal 30 Januari 2017,
dan dapat dilihat juga pada Kantor KPU Sulawesi Barat.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 114
10
Wawancara dengan Annangguru Fauzi, di Polewali pada tanggal,
10 Maret 2017.
11
Pesantren Nuhiyah merupakan pesantren yang dilaqabkan kepada
Annangguru Nuh, (putra dari Abdul Mannan, yang nama lengkapnya adalah
Haji Muhammad Nuh yang kemudian bergelar Annangguru Kayyang Puayi
Toa, yang artinya “Sang guru besar haji tua”. Turunan dari Annangguru Nuh
kemudian menjadi Imam di Mesjid Taqwa Pambusuang), Pesantren ini
didirikan oleh Prof Dr. Annangguru Mukhtar Husain, ayah Dr. Zainal Arifin
Muhktar, Direktur PUKAT UGM, Pesantren Nuhiyah berbeda dengan
pesantren-pesantren yang terdapat di pulau Jawa, model pesantren ini,
seluruh santri menginap di rumah kediaman para annangguru, untuk belajar
kitab-kitab tertentu, sesuai dengan keahlian annangguru tersebut, pada pagi
hari pangaji kitta’ atau santri kemudian belajar dalam kelas untuk mengikuti
pendidikan formal.
12
Wawancara dengan Annangguru Fauzi, di Polewali pada tanggal
15 Maret 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 116
2. Sopian
Rumah Annangguru Sopian di Pambusuang tidaklah terlalu
sulit untuk menemukannya. Selain ia cukup dikenal oleh masyarakat
setempat letak atau posisi rumahnya sangat strategis, hanya sekitar
50 meter arah barat Masjid Pambusuang, atau tepat di sebelah kanan
rumah almarhum H. Lopa ayah mantan jaksa agung RI di era Gusdur,
bapak Prof. Dr. H. Baharuddin Lopa. Hari Senin tanggal 10 Mei 2010
siang usai salat dzuhur, penulis berkunjung ke rumah Annangguru
Sopian di Pambusuang. Rumahnya berupa rumah panggung tua yang
kira-kira telah berusia puluhan tahun letaknya yang menghadap ke
Pantai Pambusuang membuat secara leluasa menghembus ke dalam
rumah. Ketika penulis menaiki tangga rumah, kebetulan di teras
13
Wawancara dengan Annangguru Fauzi di Polewali pada tanggal
15 Maret 2017
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 121
14
Hasil Wawancara di Pambusuang, pada tanggal 10 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 122
b. Muballigh Tarekat
Minatnya belajar tas}awuf di saat usianya masih remaja,
ia sangat tekun mengikuti pengajian yang dibawakan oleh
Annangguru Saleh di tahun 1970-an, ia kemudian kembangkan kajian
tas}awuf lewat pendekatan dakwah, hampir semua tema ceramahnya
bertemakan tas}awuf, sejak tahun 2002 ia bersama keluarganya pindah
ke Mandar tepatnya di Pambusuang, pada awal menetap di
Pambusuang, ia hanya berdiam diri dalam rumah dengan
memperbanyak membaca kitab-kitab kuning yang telah lama ia
tinggalkan, tidak sempat ia bawa ke Makassar saat masih kuliah dan
menjadi dosen. Ia kemudian mengambil keputusan untuk konsentrasi
sebagai muballigh di tempat kelahirannya, kurang lebih dua bulan
membaca kembali kitab-kitab kuning yang ia pelajari beberapa tahun
yang lalu dan masih tersimpan di lemari rumahnya.
Di saat tiba di Pambusuang setelah beberapa tahun di
Makassar, saya membaca kembali kitab-kitab tas}awuf
yang pernah diajarkan Annangguru Saleh dan beberapa
kitab-kitab tafsi>r dan fiqh lainnya, tapi saya lebih
berminat mengkaji tas}awuf.15
15
Hasil wawancara Annangguru Sopian, di Pambusuang, pada
tanggal 10 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 125
16
Hasil wawancara di Pambusuang tanggal, 23 Mei 2010.
17
Hasil wawancara di Pambusuang tanggal 23 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 126
1. H. Latif Busyra
H. Latif Busyra atau akrab dengan panggilan Annangguru
Latif lahir di Sumenep Madura pada tahun 1946, ayahnya bernama
18
Hasil wawancara di Pambusuang pada tanggal 23 Mei 2010.
19
Kita>b kuning adalah, kita>b pengetahuan yang berisi ajaran Islam > ,
seperti ilmu Fiqh, Tafsi>r, Hadits, Tas{awuf dan lain-lain, ditulis dalam bahasa
Arab tanpa harakat, biasa juga disebut kita>b gundul, kita>b ini ditulis rata-rata
sebelum abad 19.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 127
20
Wawancara Dumair Kasim, Peserta Pangaji Kitta’ tahun 1970-
an, di Campalagian, pada tanggal 12 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 129
21
Wawancara Annangguru Latif Busyra, Pimpinan Pondok
Pesantren Salafiah, di Campalagian, pada tanggal 10 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 130
22
Wawancara Annangguru Latif Busyra, Pimpinan Pondok
Pesantren Salafiah Campalagian, 11 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 131
23
Wawancara Annangguru Latif Busyra, Pimpinan Pondok
Pesantren Salafiah, di Campalagian, pada tanggal 11 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 132
24
Wawancara Labbay, Guru Pesantren Salafiah, di Campalagian,
pada tanggal 13 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 133
intens, sebagai yang diungkapkan salah satu tim sukses Ali Baal
Masdar:
Pada pemilihan bupati Polewali Mandar 2009 dan
pemilihan gubernur periode 2011-2016 serta periode
2017-2022, Annangguru Latif terlibat langsung dalam
mengkampanyekan Ali Baal Masdar, disaat mencalonkan
diri menjadi bupati Polewali Mandar periode 2009-2013,
dan pada saat ikut bertarung pada pemilihan gubernur
Sulawesi Barat periode 2011-2016 pada periode ini Ali
Baal Masdar kalah, kemudian periode berikutnya yaitu
2017-202225,
25
Wawancara Amiluddin Aco, Tim Sukses Ali Baal Masdar, di
Polewali, pada tanggal 14 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 134
26
Wawancara Annangguru Bisri, Pimpinan Pesantren Salafiah di
Campalagian, pada tanggal 13 Mei 2010.
27
Wawancara Aminuddin, tokoh pemuda Mandar di Polewali,
pada tanggal 13 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 135
2. Bisri
Pimpinan Pesantren Nuhiah ini dikenal sebagai Annangguru
Muda, lahir pada tahun 1962 di Pambusuang, sebuah desa yang
banyak melahirkan annangguru, dan merupakan pusat pengajian kitab
kuning di Mandar, Pambusuang masuk dalam Kecamatan Balanipa,
terletak sekitar 35 kilometer sebelah barat Polewali ibukota
kabupaten, terlahir sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara
menjadikan Bisri banyak bermain dengan saudara-saudaranya. Kedua
orang tuanya adalah asli Pambusuang, ayahnya bernama Jinnis
seorang tukang kayu yang sangat terkenal di Pambusuang, ia pandai
membuat rumah kayu, atau rumah panggung khas orang Mandar, ia
kerap kali dipanggil membuat rumah, tidak hanya dari Pambusuang
tapi hingga kabupaten tetangga, Majene. Ibunya bernama
Battirannah pengurus rumah tangga dimana dari garis ayah dan
ibunya masih keturunan Annangguru Nuh, pencetus pengajian kitab
di Pambusuang. Masa kecil Annangguru Bisri ia habiskan di
Pambusuang, berada di lingkungan masyarakat yang sangat kental
dengan nuansa religius, yang mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai nelayan, karena letak geografis Pambusuang
berada di tepi pantai, seperti halnya daerah lain di Sulawesi Barat,
kebanyakan terletak di pesisir pantai. Dengan kondisi lingkungan
tersebut berpengaruh bagi Annangguru Bisri, sehingga pada pagi hari
ia bermain di pantai dan sore hari ia mengaji di Masjid Taqwa
Pambusuang, bersama dengan anak-anak seusia dengannya.
