DISUSUN OLEH :
Mushab Ibnu Muhajir
Umar Sahab Sembiring
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat yang tidak bisa
kita hitung jumlahnya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
Baginda Nabiullah Muhammad SAW. Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Studi
Tafsir Klasik kami selaku penulis, membuat makalah ini yang bertemakan : “Kitab
Bahrul Ulum, Al-Kasyf wal Bayan an Tafsir Al-Qur’an, Ma’allim At-Tanzil,
Muharrar Al-Wajiz, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, & Al-Jawahir Al-Hisan”. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kami berharap kritikan dan saran serta bimbingan dari Dosen
Pembimbing serta teman-teman sekalian agar kedepannya kami bisa memperbaiki
kesalahan dan kekeliruan tersebut sehingga kedepannya menjadi lebih baik lagi. Dan kami
berharap semoga pembaca bisa mengambil manfaat dari makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Bahrul Ulum ............................................................................................................... 2
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 2
2. Sekilas tentang Kitab Bahrul Ulum ......................................................................... 3
B. Al-Kasyf wal Bayan an Tafsiril Qur’an .................................................................. 4
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 4
2. Sekilas tentang kitab Al-Kasyf wal Bayan an Tafsiril Qur’an ............................... 5
C. Ma’allim At-Tanzil..................................................................................................... 6
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 6
2. Sekilas tentang Kitab Ma’allim At-Tanzil .............................................................. 7
D. Muharrar Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz ....................................................... 9
1. Biografi Singkat Penulis .......................................................................................... 9
2. Sekilas tentang Kitab Muharrar Al-Wajiz ............................................................. 10
E. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim ..................................................................................... 12
1. Biografi Singkat Penulis ........................................................................................ 12
2. Sekilas tentang Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim ............................................... 13
F. Al-Jawahir Al-Hisan fi Tafsir Al-Qur’an .............................................................. 15
1. Biografi Singkat Penulis ........................................................................................ 15
2. Sekilas tentang Kitab Al-Jawahir Al-Hisan .......................................................... 16
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman para salafus shaleh telah berkembang kitab-kitab tafsir dari para ulama
yang berkompeten di bidang ilmu tafsir baik itu dari kalangan Sunni maupun Syiah. Dan
hal tersebut berlanjut hingga sekarang, oleh karena itu yang menjadi pertanyaannya
adalah apakah kita mengetahui atau mengenal salah satu dari ulama-ulama tafsir beserta
kitab tafsirnya tersebut. Maka berangkat dari itu kami selaku pembuat makalah akan
membahas beberapa biografi ulama-ulama tafsir dan kitab-kitab tafsirnya di zaman
salafus saleh dari kalangan Sunni yaitu Kitab Bahrul Ulum karya Imam As-Samarqandi,
Al-Kasyf wal Bayan an Tafsir Al-Qur’an karya Imam Ats-Tsa’labi, Ma’allim At-Tanzil
karya Imam Al-Baghawi, Muharrar Al-Wajiz karya Imam Ibnu Athiyah, Tafsir Al-
Qur’an Al-Azhim karya Imam Ibnu Katsir, & Al-Jawahir Al-Hisan karya Imam Ats-
Tsa’alibi .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahrul Ulum
1
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa
Kontemporer), (Depok: Lingkar Studi Al-Qur’an(ELSiQ), 2019), Cetakan ke-2, hlm. 38
2
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm.38
3
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm.38-39
2
2. Sekilas tentang Kitab Bahrul Ulum
Pengarang kitab Kasyfuzh Zhunun menulis sebagai berikut, “Tafsir Abul Laits
As-Samarqandi Nasr bin Muhammad yang wafat thn. 375 H merupakan kitab yang
masyhur, baik dan bermanfaat. Hadis-hadisnya telah ditakhrij oleh Zainuddin Qasim
bin Qutlubagha seorang ulama Hanafi W. 854 H.4
Tafsir ini berupa tulis tangan terdiri dari 3 jilid, terdapat di perpustakaan Darul
Kutub Al-Misriyah. Dua naskah darinya yang masih tulis tangan dijumpai di
perpustakaan Al-Azhar Kairo. Satu naskah terdiri dari 2 jilid yang satu naskah lagi
terdiri dari 3 jilid.5
Imam Abu Laits As-Samarqandi menghimpun dua pendekatan sekaligus, yaitu
bir-riwayah dan bid-dirayah; namun, secara umum beliau menggunakan bentuk
penafsiran bir-riwayah. Beliau juga mengutip kepada pendapat para sahabat dan
ahli-ahli bahasa. Sedangkan untuk sabab nuzul, beliau mendasarkan pada kitab-kitab
sejarah; beliau juga membicarakan nasikh-mansukh dan ilmu qira`at. Secara khusus,
as-Samarqandi tidak menjelaskan karakteristik penafsirannya di dalam
mukaddimahnya, bahkan juga di pembahasan-pembahasan tafsirnya, kecuali hanya
memulainya, pada bab awal, dengan memberi dorongan dalam mempelajari tafsir.
