Anda di halaman 1dari 22

“Kitab Bahrul Ulum, Al-Kasyf wal Bayan an Tafsir Al-Qur’an,

Ma’allim At-Tanzil, Muharrar Al-Wajiz, Tafsir Al-Qur’an Al-


Azhim, & Al-Jawahir Al-Hisan”
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Tafsir Klasik

DOSEN PENGAMPU : Ust. Apriadi Ramadhan Pratama, S.Si, M.H

DISUSUN OLEH :
Mushab Ibnu Muhajir
Umar Sahab Sembiring

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR


STIQ BAITUL QUR’AN DEPOK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat yang tidak bisa
kita hitung jumlahnya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
Baginda Nabiullah Muhammad SAW. Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Studi
Tafsir Klasik kami selaku penulis, membuat makalah ini yang bertemakan : “Kitab
Bahrul Ulum, Al-Kasyf wal Bayan an Tafsir Al-Qur’an, Ma’allim At-Tanzil,
Muharrar Al-Wajiz, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, & Al-Jawahir Al-Hisan”. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. Yang memberikan berbagai macam kenikmatannya sehingga bisa


menyusun makalah ini.
2. Ustadz Apriadi Ramadhan Pratama, S.Si, M.H. Selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Studi Tafsir Klasik.
3. Staf pengajar STIQ Baitul Qur’an Depok, Teman-teman dan Semua orang yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kami berharap kritikan dan saran serta bimbingan dari Dosen
Pembimbing serta teman-teman sekalian agar kedepannya kami bisa memperbaiki
kesalahan dan kekeliruan tersebut sehingga kedepannya menjadi lebih baik lagi. Dan kami
berharap semoga pembaca bisa mengambil manfaat dari makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Bahrul Ulum ............................................................................................................... 2
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 2
2. Sekilas tentang Kitab Bahrul Ulum ......................................................................... 3
B. Al-Kasyf wal Bayan an Tafsiril Qur’an .................................................................. 4
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 4
2. Sekilas tentang kitab Al-Kasyf wal Bayan an Tafsiril Qur’an ............................... 5
C. Ma’allim At-Tanzil..................................................................................................... 6
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 6
2. Sekilas tentang Kitab Ma’allim At-Tanzil .............................................................. 7
D. Muharrar Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz ....................................................... 9
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 9
2. Sekilas tentang Kitab Muharrar Al-Wajiz ............................................................. 10
E. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim ..................................................................................... 12
1. Biografi Singkat Penulis ........................................................................................ 12
2. Sekilas tentang Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim ............................................... 13
F. Al-Jawahir Al-Hisan fi Tafsir Al-Qur’an .............................................................. 15
1. Biografi Singkat Penulis ........................................................................................ 15
2. Sekilas tentang Kitab Al-Jawahir Al-Hisan .......................................................... 16
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman para salafus shaleh telah berkembang kitab-kitab tafsir dari para ulama
yang berkompeten di bidang ilmu tafsir baik itu dari kalangan Sunni maupun Syiah. Dan
hal tersebut berlanjut hingga sekarang, oleh karena itu yang menjadi pertanyaannya
adalah apakah kita mengetahui atau mengenal salah satu dari ulama-ulama tafsir beserta
kitab tafsirnya tersebut. Maka berangkat dari itu kami selaku pembuat makalah akan
membahas beberapa biografi ulama-ulama tafsir dan kitab-kitab tafsirnya di zaman
salafus saleh dari kalangan Sunni yaitu Kitab Bahrul Ulum karya Imam As-Samarqandi,
Al-Kasyf wal Bayan an Tafsir Al-Qur’an karya Imam Ats-Tsa’labi, Ma’allim At-Tanzil
karya Imam Al-Baghawi, Muharrar Al-Wajiz karya Imam Ibnu Athiyah, Tafsir Al-
Qur’an Al-Azhim karya Imam Ibnu Katsir, & Al-Jawahir Al-Hisan karya Imam Ats-
Tsa’alibi .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi dari Imam As-Samarqandi, Ats-Tsa’labi, Al-Baghawi, Ibnu


Athiyyah, Ibnu Katsir, dan Ats-Tsa’alibi?
2. Bagaimana deskripsi dari kitab Bahrul Ulum, Al-Kasyaf wal Bayan, Ma’allim At-
Tanzil, Muharrar Al-Wajiz, Tafsir Al-Quranul Azhim, dan Al-Jawahir Al-Hisan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui biografi dari Imam As-Samarqandi, Ats-Tsa’labi, Al-Baghawi, Ibnu


Athiyyah, Ibnu Katsir, dan Ats-Tsa’alibi.
2. Mengetahui deskripsi dari kitab Bahrul Ulum, Al-Kasyaf wal Bayan, Ma’allim At-
Tanzil, Muharrar Al-Wajiz, Tafsir Al-Quranul Azhim, dan Al-Jawahir Al-Hisan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahrul Ulum

1. Biografi Singkat Penulis


Nama lengkapnya adalah Abu al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin
Ibrahim as-Samarqandi, yang dikenal dengan sebutan Imam al-Huda. Beliau dikenal
sebagai faqih, muhaddis, dan mufassir. Beliau lahir di desa Samarqan, Uzbekistan,
salah satu kota besar di Khurasan. Namun, tahun kelahirannya tidak diketahui secara
pasti, hanya dikatakan sekitar abad 4 H, yakni antara tahun 301 H/913 M - 310
H/915 M. Beliau sangat dikenal dengan kata-katanya yang mengandung hikmah dan
karya-karyanya yang cukup terkenal.1
Beliau adalah penganut mazhab hanafi, karenanya beliau melakukan
perjalanan ke kota Balkh, bermazhab hanafi, dan berguru kepada beberapa guru,
antara lain, Abu Ja'far al-Handawani, Muhammad bin al-Fadhl al-Balkhi, Khalil bin
Ahmad bin Isma'il dan Muhammad bin al-Hasan al-Haddadi. Beliau wafat pada hari
malam rabu 11 Jumadil akhir 395 H/986 M, dan dimakamkan di kota Balkh
berdampingan dengan guru utamanya, Abu Ja'far al-Handawani.2
Di antara karya-karyanya :
1. Khizânah al-Fiqh
2. Tanbîh al-Ghafilîn fi al-Wa'z wa al-Akhlâq wa at-Ta1ammul
3. An-Nawâzil fi al-Fatâwâ
4. Ta`sîs an-Nazâir al-Fiqhiyyah
5. 'Uyûn al-Masâ`il fi Furû' al-Fiqh al-Hanafî
6. Bustân al-'Arifîn. 3