Menjadi sebuah tradisi di Pambusuang, anak-anak yang
berusia empat sampai lima tahun diwajibkan belajar mengaji atau
dititipkan pada annangguru pangaji untuk belajar membaca al-Qur’an
28
Wawancara Tammalele, Guru Pesantren Nuhiah, di Pambusuang,
tanggal 16 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 138
29
Wawancara Annangguru Bisri, Pimpinan Pesantren Nuhiah, di
Pambusuang pada tanggal 17 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 139
30
Wawancara dengan Annangguru Bisri, Pimpinan Pesantren
Nuhiah Pambusuang, pada tanggal 18 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 140
31
Wawancara Anwar Sewang, Guru Besar UIN Makassar, di
Pambusuang, pada tanggal 18 Mei 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 141
32
PENAIS kemudian berubah menjadi Perwakilan Departemen
Agama (1969) dan berubah lagi menjadi Departemen Agama (1970),
sekarang menjadi Kementerian Agama.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 144
33
Wawancara Annangguru Marhumah, di Campalagian, 28 Mei
2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 145
34
Wawancara Dalil Falihun, Cucu Annangguru Thahir, di Makassar
pada tanggal 1 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 146
35
Wawancara St. Rahmah, Pengurus Panti Asuhan al-Muhdar, di
Mapilli 7 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 149
36
Wawancara Annangguru Syarifah, Pimpinan Panti Asuhan al-
Muhdar, di Mapilli pada tanggal 7 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 150
37
Wawancara Alimuddin Lidda, Anggota DPRD Polewali Mandar
(1999-2004), di Polewali pada tanggal 8 Juni 2010.
38
Wawancara Annangguru Syarifah, Pimpinan Panti Asuhan al-
Muhdar, di Mapilli 7 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 151
3. Hj. Alwiah
Hj. Alwiah di kalangan keluarganya disapa Ummi Lawi,
masyarakat umum biasanya menyapa dengan sebutan Annangguru
Alwiah, ia lahir di Pambusuang pada tanggal 18 Oktober 1943.
Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, adapun saudara adalah H.
Maknun, Hj. Lulu dan H. Saggaf. Sebagaimana halnya mayoritas
annangguru di Mandar yang lahir dan besar di lingkungan
annangguru, iapun demikian karena ayahnya adalah Annangguru
yang bernama Fatahannu tokoh agama yang dihormati di kalangan
masyarakat Pambusuang aktivitas kesehariannya adalah sebagai
pengajar kitab kuning sedangkan ibunya bernama St. Asyiah seorang
guru mengaji atau Annangguru Pangaji, kakek dari ayahnya adalah
seorang annangguru yang lama bermukim di tanah suci Makkah
belajar agama di Masjid al-Haram, dari garis kakeknya inilah
keturunan langsung Annangguru Nuh pencetus pengajian kitab
kuning di Pambusuang putra Syekh Addyin pendiri Masjid Taqwa
Pambusuang berasal dari Gersik Jawa Timur, menurut beberapa
sumber ia masih keturunan Maulana Malik Ibrahim penganjur Islam
di tanah Jawa.
Sejak kecil ia didik untuk belajar agama, yang dimulai belajar
membaca al-Qur’an dan ilmu Tajwi>d, sejak usia tujuh tahun ia telah
mengkhatamkan al-Qur’an beberapa kali, pada usia lima belas tahun
39
Wawancara Wahyuni, Alumnus MTs DDI Polewali, di Polewali
10 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 154
40
Puang dan daeng adalah sapaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat Mandar yang masih tergolong turunan bangsawan.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 158
41
Hasil wawancara di Mapilli, pada tanggal 7 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 159
42
http://www.scribd.com/doc/13055094/makalah-sosiologi-peran-
norma.
43
Hasil wawancara dengan Annangguru Syuaib Abdullah, Imam
Masjid Agung Syuhada Polewali, 5 April 2009
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 169
BAB IV
DINAMIKA TANTANGAN ANNANGGURU
DALAM MASYARAKAT MANDAR
1
http://prasetyowidi.wordpress.com/2010/01/03/definisi-
perubahan-sosial-dan-tipe-tipe-perubahan-sosial/.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 172
2
Hasil Wawancara Annangguru Syu’aib Abdullah, Imam Masjid
Syuhada Polewali, pada tanggal 10 September 2010 di Polewali.
3
Krisis keannangguruan adalah: semakin berkurangnya annangguru
yang ditemukan dalam masyarakat, bahkan ada beberapa daerah di Mandar
yang sudah tidak memiliki annangguru.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 174
Tabel 6
Annangguru di Pambusuang Periode 1950-1970
Tabel 7
Annangguru di Campalagian Periode 1950-1970
No. Nama Annangguru Spesifikasi Ilmu
1. Annangguru H. M. Thahir Ilmu Tas}awuf dan Tarekat
2. Annangguru H. Dira>sah al-Isla>miyah
4
Maddapungan
3. Annangguru H. M. Zein Ilmu Fiqh
4. Annangguru H. Ilmu Fiqh, Tafsi>r dan Hadits
Nadjamuddin Thahir
5. Annangguru Hafidz Lapeo Ilmu Fiqh
6. Annangguru H. Mahmud Ilmu Tafsi>r dan Hadits
Ismail
7. Annangguru H. Mahdi Ilmu Fiqh
8. Annangguru H. Ilmu Fiqh
Muhammadiyah
Data pribadi: Annangguru Syu’aib Imam Masjid Syuhada Polewali
Tabel 7 menampilkan annangguru di Campalagian periode
1950-1970. Pada periode ini, terdapat beberapa annangguru yang
mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan kajian Islam di
Mandar khususnya di Campalagian, yaitu: Annangguru
Maddapungan, pencetus pengajian kita>b di Wilayah Campalagian;
Annangguru Thahir adalah annangguru barakka’, sosok annangguru
yang diyakini oleh masyarakat Mandar bahwa ia adalah waliullah,
karena masa hidupnya banyak kejadian luar biasa terjadi pada diri
Annangguru Thahir, sehingga beliau juga dikenal sebagai
4
Annangguru Maddeppungan sebagai pencetus pengajian kita>b
kuning di Campalagian, melahirkan beberapa annangguru pangaji kitta’
yaitu: Annangguru H. Mahmud, Annangguru H. Mahdi, Annangguru H. Muh
Nur, Annangguru H. M. Zein, Annangguru H. Muhammadiyah.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 177
Tabel 9
Annangguru Periode 1980-2000
5
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia
(Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 550.
6
http://sarinapraktikum.blogspot.com/2009/07/definisi-pengajaran-
dan-pembelajaran.html.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 182
7
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan
Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 51.
8
Ciri khas pengajian kita kita>b kuning di Mandar adalah,
dibentuknya kelompok pengajian kita>b kuning, bentuknya nonformal yang
diikuti oleh semua kalangan usia dan tidak mengikat, bahkan pesertanya
kebanyakan telah menyandang gelar sarjana agama bahkan master agama
atau mereka yang telah nyantri di pesantren namun masih perlu
memperdalam kita>b kuning, mereka belajar dari awal, mulai dari nahwu
sharaf sampai pada pengkajian kita>b - kita>b tafsi>r, fiqh dan tas{awuf,
kelompok pengajian ini digelar di masjid dan di rumah annangguru.
