Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TAKHRIJ HADIS

MENGENAL KITAB-KITAB REFERENSI TAKHRIJ BI ALFAZ AL-HADIS


(LANJUTAN)

DOSEN PENGAMPU:

Bapak H. Nixon Husin Lc, M. Ag

Disusun oleh :

Aliya Salsabila: 12130223754

Ayu Fitriani: 12130222702

PROGRAM STUDI ILMU AL - QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang memiliki segalanya kesempurnaan,
kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan, serta berlindung kepadanya untuk menuju
kebahagiaan yang tidak kekal. Dengan rahmat dan hidayah – Nya, penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah pada mata kuliah Takhrij Hadis dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Nixon Husin Lc, M. Ag selaku
dosen pembimbing pada mata kuliah Takhrij Hadis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran dari
pembaca akan penulis terima dengan senang hati untuk pembuatan makalah kedepannya agar
menjadi lebih baik.

Tulisan ini dapat terselesaikan penuh berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses pembuatan makalah sehingga makalah
dapat terselesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada
pembaca dan utamanya kepada penulis sendiri.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 20 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB 1 ............................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 4

BAB 2 ............................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5

2.1 Kitab Takhrij Yang Menggunakan Metode Takhrij Bi Alfaz Al-Hadis ....................... 5

1. Mu`jam Al-Mufahras Li Al-Faadz Al-Hadis An-Nabawy .................................... 5


2. Metode penyusunan .............................................................................................. 5
3. Kitab mu’jam dan sahabat .................................................................................... 7
4. Kitab-Kitab Literatur Al- Mu`jam ........................................................................ 8

2.2 Pengarang Dan Nama-Nama Kitab ........................................................................... 11

1. Kitab Shahih Bukhari .......................................................................................... 12


2. Kitab Shahih Muslim .......................................................................................... 12
3. Kitab Sunan At-Tirmidzi ..................................................................................... 13
4. Kitab Sunan Abu Daud ....................................................................................... 14
5. Kitab Sunan Ibnu Majah ..................................................................................... 15
6. Kitab Sunan Ad-Darimi ...................................................................................... 15
7. Kitab Imam Malik ............................................................................................... 16
8. Kitab Imam Ahmad ............................................................................................. 17
9. Kitab Imam An-Nasa’i ........................................................................................ 17

2.3 Beberapa Kitab Takhrij Lainnya ............................................................................... 17

1. Kitab Fihris Shahih Muslim ................................................................................ 18


2. Kitab Fihris Sunan Abu Daud ............................................................................. 18
3. Kitab fihris syaikh Al bayumi ............................................................................. 18

3
BAB 3 ............................................................................................................................. 19

PENUTUP....................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

4
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Hadits
merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah saw, sang pembawa risălah,
sehingga segala sesuatu itu sangat berpeluang dianggap bernilai risălah. Adanya kepastian
bahwa memang betul hal tersebut berasal dari sang pembawa risălah tadi itulah yang
menyebabkan hadits perlu diteliti. Sebagaimana halnya al-Qur’an, al-Hadits pun telah banyak
diteliti oleh para ahli, bahkan dapat dikatakan penelitian terhadap al-Hadits lebih banyak
kemungkinannya dibandingkan penelitian terhadap al-Qur’an. Hal ini dikarenakan perbedaan
dari segi datangnya al-Qur’an dan hadits. Kedatangan (wurud), atau turun (nuzul)nya al-
Qur’an diyakini secara mutawatir berasal dari Allah.

Takhrij Hadist merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian hadist. Pada masa
awal penelitian hadist telah dilakukan oleh para ulama salaf yang kemudian hasilnya telah
dikodifikasikan dalam berbagai buku hadist. Faktor utama yang menyebabkan kegiatan
penelitian terhadap hadits (takhrij al-hadits) dilakukan oleh seorang peneliti hadits adlah
Mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti, Mengetahui dan mencatat seluruh
periwayatan hadits bagi hadits yang akan diteliti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja kitab kitab li Al faadz hadis?
2. Bagaimana Metode penyusunannya?
3. Apa kelebihan dan kekurangan kitab li Al faadz hadist?

