Anda di halaman 1dari 70

Silsilah Kitab Asanid

Dan Biografi Ulama (2)

Sanad al-Imam
Nashiruddin
al-Albani
rahimahullahu
(w. 1420 H)

Ditulis oleh :
Abu Abdillah as-Surianji
Seri : Silsilah Kitab Asanid & Biografi Ulama (2)
Judul : Sanad al-Imam Nashiruddin al-Albani rahimahullahu
Penulis : Abu Abdillah as-Surianji
Penerbit : Grup Majelis Sama’i, Ijazah & Biografi Ulama
Cetakan I Tahun : 1436 H/2015 M
Cetakan II Tahun : 1439 H/2018 M

Dilarang Memperbanyak Isi Buku Ini Tanpa Izin


Tertulis Dari Penulis

2
Pendahuluan

‫א‬ ‫א א‬

‫و‬ ‫و‬ ‫"ذ‬# ‫ و‬،% &' ‫و‬ #' ‫ و‬%( ) ‫؛‬ ( +‫ن א‬-
‫( ن‬6 ‫ و‬K .‫ د‬0 12 3 45 ‫ و‬، 34 12 ‫ א‬%(65 ، 7 8 9: ;
K "; ‫ و‬%(@7 ً‫( ن ) (א‬6 ‫ و‬K J ?5 = %( ‫ و‬J ‫= א‬- - =

(# ‫و‬
Ketika sampai kepada penulis kabar ijazah Guru
Kami al-Allamah al-Musnid Muhammad Amin Bu Khubzah
hafizahullahu (lahir 1351 H), sontak sangat senang hati ini.
Betapa tidak, beliau menyambungkan kita –secara riwayat-
dengan muhadits abad ini dan mujadid dari negeri Albania,
al-Allamah al-Muhadits Muhammad Nashiruddin al-Albani
rahimahullahu.
Siapa yang tidak kenal dengan Muhadits yang satu
ini? Karyanya melimpah dan bergizi tinggi, selalu disebut-
sebut dalam karya-karya ulama setelahnya seolah menjadi
referensi wajib setiap penulis berkualitas. Puluhan atau
ratusan orang mungkin telah menulis biografinya dalam
berbagai bahasa. Jika kali ini saya menulis salah satu sisi
dari biografinya juga, anggaplah ini sebagai sumbangan
ilmiyah ku kepada mereka yang mencintai beliau
rahimahullahu. Penulis melihat biografi beliau yang khusus
ditinjau dari sudut panjang ilmu riwayah masih sangat
jarang, apalagi yang berbahasa Indonesia.

3
Sebelumnya, risalah kecil ini telah penulis tulis di
Majalah Online Komunitas Riwayah (Edisi 1), juga diblog
pribadi penulis (as-surianji.blogspot.com), lalu sebagian
kawan menyarankan agar tulisan ini bisa dicetak sehingga
manfaatnya bisa dirasakan lebih luas. Aku melihat, ide itu
satu hal yang positif. Penulis kemudian memasukan
pembahasan Asanid al-Albani ini dalam buku Sanad Ijazah
100 Ulama Pengikut Atsar (Jilid 1), tapi secara ringkas,
sesuai dengan maksud buku itu yang memang disajikan
ringkas. Kemudian alhamdulillah, dicetak buku ini dengan
konten yang memiliki kelebihan dari risalah-risalah
sebelumnya dari segi kedetailannya.
Dan anggap lah juga, ini sebagai pembelaan penulis
kepada beliau dari tuduhan-tuduhan para pembenci yang
jahat dan jahil. Telah sampai kepada kita sabda Rasulullah
shallallahu’alaihi wasalam bahwa tidak dikatakan bersyukur
kepada Allah, orang yang tidak bersyukur kepada manusia.
Allah sebagai saksinya, sungguh penulis banyak mengambil
manfaat dari karya-karyanya, sehingga Allah Ta’ala bukakan
pintu sunnah kepada ku melalui perantaraan beliau.
Sudah pasti beliau tidak maksum, dan betapa
kesalahan selalu ada pada tiap manusia. Hanya saja
kesalahan ulama itu tidak usah dibesar-besarkan, sebab ia
tertutupi dengan lautan kebaikan. Alangkah baiknya kita
doakan saja, semoga Allah Ta’ala meluaskan kuburnya,
memberi beliau jannah, dan mengampuni dosa-dosanya,
amiin.
Bandung, 1436 H
Abu Abdillah as-Surianji

4
Daftar Isi

Pendahuluan ................................................................... 3
Daftar Isi ......................................................................... 5
Biografi Ringkas ............................................................. 7
Guru- Guru al-Albani ...................................................... 9
1. Ayahnya, Nuh Najati ............................................... 9
2. Sa’id al-Burhani ........................................................ 12
3. Raghib ath-Thabakh ................................................. 15
4. Badruddin al-Hasani ................................................. 18
5. Bahjat al-Baithar ...................................................... 19
6. Ahmad Syakir ........................................................... 21
Sanad al-Albani Dalam Sama’i ....................................... 24
Sanad al-Albani Dalam Ijazah ........................................ 29
Apakah Aib Muhadits Yang Memiliki Sedikit Riwayat ... 43
Sanad al-Albani Kepada Kutubusittah ........................... 46
Murid al-Albani Dalam Riwayah ...................................... 53
1. Bu Khubzah ........................................................... 55
2. Musa’ad Basyir ...................................................... 58
Pujian Musnidin Kepada al-Albani ................................. 61
Ijazah Bu Khubzah Kepada Penulis ................................ 66
Album Photo al-Albani .................................................... 67
Daftar Pustaka .................................................................. 70

5
6
Biografi Ringkas

Beliau Muhammad Nashiruddin


bin Haji Nuh bin Adam bin Najati al-
Arnauth1 al-Albani, Abu Abdirrahman.
Lahir tahun 1332 H / 1914 M di sebuah
kota di Albania. al-Allamah, al-
Muhadits, al-Mujadid, al-Faqih, as-
Salafi, Penulis yang produktif dan
berkualitas, Penyeru kepada sunnah
dan Musuh ahli bid’ah. Sejak kecil
hidup di tengah-tengah keluarga ulama karena ayahnya
adalah ulama besar Albania. Ketika usianya 9 tahun, beliau
dibawa hijrah oleh Bapaknya itu ke Damaskus, Syam, karena
fitnah yang menimpa negerinya.
Pada awalnya beliau bermazhab Hanafi sebagaimana
Ayah dan gurunya, kemudian Atsari, yakni hanya mengikuti
dalil tanpa cenderung kepada salah satu mazhab. Lebih
mendalami hadits dan sibuk dengan penelitian kitab-kitab.
Perjalanan dakwahnya banyak yang menentangnya terutama
dari kalangan ulama muqalid dan pengikut bid’ah, tapi
banyak pula yang mendukungnya dari kalangan ahlus
sunnah dan para ulamanya. Mengajar dan berdakwah di
Damaskus, kemudian di Madinah, lalu di Beirut sampai
menetap di Amman, Yordania, hingga meninggalnya. Beliau
pernah dipenjara berkali-kali, diusir dan difitnah karena
dakwahnya ini.

1
Al-Arnauth ini istilah orang-orang Syam bagi orang yang berasal dari wilayah
Albania dan sekitarnya.

7
Karya tulis beliau sangat banyak dan berkwalitas.
Murid-muridnya pun tersebar diberbagai negeri dengan ciri
khas kesungguhan mereka berpegang dengan sunnah. Pujian
kepada beliau datang dari berbagai kalangan, termasuk juga
kalangan ahli riwayah yang akan kami kutipkan sebagiannya
diakhir buku ini.
Diperkirakan beliau hapal 100.000 hadits dengan
sanad-sanadnya. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya
langsung, beliau tidak membenarkan tidak pula menapikan-
nya, itu ketawadhuan beliau rahimahullahu.
Meninggal tahun 1420 H / 1999 M. Semoga Allah
merahmatinya, dan memberinya surga firdaus. []

8
Guru-Guru al-Albani

Sangat penting disisi ahli riwayat keterangan


mengenai guru-guru yang kepadanya seseorang belajar dan
mengambil ilmu, baik dirayah maupun riwayah. Bahkan
sebagian ulama melarang seseorang belajar kepada mereka
yang belajar tidak melalui guru. Sebagaimana dikutip dari
Imam Ibn Abi Hatim Al-Razi rahimahullahu dengan
sanadnya sampai Abdullah bin 'Aun rahimahullahu,
bahawasanya beliau berkata:

BC (6 =- ْ # ‫א א‬E0 EFG5 =
“Tidak boleh diambil ilmu ini (ilmu agama) melainkan dari
orang yang telah disaksikan pernah menuntut ilmu pula
(pernah berguru pula)”.2
Lalu adakah orang sekaiber Imam al-Albani
rahimahullahu tidak memiliki guru sebagaimana pernyataan
bodoh beberapa kelompok yang membencinya?. Sungguh
sangat jauh panggang dari api.. bahkan guru-guru beliau
dikenal dan masyhur keilmuwannya.

Ayahnya, Syaikh Nuh Najati


Ayah beliau asy-Syaikh Haji Nuh bin Adam bin Najati
(w. 1372 H) adalah ulama besar Albania.3 Beliau lulusan

2
al-Jarh Wa at-Ta'dil (2/ 28)
3
Ulama wal Mufakirun (1/267), Muhadits al-Ashr al-Imam Muhammad
Nashruddin al-Albani Kama Araftahu hal. 9

9
Mahad-Mahad Ilmu Syari’ah di Astanah (Istambul).4 Sebuah
kota dimana al-Allamah Muhammad Makki bin Azuz at-
Tunisi as-Salafi (w. 1334 H) hijrah kesana (tahun 1313 H)
dan menjadi qadhi. Tidak diketahui apakah Syaikh Nuh
Najati sempat menimba ilmu darinya atau tidak. Namun
dikisahkan beliau memang mengambil ilmu dari ulama
besarnya (tanpa disebutkan namanya). 5
Haji Nuh bukan ulama sembarangan, dia adalah
ulama rujukan mazhab Hanafi6 baik ketika di Albania
maupun sesudah hijrahnya ke Damakus, Syam. Dalam
biografi Syaikh al-Muhadits Abdul Qadir al-Arnauth
rahimahullahu diterangkan bahwa Syaikh Abdul Qadir pun
pernah belajar kepada Syaikh Nuh Najati, bapak dari Syaikh
al-Albani. Dikisahkan pula, kalau Haji Nuh termasuk kawan
dekat Syaikh Muhammad Sa’id al-Burhani, imam shalat
mazhab Hanafi di Masjid Bani Umayyah, jika Syaikh al-
Burhani berhalangan maka Syaikh Nuh yang menjadi
penggantinya. 7
Ayah Syaikh al-Albani hijrah dari Albania ke Syam
untuk menyelamatkan agamanya dari fitnah. Penguasa baru
Albania waktu itu, dikenal membenci Islam dan melarang
umatnya menjalankan syari’at, termasuk menyuruh
perempuan membuka hijabnya dan laki-laki dipaksa
mengenakan pakaian orang-orang Eropa. Syaikh Nuh merasa

4
Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 3.
5
Muhadits al-Ashr al-Imam Muhammad Nashruddin al-Albani Kama Araftahu
hal. 10
6
Shafahat Baidha hal. 23
7
Shafahat Baidha hal. 28

10
harus menyelamatkan diri dari fitnah ini, apalagi beliau
telah mendengar hadits-hadits tentang keutamaan negeri
Syam.8 Ketika orang-orang dinegerinya bertanya tentang
kehijrahannya, “Ya Syaikh Nuh, apakah engkau takut
kepada orang-orang kafir?”. Syaikh Nuh menjawab, “Aku
tidak takut akan diriku, tetapi aku takut (kekafiran) akan
menimpa anaku”.9
Semoga hijrahnya ini menjadi pahala besar diakhirat,
dan kabar gembira didunia baginya berupa lahirnya seorang
anak yang benar-benar sebagaimana doa Ayahnya dalam
namanya: “Nashr ad-din” yakni penolong as-Sunnah (ad-Din).
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫ﺎﻫ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬ ِِ ْ ‫ﺎن أ‬ ٍ َ‫ﺘُـﻬﻢ ﺑِِﺈﳝ‬‫رﻳـ‬ُ‫ـﺒـﻌْﺘـﻬﻢ ذ‬‫ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا واﺗ‬‫واﻟ‬


ُ َ‫ﺘَـ ُﻬ ْﻢ َوَﻣﺎ أَﻟَْﺘـﻨ‬‫رﻳـ‬ُ‫ ْﻢ ذ‬ ‫َﳊَ ْﻘﻨَﺎ‬ ْ ُ ْ ُ ََ َ َ َ َ
‫ﲔ‬ ِ ‫ﻞ اﻣ ِﺮ ٍئ ِﲟﺎ َﻛﺴ‬ ‫ﻋﻤﻠِ ِﻬﻢ ِﻣﻦ ﺷﻲ ٍء ُﻛ‬
ٌ ‫ﺐ َرﻫ‬ َ َ َ ْ ْ َ ْ ْ ََ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya” (Qs. Ath-Thuur 2).
Kepada Ayahnya ini, al-Albani belajar beberapa kitab
dalam fiqh Hanafi, Mukhtashor al-Qaduri, dan lainnya.