1
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa
Kontemporer), (Depok: Lingkar Studi Al-Qur’an(ELSiQ), 2019), Cetakan ke-2, hlm. 38
2
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm.38
3
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm.38-39

2
2. Sekilas tentang Kitab Bahrul Ulum
Pengarang kitab Kasyfuzh Zhunun menulis sebagai berikut, “Tafsir Abul Laits
As-Samarqandi Nasr bin Muhammad yang wafat thn. 375 H merupakan kitab yang
masyhur, baik dan bermanfaat. Hadis-hadisnya telah ditakhrij oleh Zainuddin Qasim
bin Qutlubagha seorang ulama Hanafi W. 854 H.4
Tafsir ini berupa tulis tangan terdiri dari 3 jilid, terdapat di perpustakaan Darul
Kutub Al-Misriyah. Dua naskah darinya yang masih tulis tangan dijumpai di
perpustakaan Al-Azhar Kairo. Satu naskah terdiri dari 2 jilid yang satu naskah lagi
terdiri dari 3 jilid.5
Imam Abu Laits As-Samarqandi menghimpun dua pendekatan sekaligus, yaitu
bir-riwayah dan bid-dirayah; namun, secara umum beliau menggunakan bentuk
penafsiran bir-riwayah. Beliau juga mengutip kepada pendapat para sahabat dan
ahli-ahli bahasa. Sedangkan untuk sabab nuzul, beliau mendasarkan pada kitab-kitab
sejarah; beliau juga membicarakan nasikh-mansukh dan ilmu qira`at. Secara khusus,
as-Samarqandi tidak menjelaskan karakteristik penafsirannya di dalam
mukaddimahnya, bahkan juga di pembahasan-pembahasan tafsirnya, kecuali hanya
memulainya, pada bab awal, dengan memberi dorongan dalam mempelajari tafsir.
Di dalam bab ini disebutkan beberapa hadis shahih berkenaan dengan keutamaan al-
Qur`an, keutamaan ilmu tafsir, syarat-syarat seorang mufassir dan larangan
menafsirkan dengan ra`yu, baru kemudian beliau menafsirkan ayat-ayat yang
dimulai dari surat al-Fatihah. Dalam penafsirannya, beliau berpedoman kepada
pendapat para sahabat dan tabi'in, seperti Ibn 'abbas, Ibn Mas'ud, Ubay bin Ka'ab,
Mujahid bin Jabr, Hasan al-Bashri, dan lain-lain. Dalam bentuk tafsir naqli, beliau
banyak menyandarkan kepada pakar-pakar tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman,
Qatadah bin Da'amah. Sedangkan dari sisi kebahasaan, beliau menyandarkan
pendapatnya pada az-Zajjaj, al-Farra`, Ibn Qutaibah ad-Dainuri, dan Abi 'Ubaidah
Ma'mar bin Mutsanna.6
As-Samarqandi ketika menyebutkan riwayat-riwayat dalam penafsirannya,
memang tidak selengkap ath-Thabari. Namun beliau telah menjelaskan di
mukaddimah kitabnya, Bustân al-'Arifîn, alasannya ia berkata: "Aku sengaja

4
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun (penerj:Nabhani Idris), (Jakarta: Kalam Mulia, 2010),
Cetakan ke- 1, hlm. 214
5
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun………….hlm. 214
6
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm.39-40

3
membuang sanad-sanad hadisnya, untuk mempermudah para pembacanya,
meringankan para pengkajinya, serta demi kemanfaatan yang lebih luas…."
Pernyataan as-Samarqandi ini tidak bisa secara mutlak dipahami sebagai sikap
ketidakpedulian beliau terhadap penyebutan nama-nama perawi. Sebab, di beberapa
tempat, beliau juga menyebutkan nama-nama perawinya sekiranya hal itu terdapat
perbedaan thariqah (jalur periwayatan). Beliau terkadang juga meriwayatkan hadis-
hadis dha'if tanpa memberi komentar dan kritikan. Begitu juga terhadap kisah-kisah
Isra`iliyat, hampir-hampir tidak disertai nama perawinya dan tidak memberi
penjelasan statusnya. Di antara kisah-kisah Isra`iliyat itu adalah kisah Malaikat
Harut dan Marut (Q.s. al-Baqarah/2:102), terusirnya Adam dari surga (Q.s. al-
Baqarah/2: 36), dan kisah Jalut dan balatentaranya (Q.s. al-Baqarah/2: 250). Masih
banyak kisah-ksiah lain yang tidak sesuai dengan ajaran pokok syari'at dan
bertentangan dengan akal sehat.
Untuk ayat-ayat hukum, beliau hanya menyinggung sekedarnya saja, yang
sekiranya dibutuhkan dalam penafsiran. Meski tidak konsisten menerapkan tafsir bil-
ma’tsur, tetapi al-Laits memberikan perhatian cukup besar terhadap metode ini, baru
kemudian beliau menjelaskannya dari sisi kebahasaan, ilmu qira`at, makkiyah-
madaniyah, nasikh-mansukh, dan lain-lain.

B. Al-Kasyf wal Bayan an Tafsiril Qur’an

1. Biografi Singkat Penulis


Pengarang kitab ini adalah Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim Ats-Tsa’labi An-
Naisaburi, seorang ahli tafsir, seorang hafizh lagi suka memberi nasehat, pemimpin
dalam bidang tafsir dan Bahasa Arab yang teguh beragama.7
Ia nomor satu dalam ilmu tafsir pada masanya dan mengarang kitab tafsir
besar yang melampaui tafsir-tafsir lain, demikianlah Ibnu Khilikan menuturkan.
Imam Yaqut penyusun kitab Mu’jam Al-Udaba berkata, “ Ia Abu Ishaq Ats-
Tsa’labi Al-Muqri, seorang mufassir yang suka memberi nasehat, sastrawan yang
tsiqah dan hafizh, penulis banyak buku, mulai dari tafsir yang mencakup beragam
makna dan isyarat yang berguna dan untaian kata mengandung hakikat serta segi-
segi I’rab dan Qiraat. Imam Ats-Tsa’labi tutup usia pada tahun 427 H.8