Di dalam bab ini disebutkan beberapa hadis shahih berkenaan dengan keutamaan al-
Qur`an, keutamaan ilmu tafsir, syarat-syarat seorang mufassir dan larangan
menafsirkan dengan ra`yu, baru kemudian beliau menafsirkan ayat-ayat yang
dimulai dari surat al-Fatihah. Dalam penafsirannya, beliau berpedoman kepada
pendapat para sahabat dan tabi'in, seperti Ibn 'abbas, Ibn Mas'ud, Ubay bin Ka'ab,
Mujahid bin Jabr, Hasan al-Bashri, dan lain-lain. Dalam bentuk tafsir naqli, beliau
banyak menyandarkan kepada pakar-pakar tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman,
Qatadah bin Da'amah. Sedangkan dari sisi kebahasaan, beliau menyandarkan
pendapatnya pada az-Zajjaj, al-Farra`, Ibn Qutaibah ad-Dainuri, dan Abi 'Ubaidah
Ma'mar bin Mutsanna.6
As-Samarqandi ketika menyebutkan riwayat-riwayat dalam penafsirannya,
memang tidak selengkap ath-Thabari. Namun beliau telah menjelaskan di
mukaddimah kitabnya, Bustân al-'Arifîn, alasannya ia berkata: "Aku sengaja
4
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun (penerj:Nabhani Idris), (Jakarta: Kalam Mulia, 2010),
Cetakan ke- 1, hlm. 214
5
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun………….hlm. 214
6
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm.39-40
3
membuang sanad-sanad hadisnya, untuk mempermudah para pembacanya,
meringankan para pengkajinya, serta demi kemanfaatan yang lebih luas…."
Pernyataan as-Samarqandi ini tidak bisa secara mutlak dipahami sebagai sikap
ketidakpedulian beliau terhadap penyebutan nama-nama perawi. Sebab, di beberapa
tempat, beliau juga menyebutkan nama-nama perawinya sekiranya hal itu terdapat
perbedaan thariqah (jalur periwayatan). Beliau terkadang juga meriwayatkan hadis-
hadis dha'if tanpa memberi komentar dan kritikan. Begitu juga terhadap kisah-kisah
Isra`iliyat, hampir-hampir tidak disertai nama perawinya dan tidak memberi
penjelasan statusnya. Di antara kisah-kisah Isra`iliyat itu adalah kisah Malaikat
Harut dan Marut (Q.s. al-Baqarah/2:102), terusirnya Adam dari surga (Q.s. al-
Baqarah/2: 36), dan kisah Jalut dan balatentaranya (Q.s. al-Baqarah/2: 250). Masih
banyak kisah-ksiah lain yang tidak sesuai dengan ajaran pokok syari'at dan
bertentangan dengan akal sehat.
Untuk ayat-ayat hukum, beliau hanya menyinggung sekedarnya saja, yang
sekiranya dibutuhkan dalam penafsiran. Meski tidak konsisten menerapkan tafsir bil-
ma’tsur, tetapi al-Laits memberikan perhatian cukup besar terhadap metode ini, baru
kemudian beliau menjelaskannya dari sisi kebahasaan, ilmu qira`at, makkiyah-
madaniyah, nasikh-mansukh, dan lain-lain.