Sedangkan pesantren adalah sekolah formal yang juga mengajarkan
membaca kita>b kuning yang dimasukkan dalam ekstrakurikuler.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 183
9
Ari Widodo dkk, Struktur Keilmuan Pesantren “Studi Komparatif
antara Pesantren Tebuireng Jombang dan Mu’allim Muhammadiyah
Yogyakarta”. Dalam Istiqra, Jurnal Penelitian Isla>m Indonesia (Departemen
Agama Republik Indonesia, vol. 02, nomor 01, 2003), hlm. 7.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 184
10
Istilah annangguru muda diberikan kepada annangguru yang
masih berusia di bawah 40 tahun.
11
Adapun kita>b-kita>b yang tebal, seperti, Riyad as-Salihin, Fath- al-
Qari>b, Fath al-Baary, tafsi>r Jalalain dan lain-lain.
12
Adapun kita>b - kita>b yang tipis yang diajarkan, seperti, Nahwu
Syaraf, Syarah ala Matn al- Rajiyah, dan lain-lain.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 185
Tabel 12
Annangguru dan Kitab yang Diajarkan
Di Masjid Taqwa Pambusuang pada Tahun 1960-1970-an
No Nama Annangguru Kitab yang Diajarkan
1 Annangguru H. Yusuf Syarh al- Hikam
2 Annangguru H. Fiqh
Maddapungan
3 Annangguru H. Muh Minha>j al-Abidi>n
Shaleh
4 Annangguru H. Jalaluddin Tafsi>r Al-Jala>lain
Gani
5 Annangguru H. Muh Said Tauhi>d
6 Annangguru H. Abd Tas}awuf
Rasyid
ilmu dapat maksimal apa yang ia dapat dan amalkan. Tradisi metode
pengajaran kitab kuning (salaf) tetap eksis di era sekarang, tapi tidak
mengalami perkembangan dikarenakan:
Pertama, adanya keyakinan bahwa metode wetonan, sorogan/
bandongan, memiliki banyak kelebihan meskipun terdapat
kekurangan, dan tidak dicoba metode baru.
Kedua, annangguru sudah merasa cukup menggunakan
metode salaf yang mudah diterapkan bertahun-tahun tanpa
memperhatikan kondisi pangaji, perkembangan zaman dan kejenuhan
saat belajar.
Ketiga, masih ada peminat untuk mempelajari kitab kuning
tapi tidak berkembang, sehingga untuk ke arah inovasi pendekatan
yang diperhatikan tanpa mengganti metodologi yang ada.
Keempat, adanya anggapan kitab kuning adalah referensi yang
masih dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya, dengan metode
yang lama dan monotonpun masih tetap bertahan.
Kelima, keyakinan begitu pentingnya kitab kuning menjadi
sebuah pembelajaran utama dalam belajar Islam, tetapi tidak
terpikirkan bagaimana cara mengembangkan metode pengajarannya.
Dalam hal pengajaran kitab kuning harus berani menginovasi
metode pengajaran (pendekatan-pendekatannya) untuk kemajuan
pendidikan Islam dalam pondok pesantren maupun pengajian di
Masjid dan di rumah annangguru, juga menghilangkan sifat
kebosanan pangaji dalam belajar tentunya disesuaikan dengan
kondisi saat pembelajaran dilaksanakan. Perlu adanya instropeksi
bagi annangguru yang konsen mengajarkan kitab kuning supaya
menumbuhkan sikap perjuangan dalam arti yang sesungguhnya.
Termasuk perjuangan dalam kemajuan pengajian kitab melalui
penambahan kitab-kitab Islam modern dan metode pengajaran yang
1. Nahdhatul Ulama
13
Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama (Yogyakarta: Kanisius,
1992), hlm. 8-9. Tulisan Geertz ini juga diedit oleh Michael Banton dalam
judul Anthropological Apprroaches to The Study of Religion (London:
Tamstock Publications, 1986), hlm. 1-40.
14
Dinamika kelompok masyarakat sering dipahami kelompok-
kelompok dalam masyarakat, namun yang dimaksud dengan kelompok
adalah: suatu unit yang terdapat individu, yang mempunyai kemampuan
untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi,
sedangkan dinamika berarti tingkah laku yang satu secara langsung
mempengaruhi warga yang lain secara timbale balik. Jadi dinamika
kelompok berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota
kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik
dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Dengan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu
kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai
hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Dengan kata lain antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis
yang berlangsung dalam situasi yang dialami bersama-sama. Lihat, Drs.
Slamet, Dinamika Kelompok, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 7-9.
15
http://nusetendo.wordpress.com/2010/02/19/dasar-dasar-paham-
keagamaan-nu/#more-64.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 192
16
Rites of Passage “Upacara Peralihan” dipopulerkan oleh
Antropolog Belanda Arnold van Gannep.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 193
b. Kelompok NU Modern
Kelompok NU modern adalah bagian dari masyarakat
Polewali Mandar yang telah berbaur dan bergelut dengan arus
perubahan yang terjadi di tengah masyarakat. Secara kultural mereka
adalah NU namun dalam aplikasi kehidupan sehari-harinya lebih
banyak menyesuaikan dengan zaman dan lebih terbuka wawasannya
terhadap perubahan. Contohnya, dalam memilih pendidikan,
2. Muhammadiyah
Mayoritas penduduk Polewali Mandar adalah Nahdatul
Ulama, dan hanya sebagian kecil yang menjadi anggota
Muhammadiyah. Basis Muhammadiyah terdapat di Kecamatan
Wonomulyo yang berjarak 17kilometer sebelah Barat kota Polewali.
Dalam skala Provinsi Sulawesi Barat, penduduk Kabupaten Polewali
Mandar yang terbanyak masuk dalam organisasi Muhammadiyah.
Hal ini dibuktikan bahwa kepengurusan inti Muhammadiyah untuk
17
Harry J. Benda, The Crescent and The Rising Sun, terj. Daniel
Dhakidae dengan judul “Bulan Sabit dan Matahari Terbit”, (Jakarta: Pustaka
Jaya), hlm. 32.
18
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 57.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 199
19
Wawancara Annangguru Syauka’ding, Alumnus pangaji kitta’
Pambusuang, di Majene 21 Juli 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 200
Tabel 14
Annangguru yang Menjabat di Pemerintahan Kab. Polewali Mamasa
(Polewali Mandar)
No Nama Jabatan Periode
Annangguru
20
Wawancara Annangguru Alwiah, Pembina Panti Asuhan Husnul
Khatimah Polewali, di Polewali 22 Juli 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 201
antara yang punya dan yang tidak punya, hubungan bersifat vertikal,
dan adanya upaya menjaga keseimbangan “Hubungan atas bawah”.21
Menurut Zamakhsyari Dhofier: “Otoritas tradisional yang
dimiliki kyai, menurut pengamatan sementara, bersumber pada tiga
hal, meskipun pertama lebih menentukan. Pertama, karena kedalaman
ilmunya; kedua, karena status ekonomi yang dimilikinya; dan ketiga,
karena keturunan kyai sebelumnya atau paling tidak orang yang dekat
dengannya”.22 Kyai atau annangguru yang sebelumnya dianggap
sebagai orang yang menguasai hampir semua persoalan seperti
agama, pertanian, kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya,
sekarang sudah mulai bergeser. Peran-peran annangguru perlahan
diambil oleh pemerintah yang berkedudukan di kabupaten hingga
desa. Annangguru tidak selamanya didudukkan sebagai sosok yang
harus mampu mengatasi semua persoalan. Artinya, telah terjadi
pemilahan atau spesialisasi peran. Misalnya, pada masa lalu
masyarakat berkonsultasi ke annangguru masalah perikanan, kelautan
dan pertanian bahkan arsitek sebuah bangunan yang akan dibangun.
Sekarang untuk urusan tersebut masyarakat lebih banyak
berkonsultasi kepada kalangan atau petugas di bidang masing-
masing, seperti penyuluh pertanian, perikanan, arsitek, dokter, dan
lain-lain.