7
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun ………hlm. 215
8
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 216

4
Dalam sejarah Islam dikenal dua tafsir terkenal yang disandarkan kepada
nama Al Tsa’laby. Pertama, tafsir karya Al Tsa’laby Al Naisabury Al Syafi’i yang
berjudul asli Al Kasyf wa Al Bayaan fii Tafsiir Al Qur’aan. Kedua, tafsir Al
Tsa’laby karya Al Tsa’laby Al Maghribi Al Maliki yang berjudul asli Al Jawaahir
Al Hisaan fii Tafsiir Al Qur’an. Yang pertama ulama abad ke 5 H, sedangkan yang
kedua abad ke 9 H.9
Imam As-Sam’ani menyebutkan bahwa Al-Tsa’labi adalah laqab (julukan),
bukan nasab. Beliau adalah seorang hafiz yang alim, unggul dalam penguasaan
bahasa Arab secara luas. Beliau ini juga ditegaskan seorang imam Al Qusyairi
penyusun Risalah Qusyairiyah dan Imam Al Wahidi penyusun Asbab Al Nuzul Al
Wahidi yang juga mengambil ilmu darinya. Beliau juga dikenal orang yang benar
penuqilan-nya dan terpercaya dalam ilmu penuqilan, singkatnya beliau ialah
seorang ahli riwayat yang diantaranya mengambil ilmu riwayat Ibn Khuzaimah,
sehingga beliau juga digelari al Hafiiz sebagai disebutkan dalam Tarikh Al
Naisabur.10

2. Sekilas tentang kitab Al-Kasyf wal Bayan an Tafsiril Qur’an


Kitab ini setidaknya disandarkan pada beberapa manuskrip (makhtuthat).
Diantaranya manuskrip di Al Mar’isy, Najaf, Qom (salah satu kota di Iran);
Isfabahan (Isfahan); Damsyiq (Damaskus, Syria), dan Irlandia. Hal ini
sebagaimana informasi yang tertera pada tahqiq dari kitab yang kami miliki, yaitu
cetakan penerbit Daar Ihyaa Al Turats Al ‘Araby (Beirut-Lebanon), tahun 2002 M/
1422 H yang terdiri dalam 10 Jilid. Terbitan ini ditahqiq oleh Al Imam Abi
Muhammad ibn ‘Asyur.
Tafsir Al Tsa’laby punya kedudukan penting di kalangan ulama, utamanya
sebagai tafsir yang mengutip berbagai riwayat dalam penafsirannya. Namun,
mengenai perihal kekayaan riwayatnya ini menyebabkan karya ini mendapat kritik
dari berbagai ulama. Sebab utamanya adalah banyak kutipan riwayat Israiliyyat dan
tidak cermat dalam pemilihan hadis dalam tafsirnya. Diantara yang mengkritik
adalah Syaikh Al Islam Ibn Taimiyah dalam Muqaddimah fi Ushul Al Tafsiir. Ibn

9
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-tafsiir-al-quran/
diakses pada 03/10/2023 pukul. 10.00 WIB
10
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-tafsiir-al-quran/
diakses pada 03/10/2023 pukul. 10.00 WIB

5
Taimiyyah menyebutkan, “Bahwa Al Tsa’labi dalam dirinya ditemui kebaikan
juga keberhutangan, yaitu di dalam karyanya terdapat riwayat yang shahih, dhai’f,
dan maudhu’.” Hal ini juga disampaikan oleh Al Kattani dalam Risalah Al
Mustathrafah bahwa di dalam tafsirnya terdapat hadis maudhu’ (palsu), dan kisah-
kisah yang bathil.
Tafsir Al Kasyf wa Al Bayan mengggunakan metode tafsir tahlili, yaitu
menjabarkan/menjelaskan ayat per ayat sesuai tartib mushaf. Adapun sistematika
penyajian sebagai berikut : (1) beliau menyebutkan latar belakang penamaan dan
hal yang berkaitan dengan surah yang dibahas, (2) menyebutkan asbabun nuzulnya,
(3) mengutip ayat per ayat lalu dijelaskan, (4) memberikan analisa bahasa, ragam
qiraa’at, (5) mengutip syair-syair arab untuk menjelaskan makna dan penggunaan
kata dan konteksnya, dan (5) mengutip riwayat-riwayat yang berkaitan dengan
penafsiran baik dari nabi, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in.11

C. Ma’allim At-Tanzil

1. Biografi Singkat Penulis


Nama lengkap al-Baghawi adalah Abu Muhammad al-Husein bin Mas'ud bin
Muhammad bin al-Farra' al-Baghawi. Lahir pada tahun 438 H di Bughsyur, sebuah
desa kecil yang terletak antara Harrah dan Marwazur, Khurasan. Beliau dikenal
seorang mufassir sekaligus muhaddis, yang mendapat julukan Muhyi as-Sunnah
(pelestari sunnah) dan rukn ad-din (pondasi agama). Beliau juga memiliki beberapa
karangan dan menjadi salah satu ulama besar Khurasan. Beliau adalah penganut
mazhab Syafi'I, karena dibentuk oleh lingkungannya yang Syafi'iyyah.12
Beliau banyak mendapatkan hadis dari para ulama hadis (al-huffaz).
Sementara ilmu fiqh, beliau dapatkan dari al-Qadhi Husein juga hadis. Sedangkan
ilmu tafsir, beliau peroleh dari guru utamanya, Muhammad bin Hasan al-Marwazi.
Beliau sangat dikenal sebagai seorang zuhud dan wara'. Salah satu kewara'annya
adalah setiap kali hendak mempelajari ilmu beliau senantiasa dalam keadaan suci.
Sementara di antara kezuhudannya adalah beliau hanya makan satu jenis makanan
saja, semisal roti atau lainnya, lalu dicampur dengan minyak. Sepanjang hidupnya,

11
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-tafsiir-al-quran/
diakses pada 03/10/2023 pukul. 10.00 WIB
12
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 70