8
Lihat dalam Hayat al-Albani –asy-Syaibani (hal. 44), dan Ulama wal
Mufakirun (1/267-268).
9
Majalah al-Furqan (3/96) terbit di Kuwait, dinukil dari perkataan Syaikh
Abdullah Adam anak saudara Syaikh Nashruddin al-Albani

11
Kepada Ayahnya ini pula, Syaikh al-Albani mengkhatamkan
al-Qur’an riwayat Hafs dari Ashim beserta tajwidnya. 10

Syaikh Nuh Najati al-Albani,

Buah pun jatuh tak jauh dari


pohonnya, dan subhanallah al-Albani
dididik oleh Ayahnya sejak kecil
dalam lingkungan keluarga Islami
dengan kecintaan kepada agamanya,
mengajarinya Kitabullah dan fiqh, lalu
ada seseorang menuduh al-Albani
tidak memiliki guru?. Sungguh ini
penghinaan buat ayahnya yang telah membesarkannya
dalam ilmu !!!.

Syaikh Sa’id al-Burhani


Pada tahun-tahun berikutnya, al-Albani muda sudah
giat menghadiri durus-durus Syaikh Muhammad Sa’id al-
Burhani (w. 1386 H/ 1967 M), kawan Ayahnya, seorang
ulama Syam yang bermazhab Hanafi yang sekaligus menjadi
Imam Mesjid Bani Umayyah, Damaskus. Beliau adalah
Muhammad Sa’id bin Abdurrahman bin Muhamad Sa’id al-
Burhani ad-Dagistani al-Hanafi (1311 - 1386 H). Leluhurnya
adalah pendatang dari wilayah Dagestan. Ayahnya seorang

10
Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 20, Shafahat Baidha hal. 22,
Ulama wal Mufakirun 1/288.

12
ulama di Damaskus, adapun dia hanya melanjutkan kursi
ayahnya.
Syaikh al-Albani sempat membaca kitab-kitab fiqh
Hanafi seperti Miraqil Falah Syarh Nurul ‘Iddhah, Syudzur
adz-Dzahab dalam Nahwu, juga sebagian kitab balaghah
kepadanya.11 Tidak ada ijazah riwayat dari Syaikh al-
Burhani ini karena al-Albani memang tidak memintanya.
Seperti kita ketahui, ijazah atau periwayatan itu biasanya
diminta, walaupun tidak sedikit yang diberi tanpa diminta,
yang terakhir ini biasanya karena penghargaan guru kepada
muridnya, sebagaimana kisah al-Albani rahimahullahu yang
akan diceritakan didepan. Namun seperti kita tahu, dalam
ilmu riwayah, qiraah lebih tinggi dari sekedar ijazah.
Al-Burhani ulama Hanafi, dan menjadi imam shalat
mazhab Hanafi di mesjid Umayyah. Dimesjid itu –sebagai-
mana banyak menimpa mesjid-mesjid yang lain dizaman itu-
ada 2 imam dari Syafi’i dan Hanafi dalam satu kali waktu
shalat, karena fanatisme yang tidak pada tempatnya. Tapi al-
Albani muda tidak begitu, setidaknya ada satu kisah yang
menggambarkan kemerdekaan sikap Syaikh al-Albani dari
penyakit taqlid yang melanda umat Islam di masa itu.
Suatu ketika Syaikh al-Albani muda pernah membaca
dalam Tarikh Ibnu Asakir tentang kuburan Nabi Yahya
‘alaihissalaam yang terletak di Masjid Bani Umayyah yang
kesimpulan pembahasannya sampai pada bahwa shalat di
mesjid tersebut tidak diperbolehkan. Syaikh al-Albani dengan
penuh adab, secara rahasia memaparkan kesimpulan
pendapatnya itu kepada Syaikh Sa’id al-Burhani. Syaikh

11
Ulama wal Mufakirun 1/288, Hayat al-Albani –asy-Syaibani hal. 45, Shafahat
Baidha hal. 22, Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal.20.

13
Sa'id lalu berkata kepadanya, “Tulislah segala sesuatu yang
telah engkau temukan dalam permasalahan ini”. Syaikh al-
Albani berkata, “Maka aku tulis pendapatku itu dalam tiga
atau empat halaman kemudian kuserahkan kepadanya.
Beliau berkata kepadaku, “Aku akan berikan jawaban
padamu setelah Idul Fitri”. Saat itu kami berada pada bulan
Ramadhan. Ketika tiba waktunya, kudatangi beliau, namun
beliau berkata kepadaku, “Semua yang engkau tulis ini tidak
memiliki dasar karena seluruh sumber nukilanmu bukanlah
sandaran bagi mazhab kami !!!”.

Syaikh Muhammad Sa’id al-Burhani

Kata al-Albani: “Aku tidak


mengerti makna ucapannya ini,
karena aku menukilnya dari
kitab-kitab madzhab Hanafi juga
seperti kitab Mabariqul Azhar
Syarh Masyariqil Anwar –sebuah
kitab madzhab Hanafi- dan juga
Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil
Mashabih karya Mulla Ali Qari’ –seorang Hanafi sebagai-
mana telah ma’ruf- serta nash-nash lainnya. Namun
semuanya tidak dipedulikan, sama saja seperti sikap
ayahku”.12
Kejumudan memang tengah melanda manusia di
zaman itu. Seorang guru tidak segan-segan mengusir
muridnya yang tidak semazhab dengannya, apalagi jika

12
Ulama wal Mufakirun 1/289, Shafahat Baidha hal. 26-27

14
muridnya kedapatan membaca buku-buku “Wahabi” !!!,
sebagaimana kisah pengusiran oleh Syaikh Shalih Farfur (w.
1407 H) seorang ulama Syam dizaman itu, kepada muridnya,
dua teman al-Albani yang juga berasal dari Albania yaitu:
Syaikh Abdul Qadir al-Arnauth dan temannya Syu’aib –dua-
duanya kelak menjadi ahli hadits kenamaan-. Pengusiran itu
hanya karena kedapatan membaca buku Ibnu Qayyim, murid
dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Syaikh Muhammad Raghib ath-Thabakh


Buku-buku Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan murid-
muridnya seperti Ibn Qayyim, adz-Dzahabi dan lainnya,
memang dizaman itu menjadi seperti kitab-kitab terlarang
untuk dibaca, termasuk buku-buku Wahabi, yang sepertinya
setara dengan buku bikinan orang murtad. Banyak para
pembenci yang mencoba memusnahkan kitab-kitab itu, tapi
Allah menjaganya dengan melahirkan ulama-ulama penjaga.
Diantara yang dikenal dimasa itu dalam pembelaannya
kepada Syaikhul Islam Ibn Taimiyah ini adalah asy-Syaikh
al-Allamah al-Muhadits Thahir bin Shalih (atau Muhammad
Shalih) Ibn Ahmad bin Mauhub as-Samuni al-Jazairi
kemudian ad-Dimasyqi13 (w. 1338 H), ulama di negeri Syam
yang digolongkan dalam “Wahabiyah” menurut Syaikh ath-
Thanthawi dalam kitabnya14, bersama beberapa ulama
lainnya.15 Mengherankan memang, dimana saja ulama

13
Lihat al-A’lam (3/221-222).
14
hal 7-6
15
Beliau menyebut : Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar, Syaikh Abdurrazaq
al-Baithar, Syaikh Jamaluddin al-Qasimi, Syaikh Abdul Qadir Badran, Syaikh

15
penyeru kepada sunnah, suka dihubung-hubungkan dengan
Wahabi. Hatta, walaupun mereka tidak memiliki hubungan
sama sekali dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
yang disebut-sebut sebagai ”Pendiri Wahabi”.
Syaikh al-Musnid al-Mu’ammar Zuhair asy-Syawisy
bercerita16 bahwa di zamannya Syaikh Thahir al-Jazairi
rahimahullahu berjasa dalam mempertahankan kitab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya dari
kelenyapan. Di masa itu, ada seorang penguasa kaya raya
yang berdomisili di Damaskus tapi sangat ta’ashub kepada
mazhabnya dan membenci dakwah sunnah terutama
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibn Qayyim.
Maka ia memerintahkan anak buahnya mengumpulkan
kitab-kitab karya keduanya untuk kemudian dibakar.
Bahkan tak segan jika ia tidak mampu mengambilnya secara
paksa atau dengan cara-cara lainnya, ia berani membeli
kitab-kitab itu dengan harga yang tinggi lalu kemudian
dibakarnya. Syaikh Thahir melihat kitab karya Syaikhul
Islam menjadi semakin jarang akibat makar ini, maka beliau
berinisitif untuk menyalin sebanyak-banyaknya kitab-kitab
itu lalu menyebarkan dan menjualnya kepada orang-orang
yang punya pengaruh dan kekuasaan. Hasilnya diserahkan
sebagai upah penyalinan dan kertas. Rupanya usaha ini
membuahkan hasil, dan karya –karya Syaikhul Islam ber-
hasil diselamatkan dari kemusnahan di negeri Syam. Sayang
sekali al-Albani muda tidak menjumpai Syaikh Thahir ini,
beliau hanya menjumpai beberapa muridnya.

Ahmad al-Nawilati, Syaikh Abdullah al-‘Alami, dan Syaikh Abdul Qadir al-
Maghribi dan Syaikh Sa’id al-Bani.
16
Lihat dalam pengantar kitab Kalimu ath-Thayyib.

16
Syaikh Thahir al-Jazairi

Asy-Syaikh al-Allamah al-


Mu’arikh Muhammad Raghib ath-
Thabakh al-Halabi rahimahullahu,
adalah salah satu murid Syaikh
Thahir yang dijumpai al-Albani.
Ulama yang satu ini, sebagaimana
gurunya tidak terlalu jumud pe-
mikirannya. Bahkan ketika banyak
orang mencela usaha al-Albani dalam proyeknya men-
dekatkan hadits kepada umat, beliau justru mengapresiasi
dan mengagumi usahanya dengan memberinya ijazah
haditsiyah tanpa diminta sama sekali oleh al-Albani. Seperti
saya sebutkan sebelumnya, ijazah karena penghargaan
seperti ini istimewa nilainya, karena ia mengandung
syahadah ilmiyah dan tazkiyah syar’iyah.
Syaikh ath-Thabakh ini menjadi guru al-Albani dari
sisi riwayat haditsiyah. Dalam ilmu riwayat, seseorang yang
ia telah mendengar satu hadits saja, atau telah memberinya
ijazah saja walaupun tidak bertemu langsung, maka ia
disebut gurunya. Biasanya dikumpulkan oleh ahli riwayat
dalam kitab-kitab Masyikhat, Mu’jam Syuyukh, Atsbat dan
semacamnya, kitab-kitab yang khusus mengumpulkan nama-
nama guru.
Kelengkapan kisah ijazah ini dan jalan-jalan riwayat-
nya akan kami sebutkan didepan dalam bab khusus, insya
Allah Ta’ala.

17
Syaikh Badruddin al-Hasani
Guru kami Syaikh al-Musnid Isham Musa Hadi
hafizahullahu mengatakan dalam kitabnya (hal. 99), bahwa
beliau mendengar gurunya -yakni Syaikh al-Albani-
mengatakan: Sesungguhnya ketika masih muda beliau
menghadiri sebagian durus Syaikh Badruddin ini di mesjid
Bani Umayah, waktu itu durusnya diadakan di tengah mesjid
dibawah Qubah an-Nasr. Namun tidak dirinci, beliau
menghadiri durus apa dan apakah ada ijazah dari Syaikh
Badruddin ini.

Syaikh Badruddin al-Hasani

Asy-Syaikh al-Allamah al-


Muhadits Badruddin Muhammad bin
Yusuf bin Abdurrahman al-Hasani (w.
1354 H) adalah ulama kesohor di
Syam, beliau adalah guru hampir
semua ulama Syam dimasanya. Ter-
catat Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar, Syaikh Hamid
Taqi, Syaikh Abdul Karim Abu Sha’iqah dan banyak ulama
salafi lainnya termasuk muridnya juga, paling tidak dalam
ijazah haditsiyah.

Beliau dikenal hafal kitab-kitab besar seperti Shahih


Bukhori dan Muslim. Adapun durusnya diadakan di Masjid
Bani Umayyah dan di Darul Hadits al-Asyrafiyah.17

17
Mu’jam al-Ma’ajim 2/428.

18
Sedangkan dalam riwayat, beliau meriwayatkan dari
sejumlah ulama diantaranya Ayahnya dan Syaikh Ibrahim
Saqqa, termasuk gurunya juga dua ulama salafi: Syaikh
Abdurrazaq al-Baithar dan Syaikh Thahir al-Jazairi.

Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar


Di Syam, selain Syaikh Thahir al-Jazairi, dizamannya
dikenal beberapa nama lain yang konsisten berpegang
kepada sunnah, diantaranya seperti disebutkan Syaikh ath-
Thanthawi dalam kitabnya, yaitu al-Allamah Abdurrazaq al-
Baithar dan al-Allamah Jamaluddin al-Qashimi. Al-Albani
muda tidak menjumpai keduanya, tapi beliau belajar kepada
murid keduanya yaitu al-Allamah Muhammad Bahjat al-
Baithar.
Nama lengkap beliau Muhammad Bahjah bin
Muhammad Baha’uddin bin Abdul Ghani bin Hasan bin
Ibrahim asy-Syuhair al-Baithar (w. 1396 H). Ulama Syam
penyeru dan pembela sunnah di zamannya. Kadang namanya
tertukar dengan al-Allamah Muhammad Bahjat al-Atsari,
padahal keduanya dua orang yang berbeda. Yang terakhir ini
adalah ahli sejarah Iraq, murid dua ulama salafi Irak: Ali
Nu’man al-Alusi dan Mahmud Syukri al-Alusi.
Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar lahir di
Damaskus, ditengah keluarga ulama. Leluhurnya adalah
orang-orang yang hijrah dari Aljazair sebagaimana Syaikh
Thahir al-Jazairi dan banyak lagi ulama Syam lainnya.
Sebagian penulis biografinya heran, keluarga beliau
terutama bapaknya termasuk ulama sufi ekstrim, tapi Syaikh
Bahjat seorang “Wahabi !!!”.