5
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Kitab Takhrij Yang Menggunakan Metode Takhrij Bi Alfaz Al-Hadis

1. Mu`jam Al-Mufahras Li Al-Faadz Al-Hadis An-Nabawy


Proses penyusunan dan penerbitan kitab ini dilaksanakn oleh A. J. Weinsinck, seorang
orientalis dan guru besar bahasa Arab di Universitas Leiden. Kemudian bergabung dengannya
beberapa orientalis lain dengan di sertai Muhammad Fuad Abd al-Baqy. Kitab al-Mu`jam al-
Mufahras ini merupakan kumpulan hadis-hadis yan terdapat dalam sembilan kitab induk hadis:

1. Shahih al-Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Turmudzi
4. Sunan Abu Daud
5. Sunan An-Nasa’i
6. Sunan Ibn Majah
7. Sunan al-Darimy
8. Muwatha Malik
9. Musnad Imam Ahmad

Mengetahui tentang salah satu lafal Hadits “Alfadz”.

Dengan mengetahui sebagian lafal hadits, baik di awal, tengah maupun akhir matannya,
kitab-kitab yang diperlukan atau referensi yang paling representative untuk metode ini yaitu
kitab karya Arnold John Wensinck dengan judul al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-
Nawawi, dengan penerjemah Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Kitab ini merupakan kitab kamus
dari 9 kitab hadits, yakni sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmizi,
Sunan al-Nasai,Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad
Ahmad ibn Hambal.

2. Metode penyusunan
Langkah pertama yang mereka lakukan dalam penyusunan ini adalah menempatkan
kata kerja yang di mulai dengan huruf alif kemudian kata-kata kerja yang di mulai dengan
huruf ba`, ta` dan seterusnya menurut urutan huruf-huruf hijaiyah. Setiap huruf juga tersusun

6
menurut huruf-huruf hijaiyah teersebut, seperta alif lalu baa`, alif lalu taa`, alif lalu tsaa`, dan
seterusnya.

Susunan perubahan kata yang dicantumkan setiap fi`il mujarradnya adalah sebagai
berikut:

1. Fi`il madhi (kata kerja untuk masa lalu)


2. Fi`il mudhari` (kata kerja untuk masa sekarang )
3. Fi`il amr (kata kerja perintah)
4. Isim fa`il (kata subyek)
5. Isim maf`ul (kata objek)

Kata kerja transitif didahulukan oleh penyusunnya daripada kata kerja intransitif.
Begitu pula dengan kata dasar lebih didahulukan atas kata kerja yang mengalami penambahan,
kata-kata yang marfu` (berkedudukan/berbaris dhamah) didahulukan atas majrur (yang
berbaris/berkedudukan kasrah) dan atas manshub (berbaris/ berkedudukan fathah). Kata
mufrad (tunggal) didahulukan atas kata mustanna (mengandung pengertian dua) dan kemudian
jama` (mengandung pengertian banyak)

Setiap kalimat dalam tiap-tiap bentuk di atas penyusun mencantumkan hadis-hadis


yang salah satu kata-katanya merupakan kata kata diatas. seperti kata ‫ أمر‬kata ini di letakkan

setelah ‫أمد‬. Disamping setiap hadis-hadis dicantumkan nama-nama ulama yang


meriwayatkannya dalam kitab-kitab hadis mereka yang dimulai dengan nama perawi yang
dikutip matan hadisnya dalam al-Mu`jam al-Mufahras ini. Disamping itu para penyusun juga
mencantumkan nama kitab dan babnya, atau nama kitab dan nomor urut hadisnya, atau juz
kitab dan halamannya.

Untuk mengefisienkan penyusunan, para penyusunnya menggunakan kode-kode


tertentu untuk setiap kitab-kitab hadisnya, Penejelasan kode-kode tersebut dicantumkan pada
kitab tersebut.

Berikut adalah keterangan kode-kode yang digunakan dan keterangan tempat hadis
pada masing masing kitab:

1. ‫خ‬: berarti Shahih al-Bukhari dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.