6
beliau selalu berhubungan dengan Hakim dan Amir (pemerintah), sehingga
seringkali beliau mendapatkan sesuatu pemberian dari mereka.13
Imam Baghawi seorang imam dalam tafsir, hadits, dan fiqh. Dikelompokkan
oleh Tajuddin As-Subkhi ke kelompok pemuka ulama Syafi’iyyah. Ujarnya, “Ia
seorang imam yang utama, wara, zuhud, dan ahli fiqh, ahli hadits dan pakar tafsir,
yang kumpul padanya ilmu dan amal. Ia menempuh jalan salafus shaleh,
mengarang kitab tafsir dan menjelaskan ucapan Nabi yang sulit, juga menekuni
hadits dan mengarang banyak kitab. Karya-karyanya mendapat keberkahan dengan
mendapat tempat ditengah umat karena keikhlasan niat”.14
Akhirnya, pada tahun 516 H/1122 M, beliau wafat di daerah kelahirannya,
Marwazur, dan dimakamkan di samping gurunya, al-Qadhi Husein. Di antara
karya-karyanya:
1. Tafsir Ma'alim at-Tanzil
2. Syarh Sunnah fi al-Hadits
3. al-Mashabih fi al-Hadits
4. at-Tahzib fi al-Fiqh asy-Syafi'I
5. al-Kifayah fi al-Fiqh (berbahasa Parsi)
6. al-Kifayah fi al-Qira'at.15
Ada juga yang mengatakan bahwa beliau bepulang ke rahmatullah pada
tahun tahun 510 H dalam usia lebih dari 80 tahun.16

2. Sekilas tentang Kitab Ma’allim At-Tanzil


Nama lengkapnya adalah Ma'alim at-Tanzil fi Tafsir al-Qur'an, yang lebih
dikenal dengan Tafsir al-Baghawi. Seluruhnya berjumlah 4 jilid. Mulai ditulis pada
tahun 464 H/1072 M. Diterbitkan pertama kali oleh penerbit Hijriyah, Bombay,
India, pada tahun 1295 H/1903 M, bersamaan dengan tafsir Ibn Katsir. Disusul
dengan penerbitan kedua pada tahun 1296 H/1904 M. Lalu pada 1331 H/1939 M,
diterbitkan oleh penerbit al-Istiqamah. Kairo, bersamaan dengan tafsir Khazin.
Sementara di Beirut, kitab ini dicetak dua kali, 1405 H/1979 M (Penerbit Dar al-
Fikr) dan 1407 H/1981 M (penerbit Dar al-Ma'rifah).17

13
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 70-71
14
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 222
15
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 71
16
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 222
17
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 71

7
Kitab Ma'alim at-Tanzil adalah salah satu kitab tafsir yang cukup dikenal,
khususnya ketika membahas mufassir salaf (klasik). Kitab ini juga tidak terlalu
besar tetapi cukup komprehensif. Pada bab mukaddimah, al-Baghawi menjelaskan
rangkaian sanad tafsirnya, yang terbanyak kalau tidak boleh disebut penjelmaan
dari tafsir ats-Tsa'labi. Al-Baghawi bukan hanya terbatas pada penafsiran bil
ma'tsur, beliau juga menjelaskan tentang keragaman ma'na, qira'at, bahasa, i'rab,
wazn, tafsir dan ta'wil, hukum-hukum fiqh, disertai komentar terhadap beberapa
pendapat yang tidak sesuai dengan pemikiran mainstremnya, juga mengkritisi
riwayat-riwayat hadis maudhu' di tafsir ats-Tsa'labi tersebut. Di dalam bab
mukaddimah, al-Baghawi menjelaskan, tentang manhaj, metode penulisan, latar
belakang, beberapa kitab tafsir yang menjadi sandaran riwayat-riwayat dalam
tafsirnya, kitab-kitab lainnya yang disusun pada masanya. Kemudian al-Baghawi
menjelaskan pasal-pasal khusus, antara lain, tentang keutamaan al-Qur'an dan
membacanya, ancaman bagi orang yang menafsirkan al-Qur'an dengan ra'yunya
tanpa landasan keilmuan yang benar. Di samping secara khusus merujuk kepada
penafsiran ats-Tsa'labi, beliau juga berpedoman kepada kitab-ktiab hadis, pendapat
shahabat dan tabi'in. Sementara penjelasan dari sisi kebahasaan, baik yang terkait
dengan makna ayat maupun analisis kebahasaannya, al-Baghawi merujuk kepada
para ahli bahasa, seperti Imam Khalil bin Ahmad, Imam Sibawaih, Imam Akhfasy,
Imam Mubarrad. Begitu juga, mengutip pendapatnya para Imam Syi'ah awal,
seperti Muhammad bin Hanafiyah, 'Ali bin al-Husein Zainal 'Abidin dan anaknya,
Abi Ja'far Muhammad al-Baqir, dan Muhammad bin Ja'far. Beliau juga, mereferen
kepada para ulama sufi, yang dikenal dengan sebutan Arbab al-Lisan, seperti Syahr
bin Hausyab, Ibrahim bin Adham, Fudhail bin 'Iyadh, Sahl at-Tustari, al-Junaid dan
lain-lain.18
Teknik penulisan yang digunakan al-Baghawi adalah penulisan standar, yang
juga dipedomani oleh para mufassir lainnya. Seperti menyebutkan nama surah dan
maknanya, tempat turunnya, makkiyah-madaniyah disertai dengan beberapa
perbedaan pendapat mengenai hal itu. Selanjutnya, masuk ke penafsiran yang
diawali dengan penjelasan tentang bahasa dan i'rabnya. Al-Baghawi juga
menampilkan beberapa perbedaan qira'at, baik yang masyhur maupun syadz, sabab
nuzul, nasakh-mansukh, hukum-hukum fiqh mazhab Syafi'I, dasar-dasar akidah

18
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 73

8
Asy'ariyah dengan disertai tanggapan atas mazhab Mu'tazilah. Berkenaan dengan
kisah-kisah isra'iliyat dan riwayat-riwayat tentangnya, al-Baghawi banyak sekali
menyebutkannya seperti yang dilakukan ats-Tsa'labi. Hal ini, bisa dilihat dalam
penafsiran beliau tentang kisah Harut dan Marut, nabi Dawud, Perempuan Arya.
Al-Baghawi banyak mencantumkan riwayat-riwayat tersebut meskipun secara
singkat. 19
Dalam mukaddimah Ushul Tafsir, Ibnu Taimiyah mengungkapkan, “Tafsir
Al-Baghawi merupakan ringkasan dari tafsir Ats-Tsa’labi tetapi ia memelihara
tafsirnya dari hadits-hadits maudhu dan pendapat bid’ah”.20