7
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun ………hlm. 215
8
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 216
4
Dalam sejarah Islam dikenal dua tafsir terkenal yang disandarkan kepada
nama Al Tsa’laby. Pertama, tafsir karya Al Tsa’laby Al Naisabury Al Syafi’i yang
berjudul asli Al Kasyf wa Al Bayaan fii Tafsiir Al Qur’aan. Kedua, tafsir Al
Tsa’laby karya Al Tsa’laby Al Maghribi Al Maliki yang berjudul asli Al Jawaahir
Al Hisaan fii Tafsiir Al Qur’an. Yang pertama ulama abad ke 5 H, sedangkan yang
kedua abad ke 9 H.9
Imam As-Sam’ani menyebutkan bahwa Al-Tsa’labi adalah laqab (julukan),
bukan nasab. Beliau adalah seorang hafiz yang alim, unggul dalam penguasaan
bahasa Arab secara luas. Beliau ini juga ditegaskan seorang imam Al Qusyairi
penyusun Risalah Qusyairiyah dan Imam Al Wahidi penyusun Asbab Al Nuzul Al
Wahidi yang juga mengambil ilmu darinya. Beliau juga dikenal orang yang benar
penuqilan-nya dan terpercaya dalam ilmu penuqilan, singkatnya beliau ialah
seorang ahli riwayat yang diantaranya mengambil ilmu riwayat Ibn Khuzaimah,
sehingga beliau juga digelari al Hafiiz sebagai disebutkan dalam Tarikh Al
Naisabur.10
9
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-tafsiir-al-quran/
diakses pada 03/10/2023 pukul. 10.00 WIB
10
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-tafsiir-al-quran/
diakses pada 03/10/2023 pukul. 10.00 WIB
5
Taimiyyah menyebutkan, “Bahwa Al Tsa’labi dalam dirinya ditemui kebaikan
juga keberhutangan, yaitu di dalam karyanya terdapat riwayat yang shahih, dhai’f,
dan maudhu’.” Hal ini juga disampaikan oleh Al Kattani dalam Risalah Al
Mustathrafah bahwa di dalam tafsirnya terdapat hadis maudhu’ (palsu), dan kisah-
kisah yang bathil.
Tafsir Al Kasyf wa Al Bayan mengggunakan metode tafsir tahlili, yaitu
menjabarkan/menjelaskan ayat per ayat sesuai tartib mushaf. Adapun sistematika
penyajian sebagai berikut : (1) beliau menyebutkan latar belakang penamaan dan
hal yang berkaitan dengan surah yang dibahas, (2) menyebutkan asbabun nuzulnya,
(3) mengutip ayat per ayat lalu dijelaskan, (4) memberikan analisa bahasa, ragam
qiraa’at, (5) mengutip syair-syair arab untuk menjelaskan makna dan penggunaan
kata dan konteksnya, dan (5) mengutip riwayat-riwayat yang berkaitan dengan
penafsiran baik dari nabi, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in.11
C. Ma’allim At-Tanzil
11
https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/04/19/tafsir-al-tsalaby-al-kasyf-wa-al-bayaan-fii-tafsiir-al-quran/
diakses pada 03/10/2023 pukul. 10.00 WIB
12
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 70
6
beliau selalu berhubungan dengan Hakim dan Amir (pemerintah), sehingga
seringkali beliau mendapatkan sesuatu pemberian dari mereka.13
Imam Baghawi seorang imam dalam tafsir, hadits, dan fiqh. Dikelompokkan
oleh Tajuddin As-Subkhi ke kelompok pemuka ulama Syafi’iyyah. Ujarnya, “Ia
seorang imam yang utama, wara, zuhud, dan ahli fiqh, ahli hadits dan pakar tafsir,
yang kumpul padanya ilmu dan amal. Ia menempuh jalan salafus shaleh,
mengarang kitab tafsir dan menjelaskan ucapan Nabi yang sulit, juga menekuni
hadits dan mengarang banyak kitab. Karya-karyanya mendapat keberkahan dengan
mendapat tempat ditengah umat karena keikhlasan niat”.14
Akhirnya, pada tahun 516 H/1122 M, beliau wafat di daerah kelahirannya,
Marwazur, dan dimakamkan di samping gurunya, al-Qadhi Husein. Di antara
karya-karyanya:
1. Tafsir Ma'alim at-Tanzil
2. Syarh Sunnah fi al-Hadits
3. al-Mashabih fi al-Hadits
4. at-Tahzib fi al-Fiqh asy-Syafi'I
5. al-Kifayah fi al-Fiqh (berbahasa Parsi)
6. al-Kifayah fi al-Qira'at.15
Ada juga yang mengatakan bahwa beliau bepulang ke rahmatullah pada
tahun tahun 510 H dalam usia lebih dari 80 tahun.16