19
Syaikh Ali ath-Thanthawi rahimahullahu berkata,
“Diantara keajaiban dalam keajaiban, sesungguhnya Bapak-
nya Syaikh Bahjat adalah seorang sufi dari sufiyyah ekstrim,
yang berpaham wahdatul wujud, diatas mazhab Ibn ‘Arabi,
Ibn Saba’in dan al-Halaj..”.18
Syaikh al-Baithar memiliki beberapa tulisan yang
bermanfaat seperti tentang biografi Syaikhul Islam Ibn
Taimiyah, ‘Hayatu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah’ yang
dicetak oleh al-Maktab al-Islami. Ada
juga kitab ‘al-Kautsari wa Ta’liqatah’,
Rihlah an-Najdiyyah al-Hijaziyah, al-
Islam wa Shohabat al-Kiram Baina as-
Sunnah wa asy-Syi’ah dan lainnya.

Syaikh Bahjat al-Baithar

Guru kami al-Muhadits al-


Musnid Prof. Dr. Ashim al-Quryuthi hafizahullahu dalam
bukunya menyebutkan kalau gurunya yakni Syaikh al-Albani
sering hadir dalam seminar-seminar al-Allamah Bahjat al-
Baithar yang disana hadir pula sejumlah ulama Syam dari al-
Majma al-Islami Damaskus, diantaranya : Izzudin at-
Tanukhi. Waktu itu mereka membahas kitab al-Hamasah
syairnya Abu Tammam19. Perlu ditegaskan disini, Syaikh
Muhammad Bahjat termasuk diantara yang terus menye-
mangati al-Albani dalam usahanya membela sunnah, bahkan

18
Rijal min at-Tarikh hal. 416-417
19
Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 20.

20
kadangkala beliau hadir di kajian-kajian muridnya tersebut.
Dikisahkan, dalam kajian itu hadir pula Syaikh Abdul Fatah
al-Imam, Syaikh Hamid at-Taqi, Syaikh Taufiq al-Bazrah dan
lainnya20, mereka adalah murid-murid Syaikh Jamaluddin al-
Qasimi.

Syaikh Ahmad Syakir


Tak cukup disitu, al-Albani juga menghadiri kajian
ahlus sunnah yang diadakan oleh Syaikh al-Muhadits Ahmad
bin Muhammad Syakir –ahli hadits Mesir pada zamannya-
(w. 1377 H)21. Beliau ini dikenal sebagai pentakhrij Musnad
Ahmad, yang secara terang-terangan memuji kaum
“Wahabiyah” dengan perkataannya,
“Diantara sumber terbesar dalam rujukan ilmiyah ku
setelah Kitabullah dan Sunnah yang suci adalah
kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
muridnya al-Imam al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyah
serta kitab Syaikhul Islam (mujadid abad ke-12)
Muhammad bin Abdul Wahab”.22
Syaikh Ahmad Syakir ini termasuk ulama dirayah dan
riwayah, anak dari seorang ulama al-Azhar dan murid
beberapa ulama salafi semisal al-Allamah Thahir al-Jazairi,
al-Allamah Muhammad Rasyid Ridho, al-Allamah Abdullah

20
Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 9, Hayat al-Albani –asy-Syaibani
hal. 54, dan Shafahat Baidha hal. 37.
21
Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 14
22
Jumhurat Maqalat al-Allamah asy-Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (hal
63-64).

21
as-Sanusi as-Salafi dan al-Allamah
Allamah Jamaluddin al-Qasimi.
al
Beliau meriwayatkan juga dari mereka semua dengan ijazah.

Syaikh Ahmad bin Muhammad Syakir

Al-Albani
Albani banyak mengambil
faidah dari gurunya ini, seperti
disebutkan dalam beberapa tempat di
karya tulisnya, walaupun kadang-
kadang
kadang berbeda dengannya dalam
menghukumi suatu hadits. Seperti kita
ketahui, perbedaan
erbedaan dalam masalah ilmiyah semacam ini
wajar diantara ahli ilmu. Hatta, walaupun kedudukannya
kedudukan
guru dengan murid.
*****

Para pembaca yang budiman….


Disana mungkin masih banyak guru-guru guru al-Albani
al
yang belum saya sebutkan. Apalah lagi
agi kata “guru/syaikh” itu
sendiri sifatnya umum. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah
rahimahullahu bahkan mengatakan, “Setiap orang yang telah
memberikan padanya satu saja faidah diniyyah,
diniyyah maka ia
boleh dianggap syaikhnya (gurunya) dalam hal itu”.23
Terkhusus lagi dalam ilmu riwayat, seperti telah
penulis sebutkan tadi, seseorang yang ia telah mendengar
satu hadits saja, atau telah memberinya ijazah saja

23
Majmu’ Fatawa (11/512).

22
walaupun tidak bertemu langsung, maka ia disebut gurunya.
Dikumpulkan oleh mereka dalam kitab-kitab Masyikhat,
Mu’jam Syuyukh, Atsbat dan lainnya, yakni kitab yang
mengumpulkan nama guru-guru dan periwayatan mereka.
Oleh sebab itu dikatakan si fulan gurunya 1000 orang, ulama
fulan 500 orang dan seterusnya, kebanyakan dalam maksud
yang demikian ini.
Alangkah naifnya kalau ada orang yang menganggap
seorang ahli hadits sekaliber al-Albani tidak memiliki guru.
Bahkan seperti kita lihat tadi, guru-guru beliau adalah
ulama-ulama masyhur yang dikenal keilmuwannya. Adapun
kemudian beliau menghabiskan waktunya membaca buku di
berbagai perpustakaan, maka begitulah sifat-sifat ulama
disetiap zamannya. Adakah ulama zaman sekarang yang
merasa tidak butuh dengan perpustakaan?.
Semoga Allah memberi kita petunjuk. []

23
Sanad al-Albani
Dalam Sama’i

Seandainya pembaca memperhatikan kisah tentang


guru-guru Syaikh al-Albani yang telah kami uraikan pada
bab sebelumnya tadi, didapat fakta kalau Syaikh al-Albani
rahimahullahu mendapatkan periwayatan kitab dan hadits
dengan sedikitnya dua cara24 :
Pertama, al-Ardh yakni membaca kepada guru, atau
ada orang lain yang membaca dan kita mendengarnya,
kadangkala kami menyamakan antara membaca kepada guru
(al-Ardh) dan guru yang membacakan (as-Sama’), dengan
menyebutnya Sama’i. Pada cara ini, al-Albani mengambilnya
dari Bapaknya dan teman Bapaknya, Syaikh Sa’ad al-
Burhani.
Sanad bapaknya Haji Nuh Najati baik dalam hadits
maupun qira’at, tidak sampai kabarnya kepada kita sependek
penelusuran penulis. Sayang sekali padahal al-Albani
diketahui membacakan beberapa kitab fiqh, lughah dan
kitab-kitab bidang lainnya, bahkan telah mengkhatamkan
bacaan al-Qur’an riwayat Hafs dari Ashim dengan tajwidnya
kepada ayahnya itu.
Adapun sanad Syaikh Sa’id al-Burhani, maka
kabarnya masih bisa kita telusuri, alhamdulillah. Sebabnya
Syaikh Sa’id ini termasuk ulama riwayat yang murid-

24
Para ulama hadits dalam masalah ini menyebut 8 cara, sebagiannya ada
yang diterima ada juga yang dianggap munqathi (terputus).

24
muridnya masih bisa ditelusuri sampai sekarang. Beliau
meriwayatkan dari Bapaknya Abdurrahman al-Burhani, juga
Syaikh Badruddin al-Hasani (guru al-Albani), Syaikh
Muhammad Shalih al-Aamadi, Syaikh Mahmud al-Athar, dan
lainnya. Hal itu dituturkan dalam ijazah salah satu guru
kami dalam riwayat Syaikh Dr. Muhammad Muti’ie Hafizh
yang meriwayatkan secara langsung dari Syaikh al-Burhani
ini lewat ijazah, dan bahkan secara sama’i untuk beberapa
matan ringkas seperti Arbain an-Nawawiyah dan al-
Ajluniyah.
Adapun al-Albani tidak mendapatkan ijazah darinya
karena memang tidak memintanya. Namun dalam ilmu
riwayat, cara sama’i justru lebih tinggi nilainya dari sekedar
ijazah. Kepada Syaikh al-Burhani ini seperti kami sebutkan
sebelumnya, beliau membaca sejumlah kitab, sayang sekali
penulis belum menjumpai perincian semua nama-nama dari
kitab-kitab yang telah dibacanya itu, kecuali dua kitab saja,
seperti yang akan kami sebutkan.
Kitab Nurul ‘Iddhah dan Syarhnya Miraqil Falah
Diantaranya yang jelas disebut dalam biografinya
adalah Kitab Nurul ‘Iddhah dan Syarhnya Miraqil Falah25
yang keduanya tulisan Syaikh Hasan bin Amar as-
Surunbulali al-Mishri (w. 1069 H). Kitab fiqh ini membahas
bab thaharah, shalat, shaum, zakat dan haji menurut
Mazhab Hanafi.
Berikut sanad al-Albani kepada kitab ini yang beliau
telah mengambilnya dari Syaikhnya dengan hak qira’atnya
(al-Ardh) :

25
Telah dicetak dalam tak kurang dari 285 halaman.

25
‫د‬ ‫إ‬
‫ح‬ ‫را‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ا‬

P Q 7 "0‫و‬ 7 MN‫ א‬O I 0H ‫ ( א‬#; ( J K L ‫ א‬HF


7. S ‫א‬ ‫@( א‬7 K L ‫ א‬7 S‫א‬ ‫ א‬C7 ( J K L ‫ א‬R L ‫ א‬5( ‫א‬
Z [‫ א‬X Y 7 PT V CW K L ‫ א‬7 . US ‫ א‬T ‫@( א‬7 K L ‫א‬
7 6 G 7.‫و‬ ‫ ( א‬J 7 I \# ‫ א‬I 7 7
I 1@ L ‫א‬
Dalam sanad diatas, nampak al-Albani mengambil
kitab fiqh ini dari gurunya lewat bacaan. Gurunya
mengambilnya dari Mufti Syam Muhammad Athaallah al-
Kasam yang meriwayatkannya dari Abdullah as-Sukriy dari
Abdurrahman al-Kuzbari dari Musthafa Rahmati dari Shalih
al-Janini dari Hasan bin Ali al-Ujaimi dari Muhammad as-
Saruri dari Penulisnya.
Lihat asanid kepada penulis kitab ini, oleh para ulama
setelahnya di kitab al-Maslak al-Jali fi Asanid Muhammad
Ali bin Husein bin Ibrahim al-Maliki al-Makki hal. 37, Tsabat
al-Kuzbari ash-Shaghir hal. 48 dan lainnya. Sanad kitab ini
masih mudah ditelusuri bagi siapa yang mau mengadakan
penelitian.
Matan Syudzur adz-Dzahab Ibn Hisyam
Kitab kedua yang jelas disebut, yakni yang al-Albani
membaca pula kepada gurunya, yaitu matan Syudzur adz-
Dzahab dalam ilmu nahwu, karya Abdullah bin Yusuf, Ibn

26
Hisyam an-Nahwiy (w. 761 H). Kitab ini juga telah dicetak
dengan berbagai syarh dan penerbit, dan suka disebut-sebut
sanadnya oleh para musnid yang menulis kitab atsbat.
Berikut ini sanad al-Albani kepada kitab diatas yang
beliau telah mengambilnya dari Syaikh al-Burhani dengan
hak qira’atnya (al-Ardh) :

‫د‬ ‫إ‬
‫ه‬ ‫ور ا‬ ‫ح‬

K L ‫ א‬7 "0‫و‬ 7 MN‫ א‬O I 0H ‫ ( א‬#; ( J K L ‫ א‬HF


K L ‫ א‬7 %( ‫ وא‬7 C# ‫( א‬T‫א‬ ( .S 7 C# ‫ "د א‬J
٢٦
\ ‫ א‬7 I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫א‬ 0‫ א‬- 7 %( ‫ وא‬7 PT V CW
5 _‫ ز‬5‫ ز‬7 (@ ‫ א‬%( ‫ وא‬7 .U& ‫ א‬5( ‫ א‬I^ ( J (@ ‫א‬ (J
%( ‫ وא‬7 ‫@(א‬7 ( J Bc‫ א‬7 \ ‫ א‬b2 +‫ א‬7 . W a‫ ( א‬J
.‫ م‬L0 e;"5 ‫@(א‬7 6 G
Pada sanad ini, melalui jalan lain sampai kepada
Mustahafa Rahmati yang meriwayatkan juga dari Ayahnya
dari Ibrahim al-Kurani penulis Kitab Tsabat masyhur. Beliau
meriwayatkan dari an-Najm al-Ghazi yang meriwayatkan
dari ayahnya Syaikh al-Badr al-Ghazi yang meriwayatkan
dari Syaikh Zakaria al-Anshori yang tersambung sanadnya

26
Lihat al-Imdad hal. 285.

27
kepada al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani –Penulis Fathul
Baari-, yang meriwayatkan dengan perantaraan satu perowi
kepada Penulis Kitab, yaitu melalui anaknya Muhammad.
Lihat jalan-jalannya bagi kitab ini, di Tsabat Kifayatul
Mustafid hal. 25, Husnul Wafa hal. 67 dan lainnya.
Kedua, al-ijazah atau izin meriwayatkan. Dengan cara
ini al-Albani mendapatkannya dari al-Allamah Muhammad
Raghib ath-Thabakh yakni Ijazah Ammah, dan perinciannya
ada pada bab khusus didepan.[]

28
Sanad al-Albani Dalam Ijazah

Adapun dalam ijazah secara umum bagi semua kitab


ushul, aqidah, hadits, fiqh, tafsir dan lain-lain atau disebut
juga ijazah ammah27, beliau mendapatnya dari Syaikh
Muhammad Raghib bin Mahmud bin Hasyim Thabakh al-
Halabi rahimahullahu (1293 – 1370 H), seorang ahli sejarah
dan musnid Halab di zamannya.28 Syaikh ath-Thabakh ini
pernah menjadi dosen hadits, ushul hadits dan sejarah di
Fakultas Syari’ah al-Ashriyah di Kota Halab. Ia juga
merupakan penulis beberapa buku bagus, diantara yang
menarik yang pernah ditulisnya adalah kitab yang berjudul,
“Dzu al-Qarnain wa Sadd ash-Shin: Man Huwa wa Aina
Huwa”. Dalam buku ini Syaikh ath-Thabakh berpendapat
bahwa orang Arab lebih dahulu menemukan benua Amerika
sebelum orang-orang barat.29 Maksud saya, sedikit banyak
pendapatnya ini menunjukan bahwa beliau bukanlah orang
yang jumud, memiliki pemikiran terbuka akan ide-ide yang
bersebrangan dengan pendapat orang-orang dimasanya.