D. Muharrar Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz

1. Biografi Singkat Penulis


Nama lengkap Ibn 'Athiyah adalah al-Qadhi Abu Muhammad bin 'Abd al-
Haqq bin Ghalib bin 'Abdirrahman bin Ghalib ibn 'Athiyah al-Muharibi al-Maliki.
Beliau termasuk salah seorang ulama yang cukup dikenal di daerah Andalus
(Spanyol), khususnya di bidang fiqh, hadits, tafsir dan sastra Arab. Beliau lahir pada
masa Dinasti Murabithun, di Gharamithah, pada tahun 481 H/1088 M. Beliau dikenal
seorang yang ulet dalam mencari ilmu. Hal ini ditunjukkan dengan berguru kepada
beberapa Syaikh, namun guru utama beliau adalah bapaknya sendiri, seorang ahli
hadits. Melalui bapaknyalah, Ibn 'Athiyah memperoleh pelajaran tafsir sekaligus
pengamalannya.21 Ibnu Athiyah tumbuh dirumah ilmu dan mulia. Ayahnya Abu
Bakar Ghalib bin Athiyah seorang imam besar dan hafizh. Pergi menuntut ilmu dan
mendalami fiqh pada sejumlah ulama. Kakeknya. Athiyah melahirkan banyak
keturunan yang mulia dan terpandang. Maka tidaklah heran apabila ia pun seperti
kakeknya.22
Pengarang kitab Qalaid Al-Uqyan menyebutkan bahwa Ibnu Athiyah jago
sastra, nazham, dan prosa, sedikit menguasai syair. “ Ia pengarang kitab tafsir yang
agung dan terbaik dalam menulis dan menyeleksi”, demikian Abu Hayyan dalam
mukaddimah Bahrul Muhith memberikan pujian. Ia mengambil riwayat dari
ayahnya, juga dari Abu Ali Al-Ghassani dan As-Safadi. Riwayatnya diambil oleh

19
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 74-75
20
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 223
21
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 87
22
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 226

9
Abu Bakar bin Hamzah, Abul Qasim bin Hubesy, Abu Ja’far bin Midha dan lainya.
Qadhi Ibnu Athiyah seorang ulama yang terkenal luas ilmunya dalam berbagai
disiplin ilmu. Ibnu Farhun dalam Ad-Dibaj Al-Mudzhib memasukkannya ke tokoh
imam mazhab Maliki sedangkan As-Suyuti menggolongkannya dalam kitab
Bughyatu Al-Wu’at ke para syaikh dan icon ahli nahwu.23
Ibn 'Athiyah dikenal seorang yang sangat cerdas dan memiliki perhatian yang
cukup besar terhadap keilmuan. Beliau sangat berkeinginan untuk menguasai
beberapa kitab agar mampu berbuat adil dalam memutuskan perkara. Beliau juga
dikenal seorang pejuang yang gigih, yang bergelut langsung dalam peperangan.
Beliau juga diangkat sebagai Hakim agama di kota Mariyah, Andalus.24
Akhirnya, pada tahun 542 H/1147 M beliau meninggal. Kemungkinan kitab
tafsirnya ini telah selesai ditulis pada akhir Dinasti Murabithun, Andalus, di daerah
Buraqah, Maroko. Di antara karya-karyanya:
1. Al-Muharrar al-Wajiz (tafsir)
2. Al-Ansab
3. Al-Fahrisat fi Kutub at-Tarajum al-Andulusiyah wa Masyayikhi.25

2. Sekilas tentang Kitab Muharrar Al-Wajiz


Al-Muharrar memiliki kesamaan dengan al-Kasysyaf, karya Zamakhsyari,
yaitu sama-sama bercorak sastra. Atau dengan kata lain, kedua kitab tersebut ditulis
atas dasar kaidah-kaidah sastra Arab dan lughat (kebahasaan). Ibn 'Athiyah juga
mengutip dari kitab tafsirnya al-Mahdawi, at-Tafshil al-Jami' li 'Ulum at-Tanzil.
Hal ini, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibn 'Athiyah dalam mukaddimah
kitabnya, "bahwa al-Mahdawi adalah seorang yang sangat dipercaya tulisannya."
Bahkan Ibn 'Athiyah meniru uslub yang digunakan oleh al-Mahdawi, yakni
memerlukan pengamatan dan pemikiran yang mendalam untuk menafsirkan al-
Qur'an.26
Sebagaimana kitab-kitab tafsir tahlili lainnya, al-Muharrar juga dimulai
dengan menyebutkan ayat lalu ditafsirkan dengan redaksi yang sederhana dan
mudah. Kemudian diperkuat dengan riwayat-riwayat, sebagaimana kitab tafsir bil-
ma'tsur. Kitab tafsir yang paling banyak dikutip adalah Jami' al-Bayan, Imam Ath-

23
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 226
24
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 87
25
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 88
26
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 88-89