13
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 70-71
14
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 222
15
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 71
16
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 222
17
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 71
7
Kitab Ma'alim at-Tanzil adalah salah satu kitab tafsir yang cukup dikenal,
khususnya ketika membahas mufassir salaf (klasik). Kitab ini juga tidak terlalu
besar tetapi cukup komprehensif. Pada bab mukaddimah, al-Baghawi menjelaskan
rangkaian sanad tafsirnya, yang terbanyak kalau tidak boleh disebut penjelmaan
dari tafsir ats-Tsa'labi. Al-Baghawi bukan hanya terbatas pada penafsiran bil
ma'tsur, beliau juga menjelaskan tentang keragaman ma'na, qira'at, bahasa, i'rab,
wazn, tafsir dan ta'wil, hukum-hukum fiqh, disertai komentar terhadap beberapa
pendapat yang tidak sesuai dengan pemikiran mainstremnya, juga mengkritisi
riwayat-riwayat hadis maudhu' di tafsir ats-Tsa'labi tersebut. Di dalam bab
mukaddimah, al-Baghawi menjelaskan, tentang manhaj, metode penulisan, latar
belakang, beberapa kitab tafsir yang menjadi sandaran riwayat-riwayat dalam
tafsirnya, kitab-kitab lainnya yang disusun pada masanya. Kemudian al-Baghawi
menjelaskan pasal-pasal khusus, antara lain, tentang keutamaan al-Qur'an dan
membacanya, ancaman bagi orang yang menafsirkan al-Qur'an dengan ra'yunya
tanpa landasan keilmuan yang benar. Di samping secara khusus merujuk kepada
penafsiran ats-Tsa'labi, beliau juga berpedoman kepada kitab-ktiab hadis, pendapat
shahabat dan tabi'in. Sementara penjelasan dari sisi kebahasaan, baik yang terkait
dengan makna ayat maupun analisis kebahasaannya, al-Baghawi merujuk kepada
para ahli bahasa, seperti Imam Khalil bin Ahmad, Imam Sibawaih, Imam Akhfasy,
Imam Mubarrad. Begitu juga, mengutip pendapatnya para Imam Syi'ah awal,
seperti Muhammad bin Hanafiyah, 'Ali bin al-Husein Zainal 'Abidin dan anaknya,
Abi Ja'far Muhammad al-Baqir, dan Muhammad bin Ja'far. Beliau juga, mereferen
kepada para ulama sufi, yang dikenal dengan sebutan Arbab al-Lisan, seperti Syahr
bin Hausyab, Ibrahim bin Adham, Fudhail bin 'Iyadh, Sahl at-Tustari, al-Junaid dan
lain-lain.18
Teknik penulisan yang digunakan al-Baghawi adalah penulisan standar, yang
juga dipedomani oleh para mufassir lainnya. Seperti menyebutkan nama surah dan
maknanya, tempat turunnya, makkiyah-madaniyah disertai dengan beberapa
perbedaan pendapat mengenai hal itu. Selanjutnya, masuk ke penafsiran yang
diawali dengan penjelasan tentang bahasa dan i'rabnya. Al-Baghawi juga
menampilkan beberapa perbedaan qira'at, baik yang masyhur maupun syadz, sabab
nuzul, nasakh-mansukh, hukum-hukum fiqh mazhab Syafi'I, dasar-dasar akidah
18
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 73
8
Asy'ariyah dengan disertai tanggapan atas mazhab Mu'tazilah. Berkenaan dengan
kisah-kisah isra'iliyat dan riwayat-riwayat tentangnya, al-Baghawi banyak sekali
menyebutkannya seperti yang dilakukan ats-Tsa'labi. Hal ini, bisa dilihat dalam
penafsiran beliau tentang kisah Harut dan Marut, nabi Dawud, Perempuan Arya.
Al-Baghawi banyak mencantumkan riwayat-riwayat tersebut meskipun secara
singkat. 19
Dalam mukaddimah Ushul Tafsir, Ibnu Taimiyah mengungkapkan, “Tafsir
Al-Baghawi merupakan ringkasan dari tafsir Ats-Tsa’labi tetapi ia memelihara
tafsirnya dari hadits-hadits maudhu dan pendapat bid’ah”.20
19
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 74-75
20
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 223
21
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 87
22
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 226
9
Abu Bakar bin Hamzah, Abul Qasim bin Hubesy, Abu Ja’far bin Midha dan lainya.