Dalam urusan pemerintahan, kepala desa maupun camat
lebih mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan jika terjadi
perselisihan di tengah masyarakat. Sampai di sini, pertanyaannya
adalah mengapa terjadi pergeseran peran dan kedudukan annangguru
21
MM. Billah, Agama dan Politik: Pergeseran Pola Kepemimpinan,
dalam Prisma 5, 1978.
22
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982).
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 203
23
Wawancara dengan Tammalele, Guru Pesantren Nuhiah
Pambusuang, di Pambusuang 1 Juli 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 205
24
H. Syarifuddin, Perjalanan Hidup Annangguru Thahir Imam
Lapeo dan Pembangunan Masjid Nuruttaubah Lapeo, (Masjid Nuruttauhbah,
2003), hlm. 84-85.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 206
25
Muhammad Daud Ali dkk, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia
(Jakarta: Grafindo Persada, 1995), hlm. 1.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 208
26
Ibid., 2
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 209
27
Zulkifili, Sufi Jawa: Realasi Tas{awuf -Pesantren, (Yogyakarta:
Pustaka Sufi, 2003), hlm. 4.
28
Mohammad Daud Ali dkk, Lembaga-Lembaga Isla>m di Indonesia,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 148.
29
Sahabuddin A. El-Maknun, Pesantren Nuhiah Pambusuang: Studi
Tentang Peranannya Dalam Masyarakat di Kabupaten Polmas, skripsi
(Ujung Pandang: IAIN Alauddin 1986), hlm. 58.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 210
b. Pondok Pesantren
30
Muhdin, Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Salafiah
Parappe Kecamatan Campalagian kabupaten Polewali Mandar, Tesis
(Makassar: UIN Alauddin, 2008), hlm. 75.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 211
31
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang
Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 18.
32
Lihat, Mohammad Daud Ali dkk, Lembaga-Lembaga Isla>m di
Indonesia, hlm. 145.
33
Lihat, Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 18.
34
Ibid., hlm. 43.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 212
c. Madrasah
Pada permulaan abad ke-20 muncul lembaga pendidikan
Islam baru yang disebut madrasah. Perkataan madrasah berasal dari
bahasa Arab, darasa artinya belajar. Dengan demikian, madrasah
berarti tempat belajar. Lembaga pendidikan baru ini hadir di tengah
dunia pendidikan Islam di Indonesia, terutama di luar Jawa, karena
berbagai dorongan dan alasan:
Pertama, sebagai manifestasi dan realisasi cita-cita
pembaharuan dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Kedua, sebagai salah satu usaha menyempurnakan sistem
pendidikan pesantren, yang dipandang tidak memungkinkan
lulusannya memperoleh kesempatan kerja, seperti lulusan sekolah
umum yang didirikan oleh pemerintah Belanda.
Ketiga, adanya sikap sementara umat Islam lebih condong
mengikuti sistem pendidikan model barat yang lebih memungkinkan
(anak-anak) mereka maju dalam ilmu ekonomi dan teknologi.
Dalam perkembangannya, madarasah sebagai lembaga
pendidikan Islam berfungsi menghubungkan sistem lama dengan
sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai lama yang baik
dan masih dapat dipertahankan kemudian mengambil sesuatu yang
baru dalam ilmu ekonomi dan teknologi yang bermanfaat bagi
kehidupan umat Islam. Oleh karena itu isi kurikulum madrasah pada
umumnya adalah apa yang diajarkan di pesantren, yaitu ilmu-ilmu
keagamaan (pendidikan keagamaan) ditambah dengan beberapa
materi pelajaran yang disebut dengan ilmu-ilmu umum seperti
35
Wardiman Djojonegoro, Menyiapkan Dunia Pendidikan
Menghadapi Abad 21, dalam Visi Global: Antisipasi Indonesia Memasuki
Abad 21, Yaya M. Abdul Aziz, ed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.
57-58.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 216
seorang pendidik (guru). Sarana dan prasarana yang ada masih jauh
dari layak. Kurikulum pendidikan masih terjebak pada dikotomi
antara pendidikan agama dan pendidikan umum serta anggaran
pendidikan kita masih jauh dari standar.
Keempat, dari luar sistem pendidikan yang ada, arus
globalisasi dan informasi juga turut memberi pengaruh pada cara
pandang masyarakat terhadap pendidikan, terutama pendidikan
agama. Sehingga fenomena yang muncul adalah menomorduakan
pendidikan agama.
Kelima, begitu kompleks gambaran permasalahan dalam
pendidikan yang dipimpin oleh annangguru, karena selain tantangan
internal pendidikan juga dihadapkan pada tantangan eksternal
sebagai imbas dari globalisasi. Pendidikan Islam yang identik dengan
lembaga pendidikan bernama madrasah, pengajian-pengajian kitab
tradisional, pesantren memang masih mendapat predikat sekolah
“kelas dua“ dari sebagian masyarakat kita yang notabene mayoritas
muslim. Untuk mengubah atau bahkan menghilangkan sama sekali
image negatif itu banyak hal yang harus dibenahi, di antaranya adalah
perubahan orientasi. Orientasi pendidikan Islam selama ini adalah
untuk memahami ilmu agama. Kondisi ini membuat pendidikan kita
terisolasi dengan sendirinya. Paradigma ini harus diperbaharui karena
al-Qur’an menuntun kita untuk menuntut ilmu seluas-luasnya. Ilmu
agama dan ilmu duniawi haruslah konvergen, sebagaimana firman
Allah dalam al-Qur’an dalam surah al-Qasas :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
Jelas sekali tuntunan al-Qur’an di atas, dan untuk saat ini
konvergensi ilmu agama dan ilmu umum dalam sisitem pendidikan
D. Regulasi
36
Muhammad Tholhah Hasan, Peran Perguruan Tinggi NU dalam
Ikut Serta Mencerdaskan Bangsa, dalam Bangkit, N0. 5 Juli-Agustus 1993,
hlm. 37.
37
Ibid., hlm. 37.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 222
38
Wawancara dengan Saikhu, Tokoh Masyarakat Campalagian, di
Lapeo pada tanggal 17 November 2010.
39
Ignas Kleden, Pergeseran Nilai Dalam Era Globalisasi, dalam
Ekawarta, No. 02 &03, Maret-Juni 1999, hlm. 36.
40
Baharuddin Darus, “Pengembangan Kajian Ekonomi Isla>m pada
IAIN di Abad 21”, dalam Syahrin Harahap (ed), Perguruan Tinggi Isla>m di
Era Globalisasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998), hlm. 161.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 224
41
Lihat Peter D. Sutherland, “Tantangan-tantangan Globalisasi”
dalam Ade Ma’ruf, Anas Syahrul Alimi (ed), Shaping Globalization
(Yogyakarta: Jendela, 2000), hlm. 113.
42
Dirk Mesner, “Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas
Neoliberalisme”, dalam Shaping Globalization (Berlin: International
Confrence, 17th and 18th of June 1998), hlm. 113.
43
Soejatmiko, Manusia dan Dunia yang sedang berubah (Jakarta:
Grafindo, 1991), hlm. 7.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 225
1. Televisi
Saat ini hampir tidak ada yang dapat menahan laju
perkembangan teknologi informasi. Keberadaan teknologi informasi
telah menghilangkan garis-garis batas antara negara dalam hal arus
informasi (flow of information).44 Di sini televisi sebagai media
informasi, tidaklah hanya menjadi media yang efektif dalam
mentransmisikan informasi, melainkan juga mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi perilaku (attitude) perantaranya. Berdasarkan
sebuah penelitian, televisi sebagai perangkat audio visual yang
mempunyai daya terpa paling besar (44%). Gambar-gambar yang
disertai gerakan dalam mengungkapkan suatu maksud lebih mudah
44
I Nyoman Wenten et al., Dampak Globalisasi Informasi Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Bali. (Denpasar: Bagian Proyek
Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1993/1994), hlm. 84.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 226
45
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 192.