10
Thabari, dengan tetap mengkritisinya. Dan yang paling banyak dikutip dari Ath-
Thabari adalah syi'ir-syi'ir Arab. Ibn 'Athiyah selalu mendasarkan pemaknaan ayat
kepada kaidah-kaidah bahasa Arab, terutama kali dari segi nahwunya. Ibn 'Athiyah
juga menyebutkan sekaligus menganalisa beberapa perbedaan qira'at.27
Dalam mukaddimah tafsirnya Abu Hayyan mencoba membandingkan tafsir
Ibnu Athiyah dengan tafsir Az-Zamakhsyari, ungkapnya, “Kitab Ibnu Athiyah
lebih banyak naql (Riwayat yang dikutipnya), lebih bersih, lebih lengkap,
sedangkan kitab Zamakhsyari lebih ringkas dan lebih dalam”. Imam Ibnu Taimiyah
dalam Al-Fatawa juga memberi penilaian, “Tafsir Ibnu Athiyah lebih baik dari
tafsir Az-Zamakhsyari, lebih shahih riwayatnya dan pembahasannya dan lebih jauh
dari bid’ah. Sekalipun memuat sebahagiannya, namun jauh lebih baik dari kitab
Zamakhsyari. Bahkan mungkin unggul diantara kitab-kitab tafsir”.28
Ibn 'Athiyah juga memberi perhatian terhadap ayat-ayat hukum, dan
menganalisanya sesuai dengan mazhabnya, Maliki. Sebab beliau termasuk tokoh
mazhab Maliki, Mujtahid Mazhab. Oleh karena itu, penjelasan beliau akan sangat
mendalam dan terperinci. Bahkan, terkadang beliau mengomentari pendapat Ibn
Hazm al-Andalusi, penganut mazhab Zahiri. Namun, bukan bermaksud menentang
pendapatnya dalam istinbath hukum. Oleh karena itu, beliau tidak terlalu
berlebihan dalam masalah-masalah fiqhiyah, juga tidak secara khusus menentang
mazhab lain di luar mazhab empat, dan juga tidak bersikap ta'assub. Mengenai
kisah-kisah isra'iliyat, meskipun ada, akan tetapi di dalam kitab tafsir ini tidak
terlalu banyak. Sebab, secara prinsip, kisah-kisah isra'iliyat itu dikutip demi
kepentingan pamaknaan ayat. Oleh karena itu, di beberapa tempat tidak banyak
dijumpai kisah-kisah isra'iliyat tersebut yang oleh sebagian mufassir justru banyak
dikutip. Terlebih lagi, jika riwayat tersebut lemah, tidak meyakinkan
kesahihannya.29
Dalam penafsirannya, Ibn 'Athiyah bersandar kepada kitab-kitab tafsir
lainnya, seperti tafsirnya al-Mahdawi dan Makki bin Abi Thalib. Kedua kitab inilah
yang paling banyak dikutip oleh Ibn 'Athiyah. Baik secara langsung maupun tidak
langsung. Baik diikuti dengan komentar beliau maupun dikutip begitu saja tanpa
komentar sedikit pun. Kitab tafsir ini juga banyak dirujuk oleh para mufassir lain,

27
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 89-90
28
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 227
29
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 91-92

11
seperti Abu Hayyan al-Andalus dalam kitabnya, al-Bahr al-Muhith, al-Qurthubi
dalam kitabnya, Jami' Ahkam al-Qur'an. Kitab ini juga diringkas, misalnya, oleh
ats-Tsa'alibi al-Maghribi, dalam kitabnya, al-Jawahir al-Hisan fi Tafsir al-Qur'an,
dengan sedikit tambahan dan perubahan.

E. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim

1. Biografi Singkat Penulis


Nama lengkap Ibn Katsir adalah 'Imaduddin Al-Hafizh Abu al-Fida` Isma'il
bin 'Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi. Beliau dikenal seorang
ahli fiqh, sejarawan, dan mufassir; mazhab beliau adalah Syafi'i. Beliau lahir pada
tahun 701 H (ada juga yang berpendapat tahun 700 H), di sebuah desa kecil sebelah
selatan Bushra, wilayah pemerintahan Damaskus. Beliau mulai belajar agama sejak
kecil bahkan melakukan perjalanan ilmiah di luar daerahnya. Beliau ditinggal mati
kedua orang tuanya sejak masih kecil, pada tahun 703 H.30
Di antara guru-guru beliau adalah Kamaluddin 'Abd al-Wahhab, Ibn asy-
Syahnah, al-Amidi, Ibn 'Asakir, dan lain-lain, sebagaimana yang dituturkan oleh
al-Mizzi di dalam kitabnya, Tahzib al-Kamal. Beliau juga banyak mengambil
pendapat Ibn Taimiyah, bahkan beliau pernah mendapatkan cobaan cukup berat,
termasuk disakiti secara fisik, ketika mendasarkan fatwanya tentang talak kepada
Ibn Taimiyah. Banyak gelar yang dinisbatkan kepada beliau, di antaranya,
muhaddits, ahli fiqh, mufassir, dan kritikus hadis. Adapun disiplin ilmu yang paling
menonjol, yang ditekuni sampai akhir hayat adalah sejarah dan hadis. Di antara
karya-karyanya:
1. al-Bidayah wan-Nihayah (sejarah)
2. Thabaqat al-Fuqaha` asy-Syafi'iyyah
3. Al-Ba'its al-Hatsits ila Ma'rifat 'Ulum al-Hadits
4. Risalah fi al-Jihad
5. Al-Fushul fi Ikhtashar Sirah ar-Rasul
6. Fadhail al-Qur`an wa Tarikh Jam'ih wa Kitabih wa Lughatih
7. Nihayah al-Bidayah wan-Nihayah.31

30
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 141
31
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 141-142

12
Ibnu Hajar berkata, “Ibnu Katsir menggeluti hadis dengan menelaah matan
dan rijalnya, menghimpun tafsir dan mulai mengarang kitab besar tentang ahkam
namun tidak rampung. Ia juga Menyusun kitab Tarikh berjudul Al-Bidayah wan
Nihayah, menulis Thabaqat Asy-Syafiyyah dan mencoba menulis Syarah Shahih
Bukhari. Banyak ingat dan baik dalam senda gurau. Karya-karyanya beredar
dibanyak negeri saat hidupnya yang diambil manfaatnya oleh umat manusia setelah
kematiannya. Ia tidak menempuh cara ahli hadits dalam mendapatkan perawi-
perawi lebih tinggi dan hal sejenis bidang mereka. Ia tidak lain adalah ahli hadis
para fuqaha. Ia meringkas kitab Ibnu Shalah yang banyak memberi faidah”. Imam
Adz-Dzahabi memberi pujian tentangnya dalam kitab Mu’jam Al-Mukhtas,
“Seorang Imam pemberi fatwa, ahli hadits yang ulung, ahli fiqh pemilik beragam
ilmu, jago tafsir yang banyak menguasai riwayat, pengarang yang tulisannya
banyak bermanfaat”. Kesimpulanya bahwa Ibnu Katsir ilmunya nampak begitu
jelas bagi orang yang membaca tafsir atau sejarahnya. Keduanya merupakan karya
terbaiknya yang dipersembahkan untuk umat manusia.32
Al-Hafizh Ibnu Katsir wafat pada bulan Sya’ban tahun 774 H, dimakamkan
di perkuburan Sufiah disisi kuburan gurunya Ibnu Taimiyah.33