27
Syaikh al-Faqih Muhammad Shalih bin Utsaimin rahimahullahu mengatakan
dalam kitabnya yang ringkas tapi bagus, Ilmu mustholahil hadits, bahwa
diantara ijazah yang sah adalah ijazah ammah (umum) seperti perkataan
mujiz, “Saya memberi ijazah kepadamu untuk semua riwayat dariku”.
Sehingga setiap riwayat yang sah dari mujiz tersebut boleh diriwayatkan
berdasarkan pemberian riwayat yang bersifat umum ini.
28
Lihat Al-‘Alam – Az-Zarkili (6/123-124), Natsr al-Jawahir (3/1165- 1167) dan
lainnya.
29
Hal. 40.

29
Tentang aqidah beliau, dalam tsabat Syaikh Yahya
bin Ahmad an-Najmi, beliau digelari “as-Salafi”. Penisbatan
salafi ini mungkin saja benar walau masih bisa diperdebat-
kan. Alasannya karena beliau adalah murid dari dua Syaikh
Salafi: al-Allamah Thahir al-Jazairi dan al-Muhadits as-
Salafi Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir al-Hanbali.
Selain itu Syaikh at-Thabakh juga mengijazahkan kepada
Syaikh al-Albani tsabat beliau yang terkenal, “al-Anwar al-
Jaliyah fi Mukhtashar al-Tsabat al-Halabiyah”, tanpa di-
minta, melainkan beliau sendiri yang berinisiatif mem-
berikannya kepada Syaikh al-Albani rahimahullahu.30
Demikian itu sebagai penghormatan darinya akan kehebatan
al-Albani dalam ilmu hadits. Sangat jauh jika seorang yang
membenci dakwah al-Albani justru memberi penghargaan
semacam itu.
Seorang mujiz kami, Syaikh Ahmad alu Ibrahim al-
‘Anqori hafizahullahu, menuturkan bahwa Syaikh Zuhair
asy-Syawisy rahimahullahu mengatakan kepadanya, bahwa
beliau menyaksikan langsung pengijazahan itu bersama
Ustadz Muhammad ath-Thayib, peristiwa itu terjadi ditahun
1365 H. Sebagaimana diisyaratkan pula oleh Syaikh al-
Albani sendiri dalam kitabnya Shahih Sunan Abu Dawud
(5/253-254), setelah menyebutkan hadits Musalsal al-
Mahabah yang terkenal itu,

‫ א‬T f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ א‬K L ‫' א‬5‫ وא‬I ‫ ز‬h (O‫و‬

30
Ulama wa Mufakkirun 'araftuhum karya Ustadz Muhammad al-Majdzub
(I/288).

30
”Dan sungguh telah memberikan ijazah kepadaku untuk
riwayat hadits musalsal ini Syaikh al-Fadhil Raghib at-
Thabakh rahimahullahu...”.
Selain info ijazah ammah sebelumnya, pernyataan al-
Albani ini juga mengisyaratkan kalau Syaikh ath-Thabakh
mengijazahi pula al-Albani secara khusus Musalsal bil
Mahabah (musalsal pernyataan cinta). Musalsal yang
mengharuskan seorang guru menyatakan cintanya kepada
muridnya, dan terus begitu ditiap thabaqahnya sampai
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami pun
biasa meriwayatkan dengan syaratnya musalsal ini kepada
guru-guru kami secara tersambung sampai sekarang. Setelah
meriwayatkan haditsnya, seorang guru akan berkata kepada
muridnya, “Wahai muridku… demi Allah, aku pun
mencintaimu!!, Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan
bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan
baik”.
Pernyataan cinta ini bukan main-main, bahkan ia
memiliki konsekwensi. Al-Albani sendiri menjelaskan
konsekwensi itu dalam sebagian dialognya dengan berdalil
firman Allah Ta’ala,

‫"א‬Y‫"א‬l‫ و‬8 ) kW ‫ "א א‬7‫ "א و‬m 5Ek‫= א‬- .ٍ F I ‫ن‬ j‫ א‬k‫ن‬- . W#ْ ‫وא‬
@kW ‫"א‬Y‫"א‬l‫ و‬kn)ْ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya
menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran”. (Qs. Al-Ashr 1-3).

31
Lalu berkata, “Jika misalnya saya mencintaimu
karena Allah, maka sebagai konsekuensinya saya harus
berusaha menjaga nasihat. Demikian pula dirimu juga harus
membalas dengan balasan yang semisal”.31
Sanad musalsal ini dari arah al-Allamah Muhammad
Raghib at-Thabakh, bisa melalui jalur sebagai berikut :

!"# $ ‫ا‬

R 1# ‫ א‬I ‫ ز‬h WI @ a‫ א‬5( ‫ א‬Y ( J p(c‫ م א‬j‫ ل א‬O ‫و‬


7 (T 7 rO"]‫ א‬3 _ ( J 7 "0‫ و‬f @C ‫ א‬Bg‫ ( א‬J K L ‫א‬
W ‫ ل‬O R s7 ‫ ( א‬J 7 T ‫@(א‬7 7 ‫@(א‬7 7 T ‫@(א‬7
5( ‫ א‬N17 ( J HF . W@ ‫ א‬t ; ‫@( א‬7 HF
b2 +‫ א‬u I s # ‫ א‬T ‫@( א‬7 0‫ א‬- 7 ( J I7 7 I @‫א‬
B5‫د‬a‫ א‬.‫\ ز‬+‫ ( א‬J (T B C ‫ " א‬I HF Iv" ‫ א‬5( ‫ل א‬1h
b2 +‫ א‬HF I +‫ א‬0‫ א‬- 3 7 w- 5( ‫( א‬x I^ O HF 7 w
IS T ‫@( א‬7 HF ." a‫ ( א‬J (T HF Iy1# ‫ ( א‬#; "
V 7 I7 " HF 5 S ‫@( א‬7 ( J HF I : ‫ א‬0 v " HF
(‫ א‬I ‫ א‬S " HF ‫; ن א \ د‬ (T HF ‫ذאن‬
I '‫ א‬R ; I ‫ و‬7 u( .‫ א[ و‬U5U# ‫@( א‬7 +‫ א‬HF
I 7 R@s7 I HF z5 M" u( M(@7 S+‫ א‬u(
‫ ;"ل א‬I ‫ ل‬O W‫ ل‬O 3@h ‫ذ‬# 7 I{ W ‫ א‬7 I @+‫ א‬T ‫@( א‬7

31
Al-Hawwi Min Fatawa hal. 166.

32
‫ ~ و‬S ‫ ذ_ ~ و‬V 7 Z7 6 ‫ א‬W3s2 ?@ I - >‫ ذ‬# 5[ W ‫ﷺ‬
Y?l‫@ د‬7
3_ ‫ د‬€ ‫(ع‬l = ‫ ? ن‬Y‫@? و و‬ I- ‫ ذ وא‬# 5[ W‫ دאود‬I R5‫ وא‬€‫و‬
Y?l‫@ د‬7 ‫ ~ و‬S ‫ ذ_ ~ و‬V 7 Z7 6 ‫"ل א‬sl ‫ ن‬M1Y
…3s2 ?@ ‫ و‬W ‫ ذ‬# I ‫ ل‬O W I{ W ‫ ل א‬O
…3s2 ?@ I - W I{ W ‫ א‬I ‫ ل‬O W T ‫@( א‬7 " ‫ ل‬O
…3s2 ?@ I -W T ‫@( א‬7 " I ‫ ل‬O W R@s7 ‫ ل‬O
…3s2 ?@ I -W R@s7 I ‫ ل‬OW z5 M" ‫ل‬O
…3s2 ? ‫ و‬Z #l r ‫و‬W M" I ‫ ل‬OW M(@7 S+‫ ل א‬O
…3s2 ?@ ‫و‬W S+‫ א‬I ‫ ل‬OWI '‫لא‬O
…3s2 ?@ ‫و‬W I '‫א‬I ‫ل‬OW +‫ ل א‬O
…3s2 ?@ ‫و‬W +‫ א‬I ‫ ل‬OW ( ‫ א‬I ‫لא‬O
…3s2 ?@ ‫و‬W (‫א‬I ‫א‬I ‫ل‬OW‫; ن‬ (T ‫ ل‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫و‬W‫א ; ن‬ ‫ ل‬OW ‫ذאن‬ ‫لא‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫ذאن و‬ ‫א‬ ‫ ل‬O W 5 S ‫@( א‬7 ( J‫ل‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫و‬W 5 S ‫@( א‬7 (J ‫ل‬OWI ‫لא‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫و‬W I ‫א‬ ‫ ل‬OW IS ‫لא‬O
…3s2 ?@ ‫و‬W IS ‫ א‬I ‫ ل‬O W ." a‫ ل א‬O

33
…3s2 ?@ ‫و‬W ." a‫ א‬I ‫ ل‬OWIy1# ‫ ل א‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫و‬W Iy1# ‫א‬ ‫ ل‬O W I +‫ ل א‚( א‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫و‬W(‚‫א‬ ‫ ل‬OW .‫\ ز‬+‫ ل א‬O
…‫" "א‬s2 S@ ‫و‬W .‫\ ز‬+‫ א‬ƒ 6L ‫א‬ ‫ ل‬OWIv" ‫لא‬O
%E ' ‫ ل‬O ‫ אو‬3_ ‫א‬ES0‫و‬

Syaikh Muhammad Raghib ath-Thabakh

Syaikh ath-Thabakh ini


sebagaimana telah kami sebutkan
sebelumnya, memiliki tsabat yang
diijazahkan kepada al-Albani yang
disebut al-Anwar al-Jaliyah fi
Mukhtashar al-Atsbat al-Halabiyah,
tsabat ini telah dicetak dengan
tahqiq Syaikh Abdussattar Abu
Ghudah dan Syaikh Muhammad Ibrahim al-Husain. Tsabat
ini sebenarnya kumpulan dari tiga tsabat milik tiga ulama
Halab di abad ke-12 H, yaitu Syaikh Yusuf bin Husain al-
Halabi, Syaikh Abdul Karim asy-Syarabati dan Syaikh
Abdurrahman bin Abdullah al-Ba’aliy. Dengan tambahan
ijazah-ijazah Syaikh Thabakh dari guru-gurunya.
Syaikh ath-Thabakh sebagaimana dalam tsabatnya
meriwayatkan dari 15 Syaikh, kemudian dikatakan ada
tambahan lain bagi guru riwayat beliau sebagaimana
disebutkan dalam al-Imdad. Kami akan sebutkan 7 orang

34
diantara Syaikhnya itu dan jalan-jalan mereka yang
dimudahkan saja, yaitu:
1. Thahir ibn Shalih Al-Jazairi as-Salafi,
2. Badruddin al-Hasani ad-Dimasyqi (guru al-Albani
juga)
3. Muhammad Jafar Al-Katani,
4. Muhammad Abdul Hayy Al-Katani,
5. Abdus Sattar bin Abdul Wahab Ash-Shadiqi as-Salafi,
6. Abu Bakar Muhammad Arif Khuwaqir as-Salafi
7. Abdul Hafizh al-Fasi as-Salafi (w. 1383 H) 32,
Ketujuh jalur ini yang akan kami sebutkan jalan-
jalannya berikut ini:
1. Jalur Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir al-
Hanbali
Syaikh al-Muhadits as-Salafi Abu Bakr bin
Muhammad Arif Khuwaqir al-Hanbali (w. 1349 H), telah
meriwayatkan dari setidaknya tiga Muhadits dan Musnid
Salafi di masanya, yaitu:
1) al-Allamah Ahmad bin Ibrahim bin Isa an-Najdi
(w. 1329 H),
2) Sayyid Husein bin Muhsin al-Anshori (w. 1327 H),
3) Sayyid Nadzir Husein Muhadits ad-Dihlawi (w.
1320 H), sebagaimana tertera dalam Tsabat beliau
”Tsabat al-Atsbat asy-Syahirah”.