46
Televisi cable, adalah saluran tv yang dikelola oleh swasta, yang
disambungkan ke rumah-rumah penduduk, dengan memakai kabel tanpa
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 227
antena yang mampu menayangkan lebih dari 30 siaran dalam dan luar negeri,
dengan biaya Rp.10.000-Rp.20.000, tergantung siaran yang dipesan.
47
Wawancara dengan Herman, pengelola televisi cable, di Polewali
pada tanggal 5 April 2017.
48
Direktur Mario FM, Wawancara di Polewal 5 April 2017
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 228
49
Wawancara dengan Annangguru Fauzi, di Polewali pada tanggal
1 April 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 229
internet, televisi dan media massa, olehnya itu para annangguru harus
mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan tersebut. Dibutuhkan
keterampilan tersendiri bagi annangguru untuk menyesuaikan
perkembangan zaman, tetapi dari segi penguasaan kajian keagamaan,
annangguru tidak kalah dengan dai-dai yang sering muncul di layar
kaca, namun mereka lebih unggul dari segi metode dakwah.
Teknologi dan informasi adalah pendukung utama bagi
terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi dan
informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan,
dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat
mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu
bangsa. Kecepatan arus informasi yang cepat membanjiri masyarakat
seolah-olah tidak memberikan kesempatan untuk menyerap dengan
filter mental dan sikap kritis. Makin canggih dukungan teknologi
tersebut, makin besar pula arus informasi dapat dialirkan dengan
jangkauan dan dampak global. Oleh karena itu selama ini dikenal asas
“kebebasan arus informasi” berupa proses dua arah yang cukup
berimbang yang dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain.
Namun perlu diingat, pengaruh globalisasi dengan dukungan
teknologi informasi dan komunikasi meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat dirasakan
dengan adanya peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan
kemudahan yang memberikan efisiensi dalam berbagai bidang
khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contoh
manifestasi informasi pada bidang keagamaan adalah mudah dilihat
di sekitar masyarakat, melalui televise, radio, tv cable, internet dan
lain-lain.
Demikian pula informasi keagamaan lewat artikel dan
karya-karya ilmiah lainnya dapat cepat diakses melalui internet.
BAB V
STRATEGI BERTAHAN ANNANGGURU
DALAM DINAMIKA PERUBAHAN
1. Kaderisasi Annangguru
Meskipun secara kultural istilah ataupun gelar
annangguru seseorang tidak dapat ‘dibeli’ atau diberikan secara
formal, namun mengingat struktur sosio-kultural masyarakat yang
memposisikan annangguru sebagai sentral kebajikan nilai perlu
mendapatkan perhatian, artinya diperlukan wadah yang secara
struktural menopang kultur patronase masyarakat tersebut untuk
mempersiapkan annangguru-annangguru yang mempunyai
1
Hasil wawancara di Pambusuang, pada tanggal 29 Juli 2010.
2
Hasil wawancara di Pambusuang, pada tanggal 1Agustus
2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 237
3
Hasil wawancara di Pambusuang, pada tanggal 1 Agustus
2010.
4
Hasil wawancara di Polewali pada tanggal 15 Mei 2015.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 238
Tabel 15
Annangguru dan Kitab yang diajarkannya
Jadwal Pengajian kitab di rumah dan masjid annangguru muda
Nama Kitab- Pengarang Jadwal Jumlah
Annanggur kitab Kitab Pengajia Pangaji
u yang n
Diajarka
n
30-35
pangaji
Annanggur al-Allamah Masjid (santri)
u Syahid Khasyiah Khabar Taqwa yang
al-Fuhamah malam pegang
Sabtu kitab,
maghrib- masyaraka
isya t umum 30
orang tidak
memegang
kitab
Rumah,
- setiap 30-35
Al-Wa>fi Dr. malam, pangaji
Musthafa kecuali
Dib Buga malam
Sabtu
- An- Sayyid Rumah,
Nasa>ih Abdullahi setiap 30-35
Ad- Ibn Alawy malam, pangaji
Diniyah Ibn al- kecuali
wa al- Haddad malam
Was}aya> Sabtu
al-
Imaniyah
- Fath al- Imam Rumah,
Qari>b Allamah pagi
Ahmad (06.00- 30-35
Husain 07.00) pangaji
Assyuhair (09.00-
bi Aby 11.00)
Syuja’ Siang
(13.00-
1500)
Sore
(15.30-
18.00)
- Tanwi>r Muhamma - 30-35
al- Qulu>b d Amin al- pangaji
Kurdy
- Durrah - - 30-35
an- pangaji
Nasihin
Tabel 16
Nama Kitab- Pengarang Jadwal Jumlah
Annangguru kitab Kitab Pengajian Pangaji
yang
diajarkan
al-Jawa>b Masjid 50-60
al-Ka>fi, Taqwa pangaji
Annangguru ad-Dau malam dan
Bisri wa ad- Ibn Senin masyarakat
Dawa' Qayyim umum
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 240
Liman (maghrib-
Sa’ala isya)
ani ad-
Dawa>i
'as-Sya>fi
(1420 H,
1999)
- Fiqh al- Rumah, 25-30
Iba>dah Hasan Ba’da pangaji
(1306 H, Ayyoub Isya
1986) (20.00-
22.00)
- al-Nas}a>ih Syekh Masjid 50-60
ad- Imam Bala’ pangaji dan
Diniyah Qutub masyarakat
Tabel 17
Nama Kitab- Pengarang Jadwal Jumlah
Annangguru Kitab Kitab Pengajian pangaji
yang
diajarkan
at-Tazhib Masjid 50-60
Annangguru fi- Taqwa, pangaji dan
Muhasib Adillah Dr. malam masyarakat
Matni al- Mosthafa Kamis umum
Ga>yah Dib Buga (maghrib-
wa at- isya)
Taqri>b
(1397 H,
1978)
- Rumah, 50-60
Kitab at- Muhasib (15.30- pangaji
Tasyrif 18.00)
setiap
sore
2. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran dilakukan annangguru untuk menjawab
stagnannya metode pengajaran yang dilakukan annangguru selama
ini, yang cenderung tidak menyesuaikan perkembangan zaman,
sehingga ditempuhlah beberapa strategi ajaran yaitu:
5
Karya Albert Hourani yang sangat bagus mengenai prmikiran Arab
Modern (1962) menunjukkan bagaimana pemikiran yang secara sadar
menyimpang dari tradisipun masih dipengaruhi olehnya. Buku ini tidak
menaruh perhatian kepada mereka yang tetap berada di dalam tradisi dan
tidak tertarik kepada dialog dengan pemikiran Arab, dikutip dari Martin van
Bruinessen, kita>b Kuning (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 30.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 244
6
Martin van Bruinessen, kita>b Kuning (Bandung: Mizan, 1995),
hlm. 31.
7
Ibid., hlm. 29.
8
Hasil Wawancara di Pambusuang, pada tanggal 5 Agustus 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 245
9
Wawancara dengan H. Mansur (50 thn) kepala desa Pambusuang,
pada tanggal 9 September 2016.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 246
10
Hasil wawancara di Pambusuang, pada tanggal 11 Agustus
2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 249
11
Hasil wawancara di Pambusuang, pada tanggal 11 Agustus
2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 250
12
Lihat, Martin van Bruinessan, kita>b Kuning, hlm. 205-206.