2. Sekilas tentang Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim


Tafsir Ibnu Katsir termasuk tafsir bil ma’tsur yang paling terkenal dan kitab
kedua setelah tafsir Ibnu Jarir. Pengarangnya memberi perhatian kepada riwayat
dari ahli tafsir kalangan salaf. Maka dikutipnya hadits dan atsar berikut sanadnya
sampai kepada sumbernya dengan penjelasan tentang jarh wa ta’dil.34
Pada bab mukaddimah, Ibn Katsir menjelaskan terlebih dahulu sekitar
keutamaan-keutamaan dan ilmu-ilmu al-Qur`an, kemudian menjelaskan tentang
teknik atau metodologi penafsiran yang benar, cara pengambilan dalil yang
bersumber dari ahli kitab, dan disinggung juga tentang ulumul-Qur`an, seperti
makkiyah-madaniyah, jumlah ayat, makna surah dan ayat. Akan tetapi, dalam bab
mukaddimah ini, Ibn Katsir banyak mengutip pendapat gurunya, Ibn Taimiyah.
Beliau juga banyak mendasarkan penafsirannya kepada kitab-kitab tafsir, seperti
ath-Thabari, Ibn Abi Hatim, Ibn 'Atiyah dan lain-lain. Ibn Katsir mendasarkan

32
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 229-230
33
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 229
34
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 230-231

13
penafsirannya pada Riwayat-riwayat. Untuk memperkuat penafsirannya, Ibn Katsir
juga mendasarkan pada ilmu bahasa Arab dan sya'ir-sya'ir Arab.35
Ibn Katsir dalam penulisannya menggunakan metodologi standar. Yakni
menyebutkan nama surat dan keutamaanya, lalu menafsirkannya ayat per ayat.
Sebagai mufassir yang menggunakan pendekatan bil-ma`tsur, Ibn katsir
mengawalinya dengan mencari penjelasan dari al-Qur`an itu sendiri, jika tidak
ditemukan, beliau mencari di beberapa hadis. Sementara yang terkait dengan
makna al-Qur`an, Ibn Katsir mendasarkan penjelasannya pada kaidah-kaidah
bahasa Arab, sya'ir-sya'ir Arab. Beliau juga menuturkan sabab nuzul dengan
redaksi yang mudah dan jelas. Beliau juga mengutip beberapa riwayat yang
mendukung penafsirannya lengkap dengan sanadnya. Di sela-sela penafsirannya,
juga disinggung masalah-masalah fiqhiyah dan selalu dinisbatkan kepada siapa
yang mengatakannya. Namun, beliau tetap konsisten terhadap mazhabnya, Syafi'i,
namun tidak terlalu berlebihan.36
Di antara keistimewaan kitab tafsir Ibn Katsir ini adalah terletak pada
penjelasannya tentang shahih dan tidaknya suatu riwayat. Sehingga para pembaca
akan bisa mengetahui mana riwayat yang shahih dan yang dha'if. Bahkan, beliau
juga melakukan kritik sanad melalui metode jarh (perawi yang cacat) dan ta'dil
(perawi yang adil).37 Juga dianggap sebagai pelopor satu-satunya dalam
menujukkan israiliyyat dan hadits-hadits palsu dalam tafsir. Terkadang beliau
menyebutkan, dan mengomentari sebagai sesuatu yang disusupkan kedalam
riwayat Islam, dan menjelaskan sebagai israiliyyat yang batil dan dusta. Dan
terkadang beliau tidak menyebutkan, tapi sekedar memberi isyarat dan menjelaskan
pendapatnya.38 Contohnya, saat menafsiri Q.S Al-Baqarah : 67, “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu untuk menyembelih sapi betina…..”, ia menceritakannya
panjang lebar sampai hal aneh dengan menceritakan bahwa mereka mencari sapi
betina khusus dan berada pada Bani Israil yang paling berbakti….” Setelah beliau
menceritakan riwayat itu yang dating dari Sebagian salaf, Ibnu Katsir berkata, “
Keterangan dari Ubaidah, Abu Aliyah, As-Sudi dan lainya terjadi ikhtilaf. Yang
jelas semua itu berasal dari kitab-kitab Bani Israil yang boleh diriwayatkan tetapi

35
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 142-143
36
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 143-144
37
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 145
38
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Israiliyyat dan Hadits-hadits Palsu Tafsir Al-Qur’an (penerj:
Mujahidin Muhayan dkk), (Depok: Keira Publishing, 2019), cetakan ke-3, hlm. 129

14
tidak boleh dibenarkan atau didustakan. Maka cerita-cerita ini tidak boleh
dipercaya kecuali yang sesuai dengan”.39
Imam Adz-Dzahabi berkata, "Tafsir Ibn Katsir dikenal sebagai kitab tafsir
bil-ma`tsur. Ia mendapat julukan kitab tafsir bil ma`tsur kedua setelah ath-Thabari.
Di mana si mufassir mendasarkan penjelasannya kepada hadis-hadis nabi, pendapat
para sahabat, yang dilengkapi dengan sanad-sanadnya, juga disertai dengan kritik
sanad.40

F. Al-Jawahir Al-Hisan fi Tafsir Al-Qur’an

1. Biografi Singkat Penulis


Pengarangnya adalah Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Makhluf
Ats-Tsa’alibi Al-Jazairi Al-Maghribi Al-Maliki. Imam Al-Hujjah, ulama yang
mangamalkan ilmunya, zuhud dan wara, waliyullah al-arif billah, yang berpaling dari
kesenangan dunia dan para pencarinya. Ia tergolong hamba Allah yang sholeh.41
Ibnu Salamah Al-Bakri berujar, “Syaikh kami Ats-Tsa’alibi seorang shaleh
yang zuhud, banyak ilmu, dan seorang wali terkemuka. Yang jelas, umat manusia
bersepakat atas kedudukannya sebagai imam dan keshalehannya. Sejumlah syaikh
seperti Imam Al-Abiy, wali Al-Iraqi dan lainnya memuji ilmu dan agamanya. Ia telah
memperkenalkan dirinya dibanyak kitabnya. Ia ceritakan bahwa ia pergi dari Al-
Jazair untuk menuntut ilmu di penghujung kurun delapan. Ia datang ke kota Jayah,
Negeri Tunisia, Mesir, dan kembali ke Tunisia. “Saat di Tunisia tidak ada yang
melebihi saya dalam hadits. Jika saya bicara, mereka diam dan menerima riwayat
saya karena tawadhu dan mengakui haq. Saat saya datang dari negeri Timur,
Sebagian ulama Maghrib menukas, “ Engkau adalah lambang ilmu hadits”. Ats-
Tsa’alibi menyebutkan para syaikh yang telah diambil riwayatnya olehnya dinegara-
negara itu.42
Ia seorang Imam yang mengarang banyak kitab antara lain Al-Jawahir Al-
Hisan yang tengah kita bahas, Adz-Dzahab Al-Ibris fi Gharib Al-Qur’an Al-Aziz,
Tuhfatul Ikhwan fi I’rab Badhi Ayat Al-Qur’an dan kitab lainnya dalam bermacam-