32
Guru beliau lainnya dapat dilihat pula dalam Imdad al-Fatah hal 308-312.

35
Berikut diantara contoh sanad “keguruan” Syaikh al-
Albani rahimahullahu melalui jalan ini yang paling bagus
dan tersambung sampai kepada Imam-Imam Dakwah seperti:
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikhul
Islam Ibn Taimiyah dan yang lainnya –rahimahumullahu
sampai kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam :
Syaikh al-Albani meriwayatkan dari Syaikh
Muhammad Raghib Ath-Thabakh dengan ijazah ammah
untuk semua riwayat, yang meriwayatkan dari al-Muhadits
as-Salafi Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir Al-
Hanbali (w. 1349 H), dari Muhadits as-Salafi Syaikh Ahmad
bin Ibrahim bin Isa An-Najdi (w. 1329 H), dari al-Allamah al-
Mujadid ats-Tsani Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad
bin Abdul Wahab (w. 1285 H) – penulis kitab Fathul Majid-,
dari kakeknya, Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul
Wahab33, dari Abdullah bin Ibrahim al-Madini, dari Mufti
Hanabilah Abdulqadir Ath-Taghlabi 34.
Al-Muhadits As-Salafi Syaikh Abu Bakr bin
Muhammad Arif Khuwaqir Al-Hanbali juga meriwayatkan

33
Perlu diketahui bahwa periwayatan Syaikh Abdurrahman bin Hasan kepada
kakeknya, masih menjadi perbincangan diantara ahli riwayat. Apakah Syaikh
Abdurrahman meriwayatkan secara qiroat saja kitab-kitab kakeknya tanpa
disertai ijazah riwayah ammah, atau juga melalui ijazah ammah?!. Namun
sebagian Masyaikh secara jelas menyebutkan periwayatan Syaikh Abdur-
rahman dari Kakeknya melalui ijazah ammah, dalam teks ijazah-ijazah me-
reka. Diantaranya: Syaikh Sa’ad bin Atiq, Syaikh Muhadits Muhammad
Badi’uddin ar-Rasyidi, Syaikh Hamud at-Tuwaijiri, Syaikh Sulaiman bin
Hamdan, Syaikh Abu Bakar Arif Khuwaqir dan juga dalam ijazah dari Guru
Kami Syaikh Prof. Dr. Ashim al-Quryuthi hafizahullahu, walahu’allam.
34
Tsabat beliau dikenal dengan nama, “Tsabat Mufti al-Hanabilah bi
Damasyiq”.

36
dari Al-Allamah Husein bin Muhsin al-Anshori (w. 1327 H),
dari Al-Allamah Muhammad Nashr al-Hazimi dan Al-
Allamah Ahmad bin Muhammad asy-Syaukani, keduanya
dari Bapak yang kedua yaitu Al-Imam al-Qadhi Muhammad
bin Ali Asy-Syaukani35 -penulis kitab Nailul Authar-, dari al-
Allamah Abdul Qadir Ahmad Al-Kaukabani dari Al-Allamah
Muhammad Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani –penulis Subulus
Salam-.
Al-Muhadits As-Salafi Syaikh Abu Bakr bin Muham-
mad Arif Khuwaqir Al-Hanbali juga meriwayatkan dari
Syaikh Nadir Husein Muhadits ad-Dihlawi, dari Syaikh
Muhammad Ishaq Muhadits ad-Dihlawi, dari kakeknya pada
pihak ibu Syaikh Abdul Aziz Muhadits ad-Dihlawi, dari
Bapaknya Syaikh al-Mujadid Waliyullah Ahmad bin
Abdurrahim Muhadits ad-Dihlawi (w. 1176 H) –penulis
Hujjatullah al-Balighah-. 36
Al-Allamah Muhammad Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani
dan Syaikh Waliyullah Muhadits ad-Dihlawi, keduanya
meriwayatkan dari Abu Thahir al-Kuruni yang meriwayat-
kan, dari Bapaknya, Ibrahim A-Kuruni.37
Syaikh Abdulqadir Ath-Taghlabi Al-Hanbali dan
Syaikh Ibrahim al-Kuruni meriwayatkan dari Abdul Baqi bin
Abdul Baqi Al-Hanbali, yang meriwayatkan dari Ahmad bin
Muflih Al-Wafai, dari Musa bin Ahmad Al-Hajawi –penulis
al-Iqna’-, dari Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi, dari
Ahmad bin Abdullah Al-Askari, dari Ala’uddin al-Mardawi –

35
Tsabat beliau dikenal dengan nama, “Ithaful Akabir bi Isnad ad-Dafatir”.
36
Tsabat beliau dikenal dengan nama, “al-Irsyad ila Muhimmat Ilm al-Isnad”.
37
Tsabat beliau dikenal dengan nama, “al-Umam li Iqaz Al-Himam”.

37
penulis al-Inshaf-, dari Ibrahim bin Qundus al-Ba’ali, dari Ibn
al-Lahm, dari Ibn Rajab al-Hanbali, dari Ibn Qayyim al-
Jauziyah dari Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dari Syaikhul
Islam Abdurrahman Ibn Qudamah dari pamannya al-Imam
Abdullah bin Ahmad bin Qudamah -penulis al-Mughni- dari
al-Imam Abi al-Fatah bin al-Minni dari al-Imam Abu Bakr
Ahmad ad-Dainuri dari al-Imam Abi al-Khathab Mahfudz bin
Ahmad al-Kalwadzani dari al-Qadhi Abi Ya’la Ibn al-Fara’
dari al-Imam Abi Abdullah al-Husein bin Haamad dari al-
Imam Abu Bakar Abdul Aziz al-Khallal dari al-Imam
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Bapaknya Imam
Ahmad bin Hanbal dari al-Imam Muhammad bin Idris asy-
Syafi’i dari al-Imam Malik bin Anas dari Nafi’ dari Ibnu
Umar dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.38
2. Jalur Abdus Sattar bin Abdul Wahab Ash-Shadiqi as-
Salafi
Syaikh al-Mu’arikh, al-Musnid, Mudaris di Masjidil
Harom Abdussattar bin Abdul Wahab ad-Dihlawi (w. 1355
H). Beliau meriwayatkan dari banyak sekali guru, sebagian
diantaranya yang sejalur dengan jalur sebelumnya :
Dari Syaikhah Khadijah binti Muhammad Ishaq ad-
Dihlawiyyah yang meriwayatkan dari Bapaknya dan
Pamannya -Syaikh Yaqub-, keduanya dari Abdul Aziz bin
Waliyullah ad-Dihlawi, sanadnya telah kami sebutkan.
Beliau juga meriwayatkan dari Syaikh Abu Bakar Arif
Khuwaqir, sanadnya telah kami sebutkan sebelumnya.

38
Lihat sanad ini dalam Tsabat al-Atsbat asy-Syahirah hal 64-71.

38
Beliau juga meriwayatkan secara langsung dari al-
Allamah Ahmad bin Ibrahim bin Isa an-Najdi, dengan
sanadnya yang lalu.
3. Jalur Thahir ibn Shalih Al-Jazairi,
Beliau meriwayatkan dari Abdul Ghani al-Ghunaimi
(w. 1298 H), yang meriwayatkan dari Muhammad Amin bin
‘Abidin dari Sa’id al-Halabi dari Shalih al-Jinini dari
Muhammad bin Sulaiman ar-Rudani.39 Tsabat ar-Rudani
dikenal dan telah dicetak. Diantaranya Sanad ar-Rudani
kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dari gurunya Abu
Abdillah al-Balbani al-Hanbali dari asy-Syihab Ahmad bin Ali
al-Wafa’iy al-Hanbali dari al-Qadhi Burhanuddin bin Muflih
al-Hanbali dari Bapaknya yang dikenal dengan Najmuddin
bin Muflih dari Kakeknya al-Qadhi Burhanuddin penulis al-
Furu’ dari Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dengan sanadnya
yang lalu.
4. Jalur Badruddin al-Hasani ad-Dimasyqi,
Al-Albani sempat menghadiri durusnya, tapi tidak
disebut-sebut meriwayatkan darinya dengan ijazah. Syaikh
Badruddin al-Hasani meriwayatkan dari beberapa guru,
diantaranya dari Syaikh Thahir yang lalu sanadnya.
Juga melalui Syaikh Ibrahim as-Saqqa’ dari Ibn Unabi
al-Jazairi as-Salafi dari bapak dan kakeknya dari Mushthofa
bin Ramdan Unabi dari Abu Abdillah Muhammad bin
Syaqrun dari Abu Hasan Ali al-Ujhuri al-Maliki dari
Muhammad bin Ahmad ar-Ramli dari Zakariya al-Anshari
dari al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani –penulis Fathul Baari-

39
Lihat al-Imdad hal. 368-369

39
dari Abu Hurairah bin al-Hafizh adz-Dzahabi dari Ayahnya
adz-Dzahabi –penulis as-Siyar- dari Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dengan sanadnya yang lalu.
5. Jalur Muhammad Jafar Al-Katani,
6. Jalur Muhammad Abdul Hayy Al-Katani,
7. Jalur Abdul Hafizh al-Fasi as-Salafi,
Ketiganya (5-7), meriwayatkan dari al-Allamah
Jamaluddin al-Qashimi yang meriwayatkan dari banyak
ulama, diantaranya dari Syaikh Nu’man bin Mahmud al-
Alusi, yang meriwayatkan dari Bapaknya yaitu as-Sayyid
Syihabuddin Mahmud Mufti Iraq, Ibnu Sayyid Abdullah
Afandi Shalihuddin -Penulis Tafsir Ruhul Ma’ani- beliau
meriwayatkan dari Syaikh Ali As-Suwaidi bin Syaikh
Muhammad Sa’id, yang meriwayatkan dari Bapaknya dan
dari Murthada az-Zabidi.
Syaikh Muhammad Sa’id ini meriwayatkan dari
Muhammad bin ‘Aqilah al-Makki dari Abdullah Salim al-
Bashri, pemilik tsabat terkenal Al-Imdad bi Ma’rifati ‘Uluwi
al-Isnad dari Ibrahim al-Kurani, sanadnya telah kami
sebutkan.
Adapun Murthada az-Zabidi meriwayatkan dari
banyak guru, diantaranya dari Syah Waliyullah ad-Dihlawi,
sanadnya telah kami sebutkan.
Adapun Syaikh Abdul Hay (6) meriwayatkan juga dari
al-Allamah Makki bin Azuz al-Astuni as-Salafi yang
meriwayatkan dari al-Allamah Ahmad bin Ibrahim bin Isa
sanadnya telah disebutkan.
Adapun Syaikh Abdul Hafizh al-Fasi (7) meriwayat-
kan juga dari al-Allamah Muhammad Rasyid Ridho –

40
pengasas al-Manar- dari Abu Mahasin al-Qawuqji dari al-
Bahi dari Murthada al-Zabidi sanadnya telah disebutkan.
Jalur-jalur diatas itu sebagai contoh saja, bukan
pembatasan, karena banyaknya jalan-jalan yang lain.
Sebagai tambahan, tidak diketahui secara pasti
periwayatan melalui ijazah ammah bagi Syaikh al-Albani
kecuali dari arah Syaikh Raghb Thabakh ini saja. Adapula
yang mengatakan kalau beliau menghadiri majelis Syaikh
Badruddin al-Hasani dan kemungkinan meriwayatkan
darinya secara lisan dan lainnya, penulis belum bisa
memastikan kebenarannya.
Demikian juga kabar beliau diijazahi Musnad Ahmad
secara khusus oleh al-Allamah Muhammad Bahjat al-
Baithar, didalamnya ada keraguan. Namun seandainya kabar
ini benar, akan menjadi lebih kuat jika menggabungkannya
dengan jalan dari al-Allamah Muhammad Raghib ath-
Thabakh dengan ijazah.
Berikut ini sanad beliau untuk musnad Ahmad jika
digabungkan dua jalan tersebut:

‫د‬ ‫إ‬
% &‫م أ‬ ‫ ا‬%

7 Iw s ‫ א‬5( ‫ „ ل א‬7 C @ ‫ א‬R\6 ( J R 1# ‫ א‬7 .‫و‬


ƒ 6L ‫ א‬7 . US ‫ א‬T ‫@(א‬7 7 Z +‫ א‬.‫אو‬U +‫ א‬.( 2 ‫ "د‬J ( ‫א‬

41
IO @ ‫@( א‬7 ( J B0‫ א]"א‬I 7 I " \# ‫ א‬3 7 w- 7 C# ‫( א‬T
I @ +‫א‬

K L ‫ א‬R 1# ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ ( א‬J K L ‫ א‬R 1# ‫ א‬7 .‫)…( و‬