13
Wawancara di Pambusuang, tanggal 14 November 2015
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 254
14
Wawancara dengan Refat Kesa, mantan Sekretaris Pribadi
Annangguru Saleh, di Majene pada 10 April 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 256
B. STRATEGI REKRUITMEN
Strategi rekruitmen dan pelestarian adalah strategi kedua
yang dilakukan annangguru untuk menghadapi berkembangnya
organisasi kegamaan Islam dan kelompok Islam lainnya, yang
dimaksud dengan strategi rekruitmen pada pembahasan ini adalah,
pola yang dilakukan oleh annangguru untuk merekrut semua
kelompok tersebut sebagai sebuah kekuatan dalam masyarakat, maka
annangguru menempuh beberapa strategi rekruitmen yaitu:
15
Mimbar Jumal Agaau & Budaya, Vol. 24, No. 4, 2007, hlm. 481-
482.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 260
16
Hasil wawancara di Majene, pada tanggal 12 februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 262
17
Hasil wawancara di Majene, pada tanggal 12 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 264
18
Majelis Zikir AIM BeNar mulai digelar pada hari Kamis
(malam Jum’at) tanggal 15 Mei 2013 dikediaman Andi Ibrahim Masdar,
jika dihitung malam Jum’at yang lalu tanggal 30 Maret 2017, maka majelis
zikir ini telah digelar kuarang 400 kali. Wawancara Ust Bakri, Imam Mesjid
Abdurrahman Matakali, tanggal, di Polewali pada tanggal 1 April 2017,
19
Ratib Al-Haddad berasal dari nama penyusunnaya, yaitu
Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam
(Mujaddid) yang terkenal. Di antara do’a-do’a yang pernah disusun Ratib
Haddad lah yang paling terkenal. Ratib yang bergelar yang bergelar Al-
Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) ini, disusun berdasarkan inspirasi
pada malam lailatul qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriah (bersamaan 26 Mei
1661 M), lihat, https://dalwadakwah.blogspot.co.id/2015/04/ratib-al
20
Wawancara Annangguru Fauzi, di Polewali pada tanggal 15
Maret 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 266
21
Nama majelis Zikir di kediaman Ali Baal Masdar, diambil
dari nama taqline Visi Misinya sebagai calon Gubernur Sulawesi Barat
2017-2022 yaitu Sulawesi Barat Maju Malaqbiq.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 267
22
Wawancara dengan Asnoen tokoh masyarakat, di Polewali ,
pada tanggal 3 April 2017
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 268
4. Pendekatan Supranatural
Supranatural23 merupakan sebuah pendekatan yang
dilakukan oleh hampir seluruh annangguru di Mandar, karena salah
satu peran yang sangat strategis dan masih bertahan saat ini adalah
memberikan layanan supranatural pada masyarakat, salah satunya
penuturan salah seorang warga masyarakat:
Artinya:
Sudah lama saya tidak bisa hamil, pada suatu hari salah
seorang kerabat dekat saya, coba kamu datangi
Annangguru Marhumah untuk meminta dido’akan dan
semoga kamu mendapatkan berkah dari annangguru,
siapa tau kamu dapat terlabat bulan (hamil), keinginan
kuat untuk mendapatkan anak, akhirnya saya ke Lapeo
untuk menemuai Annangguru Marhumah untuk
23
Supranatural merupakan kelebihan, kemampuan serta
kekuatan yang tidak lazim bahkan tidak pada umumnya, yang dimiliki
seorang manusia. Kata supranatural itu sendiri terdiri dari 2 kata, supra dan
natural yang memiliki arti singkat yaitu di luar ambang kodrati atau ke umum
an yang yang terjadi pada manusia.lihat,
http://id.m.wikipedia.org>Adikodrati
24
Wawancara dengan Icci Sakinah Ibu Rumah Tangga di
Lapeo, pada tanggal 5 April 2017
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 269
25
Wawancara dengan Alimuddin tokoh masyarakat, di
Polewali tanggal 5 April 2017
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 270
26
Wawancara di Polewali tanggal 6 Aparil 2017
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 271
27
Hasil wawancara di Polewali pada tanggal, 10 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 272
1. NU Sulawesi Barat
Ada definisi resmi tentang Nahdataul Ulama atau ke-NU-an,
seperti yang tertuang dalam Qanu>n Asasi, bahwa NU adalah satu
organisasi yang dalam hal ber-fiqh menganut salah satu madzhab
empat, dalam berakidah menganut Asy’aria-Maturidi, dan dalam hal
ber- tas}awuf menganut al-Ghazali Junaidi al-Baghdadi.28 Nahdatul
Ulama yang berarti kebangkitan ulama adalah salah satu organisasi
sosial keagamaan di Indonesia, didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344/
31 Januari 1926 di Surabaya atas prakarsa K. H. Hasyim Asy’ari dan
K. H. Abd. Wahab Hasbullah disingkat NU. Tempat pengurus besar
organisasi ini berkedudukan di ibukota negara, Jakarta. NU berakidah
Islam menurut paham Ahlusunnah wal jamaa>h, menganut mazhab
empat (Hana>fi, Maliki, Syafi’i dan Hambali), berasas Pancasila.
Tujuan didirikannya adalah untuk memperjuangkan berlakunya
ajaran Islam yang berhaluan Ahlu Sunnah wa al-Jamaah dan
menganut madzhab empat di dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia yang berasaskan Pancasila. Keanggotaan NU terdiri atas
keanggotaan biasa dan anggota kehormatan. Susunan kepengurusan
NU terdiri atas Mustasyar (Dewan Penasehat), Syuriah (Pimpinan
Tertinggi NU), dan Tanfiziah (Pelaksana Harian NU). Tingkat
kepengurusan terdiri atas Pengurus Besar (PB) untuk tingkat pusat,
Pengurus Wilayah (PW) untuk tingkat provinsi, Pengurus Cabang
(PC) untuk tingkat kabupaten dan kotamadya, Pengurus Majelis
28
Munawir Abdul Fatah, Tradisi orang-orang NU (Yogyakarta:
LKIS, 2006), hlm. Xii.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 273
29
Ensiklopedia Isla>m, (PT. Intermesa: Jakarta, 1997), hlm. 346.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 274
30
Wawancara Akmal Hidayah, Sekretaris PW NU Sulawesi Barat,
di Polewali 1 Agustus 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 276
31
Wawancara dengan Annangguru Alwiyah, Pimp. Panti Asuhan
Husnu al-Kha>timah, di Polewali 1 Juni 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 277
32
Hasil wawancara di Polewali, pada tanggal 11 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 278
33
Menurut Khalid Rasyid (Kepala KUA Kecamatan
Campalagian), salah satu kelebihan dari Annangguru Syarifah Tanri Ampa
adalah: Ia merupakan satu-satunya Annangguru perempuan di Mandar yang
aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen pada
perlindungan terhadap kekerasan ibu dan anak, selain aktif di LSM ia juga
memiliki panti asuhan, dan panti asuhannya itu yang kadang digunakan juga
untuk menampung korban kekerasan perempuan dan anak. Hasil wawancara
di Polewali pada tanggal 14 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 280
34
Muhammad Fuad, Eksistensi Lembaga Kependidikan Isla>m di
Indonesia, dalam UNISIA, Vol. XXXI, No. 67 Maret 2008, hlm. 69.
35
Ibid,. hlm. 70.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 282
36
Yaya M. Abd Aziz (ed), Visi Global: Antisipasi Indonesia
Memasuki Abad ke 21, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 57-58.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 283
37
Ibid., hlm. 59.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 285
38
Hasil wawancara di Polewali, pada tanggal 16 Juni
2016.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 289
E. PENDIDIKAN FORMAL
Sebagaimana diamanatkan di dalam GBHN 1993,
pembangunan dalam bidang pendidikan di Indonesia merupakan
bagian yang sangat inti dalam pengembangan sumber daya manusia
(SDM) menjelang era tinggal landas. Titik berat pembangunan
nasional dalam era PJPT II adalah bidang ekonomi seiring dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan kualitas
SDM melalui pendidikan perlu dilaksanakan secara terpadu
khususnya rangka meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia.39
Sebab dalam era globalisasi yang melanda dunia saat ini
bangsa Indonesia saat ini harus mampu mencetak sumber daya
manusia yang handal agar mampu menyesuaikan diri dalam
modernisasi dan globalisasi. Bukan malah hanyut terbawa arus
globalisasi sehingga kehilangan kepribadiannya sebagai umat muslim
maupun warga negara yang bertanggung jawab terhadap negara dan
bangsa. Premis untuk memulai pendidikan berwawasan global adalah
bahwa informasi dan pengetahuan tentang bagian dunia yang lain
harus mengembangkan kesadaran dan pemahaman terhadap diri
sendiri. Artinya, globalisasi sangat membutuhkan penguatan diri
sendiri agar tidak terombang-ambing dalam perubahan dan
pembaruan zaman dan untuk memperoleh pribadi yang kuat. Dalam
sejarah keannangguruan di Mandar, pendidikan para annangguru
banyak ditempuh di pendidikan informal lewat pengajian-pengajian.