Qadhi Ibnu Athiyah seorang ulama yang terkenal luas ilmunya dalam berbagai
disiplin ilmu. Ibnu Farhun dalam Ad-Dibaj Al-Mudzhib memasukkannya ke tokoh
imam mazhab Maliki sedangkan As-Suyuti menggolongkannya dalam kitab
Bughyatu Al-Wu’at ke para syaikh dan icon ahli nahwu.23
Ibn 'Athiyah dikenal seorang yang sangat cerdas dan memiliki perhatian yang
cukup besar terhadap keilmuan. Beliau sangat berkeinginan untuk menguasai
beberapa kitab agar mampu berbuat adil dalam memutuskan perkara. Beliau juga
dikenal seorang pejuang yang gigih, yang bergelut langsung dalam peperangan.
Beliau juga diangkat sebagai Hakim agama di kota Mariyah, Andalus.24
Akhirnya, pada tahun 542 H/1147 M beliau meninggal. Kemungkinan kitab
tafsirnya ini telah selesai ditulis pada akhir Dinasti Murabithun, Andalus, di daerah
Buraqah, Maroko. Di antara karya-karyanya:
1. Al-Muharrar al-Wajiz (tafsir)
2. Al-Ansab
3. Al-Fahrisat fi Kutub at-Tarajum al-Andulusiyah wa Masyayikhi.25
23
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 226
24
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 87
25
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 88
26
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 88-89
10
Thabari, dengan tetap mengkritisinya. Dan yang paling banyak dikutip dari Ath-
Thabari adalah syi'ir-syi'ir Arab. Ibn 'Athiyah selalu mendasarkan pemaknaan ayat
kepada kaidah-kaidah bahasa Arab, terutama kali dari segi nahwunya. Ibn 'Athiyah
juga menyebutkan sekaligus menganalisa beberapa perbedaan qira'at.27
Dalam mukaddimah tafsirnya Abu Hayyan mencoba membandingkan tafsir
Ibnu Athiyah dengan tafsir Az-Zamakhsyari, ungkapnya, “Kitab Ibnu Athiyah
lebih banyak naql (Riwayat yang dikutipnya), lebih bersih, lebih lengkap,
sedangkan kitab Zamakhsyari lebih ringkas dan lebih dalam”. Imam Ibnu Taimiyah
dalam Al-Fatawa juga memberi penilaian, “Tafsir Ibnu Athiyah lebih baik dari
tafsir Az-Zamakhsyari, lebih shahih riwayatnya dan pembahasannya dan lebih jauh
dari bid’ah. Sekalipun memuat sebahagiannya, namun jauh lebih baik dari kitab
Zamakhsyari. Bahkan mungkin unggul diantara kitab-kitab tafsir”.28
Ibn 'Athiyah juga memberi perhatian terhadap ayat-ayat hukum, dan
menganalisanya sesuai dengan mazhabnya, Maliki. Sebab beliau termasuk tokoh
mazhab Maliki, Mujtahid Mazhab. Oleh karena itu, penjelasan beliau akan sangat
mendalam dan terperinci. Bahkan, terkadang beliau mengomentari pendapat Ibn
Hazm al-Andalusi, penganut mazhab Zahiri. Namun, bukan bermaksud menentang
pendapatnya dalam istinbath hukum. Oleh karena itu, beliau tidak terlalu
berlebihan dalam masalah-masalah fiqhiyah, juga tidak secara khusus menentang
mazhab lain di luar mazhab empat, dan juga tidak bersikap ta'assub. Mengenai
kisah-kisah isra'iliyat, meskipun ada, akan tetapi di dalam kitab tafsir ini tidak
terlalu banyak. Sebab, secara prinsip, kisah-kisah isra'iliyat itu dikutip demi
kepentingan pamaknaan ayat. Oleh karena itu, di beberapa tempat tidak banyak
dijumpai kisah-kisah isra'iliyat tersebut yang oleh sebagian mufassir justru banyak
dikutip. Terlebih lagi, jika riwayat tersebut lemah, tidak meyakinkan
kesahihannya.29
Dalam penafsirannya, Ibn 'Athiyah bersandar kepada kitab-kitab tafsir
lainnya, seperti tafsirnya al-Mahdawi dan Makki bin Abi Thalib. Kedua kitab inilah
yang paling banyak dikutip oleh Ibn 'Athiyah. Baik secara langsung maupun tidak
langsung. Baik diikuti dengan komentar beliau maupun dikutip begitu saja tanpa
komentar sedikit pun. Kitab tafsir ini juga banyak dirujuk oleh para mufassir lain,
27
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 89-90
28
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 227
29
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 91-92
11
seperti Abu Hayyan al-Andalus dalam kitabnya, al-Bahr al-Muhith, al-Qurthubi
dalam kitabnya, Jami' Ahkam al-Qur'an. Kitab ini juga diringkas, misalnya, oleh
ats-Tsa'alibi al-Maghribi, dalam kitabnya, al-Jawahir al-Hisan fi Tafsir al-Qur'an,
dengan sedikit tambahan dan perubahan.