.(\ ‫ א‬V 7 0‫ א‬- (T K L ‫ א‬7 †O"F ‡ 7 ( J S "‫א‬
K %(h 7 ƒ 0" ‫@(א‬7 (J T ‫@( א‬7 K L ‫ א‬7
B0‫ א " א]"א‬7 I @ +‫ א‬0‫א א‬ ‫@(א‬7 7 ƒ 0" ‫@( א‬7 ( J ‫م‬1;j‫א‬
Il"6@ ‫ א‬T ‫@( א‬7 7 I @ +‫ א‬IO @ ‫@( א‬7 5( ‫ א‬Isl 7 I @ +‫א‬
8‫ אدא‬j‫ א‬V6' B Y I @ +‫ א‬I "' ‫א \ א‬ 5( ‫ א‬Isl 7 I @ +‫א‬
8 _H ‫" א‬ 5( ‫ א‬U7 7 I @ +‫ א‬M 4s ‫ א‬I^ O (T 5( ‫ א‬ƒ 6 7
I7 5( ‫ א‬N17 I^ s ‫א‬ ‫@( א‬7 5( ‫ „ ل א‬7 I @ +‫ א‬. 0 ˆ ‫א‬
3@ I7I HF . Q@ ‫א‬ (T ‰I 7 Q ‫ א‬7 I @ +‫ א‬I 'S ‫א‬
I7 +‫ א‬HF I @ L ‫ ( א‬J ‫ א‬R@0 HF € Y ‫א‬ ‫@(א‬7
‫(אن‬T #h (T S I HF ، B6 ]‫א‬ ‡‫ و‬#]‫ א‬I '‫א‬
K3@ (T I Zu( (T ‫@( א‬7 HF ، I# Cs ‫א‬

*****

42
Apakah Aib Muhadits Yang
Memiliki Sedikit Riwayat?

Perlu diperhatikan, kalau sedikitnya guru riwayat al-


Albani rahimahullahu baik itu dalam sama’i maupun ijazah,
bukan lah suatu aib, bahkan justru pada kisah riwayat
Syaikh al-Albani rahimahullahu terdapat pelajaran berharga
bagi ahli riwayah zaman ini. Syaikh al-Albani hanya
memiliki satu ijazah saja, tapi menghasilkan ratusan jilid
tulisan yang berkualitas. Berbeda dengan zaman sekarang,
seseorang kadang memiliki ratusan bahkan ribuan guru
riwayah namun tidak menghasilkan satu juz pun karya yang
berkualitas.
Disini letak kebenaran dari apa yang dikatakan oleh
salah satu murid al-Hafizh Ibn Qayyim al-Jauziyyah
rahimahullahu yaitu al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullahu
dalam Bayan Fadhl ilmu Salaf ala ilm Khalaf hal 58,

6 5 { B s ‫ א‬€ ‡Es5 " S ‫ ل { و‬s]‫ א‬M ŠS =‫ { و‬R5‫ א وא‬M ŠS #‫ ‹א‬2


.. 3v @ ‫و • א‬ U Ž‫ { و‬n+‫@( א‬# ‫א‬
“Ilmu itu tidak diukur dengan banyaknya riwayat dan
perkataan, akan tetapi ilmu itu adalah cahaya yang
dimasukan kedalam hati yang dengannya seseorang
mengenal kebenaran, membedakan antara yang haq dengan
yang batil..”

43
Sanad periwayatan juga bukanlah alat untuk
menyombongkan diri, mengikat dan mencari pengikut seperti
kelakuan firqah Islam Jama’ah dan sebagian kelompok sufi.
Bagaimana pun ilmu itu bukan dilihat dari banyaknya
riwayat, lalu seolah-olah memiliki otoritas membuat-buat
syari’at dan bid’ah sambil melupakan kewajiban itiba dan
keharusan menjauhi hawa nafsu.
al-Hafizh adz-Dzahabi rahimahullahu dalam as-Siyar
(13/323) berkata,

v ‫ و‬،Bْ s ‫ א‬I2 ‫ א‬2Eْs5 • " S ‫ و‬،R5‫وא‬: ‫ א‬M ŠS "0 ‹ ْ # ‫ א‬u ……


K '7 C _ 5-‫و‬ ‫ א‬s2‫ و‬،‫א‘"• وא= '(אع‬ ‫ وא א‬،‫@ ع‬:l=‫א‬
“…. Kemudian ilmu itu bukanlah dengan banyak riwayat,
tetapi ia adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati
dan syaratnya adalah ittiba’ dan menjauhkan diri dari hawa
nafsu dan kebid’ahan. Semoga Allah memberi taufiq kami
dan kalian dalam ketaatan kepada-Nya”.
Jadi mendapatkan sanad ini bukanlah ilmu, tapi
hanya pintu gerbang menuju ilmu, jangan puas diri dulu,
sebab engkau belum mendapatkan ilmu hanya dengan itu
saja. Apalagi hanya sekedar ijazah saja, bahkan as-sama’ pun
jika tanpa pemahaman dan pengetahuan akan sia-sia.
Mungkin ia mendapatkan pahala dari hadirnya di majelis
ilmu, shalawatnya kepada Nabi shallallahu ’alaihi wasallam
dan lainnya dari keutamaan majelis sama’, tapi dia belum
mendapatkan ilmu secara hakiki hanya dengan itu.
Imam as-Sayuthi rahimahullahu mengatakan dalam
at-Tadrib hal 368,

44
‫"ن‬S 2 62‫' و‬2 # ‫ دون‬7 w V 7 ’5(+‫א‬ W's5 ‫ ن‬B C V&@ 5 =
3y C ˆ5 ‫† ن‬g B#l (O
“Tidak sepatutnya bagi Thulab hanya mencukupkan diri
mendengar (sama’an) hadits tanpa pengetahuan dan
pemahaman, sebab itu hanya akan meletihkan diri saja,
tanpa mendapatkan sesuatu yang berharga”.
Apalagi jika tanpa mengamalkan ilmunya !!!. []

45
Sanad al-Albani
Kepada Kutubusittah40

Apa yang kami sebutkan asanidnya bagi Kutubusittah


dibawah ini adalah contoh jalan periwayatan al-Muhadits al-
Albani kepada kitab-kitab hadits masyhur, melalui jalur :
1. Raghib Thabakh
2. dari Abu Bakr Khuwaqir
3. dari Nadzir Husein.
Berikut perincinannya:

(. Q@ ‫ א‬z )Y ‫; د‬- ) - ١

KL‫א‬ ‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬


: ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ 5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J
، ." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ، ." 0( ‫;) ق א‬- ( J % L ‫ א‬HF
" K L ‫ א‬I HF ." 0( ‫א‬ ‫@( א‬7 (T ‫ א‬I‫ و‬%L‫א‬ HF
0‫ א‬- .( ‫ وא‬I HF I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫א‬ 0‫ א‬- ( J 0v
(@7 (T HF I Ls ‫ ( א‬J (T K L ‫ א‬HF I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫א‬
5( ‫ א‬5‫ ز‬HF I ‫( א‬T ( J ‹ L ‫ א‬HF .‫ و‬L ‫(وس א‬s ‫א‬

40
Banyak mengambil manfaat dari Kitab Tsabat Kuwait karya guru kami
Muhammad Ziyad Tuklah.

46
I HF I 1s # ‫\ א‬ ‫ א‬b2 +‫ א‬HF . W a‫ ( א‬J 5 _‫ز‬
(T ‫@ س‬# ‫ א‬I #]‫ א] ( א‬HF IF" ' ‫( א‬T 0‫ א‬- ‫;) ق‬-
• +‫א‬ ‫@( א‬7 I 5( ‫ ; אج א‬HF I+ W ‫\ א‬+‫ א‬B v I
‫;) ق‬- B# V 7 ‫ول‬a‫@( א‬7 rO" ‫ א‬I HF .( U ‫א]@ ~ א‬
.‫ˆ א (אود‬ (J T ‫@( א‬7 • +‫ א‬I HF .‫ א‘ و‬.U\ ‫א‬
(@7 I 7،I F ‫ א‬5"T (T ‫@( א‬7 ( J I 7 7w
(J ‫@( א‬7 I G 7 7w. ‫ א‬C e;"5 (J ‫א‬
K ‫ א‬T . Q@ ‫ א‬I #[‫ א‬0‫ א‬- 3 7 w-

( z )Y ‫; د‬- ) - ٢

‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬


: ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ 5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬
." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J % L ‫ א‬HF
M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w ." 0( ‫א‬ ‫@( א‬7 (T ‫ א‬I ‫ و‬% L ‫ א‬HF
M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫ א‬0‫ א‬- ( J 0 v " I HF
I @ ‫ א‬5( ‫ א‬N17 ( J HF I \# ‫ א‬I 7 HF ˜#@
. "6 ‫(א‬J t; \ ‫א‬I HF ˜#@ M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w
HF IC & ‫( א‬T ( J \ ‫ א‬HF ˜#@ M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w
e5 L ‫ א‬HF V@s# ‫^"אن א‬ # ‫א‬I HF ‫ ل‬O . W a‫ א‬5 _‫ ز‬5U ‫א‬

47
HF I;(s]‫ א‬T ‫@( א‬7 ‫ א ج‬I HF ?5"S ‫א‬ ( J 0C‫ א‬I
() ‫@( א‬7 " HF I ‫א‬R # y‫@( א (א‬7 ( ‫@ س‬#ْ ‫" א‬
34 ْ ‫א‬ () ‫@( א‬7 " ‫ א ْ) م‬s2 HF I ‫ א ْ) א‬RO(Y kI 7
() 2 & ‫@( א‬7 )ْ ‫" א‬ HF .‫ א אو‬.(7 W ‫( א‬
HF .‫ א[ "د‬5‫ و‬7 V 7 () ( " HF I; ْ ‫א‬
.†Lsْ ‫א‬ ‫א ْ)\ ج‬ HF ‫; ن‬ (J 0‫ א‬-
7 6 2 ‫"ل‬s5 0‫ א‬- ‫ _ ن‬I' ‫ א‬Ru Š ‫ א‬8‫"א‬2a‫;"• א‬ 7 7 ;." ‫א‬

( ‫ دאود‬I ‫; د ; א‬-) - ٣

‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬


‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ 5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬
7 ." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J % L ‫ א‬HF :
M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w ." 0( ‫א‬ ‫@( א‬7 (T ‫ א‬I‫ و‬%L‫א‬
M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ MN‫ א‬O I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫ א‬0‫ א‬- ( J 0 v " K L ‫ א‬HF
7 w I @ ‫ א‬5( ‫ א‬N17 ( J HF I \# ‫ א‬I 7 HF
( J \ ‫ א‬HF . "6 ‫ (א‬J t; \ ‫א‬I 7 M‫ ز‬h-‫و‬ &
M‫ ز‬hš2 % Fm ‫ †א‬5 =- # [ . W a‫ א‬5 _‫ ز‬5U ‫ א‬HF IC & ‫( א‬T
c‫@( א‬7 7 HF I @ +‫ א‬RO(Y 0‫ א‬- ‫;) ق‬- " HF

48
I^ ‫( א‬ ( ) kI 7 " ‫ و‬M‫ ز‬hš2 ‫ †א‬5 =- 5‫ز‬ e C ‫@(א‬7
" HF W = O M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ ‫ ز‬C ْ ‫א‬ ‡‫ و‬# ْ ‫ א‬k.‫(و‬6 ْ ‫אز א‬U@ْ ‫א‬
" 5k( ‫ א‬I_‫ ز‬b2 )ْ ‫ א‬HF Z'›‫א‬ 7 e;"5 ; c‫א‬
34 ْ ‫ و " א‬8" k. E ْ ‫ א‬5 Sْ ‫@( א‬7 ."sْ ‫@( א‬7 ˆ#ْ ‫@( א‬7 ( )
‫) (א‬ 7 œْ " HF # [ k. Sْ @ْ ‫) ( א‬ () ()
() 0‫ א‬- (@ْ ‫ ن " א‬Q L ‫ א‬HF k.‫زذ א ْ@&(אد‬Hv #
= O M‫ ز‬h-‫ و‬s 7 w I ‫( א (و‬ z ْ z' ْ ‫ و " א‬IF Sْ ‫" א‬W
" HF k.‫ א ْ@&(אد‬B CQْ ‫ א‬r u kI 7 ( S " b2 )ْ ‫ א‬HF
( ( ) kI 7 " HF I 6ْ ‫@( א ْ"א ( א‬7 #h ; sْ ‫ א‬7
KI ' \ ‫’ א‬# •ْ ‫א‬ ‫ن‬ ; ‫" دאود‬ HF .G G ‫ و א‬7

(.E Ÿ ‫; د ; א‬- ) - ٤

‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬


‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ 5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬
HF ." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J HF :
M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w ." 0( ‫א‬ ‫@( א‬7 (T ‫ א‬I‫ و‬%L‫ א‬I
M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ MN‫ א‬O I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫ א‬0‫ א‬- ( J 0 v " K L ‫ א‬HF
HF % y M‫ ز‬h- ‫و‬ ‡ C IlN‫ א‬s I ‫ ن א] א‬C ; HF I •@
\ ‫ א‬7%y M‫ ز‬h- ‫ و‬4#@ IlN‫ א‬s IS@ ‫ א‬3 F (T ƒ 6L ‫א‬

49
M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ 7 w . W a‫ א‬5 _‫ ز‬5U ‫ א‬HF IC & ‫( א‬T (J
b2 +‫א‬ ‫( א‬T b2 +‫ א‬HF Il 5 s ‫ א‬I 7 (J ‫@(א‬7 " HF
(T Q ‫ א‬HF % y M‫ ز‬h- ‫ & @ و‬7 w IO‫ א‬# ‫ א‬34 ‫ א‬I
? ]‫@( א‬7 z' ‫" א‬ HF ‫ ل‬O .‫زد א @&(אد‬Hv 7 HF . Q@ ‫א‬
HF ‫ ل‬O .‫زد‬a‫ ; א‬s ‫א‬ ( J I^ s ‫ א‬HF ‫ ل‬O IF‫ و‬S ‫א‬ ‫@( א‬7
(T ( J I; @# ‫" א‬ HF ‫ ل‬O .‫@( א[@ א] وز‬7 ( J "
V;" M "; V 7 (JV 7" HF ‫ ل‬O .‫ א] وز‬ƒ"@J
.E Ÿ ‫א‬