Caranya adalah dengan mendatangi para ulama dari berbagai disiplin
ilmu untuk belajar ilmu agama, seperti yang dilakukan oleh
Annangguru Thahir. Pada mulanya beliau belajar agama di
Pambusuang, lalu ke Pulau Masalembu dan terakhir di Makkah.
Demikian pula Annangguru Saleh, mulai belajar agama di
Pambusuang selanjutnya hijrah ke Makkah. Beberapa tahun di sana
39
Ibid., hlm. 56.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 298
Tabel 25
Annangguru di Tinambung dan Pendidikan Informal
Annangguru Mandar 1950-1980-an
NO Nama Annangguru Tempat Menimba Ilmu
Agama
1. Annangguru Jalaluddin Gani Masjid Taqwa
Pambusuang dan Masjid
al-Haram Makkah
2. Annangguru Ka’do Masjid Taqwa
Pambusuang
3. Annangguru M. Saleh Masjid Taqwa
Pambusuang dan Masjid
al-Haram Makkah
4. Annangguru Latif Subaidi Masjid Taqwa
Pambusuang
5. Annangguru Jurairi Masjid Taqwa
Pambusuang
Tabel 26
Annangguru di Pambusuang dan Pendidikan Informal
Annangguru Mandar 1950-1980-an
Tabel 28
Annangguru di Polewali, Wonomulyo dan Pendidikan Informal
Annangguru Mandar 1950-1980-an
No Nama Annangguru Tempat Menimba Ilmu
Agama
1. Annangguru H. M. Idrus Masjid Taqwa Pambusuang
dan Masjid al-Haram Makkah
2. Annangguru H. Muhsin Masjid Taqwa Pambusuang
Thahir dan Masjid al-Haram Makkah
3. Annangguru H. Mas’ud Masjid Campalagian dan
Masjid Haram Makkah,
Hijaz, Salemo dan Pare-pare
4. Annangguru Mochtar Masjid al-Haram Makkah
Badawi
5. Annangguru H. Yusuf Masjid al-Haram Makkah
40
Hasil wawancara dengan Asnun Dosen IAI DDI Polewali,
di Polewali pada tanggal 13 Februari 2017.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 305
41
Wawancara dengan Amri, Wartawan Radar Sulbar, di Polewali 27
September 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 310
42
Wawancara dengan Akmal Hidayah, Sekretaris PW NU Sulawesi
Barat, di Polewali
28 September 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 311
43
Wawancara Annangguru Sopian di Pambusuang pada tanggal 15
September 2010.
DR. ACO MUSADDAD HM
ANNANGGURU - dalam perubahan sosial di mandar 312
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data-data serta pembahasan yang telah
penulis paparkan pada bab-bab terdahulu maka diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Pertama: Annangguru Mandar adalah pemimpin kharismatik,
dalam sejarahnya dikenal sebagai seorang pemimpin agama sekaligus
tokoh masyarakat. Ia berposisi penting di tengah masyarakat Mandar,
dengan posisi penting tersebut menjadikannya sebagai sumber
rujukan, panutan sekaligus pelindung, dengan berbekal wawasan
keagamaan yang mendalam dan terlahir dari lingkungan annangguru
semakin memperkuat posisinya, tentunya didukung oleh karaketristik
masyarakat Mandar secara umum yang masih religious.
dan di tempat lain. (4) Annangguru dan Tradisi kajian kitab kuning
di Pambusuang
Ketiga: Bagi para penentu kebijakan mengenai masalah
peran-peran tokoh agama dalam pembangunan di Mandar, supaya
menjadikan penelitian sebagai salah satu sumber rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Burke, Peter, History and Social Theory, terj. Mestika Zed, Zulfami
Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2001.
Johnson, Paul Doyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert
M.Z. Lawang, Jakarta: PT Gramedia, 1986.
Qoyim, Ibnu, Ulama’ di Indonesia pada Akhir XIX dan Awal Abad
XX. Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, dalam, Persepsi.
Vol.3:25-33, 1993.
http://www.scribd.com/doc/13055094/makalah-sosiologi-peran-
norma.
http://www.scribd.com/doc/13055094/makalah-sosiologi-peran-
norma.
http://rud1.ngeblogs.com/2009/12/17/pengertian-elit-dan masa/
http://wikipedia.org/wiki/legitimasi_tradisional
http://nabilhusein.com/perkembangan-pondok-
pesantren.html?start=1.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat
http://sarinapraktikum.blogspot.com/2009/07/definisi-pengajaran-
dan-pembelajaran.html
http://nusetendo.wordpress.com/2010/02/19/dasar-dasar-paham-
keagamaan-nu/#more-64.
331
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
LAMPIRAN 1
GLOSSARY
A
Ada’ amara’diangang: adat kerajaan.
Ada’ makkesyara’: hadat yang berasaskan syariah.
Aka’balang: alat untuk mendatangkan kekebalan.
Amara’diangang: sistem kerajaan.
Anak matola payung: keturunan bangsawan murni.
Angrengguru: penyebutan tokoh agama bagi orang Bugis.
Anrongguru: penyebutan tokoh agama bagi orang Makassar.
Apuangang: kebangsawanan.
Arayang: kerajaan.
Ataupiyangang: manusia pilihan.
Atuwoang lino anna’ allo dhiwoe: kehidupan dunia akhirat.
B
Balu’bur: jin penunggu rumah.
Banguttuwo: tumbuhan yang mudah tumbuh dimana saja,
dan selalu awet meskipun sudah lama dipetik.
Batua: budak.
Batua inranang: budak karena hutang.
Batua nialli: budak yang dibeli.
Batua naluang paleko’: budak karena membuat kesalahan.
Batua sassabuarang: budak sejak lahir.
Batua sossorong: budak karena turunan.
Bija ada’: turunan hadat.
Bija mara’dia: turunan raja.
Burewe tadhu : buah pinang.
338
C
Cika: sakit perut.
Cucur: kue khas Mandar, terbuat dari gula merah berbentuk
bundar.
D
Daeng: sapaan keturunan bangsawan/ mara’dia.
Dappi ngallo: sebelum subuh.
Darras: pembacaan ayat-ayat al-Qur’an secara massal oleh
santri.
Dehata buttu: dewa gunung.
Dehata langi: dewa langit.
Dehata lita’: dewa tanah.
Dehata malino: dewa yang menempati banyak tempat.
Dewata seuwwae: tuhan tunggal yang menguasai dan
mengatur segalanya.
Dehata tario-rio: dewa setan mati.
Dehata tomate makombong: dewa orang mati tiba-tiba.
Dehata tomelumbai: dewa pelindung.
Dehata tungga: dewa yang dalam mengatur dunia.
Dehata uwai: dewa yang tinggal di air.
G
Gogos: Nasi ketan yang dibungkus daun pisang lalu dibakar.
J
Jima’: jimat.
Jeppeng: tarian khas Arab.
K
Kalinda’da’: syair-syair pantun.
Karapoppo’: jin yang memakan bayi.