30
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 141
31
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 141-142
12
Ibnu Hajar berkata, “Ibnu Katsir menggeluti hadis dengan menelaah matan
dan rijalnya, menghimpun tafsir dan mulai mengarang kitab besar tentang ahkam
namun tidak rampung. Ia juga Menyusun kitab Tarikh berjudul Al-Bidayah wan
Nihayah, menulis Thabaqat Asy-Syafiyyah dan mencoba menulis Syarah Shahih
Bukhari. Banyak ingat dan baik dalam senda gurau. Karya-karyanya beredar
dibanyak negeri saat hidupnya yang diambil manfaatnya oleh umat manusia setelah
kematiannya. Ia tidak menempuh cara ahli hadits dalam mendapatkan perawi-
perawi lebih tinggi dan hal sejenis bidang mereka. Ia tidak lain adalah ahli hadis
para fuqaha. Ia meringkas kitab Ibnu Shalah yang banyak memberi faidah”. Imam
Adz-Dzahabi memberi pujian tentangnya dalam kitab Mu’jam Al-Mukhtas,
“Seorang Imam pemberi fatwa, ahli hadits yang ulung, ahli fiqh pemilik beragam
ilmu, jago tafsir yang banyak menguasai riwayat, pengarang yang tulisannya
banyak bermanfaat”. Kesimpulanya bahwa Ibnu Katsir ilmunya nampak begitu
jelas bagi orang yang membaca tafsir atau sejarahnya. Keduanya merupakan karya
terbaiknya yang dipersembahkan untuk umat manusia.32
Al-Hafizh Ibnu Katsir wafat pada bulan Sya’ban tahun 774 H, dimakamkan
di perkuburan Sufiah disisi kuburan gurunya Ibnu Taimiyah.33
32
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 229-230
33
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 229
34
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 230-231
13
penafsirannya pada Riwayat-riwayat. Untuk memperkuat penafsirannya, Ibn Katsir
juga mendasarkan pada ilmu bahasa Arab dan sya'ir-sya'ir Arab.35
Ibn Katsir dalam penulisannya menggunakan metodologi standar. Yakni
menyebutkan nama surat dan keutamaanya, lalu menafsirkannya ayat per ayat.
Sebagai mufassir yang menggunakan pendekatan bil-ma`tsur, Ibn katsir
mengawalinya dengan mencari penjelasan dari al-Qur`an itu sendiri, jika tidak
ditemukan, beliau mencari di beberapa hadis. Sementara yang terkait dengan
makna al-Qur`an, Ibn Katsir mendasarkan penjelasannya pada kaidah-kaidah
bahasa Arab, sya'ir-sya'ir Arab. Beliau juga menuturkan sabab nuzul dengan
redaksi yang mudah dan jelas. Beliau juga mengutip beberapa riwayat yang
mendukung penafsirannya lengkap dengan sanadnya. Di sela-sela penafsirannya,
juga disinggung masalah-masalah fiqhiyah dan selalu dinisbatkan kepada siapa
yang mengatakannya. Namun, beliau tetap konsisten terhadap mazhabnya, Syafi'i,
namun tidak terlalu berlebihan.36
Di antara keistimewaan kitab tafsir Ibn Katsir ini adalah terletak pada
penjelasannya tentang shahih dan tidaknya suatu riwayat. Sehingga para pembaca
akan bisa mengetahui mana riwayat yang shahih dan yang dha'if. Bahkan, beliau
juga melakukan kritik sanad melalui metode jarh (perawi yang cacat) dan ta'dil
(perawi yang adil).37 Juga dianggap sebagai pelopor satu-satunya dalam
menujukkan israiliyyat dan hadits-hadits palsu dalam tafsir. Terkadang beliau
menyebutkan, dan mengomentari sebagai sesuatu yang disusupkan kedalam
riwayat Islam, dan menjelaskan sebagai israiliyyat yang batil dan dusta. Dan
terkadang beliau tidak menyebutkan, tapi sekedar memberi isyarat dan menjelaskan
pendapatnya.38 Contohnya, saat menafsiri Q.S Al-Baqarah : 67, “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu untuk menyembelih sapi betina…..”, ia menceritakannya