(Iy ‫; د ; א‬- ) - ٥

‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬


‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ 5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬
‫ ل‬O ." 0( ‫א‬ ‫א‬I‫و‬ U5U# ‫@(א‬7 HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J HF :
J 7،y FV7 _- ¡ J M‫ ز‬h- IO @ ‫ وא‬، 4#@ 7 w .( ‫ وא‬HF
M‫ ز‬h-‫ و‬، 4#@ 7 IlN‫ א‬s .‫ د‬S ‫ א‬I ‫" א‬S ‫ א‬0‫ א‬- 0 v" HF K
N1# ‫א‬ ( J HF K 7 IlN‫ א‬s I \# ‫א‬ +‫ א‬HF . % y
S5 t ‫ن‬- M‫ ز‬h- ،. "6 ‫(א‬J t; \ ‫ א‬I 7 ،# [ I @‫א‬
5 _‫ز‬ HF ،IC & ‫( א‬T (J \ ‫א‬ HF . 4#@ ¢7 w
‫ א] ( ^"אن‬b2 +‫ א‬HF K% y M‫ ز‬h-‫ و‬، 4#@ 7 w . W a‫א‬

50
. M‫ ز‬h-‫ و‬Š5‫د‬ ˜#@ \ I7 (T ‫ و‬، 7 IlN‫ א‬s I ' ]‫ ( א‬J
: \ ‫ زאد א‬،M‫ ز‬h- IO‫ א‬# ‫ • א‬+‫א‬ ‫@( א‬7 b2 +‫ @• א‬W= O
M‫ ذ‬#';=‫ א‬ƒ 1F IlN‫ א‬s .‫(אو‬5" ‫א‬ +‫א‬ (T HF ‫و‬
I "' ‫ א‬I# ‫ ( א‬J ( J HF WIO‫ א‬# ‫ ل א‬O K% F£ V & ‫ א‬R '2
(J 0‫ א‬-‫ و‬،.(&'L_ (T HF W.‫(אو‬5" ‫ ل א‬O‫و‬. IlN‫ א‬s
I "5a‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 3 7 w- ( J Y ‫ وא‬،P U@ ‫ ( א‬W ‫@( א‬7
‫א‬ ‫م א‬1g ‫_ א‬ ‫@( א‬7 HF W 6 _ ‫ "א‬O. # [ ¢7 w
.‫ א @&(אد‬I @ +‫ א‬O (T U5U# ‫@( א‬7 HF . # [ R# L ‫א‬
، # [ 7 w I;(ْs]‫ א‬0 v (J 0 v R7 ‫"ز‬ HF K # [
•";‫ و‬،ƒ 'S ‫ א‬R¥ MN‫ א @(א‬W‹ ›‫ א‬€ "O ¤- ’ Š ‫ א‬NU[‫ول א‬ ‫(א‬7
( T ‫@( א‬7 ( J" HF KM‫ ز‬hš2 5 .E ‫ وא‬5 L# ‫ א‬NU[‫א‬
HF K k S ‫א‬ • +‫א‬ (T W " I^ s ‫ א‬HF K 7 w I ‫و‬‰( ‫א‬
(@7" HF Kb2 +‫ א‬. " 5:( ‫ א‬I: ‫א‬ ‫;) ق‬- (J (T S "
Iy ‫א‬ 5‫د‬ { ‫; ن‬ I7 B# (T T ‫א‬

(h ‫; د ; א‬- ) - ٦

‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬


‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ 5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬
7 w .( ‫ وא‬HF U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ‫;) ق‬- ( J % L ‫ א‬HF :

51
0v " HF K J 7 ، y F V 7 _- ¡ J M‫ ز‬h- IO @ ‫ وא‬، 4#@
0‫ א‬- .( ‫ وא‬HF % y M‫ ز‬h-‫ و‬، 4#@ 7 IlN‫ א‬s .‫ د‬S ‫ א‬I ‫" א‬S ‫א‬
I Ls ‫ ( א‬J (T HF 7 w S5 t ‫ن‬- M‫ ز‬h- .‫ د‬S ‫א‬
7 .‫ و‬L ‫(وس א‬s ‫@( א‬7 (T 7 M‫ ز‬h- IO @ ‫وא‬ ‡C 7 7w
. W a‫ ( א‬J 5 _‫ ز‬5( ‫ א‬5‫ ز‬7 I ‫( א‬T ( J ‹ L‫א‬
" 7 HF O @ M‫ ز‬h-‫& @ و‬ 7 MN‫ א‬O \ ‫ א‬b2 +‫ א‬I HF
B vI (T‫ א‬HF IsL ( ‫ א‚( א‬I (J I7 +‫א‬
0 v R7 ‫ ز‬I HF I +‫ א‬8‫ دא‬# ‫ א‬I B§ HF \+‫א‬
(T • +‫א‬ "W I s ‫ א‬HF I;(s]‫ א‬0 v (J
I7 +‫ א‬I HF E ]‫ א‬I ; O R) v " HF Z5‫و‬Us ‫א‬
‡‫ و‬#]‫( א‬5U5 (J ‫@( א‬7 " G HF ‫ ل‬O ‫ ن‬Cs ‫ א‬0‫ א‬-
‫ א‬6T Z5‫و‬Us ‫ א‬h
Penyebutan secara khusus sanad-sanad kutubusittah
diatas sebagai contoh. Al-Albani sendiri memiliki otoritas
ijazah ammah dari gurunya, yang memiliki konsekuensi
bolehnya beliau meriwayatkan semua periwayatan kitab dan
hadits yang tersambung sanadnya kepada gurunya itu dalam
berbagai cabang ilmu seperti : tafsir, hadits, fiqh, ushul,
bahasa, sejarah dan lainnya.

52
Murid al-Albani dalam Riwayah

Sangat ramai murid al-Albani dari berbagai negeri,


namun sangat sedikit yang meriwayatkan dari beliau. Hal itu
disebabkan Syaikh Al-Albani tidak terlalu membuka pintu
dalam persoalan ini. Beliau rahimahullahu berkata,

ƒ @ ‫א א‬E0 I V 7 z'2 =
“Saya tidak membuka pintu dalam bab ini bagi diriku”. 41
Ada beberapa makna dalam kalimat ini:
1. Beliau tidak menafikan adanya ilmu riwayah seperti
yang diamalkan sampai sekarang oleh para ulama,
hanya saja beliau tidak terlalu mendalami bab ini.
2. Beliau hendak bersebrangan dengan sebagian orang
yang menjadikan masalah ini sebagai ukuran ke-
benaran atau boleh tidaknya diambil ilmu, sebagaimana
syubhatnya sering kita dengar. Ucapan seperti: “Dia
tidak punya sanad, maka tidak pantas diambil
ilmunya”, dan seterusnya. Beliau pernah menceritakan
kisah yang mirip ini dalam kitabnya, Silsilah adh-
Dhaifah (1/103-104) tatkala beliau berdialog dengan
seorang Syaikh lulusan Al-Azhar, “… saya beritahu
kepadanya bahwa hadits (yang ia sebutkan) itu dha'if,
tetapi ternyata dia (Syaikh dari al-Azhar itu) justru
bertambah keras!!, dan membanggakan kepadaku
Ijazah (syahadah) Al-Azharnya, dan dia menuntut

41
Lihat Mazhahirul Syarfi wal ‘Ijah al-Mutajaliyah fi Fahrisah Syaikh
Muhammad Bu Khubzah Hal 230

53
ijazahku sehingga aku pantas mengkritiknya!, maka
aku jawab, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam, “Barangsiapa diantara kamu melihat
kemungkaran … dst ! (al-hadits)”.
Maksudnya beliau ingin mengingatkan kepada orang
tersebut bahwa kebenaran itu harus diterima darimana
pun datangnya, hatta dari orang yang tidak memiliki
syahadah atau ijazah sekalipun.
3. Beliau tidak terlalu tertarik dengan bab ini, karena
menganggapnya tidak terlalu banyak faidahnya.
Sebagaimana dinukil guru kami Isham Musa Hadi
tatkala al-Albani ditanya tentang ijazah dalam riwayat
hadits dizaman ini, beliau berkata, “Tiada faidah hal itu
dihari ini”. Setelah itu beliau menceritakan bagaimana
Syaikh Raghib ath-Thabakh memberinya ijazah tanpa
beliau memintanya. Lalu beliau berkata, “Hanya saja
tulisan ijazah itu termasuk diantara yang hilang dari
kitab-kitab ku”.42 Namun, beliau tetap menggunakan-
nya untuk membantah orang-orang yang dengki saja.
Sebagaimana perkataan beliau dalam satu nukilan
muridnya tentang ijazahnya ini:

5(O +‫ א‬V 7 ¨s2 6 ‫د‬ ©-‫ و‬،ً 9 I Z#l = I0


“Ijazah tersebut tidak menarik perhatianku sedikit
pun. Ijazah tersebut hanya aku gunakan untuk
membantah orang-orang yang dengki”.43

42
Muhadits al-Ashr al-Imam Muhammad Nashruddin al-Albani Kama araftahu
hal. 104
43
Lihat Tadzkirul Nabihin karya Syaikh Rabi al-Madhkali hal 13.

54
Telah dinukil kepada kami, bahwa murid-muridnya
telah meminta kepadanya ijazah riwayat berulang-ulang,
namun sangat sedikit yang beruntung mendapatkannya.
Riwayat semacam ini seperti rizki, kadang terluput dari yang
lain, kadang mudah bagi yang lain lagi.
Berikut ini dua syaikh, yang diberi rizki oleh Allah
Ta’ala ijazah dari al-Albani :
[1]. Syaikhuna Al-Allamah al-Muhadits al-Mu’ammar
Muhammad Amin Bu Khubzah al-Hasani ath-Tathawani
Beliau adalah guru dan mujiz kami dari Maroko yaitu
Al-Allamah al-Muhadits Muhammad Amin Bu Khubzah al-
Hasani ath-Tathawani hafizahullahu (lahir 1351 H).44
Diriwayatkan kalau as-Syaikh Al-Albani rahimahullahu
berpesan kepada rakyat Maghrib :

R#@L "MU@F" ƒ &]‫ א‬€ S


“Kalian orang-orang Maghribi mempunyai 'roti yang
mengeyangkan’.“ Yakni kiasan bagi guru kami Muhammad
Bu Khubzah.
Syaikh Bu Khubzah ini termasuk murid Syaikh
Ahmad al-Ghumari yang namanya disebut-sebut dalam
beberapa karya al-Albani, bahkan gurunya ini kagum
kepadanya sehingga memberinya ijazah haditsiyyah tanpa
dimintanya. Namun pertemuan dengan Syaikh al-Albani

44
Selain dari al-Albani, beliau meriwayatkan pula dari : Syaikh Ahmad bin
Shadiq al-Ghumari, Syaikh Abdul Hay al-Kattani, Syaikh Abdul Hafizh al-Fihri
al-Fasi, Syaikh Thahir bin Asyhur al-Tunisi dan lainnya sebagaimana dalam
ijazahnya kepadaku.

55
yang kemudian membuat Syaikh Bu Khubzah rujuk kepada
manhaj salaf.
Dikisahkan kepada kami bahwa sedikitnya ada tiga
cara bagi Syaikh Muhammad Bu Khubzah dalam meriwayat-
kan dari Imam Al-Albani rahimahullahu, sebagaimana
dikatakan oleh guru kami, al-Musnid Muhammad Ziyad
Umar Tuklah45 hafizahullahu:
Pertama, Beliau meriwayatkan dari Syaikh Al-Albani
secara munawalah (penyerahan kitab) untuk sebagian kitab-
kitab beliau rahimahullahu di Madinah dan Amman,
diantaranya:
1. Shifat Shalat Nabi shallallahu’alaihi wasallam
2. Shalat Tarawih Nabi Shallallahu’alaihi wasallam
3. Shalat Ied fil Mushaliy
4. Tasdid al-Ishabah
5. Fahrisat Kitab al-Hadits bil Dhahiriyah
6. Silsilah Ahadits Adh-Dhaifah 46
7. Dan lainnya.
Cara penerimaan munawalah dikenal dan diterima
oleh muhaditsin, bahkan dianggap sangat kuat apalagi jika

45
Lihat dalam kitab Fathul Jalil hal. 367, dan Syaikh at-Tuklah ini
meriwayatkan dari banyak sekali syaikh (300-an lebih), sebagiannya
disebutkan dalam ijazahnya kepadaku. Dan beliau membaca kepada guru-
gurunya itu banyak sekali kitab. Penulis saksikan kalau beliau termasuk
ahlinya dibidang ilmu riwayah ini.
46
Lihat Mazhahirul Syarfi wal ‘Ijah al-Mutajaliyah fi Fahrisah Syaikh
Muhammad Bu Khubzah Hal 230

56
disertai ijazah. Seorang perowi jika meriwayatkan dengan
cara ini ia mengatakan, “nawalani”, atau “akhbarana
munawalatan”.

Tulisan munawalah al-Albani


kepada Syaikh Muhammad Bu
Khubzah, lalu ijazah Bu Khubzah
kepada Syaikh al-Hadutsi.