7
2. ‫ د‬:berarti Sunan Abu Daud dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.
3. ‫ ت‬:berarti Sunan Turmudzy dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.
4. ‫ ن‬:berarti Sunan Nasa'i dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya hadis.

5. ‫ جه‬:berarti Sunan Ibn Majah dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.
6. ‫ دى‬:berarti Sunan al-Darimy dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.
7. ‫ م‬:berarti Shahih Muslim dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.
8. ‫ ط‬:berarti Muwathth Malik dengan mencantumkan tema dan nomor bab terdapatnya
hadis.
9. ‫ حم‬:berarti Musnad Imam Ahmad dengan mencantumkan nomor juz dan halaman
terdapatnya hadis.

Semua kode-kode di atas digunakan oleh para penyusun kitab ini kecuali pada 23
halaman pertama pada juz pertama. Pada 23 halaman tersebut mereka menggunakan kode
untuk Sunan Ibn Majah dan untuk Musnad Imam Ahmad.

3. Kitab mu’jam dan sahabat


Sebagaimana telah diketengahkan bahwa setiap hadis diberi nama setelah
(disandarkan) kepada sahabat yang meriwayatkannya dari Rasul. Untuk itu bila kita dituntut
untuk mentakhrij hadis Abu Hurairah dimana beliau mengatakan:

Bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

‫فليتبوأ مقعده من النار‬


ّ ‫من كذّب علي متع ّمد‬

Maka yang harus dilakukan hanyalah mentakhrij matan hadis tersebut melalui Abu
hurairah saja. Meskipun ada hadis lain melalui sahabat-sahabat lainnya yang memiliki
kesamaan matan. Sebab hadis yang mereka terima hanyalah berkedudukan sebagai syahid
terhadap hadis Abu Hurairah. Tidak demikian halnya dengan al-Mu`jam al-Mufahras. Kitab ini
tidak terikat oleh sahabat. Yang dipentingkan adalah sumber setiap hadis tanpa memilah-milah
sahabat yang meriwayatkannya.

8
Secara tidak langsung kitab ini menuntut kita merujuk kembali kepada kitab- kitab
literaturnya untuk mendapatkan kejelasan perihal hadis yang kita takhrij termasuk sahabat-
sahabat yang meriwayatkannya dari Rasul. Bila ada kesamaan hadis setelah kembali kepada
kitab-kitab literaturnya termasuk sahabat sebagai perawi pertama atau tabi`in bila hadis
tersebut mursal dengan hadis yang memang kita maksud, maka itulah takhrij yang tepat.

Jika terdapat perbedaan antara keduanya tidaklah dapat dikatakan sebagai takhrij dan
kita tidak mempunyai keterikatan dengan hadis yang berlainan tersebut. Tetapi hadis yang
mempunyai kesamaan dengan hadis yang kita maksud sekalipun dengan pengertiannya dengan
jalur sahabat yang berbeda menjadi syahid terhadap hadis yang menjadi tujuan kita. Hadis
syahid kita sebutkan setelah menyebutkan hadis yang merupakan pokok penelitian, atau
dengan kata lain: “hadis ini memiliki syahid melalui fulan dan diriwayatkan oleh fulan dalam
kitabnya dan seterusnya dengan menyebutkan posisi terdapatnya hadis syahid tersebut dalam
kitab ini”.

4. Kitab-Kitab Literatur Al- Mu`jam


Kitab al-Mu`jam memperkenalkan para ulama perawi yang meriwayatkan suatu hadis dalam
kitab-kitab mereka yang sembilan macam. Batasan-batasan yang diketengahkan dari masing-
masing kitab adalah sebagai berikut.

1. Pencantuman tema hadis dan nomor bab dalam kitab-kitab al- Bukhari, al-Tirmidzi,
Abu Daud, al-Nasa`i, Ibn Majah dan al- Darimy. Ini semua untuk seluruh tema selain
mengenal “tafsir” dalam Shahih Bukhari dan Sunan Turmudzi. Pada tema tafsir pada
kedua bab tersebut disertakan nomor surat dan nomor hadis.
2. Pencantuman tema hadis dan nomor hadis dalam kitab Shahih Muslim dan Muwaththa`
Malik.
3. Pencantuman nomor jilid dan halaman dalam kitab Musnad Imam Ahmad.