panjang lebar sampai hal aneh dengan menceritakan bahwa mereka mencari sapi
betina khusus dan berada pada Bani Israil yang paling berbakti….” Setelah beliau
menceritakan riwayat itu yang dating dari Sebagian salaf, Ibnu Katsir berkata, “
Keterangan dari Ubaidah, Abu Aliyah, As-Sudi dan lainya terjadi ikhtilaf. Yang
jelas semua itu berasal dari kitab-kitab Bani Israil yang boleh diriwayatkan tetapi
35
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 142-143
36
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 143-144
37
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 145
38
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Israiliyyat dan Hadits-hadits Palsu Tafsir Al-Qur’an (penerj:
Mujahidin Muhayan dkk), (Depok: Keira Publishing, 2019), cetakan ke-3, hlm. 129
14
tidak boleh dibenarkan atau didustakan. Maka cerita-cerita ini tidak boleh
dipercaya kecuali yang sesuai dengan”.39
Imam Adz-Dzahabi berkata, "Tafsir Ibn Katsir dikenal sebagai kitab tafsir
bil-ma`tsur. Ia mendapat julukan kitab tafsir bil ma`tsur kedua setelah ath-Thabari.
Di mana si mufassir mendasarkan penjelasannya kepada hadis-hadis nabi, pendapat
para sahabat, yang dilengkapi dengan sanad-sanadnya, juga disertai dengan kritik
sanad.40
39
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 232
40
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir………….hlm. 142
41
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 233
42
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 233-234
15
macam ilmu. Beliau tutup usia pada tahun 876 H dalam usia 90 tahun, dikuburkan
di kota Al-Jazair.43
43
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 234
44
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 234
45
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 235
46
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 236
16
DR. Husein Adz-Dzahabi telah menelaah kitab ini yang beliau cantumkan dalam
bukunya. Bahwasanya Imam Ats-Tsa’alibi berkomitmen terhadap apa yang dikemukakan
dalam mukaddimahnya. Ia mengutip Riwayat dari orang yang telah disebutnya dan
memberinya huruf (tanda) sebagaimana telah disebutkan diatas. Sesekali ia membahas
qira’at dan nahwu, saat ia mendatangkan Riwayat dalam tafsir ia mendatangkannya tanpa
menyebut sanadnya. Ats-Tsa’alibi menyebutkan Sebagian Riwayat israiliyyat namun ia
memberi komentar atas ketidak sahihannya. Kesimpulannya Kitab Al-Jawahir Al-Hisan
sangat bermanfaat, himpunan dari banyak ringkasan kitab-kitab yang berfaedah, tidak ada
didalamnya isi yang membosan. 47
47
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsir wal Mufassirun……….hlm. 236-237
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang pemakalah sajikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada banyak ulama-ulama dari kalangan mutaqaddimin maupun mutakhirin yang
membuat kitab tafsir. Ada Imam As-Samarqandi pada abad ke-4 H dengan kitab Bahrul
Ulum-nya, Imam Ats-Tsa’labi pada abad ke-5H dengan kitab Al-Kasyaf wal Bayan an
Tafsir Al-Qur’an-nya , Imam Al-Baghowi pada abad ke-5H dengan kitab Ma’allim At-
Tanzil-nya, Imam Ibnu Athiyyah pada abad ke-6 H dengan kitab Muharrar Al-Wajiz-
nya, Imam Ibnu Katsir pada abad ke-7 H dengan kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim-nya,
dan Imam Ats-Tsa’alibi pada abad ke-8 H dengan kitab Al-Jawahir Al-Hisan-nya yang
pada hakikatnya adalah penjelasan ulang dari kitab Imam Ibnu Athiyyah dengan sedikit
tambahan dari beliau.
18
DAFTAR PUSTAKA
19