Katirimandi: kue khas Mandar terbuat dari tepung berbentuk
bulat dan dicampur saus yang terbuat dari gula merah yang
encerkan.
Kero: tingkah laku
339
L
Laso angin: angin puting beliung.
Lokko’: rasa malu yang dirasakan dari dalam hati.
Longga’: jin yang berbadan tinggi seperti pohon.
Lopi: perahu.
M
Ma’alepu: tingkatan pengajian dasar.
Ma’baca kitta’ Barazanji: membaca kitab al-barazanji yang
dibarengi dengan lagu.
Ma’linrung: gaib.
Maccera’/ mappa’giling: ritual.
Maccera’ arayang: membersihkan alat pusaka.
Macco’bo: prosesi ritual dengan cara mengoleskan.
Makarra: kekuatan sakti.
Makkasiwiang: demam tinggi.
Makkora’ang kaiyyang: tingkatan membaca al-Qur’an
setelah membaca Juz Amma.
Mala’bi: bermartabat.
Mala’bi pau: bertutur kata yang baik.
Mala’bi gau: bertingkah laku yang baik.
Mallamungi tomate: menurunkan mayat ke dalam liang lahat.
Mallango’i : membahas berulang-ulang hingga bacaan
menjadi lancar, fasih dan dihapal.
Mambalaga: membaca kitab Balagah.
Mambalung tomate: mengkafani mayat.
Mambulle tomate: memikul mayat dari rumah duka menuju
pemakaman.
Manassa ressu’: benar-benar ranuh.
Mangaji kitta’: membaca kitab kuning.
Mangera’: menguraikan kalimat bahasa Arab.
Manjuz-Amma: membaca Juz Amma.
Mannahwu: membaca kitab Nahwu.
Manu’ kalepu: ayam utuh dimasak tanpa bulu.
Mappake’de’ tinda’: pemasangan nisan.
Mappakihi: membaca kitab Fiqh.
340
O
Onde-onde: kue khas Mandar, terbuat dari gula merah yang
dibalut dengan tepung dan kelapa parut.
P
Pa’bannetauang: tata cara aturan perkawinan.
Pa’bicara: jabatan dalam kerajaan yang melantik para raja
Mandar.
Pa’bijaga amba-ambaran: kerasukan.
Pa’bisuang: tata cara pemujaan dewa.
Pa’ita-ita, papputika: peramal/suprantural
Pa’tatibojongan: tata aturan pertanian.
Pacalong: pemain calong.
Pakeke: pemain suling.
Pakkacaping: pemain kecapi.
Pallili: Kapur.
Pallattigian: pengolesan daun pacar yang sudah dihaluskan
pada kedua telapak tangan.
Pammamca: pemain silat.
Pangaji: santri.
Pangaji kitta’: santri yang sedang belajar membaca kitab
kuning.
Pappuangang: kelompok kerajaan kecil.
Passaulang/ pakkuliwang: makanan yang digunakan untuk
persembahan.
Passinding: penangkal.
Passolo’: undangan.
Pattorioloang: agama leluhur.
Pattu’du: tarian khas Mandar.
342
R
Rakkeang: baki, wadah untuk sesajian.
Ribu-ribu: tumbuhan yang bunganya lebih banyak dari
daunnya.
S
Salle kalla: mengganti salat.
Sando boyang: dukun untuk upacara ritual masuk rumah.
Sando banua/ pa’ambi: orang yang mempunyai kekuatan
supranatural.
Sando kasiwiang: dukun untuk mengobati orang yang sakit
demam tinggi.
Sando piana’: dukun beranak.
Sipappas li’a anna’ loa: seiring kata dan perbuatan.
Sipettuleang: tanya jawab.
Siri’: malu yang nampak dari luar.
343
T
Tama-tamang: kerasukan jin.
Tau maradeka: golongan kedua dalam tingkat
kebangsawanan.
Tau mendiolo: nenek moyang yang telah meninggal.
Tau pia: manusia pilihan.
Tau pia na’e: hasil perkawinan antara turunan raja dan hadat.
Tau pia tongang/ tau pia manassa: pilihan asli.
Tau samar: masyarakat umum.
Tau tannita: jin, setan.
Tauni: plasenta.
To’dona banua: kepala desa, pasaknya kampung.
Toaja: roh halus.
Todi oro-oroanna: jin penunggu tempat tertentu.
Todiang laiyana: turunan bangsawan.
Tomawuweng: orang tua, sesepuh.
Tongang loa: sumber panutan.
Tosalama’: orang yang diberi keselamatan oleh Allah swt.
Totamma’: orang yang telah khatam al-Qur’an.
Totandita: makhluk halus.
Toto’: nasib, takdir.
344
TENTANG PENULIS
DR. ACO MUSADDAD HM
Menulis biografi, opini adalah profesi yang telah lama
digeluti oleh Aco Musaddad HM. Penulis kelahiran Polewal, 6
Oktober ini memulai karirnya sebagai staf pengajar Bahasa Inggris
dan Bahasa Arab pada Pesantren Modern IMMIM dan Pesantren
Pondok Madinah di Makassar tahun 2002, dan sempat mengajar di
Universitas Islam Makassar di tahun yang sama. Pada tahun 2008
mendirikan The Man dar Institute dan sekaligus dosen pada Filasafat
Ilmu dan Metodologi Riset pada Sekolah Tinggi Agama Islam DDI
(IAI DDI). Diawal berdirinya Radar Sulbar Aco Musaddad HM
345
sebagai salah penulis opini yang cukup intens, kurang lebih seratus
tulisannya yang telah dimuat oleh Harian Radar Sulawesi Barat.
Karir PNS-nya dimulai tahun 2010 sebagai pejabat
fungsional Penyuluh Keluarga Berencana pada kantor Badan
Koordinasi Keluarga Berencana (BKKB dan PP), dan akhirnya
dimutasi ke Kantor Bappeda Polewali Mandar, dan menjabat sebagai
Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (2013-2015), kemudian kepala
Bidang Sosial Budaya (2016).
Sejak kuliah aktif di berbagai organisasi baik dalam
kampus maupun luar kampus dan ikut mendirikan beberapa
organisasi daerah, diantaranya; Ikatan Pelajar Mahasiswa Polman
Yogyakarta, Forum Komunitas Mahasiswa Mandar Yogyakarta,
Ikatan Keluarga Masyarakat Mandar Yogyakarta, Ikatan Mahasiswa
Pasca Sarajana Yogyakarta dan lain. Serta ikut mengkoordinir dan
pengadaan dan pembangunan Asrama Mandar Todilaling di Taman
Siswa dan Asrama Ammana I Wewang di Golo.
Konsentrasi dalam penulisan Biografi dimulai Biografi
pemikiran Filsafat Sosial Antonio Gramsci (1891-1937) dalam
bentuk Skripsi ( S.1.), Religion Experience of Al-Hallaj dalam bentuk
Tesis (S.2) dan Annangguru Mandar, sebuah riset tentang Kedudukan
dan Peran Para Annangguru Disertasi Doktor (S3), ketiga karya
ilmiah ini diselesaikannya di Universtas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Selain aktif menulis, mengajar juga aktif sebagai
penceramah di berbagai tempat. Aco Musaddad HM juga aktif di
berbagai organisasi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.
Diantaranya DPW NU Sulbar, Pernah menjadi Presidium KAHMI
Sulbar, saat ini menjadi Presidium Alumni Yogyakarta, aktif di
Dewan Pendidikan Polman, Baznas Polman, Badan Wakaf Indonesia
(BWI), pernah menjadi pengurus KNPI dan sekarang menjadi MPI
dan lain-lain.
Saat ini Aco Musaddad HM telah dikarunia dua orang
anak Andi Kynthiaphalosa (5 thn), Muhammad Avicenna (8 bulan)
dari Istri Dr. HJ. Andi Emy Purnama (Diretur UTD PMI Polewali
Mandar).