Sebagian dari kitab-kitab literatur dicetak bernomor seperti dimaksud oleh al-Mu`jam
al-Mufahras dan sebagian pula telah diberi nomor oleh penyusun kitab al-Mu`jam tetapi kitab-
kitab tersebut tidak dicetak seperti yang diinginkan mereka. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Shahih Bukhari
Kitab ini dicetak bernomor sesuai al-Mu`jam, tetapi penomoran seperti ini terdapat
dalam kitab Syarahnya Fath al-Bary Bi Syarah Shahih al-Bukhari karangan Ibn Hajar.
Untuk mendapatkan kesamaan nomor dengan al-Mu`jam maka kita harus berpedoman

9
kepada kitab Fath al-Bari yang dicetak oleh as-Salafiah dengan Syekh Muhammad
Fuad Abdu al-Baqy sebagai korektor dan nomeratornya.
2. Shahih Muslim
Naskah yang sesuai kitab al-Mu`jam dicetak oleh percetakan Isa al-Baby al-Halaby
dengan Syekh Muhammad Fuad Abdul al-Baqy sebagai korektor dan nomeratornya.
Sebagai tambahan yang perlu diketahui bahwa para penyusun kitab al-Mu`jam telah
memberi catatan penomoran hadis-hadis Shahih Muslim yang diletakkan pada halaman
permulaan jilid pertama. Mereka mencantumkan tema hadis dan nomor-nomor hadis
menurut kelipatan sepuluh, seperti hadis 1, hadis 10, hadis 20, hadis 30 dan seterusnya.
Bila kita mengurutkan hadis-hadis Shahih Muslim menurut penomoran di atas
kemungkinan akan banyak membantu penemuan hadis.
3. Sunan Turmudzi
Kitab al-Mu`jam berpedoman kepada kitab Sunan Turmudzi yang diteliti oleh tiga
ulama, yaitu Syeikh Ahmad Syakir sebagai peneliti jilid I dan II, Syeikh Muhammad
Fuad Abdu al-Baqy sebagai peneliti jilid III dan Syeikh Ibrahim `Uthwah `Audh
sebagai peneliti jilid IV dan V.
4. Sunan Abu Daud
Sebagai pedoman kitab al-Mu`jam merujuk kepada Sunan Abu Daud yang diteliti ulang
oleh Syeikh Muhy al-Din Abdu al-Hamid. Akan lebih utama kita memberikan
penomoran sendiri.
5. Sunan Nasa`i
Kitab al-Mu`jam mengenal kitab Sunan Nasa`i ini berpedoman kepada cetakan Isa al-
Halaby yang diteliti oleh Syeikh Muhammad Fuad Abdu al-Baqy.
6. Sunan al-Darimy
Kitab Sunan Darimy yang mempunyai kesamaan nomor dengan al-Mu`jam adalah yang
dikoreksi dan diteliti oleh Syeikh Abdullah Hasyim Yamin (1387 H/1966 M).
7. Muwaththa` Malik
Sebagai pedoman ialah yang dicetak oleh percetakan Isa al-Halaby dan dikoreksi oleh
Syeikh Muhammad Fuad Abdu al-Baqy. Disamping itu para penyusun al-Mu`jam juga
telah memberikan pedoman yan dicantumkan pada pengantar jilid pertama mengenai
tema-tema al- Muwatha dan metode penggunaannya.
8. Musnad Ahmad

10
Dalam pedoman yang digunakan ialah yang dicetak oleh percetakan al-Yamaniyah dan
dicopy oleh Beirut. Kitab ini dibentuk dalam enam jilid. Pembagian jilid dan halaman
ada kesesuaian dengan al-Mu`jam.