Kedua, beliau meri-


wayatkan dari Syaikh Al-
Albani melalui qiroat kepada-
nya sebagian manuskrip dari
kitab Sunan Nasai al-Kubro
dalam suatu pertemuan di
kota Tathawan, Maghrib.
Cara penerimaan ini lebih tinggi lagi nilainya dari
sebelumnya, jika meriwayatkannya maka ia berkata,
”Akhbarana fulan sebagiannya.. “, jika disertai ijazah maka
ditambahkan, “.. dan ijazah bagi sebagiannya lagi”.
Ketiga, izin secara lisan dari Syaikh Al-Albani untuk
meriwayatkan secara ammah (umum untuk semua riwayat
dan karya tulisnya), sebagaimana Syaikhuna Muhammad
Ziyad Tuklah ceritakan,

Kr9 ‫ن‬- Z7 ‫ א و‬W( ‫ ‡ א "א‬+ ‫ ل‬s2 ،R # ‫ א‬R5‫ א وא‬€ Q ‫א;'•ذ‬


@ ‫ذ?و‬N ‫و‬W Q I ‫ ل‬O‫و‬
“Syaikhuna (Muhammad Bu Khubzah) meminta izin kepada
Imam al-Albani dalam riwayat ammah, maka Imam al-Albani

57
berkata kepadanya dengan perkataan singkat, “Riwayatkan
lah dariku jika kamu mau”, dan Syaikhuna (Muhammad Bu
Khubzah) telah berkata kepadaku, “Dan saya sangat ingin
dan menyenanginya”.
Perkataan singkat dari
Imam al-Albani ini bermakna
izin atau ijazah secara ammah
(umum) insyaallah Ta’ala. 47
Maka, dengan ketiga
cara inilah (munawalah,
qiroat, dan izin / ijazah) guru
kami Syaikh Muhammad Bu
Khubzah meriwayatkan dari
Syaikh Al-Albani.

Syaikh Muhammad Bu Khubzah

[2]. Syaikhuna al-Musnid Musa’ad bin Basyir as-Sudani


Diantara yang sedikit lainnya –yang meriwayatkan
dari Imam al-Albani rahimahullahu- adalah Syaikhuna al-
Musnid Musa’ad bin Basyir as-Sudani hafizahullahu (lahir
tahun 1363 H/1944 M) yang dikenal dengan Haji As-
Sadirah.48 Syaikh ini termasuk ahli riwayah yang telah

47
Lihat juga Fathul Jalil karya Syaikh at-Tuklah hal. 367.
48
Selain dari al-Albani, Syaikh Musa’ad meriwayatkan pula dari Syaikh Umar
al-Faqi, Syaikh Abdul Hayy al-Kattani, Syaikh Muhammad Hafizh Tijani, Syaikh
Abu Hasan Ali an-Nadwi, Syaikh Abdullah an-Najdi, Syaikh Yasin al-Fadani, dan
lainnya.

58
melakukan perjalanan ke berbagai negeri menemui ulama-
ulama riwayah. Baginya, banyak sekali sama’i dan ijazah
dari para ulama itu.
Berkata Syaikhuna at-Tuklah dalam Tsabat al-
Kuwaitnya pada pembahasan biografi Syaikh Musa’ad
halaman 159, “Mengabarkan kepadaku guru kami Musa’ad
al-Basyir berkali-kali, sesungguhnya Syaikh Nashr al-Albani
memberi ijazah kepadanya di tahun 1397 H, di rumah Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab al-Bana di Jeddah. Dan Syaikh
Musa’ad berkata kepadaku, “Syaikh Al-Albani memberi
ijazah kepadaku untuk kitabnya, dan ia juga berkata
kepadaku dengan singkat,

f @C ‫ א‬Bg‫ א‬IQ 7 ?lUh


“Aku ijazahkan kepadamu dari guruku Raghib ath-Thabakh”,
Dan beliau (Syaikh al-Albani) pun
tidak berkata lebih dari itu”.

Syaikh Musa’ad bin Basyir as-Sudani

Berkata Syaikhuna Abu al-


Hajaj Yusuf bin Ahmad Alu Alawi49,
“Ucapan Syaikh Nashr, “Aku ijazah-
kan kepadamu dari guru saya

49
Syaikh Abu al-Hajaj termasuk yang banyak gurunya dalam riwayat, sekitar
150 syaikh, sebagaimana disebutkan dalam Tsabat Ijazahnya kepadaku dan
kepada ikhwan yang ikut dalam istida ijazah di grup “Belajar Hadits” yang
dikelola oleh saya sendiri.

59
Raghib ath-Thabakh”, maksudnya tidak lain adalah ijazah
riwayat, yaitu ijazah ammah”.
Sebagai tambahan, Syaikhuna Abu Hajaj al-Alawi
mengatakan bahwa terdapat orang yang lainnya yang meri-
wayatkan dari al-Albani, diantaranya; Syaikh Ahmad ar-
Rifa’i. Beliau berkata, “Dan yang lain, telah tsabit bahwa
sesungguhnya Syaikh telah memunawalahkan sebagian
kitabnya, seperti kepada guruku Ahmad ar-Rifa’i yang mana
syaikh telah memunawalahkan sebagian kitabnya. Berkata
Syaikh ar-Rifa’i kepada Syaikh Nashr, “Munawalah menurut
cara para ahli hadits” maka tertawa Syaikh Al-Albani”.50 []

50
Lihat :
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showpost.php?p=1929424&postcount=24

60
Pujian dan Kesaksian
Ulama Riwayah kepada al-Albani

Untuk melengkapi kajian ringkas kita ini, alangkah


baiknya jika penulis kutipkan pujian sebagian ulama riwayah
kepada al-Allamah al-Albani. Ahli-ahli riwayat ini adalah
para musnid yang tinggi dan banyak sama’i-nya, banyak
sanadnya, banyak diijazahi dan banyak memberi ijazah.
Sebagai pelengkap hujjah bagi “orang-orang kecil” yang suka
merasa lebih tinggi dari orang-orang besar.
Berikut ini pujian para musnidin itu kepada beliau,
1. Syaikh Ahmad bin Shodiq al-Ghumari,
Ahmad bin Muhammad bin Shaddiq al-Ghumari, Abu
Faidh (w. 1380 H). Musnid Tanjah Maghrib, memiliki Tsabat
besar dan yang kecil. Kata beliau dalam hadiahnya untuk
Syaikh al-Albani :
“Hadiah dari penulisnya kepada Hadzrat al-Ustadz al-
Allamah al-Atsari asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albani ad-Dimasyqi”. Ahmad bin Shiddiq 9 Dzumdil Tsaniah
1377” 51.
Pujian lainnya tercatat dalam beberapa surat beliau.
2. Syaikh Hammad al-Anshori,
Hammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hannah
al-Anshari, Abu Abdul Latif (w. 1418 H). al-Muhadits, al-
51
Lihat dalam kitab Hushulut Tihani bil-Kutubil Muhdah Ila Muhaddits asy-
Syam Muhammad al-Albani no. 191

61
Atsari, Musnid Madinah berasal dari sebuah kota bernama
Taad Makkah (artinya inilah Mekkah) di negeri Mali,
Afrika.52
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,
“Syaikhul Hadits Nashiruddin al-Albani”.53
3. Syaikh Badiuddin ar-Rasyidi as-Sindi,
Badiuddin bin Ihsanullah bin Rasyidullah Syah
Rasyidi al-Husaini as-Sindi, Abu Muhammad (w. 1416 H). al-
Allamah, al-Muhadits, dan musnid negeri Sind, Pakistan. 54
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,
“Fadhilatul Muhadits asy-Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-Albani”.55
4. Syaikh Muhammad Shulthon al-Ma’shumi,
Muhammad Sulthan al-Ma’shumi al-Khujandi (w.
1381 H).56 al-Allamah, Penulis karya-karya bermanfaat dan
Pengajar di Masjidil Harom dan Darul Hadits Khairiyah,
Musnid Mekkah dari Khujandah, di Perbatasan Rusia. 57
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,

52
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 138.
53
Hushulut Tihani No. 137
54
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 116.
55
Hushulut Tihani No. 555
56
Lihat biografi beliau dalam Muqadimah Halil Muslim Mulzam Bittiba
Mazhab Mu’ayyan minal Mazhahib al-Arba’ah?.
57
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 80.

62
“al-‘Alim al-Jalil wa al-Fadhil an-Nabil Saudara
karena Allah Syaikh Nasruddin al-Albani ….”.58
5. Syaikh Taqiyuddin al-Hilali,
Dr. Muhammad Taqiyuddin bin Abdul Qadir bin ath-
Thayib al-Husaini al-Hilali al-Maghribi (w.1407 H). Muhadits
Maghrib, al-Allamah as-Salafi, dan Penulis yang luar biasa,
dan murid al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri penulis
at-Tuhfah. 59
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,
“Saudara karena Allah, pemilik banyak keutamaan,
dai kepada Allah dengan kebenaran, penjaga yang ikhlas
sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, pemilik
tulisan-tulisan bermanfaat dalam ilmu hadits, al-ustadz asy-
syaikh Nasruddin al-Albani …” 60
6. Syaikh Abu Hasan Ali an-Nadwi
Abu Hasan Ali bin asy-Syaikh al-Mu’arikh Abdul Hay
bin Fakhruddin al-Husaini an-Nadwi (w. 1420 H). al-
Allamah, ad-Da’iyah, dan Penulis buku-buku bermanfaat
berasal dari Delhi, India.61 Beliau termasuk murid al-
Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam riwayah.
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,

58
Hushulut Tihani No. 659
59
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 108
60
Hushulut Tihani No. 663
61
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 185.

63
“Pekerja senior dalam ilmu hadits dan sunnah di
negeri Syam”.62
7. Syaikh Hammud at-Tuwaijiri,
Hamud bin Abdullah bin Hamud bin Abdurrahman at-
Tuwaijiri an-Najdi, Abu Abdillah (w. 1413 H). al-Allamah, al-
Muhadits, al-Atsari, Musnid Najd, Penulis kitab-kitab
bermanfaat, diantaranya beberapa bantahan kepada ahli
bid’ah dan khurafat. 63
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,
“Al-Albani di zaman ini adalah seorang Imam
pembawa bendera sunnah”.64
8. Syaikhuna Shubhi bin Jasim ash-Samara’i
Subhi bin Jasim bin Humaid bin Hamad bin Shalih
bin Mushtafa al-Husaini as-Samara’i, Abu Abdirrahman (w.
1434 H). Guru kami, al-Allamah al-Muhadits, Musnid dan
Permata Negeri Iraq, as-Salafi. 65
Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,
“Fadhilatu Syaikh al-Mujadid…”.66
9. al-Allamah Abi ash-Sha’iqah

62
al-Mudzakarat hal. 268
63
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 26.
64
Tarjamah al-Albani – Ashim al-Qaryuti hal. 19.
65
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 150.
66
Hushulut Tihani no. 313.

64
Abdul Karim bin Sayyid Abbas asy-Syaikhli67 yang
dikenal dengan Abi ash-Sha’iqah68 (w. 1379 H). al-Imam, al-
Musnid, al-Mu’ammar, al-Allamah, Muhadits Iraq, as-Sayyid,
al-Atsari.69
Guru kami al-Muhadits Shubhi Jasim as-Samara’i
mengatakan bahwa tatkala sampai kepada gurunya al-
Allamah Abi ash-Sha’iqah kitab karangan al-Albani berjudul
Silsilah adh-Dhaifah beliau berkata, “Al-Albani seakan
memiliki ruh al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani”.
10. Syaikhuna Muhammad bin Ismail al-Amrani
Muhammad bin Ismail bin Muhammad al-Amrani
(lahir 1340 H). Guru kami, Allamah Yaman dan Musnidnya,
al-Mu’ammar, al-Faqih, yang Kakeknya termasuk murid
Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukani.
Beliau hafizahullahu berkata tentang Syaikh al-
Albani,
“Penutup para hafizh, ahli fiqih besar, mengikuti asy-
Syaukani dalam fiqh, tapi mendahuluinya dalam hadits, dan
aku adalah “syi’ah” al-Albani”.
11. Dan banyak lagi yang lainnya. []

67
Maksud dari asy-Syaikhli ini adalah Syaikh lahir dikota tua Bahdad di dekat
Pintu Syaikh, yaitu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
68
Adapun ash-Sha’iqah adalah julukan karena hafalannya menyerupai
hapalannya Syaikh Bukhori Muhammad bin Abdurrahim Sha’iqah, dalam
hafizh dan Itqannya.
69
Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 151.

65
Scanan Ijazah

al-Allamah Muhammad Amin Bu


Khubzah Kepada Penulis

Ini ijazah ammah kami (penulis dan mertuanya) dari al-Allamah


Muhammad Amin Bu Khubzah dengan istid’a Syaikh Umar al-Hadutsi.
Demikian itu pada tahun 1434 H, dan diijazahi pula bersama kami
sejumlah asatidz dari Mantan Islam Jama’ah.

66
Ijazah lainnya dari Syaikh Bu Khubzah yang dimintakan secara
s khusus
oleh seorang rekan di Maroko untuk penulis sajja.

67
Album Photo al-Albani

Syaikh Al-Albani (kedua dari kanan) bersama rombongan Raja Faisal,


Syaikh Bin Baz dan lainnya

Syaikh al-Albani diruangan khususnya di Maktab al-Islami Beirut

68
Syaikh al-Albani dalam satu pertemuan, satu mata ke penanya, satu lagi
ke kitab yang dibacanya

Syaikh a-Albani (kiri) dalam satu pertemuan dengan ulama ahli qira’at
ditahun 1391 H.

69
Syaikh al-Albani didua masa yang berbeda

70

Anda mungkin juga menyukai