39
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 232
40
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 142
41
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 233
42
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 233-234

15
macam ilmu. Beliau tutup usia pada tahun 876 H dalam usia 90 tahun, dikuburkan
di kota Al-Jazair.43

2. Sekilas tentang Kitab Al-Jawahir Al-Hisan


Dalam mukaddimah tafsirnya ini, Ats-Tsa’alibi menuturkan sebagai berikut,
“Dikarya ringkas ini saya telah menghimpun untuk diri saya dan anda apa-apa yang
saya harapkan dijadikan oleh Allah sebagai penyejuk mata kita didunia dan diakhirat.
Saya telah merangkum hal penting dari apa yang dimuat dalam tafsir Ibnu Athiyyah
dengan tambahan yang banyak manfaatnya yang saya ambil dari kitab para imam
dan tokoh yang tsiqoh , yang jumlahnya hampir 100 karangan. Dan tidak ada
karangan didalamnya melainkan merupakan hasil karya imam yang masyhur dalam
beragama dan tergolong ahli tahqiq. Setiap riwayat yang saya dapatkan dari para ahli
tafsir, saya kutipkan dan lafadnya saya sitir. Saya tidak meriwayatkannya dengan
makna karena takut salah. Maka apa yang saya kutipkan adalah kalimat dan lafadz-
lafadz orang yang kepadanya saya nisbatkan. Yang saya kutip sendirian dari Imam
Ath-Thabari, merupakan ringkasan syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad
Allakhami An-Nahwi terhadapnya.44
Beliau juga berujar, “Hadits-hadits sahih dan hasan yang saya kutip selain
Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dalam bab adzkar dan doa, maka
kebanyakan diambil dari Imam An-Nawawi dan Silahul Mukmin, sedang dalam
targhib dan tarhib dan tentang perkara akherat, ,mayoritas diambil dari at-tadzkirah
karya Imam Al-Qurthubi dan kitab Al-Aqibah tulisan Abdul Haq. Terkadang saya
banyak menambahkan yang saya ambil dari Al-Masabih-nya Imam Al-Baghowi dan
dari yang lainnya. Yang jelas kitab saya berisikan hikmah-hikmah indah, butir-butir
Mutiara sunnah sahih dan hasan. Kitab saya beri judul Al-Jawahir Al-Hisan fi Tafsir
Al-Qur’an.45
Di akhir tafsir ia mengatakan bahwa, “Alhamdulillah, penulis telah menaburinya
dengan banyak Mutiara dan Alhamdulillah penulis telah mengambil banyak dari
peninggalan Ibnu Athiyyah dengan membuang keterangan yang berulang dan ucapan yang
sangat lemah. Penulis menambahnya dari yang lain berupa Mutiara berharga yang sangat
dibutuhkan yang istimewa dan dikaitkan kepada tempatnya, yang dinukil dengan kalimat-
kalimatnya. Pada semuanya itu penulis berupaya jujur dan benar.46

43
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 234
44
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 234
45
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 235
46
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 236

16
DR. Husein Adz-Dzahabi telah menelaah kitab ini yang beliau cantumkan dalam
bukunya. Bahwasanya Imam Ats-Tsa’alibi berkomitmen terhadap apa yang dikemukakan
dalam mukaddimahnya. Ia mengutip Riwayat dari orang yang telah disebutnya dan
memberinya huruf (tanda) sebagaimana telah disebutkan diatas. Sesekali ia membahas
qira’at dan nahwu, saat ia mendatangkan Riwayat dalam tafsir ia mendatangkannya tanpa
menyebut sanadnya. Ats-Tsa’alibi menyebutkan Sebagian Riwayat israiliyyat namun ia
memberi komentar atas ketidak sahihannya. Kesimpulannya Kitab Al-Jawahir Al-Hisan
sangat bermanfaat, himpunan dari banyak ringkasan kitab-kitab yang berfaedah, tidak ada
didalamnya isi yang membosan. 47

47
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 236-237

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang pemakalah sajikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada banyak ulama-ulama dari kalangan mutaqaddimin maupun mutakhirin yang
membuat kitab tafsir. Ada Imam As-Samarqandi pada abad ke-4 H dengan kitab Bahrul
Ulum-nya, Imam Ats-Tsa’labi pada abad ke-5H dengan kitab Al-Kasyaf wal Bayan an
Tafsir Al-Qur’an-nya , Imam Al-Baghowi pada abad ke-5H dengan kitab Ma’allim At-
Tanzil-nya, Imam Ibnu Athiyyah pada abad ke-6 H dengan kitab Muharrar Al-Wajiz-
nya, Imam Ibnu Katsir pada abad ke-7 H dengan kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim-nya,
dan Imam Ats-Tsa’alibi pada abad ke-8 H dengan kitab Al-Jawahir Al-Hisan-nya yang
pada hakikatnya adalah penjelasan ulang dari kitab Imam Ibnu Athiyyah dengan sedikit
tambahan dari beliau.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzahabi, Muhammad Husein. 2010. At-Tafsir wal Mufassirun (penerj:Nabhani Idris),


(Jakarta: Kalam Mulia), Cetakan ke- 1
Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad. 2019. Israiliyyat dan Hadits-hadits Palsu Tafsir
Al-Qur’an (penerj: Mujahidin Muhayan dkk), (Depok: Keira Publishing), Cetakan ke-
3
Hakim IMZI, A. Husnul. 2019. Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-kitab Tafsir
dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer), (Depok: Lingkar Studi Al-
Qur’an(ELSiQ)), Cetakan ke-2
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-
tafsiir-al-quran/

19

Anda mungkin juga menyukai