5. Kekurangan dan Kelebihan kitab al-Mu`jam al-Mufahras

Di antara kelebihan kitab al-Mu`jam al-Mufahras ialah:

a. Kita dapat melakukan takhrij melalui kitab ini tanpa harus mengetahui terlebih
dahulu perawi dan lafal pertama setiap hadis. Proses takhrij melalui kitab ini
hanya dengan mengetahui beberapa kalimat setiap hadis atau bahkan beberapa
kata saja terutama sekali yang masih asing.
b. Kitab ini memperkenalkan hadis dari sumber asli dengan mencantumkan tempat
dalam setiap kitab dengan terperinci. Seperti pencantuman suatu hadis Shahih
Bukhari dengan mencantumkan pula tema hadis tersebut dan nomor babnya.
Dengan demikian akan sangat membantu pencarian hadis dengan cepat.
c. Secara tidak langsung al-Mu`jam telah banyak memecahkan persoalan sanad
yang timbul dalam Musnad Imam Ahmad yang terkadang bagi pembacanya
menjadi persoalan tersendiri.
d. Memiliki literatur cukup banyak, yaitu sembilan macam kitab induk hadis.
e. Kitab al-Mu`jam dapat membantu penulisan suatu karya secara tematik. Seperti
karya mengenai “kesabaran”, hadis cukup dicari diantara yang tersusun
dibawah label tema “al-Shabar”.

Adapun kekurangan kitab al-Mu`jam antara lain:


a. hendaknya setiap yang menggunakan kitab ini, merujuk kepada literatur-literatur
aslinya. Karena kitab al-Mu`jam saja tidak dapat dijadikan sandaran satu-
satunya. Disamping itu pula pemakainya membuka berbagi lembaran tema-tema,
karena kitab ini terkadang menghimpun beberapa hadis yang mempunyai satu
pengertian dalam satu tema, tetapi sebagian lainnya tidak dicantumkannya pada
tema itu.
b. Kitab ini kurang memperhatikan aspek bahasa.
c. Kitab ini seringkali tidak mentakhrij beberapa hadis yang sebenarnya terdapat
dalam sembilan kitab literaturnya, terutama yang diriwayatkan oleh Imam
Turmudzi.

11
d. Sekalipun kitab al-Mu`jam mentakhrij hadis-hadis dari sembilan kitab, namun
tidak berarti bahwa seluruh hadis-hadis Nabi hanya dalam kitab-kitab tersebut.
Karena disamping masih terdapat kitab-kitab lainnya yang juga mendapat
perhatian besar, diantaranya Mustadrak al-Hakim, Shahih Ibn Khuzaimah.
Hadis- hadis tersebut yang terdapat dalam kitab tersebut termasuk pula alam
hadis-hadis shahih. Dan juga masih ada kitab-kitab lainnya dalam jumlah yang
banyak. Penulis bermaksud dengan keterangan ini agar para pencari mutiara-
mutiara hadis tidak hanya terpaku pada al-Mu`jam, tetapi juga menoleh kepada
kitab-kitab takhrij lainnya.
e. Kitab al-Mu`jam ini – secara tidak disadari – dengan sedemikian rupa
sistematika penyusunan yang digunakannya dapat menurunkan semangat
berfikir dan meredusir kemampuan memahami inti dan tema hadis adapun kitab-
kitab lainnya seperti al-Jami` al-Shaghir dan Kanzu al-`Ummal disamping
memperkenalkan suatu hadis juga mendorong yang mencarinya untuk
mengungkapkan lebih lanjut hadis-hadis tersebut menurut tema yang
dipahaminya. Dengan demikain dia dituntut untuk memahami tema hadis
terlebih dahulu kemudian membuka dalam kitab takhrij. Secara tidak langsung
kitab-kitab takhrij seperti kedua kitab di atas telah mendidik pemakainya untuk
berfikir dan memahami hadis.1

2.2 Pengarang Dan Nama-Nama Kitab

1. Kitab Shahih Bukhari

1
Izzan, Ahmad. STUDI TAKHRIJ HADIS, (Kajian Tentang Takhrij Melalui Kata-Kata
Dalam Matan Hadis , 2012).

12
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (bahasa Arab: ‫أبو عبد هللا محمد بن‬

‫إسماعيل البخاري‬, bahasa Rusia: Абу Абдиллах Мухаммад Бин Исмаил Аль-Бухари), lahir di
Bukhara, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810) - wafat di Khartank, 1 Syawal 256 H (1 September
870)), atau lebih dikenal Imam Bukhari, adalah ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli
hadis sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai
dan Ibnu Majah bahkan dalam buku-buku fiqih dan hadis, hadis-hadisnya memiliki derajat
yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin
orang-orang yang beriman dalam hal ilmu hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di
dunia merujuk kepadanya.

2. Kitab Shahih Muslim

Disusun oleh Muhammad Fuad Abdu al-Baqy. Al-Jami' atau biasa dikenal dengan
Shahih Muslim merupakan kitab (buku) koleksi hadis yang disusun oleh Muslim bin al-Hajjaj
yang hidup antara 202 hingga 261 hijriah.[1] Ia merupakan murid dari Imam Bukhari.Koleksi
hadis ini di kalangan muslim Sunni adalah koleksi terbaik kedua setelah Shahih Bukhari. Dari
sekitar 300.000 hadis yang ia kumpulkan hanya sekitar 4000 yang telah diteliti selama
hidupnya dan dapat diterima keasliannya.

Shahih Muslim terbagi menjadi beberapa kitab di mana tiap kitab terdiri dari beberapa
bab. Judul bab tersebut menunjukkan fiqih Imam Muslim terhadap hadis-hadis yang termuat
di dalamnya. Shahih Bukhari bersama dengan kitab Shahih Muslim disebut sebagai ash-
Shahihain (Dua Kitab Shahih rujukan utama). Dalam menyusun kitab Shahihnya, Imam
Muslim tidak memberikan nomor. Di kemudian hari ditambahkan nomor pada Shahih Muslim
untuk memudahkan perujukan hadis.

13
3. Kitab Sunan At-Tirmidzi

Nama lengkap buku hadis ini adalah (bahasa Arab: ‫الجامع المختصر من السنن عن رسول هللا‬

‫ﷺ ومعرفة الصحيح والمعلول وما عليه العمل‬, Al-Jāmiʿ al-Mukhtaṣar Min as-Sunan ʿAn Rasūl
Allāh ‫ ﷺ‬Wa Maʿrifat al-Ṣaḥeeḥ Wal-Maʿlool Wa Mā ʿAlaihil al-ʿAmal)

Istilah Jami' dalam judul menunjukkan koleksi lengkap yang mencakup delapan mata
pelajaran Risalah (pesan Allah). Istilah sunan dalam judul mengacu pada fokus kumpulan dan
susunan bab berdasarkan mata pelajaran Risalah tertentu, ahkam (hukum umum).

Al-Kattani berkata: "Jamiʿ at-Tirmidzi juga bernama Sunan Tirmidz, bertentangan


dengan mereka yang mengira mereka adalah dua kitab yang terpisah, dan [disebut juga] al-
Jamiʿ al-Kabir

4. Kitab Sunan Abu Daud

14
Sunan Abu Dawud merupakan kitab koleksi hadis yang disusun oleh Imam Abu
Dawud. Kitab ini adalah kitab nomor 4 di antara enam kitab rujukan utama Islam Sunni atau
disebut hadits (Kutubus Sittah) sesuai dengan urutan prioritasnya.

Sunan Abu Dawud terbagi menjadi beberapa kitab di mana tiap kitab terdiri dari
beberapa bab. Beberapa judul bab menunjukkan fiqih Imam Abu Dawud terhadap hadis-hadis
yang termuat di dalamnya.

5. Kitab Sunan Ibnu Majah

Sunan ibnu Majah (Arab:‫سنن ابن ماجه‬


ُ ) adalah kitab kumpulan Hadis dalam Islam yang
disusun oleh ibnu Majah (lahir. 209/824, meninggal. 273/887). Kitab ini adalah salah satu dari

15
enam kitab (Kutubus Sittah) yang menjadi rujukan utama bagi pemeluk Islam. Kitab ini
menghimpun 4341 hadis yang terpisah kedalam 37 bab.

6. Kitab Sunan Ad-Darimi

Sunan al-Darimi (bahasa Arab: ‫ )سنننننننننننننننننن الننننننننننننننننندارم‬atau Musnad al-Darimi


oleh Abdullah ibn Abdul Rahman ad-Darimi (181H–255H) merupakan
kumpulan Hadis yang penting, seperti Muwatta Malik dan Musnad
Ahmad.

Walaupun terkadang disebut sebagai Musnad kitab ini tidak diatur sesuai nama perawi
seperti 'Musnad' yang lain, misalnya Musnad Imam Ahmad, akan tetapi lebih dalam bentuk
Sunan, di mana kandungan disusun seperti Sunan Ibnu Majah.

7. Kitab Imam Malik

16
Al-Muwatta, Al-Muwaththa atau Muwatta Malik merupakan kitab hadis dan fiqih yang
disusun oleh Imam Malik bin Anas, merupakan salah satu dari Kutubut Tis'ah (sembilan kitab
hadis utama di kalangan Sunni). Imam Malik, Yaitu Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik
bin Abu Amir Al-Ashbahi (93 H dan -179 H). Ia banyak tinggal di Madinah. Ia ulama Islam
yang terkenal, dan pendiri mazhab Maliki. Ia dikenal mempunyai lebih dari seribu murid di
antaranya yang terkenal adalah Imam Syafe'i. Selama kehidupannya, Imam Malik senantiasa
memperbarui Kitab Muwaththa dia ini, sehingga kitab ini mencerminkan pembelajaran dan
pengetahuan dia selama lebih dari empat puluh tahun. Kitab ini mengandung seribuan hadis.

8. Kitab Imam Ahmad

17
Ahmad bin Hanbal (bahasa Arab: ‫أحمد بن حنبل‬, lahir 20 Rabiul awal 164 H (27
November 780) - wafat 12 Rabiul Awal 241 H (4 Agustus 855))[1] adalah seorang ahli hadits
dan teologi Islam. Ia lahir di Mary, Turkmenistan, utara Afganistan. Serta ia dikenal dengan
nama Imam Hambali.

9. Kitab An-Nasa’i

Imam An-Nasa'i dengan nama lengkapnya Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali
bin Sinan bin Bahr Al Khurasany, terkenal dengan nama An-Nasa'i karena dinisbatkan dengan
kota Nasa'i salah satu kota di Khurasan. Ia dilahirkan pada tahun 215 Hijriah demikian menurut
Adz Dzahabi dan meninggal dunia pada hari Senin tanggal 13 Shafar 303 Hijriah di Palestina
lalu dikuburkan di Baitul Maqdis.

Kitab As-Sunan as-Sughra (bahasa Arab: ‫)السنن الصغرى‬, juga dikenali sebagai Sunan An-

Nasa'i ( ‫ )سنن النسائ‬atau Al-Mujtaba (‫ )المجتبى‬adalah kitab hadis Ahlussunnah wal Jamaah yang
dikumpulkan oleh Imam An-Nasa'i.

2.3 Beberapa Kitab Takhrij Lainnya


Di antara kitab-kitab takhrij hadis melalui kata-kata dalam matannya selain al-Mu`jam
al-Mufahr:

18
1. Kitab Fihris Shahih Muslim
Disusun oleh Muhammad Fuad Abdu al Baqy. Kitab ini mencakup keseluruhan indeks
hadis yang terdapat dalam Shahih Muslim. Indeks yang memakai metode takhrij seperti ini
adalah indeks yangَ‫أ‬keenam yang terdapat pada 464 jilid ke lima halaman

2. Kitab Fihris Sunan Abu Daud


Disusun oleh Ibn Bayumi dan ditempatkan pada indeks keempat dari kitab ulasan yang
ditulis oleh Syeikh Mahmud Khaththab al-Subky. Ini tercantum pada halaman 60.

3. Kitab fihris syaikh Al bayumi


Banyak didalamnya kitab kitab sunah.2

2
Mahmud At thoman,Ushul at takhrij wadirasat Asanid. ( darul Qur’anul karim) Beirut

19
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dengan mengetahui sebagian lafal hadits, baik di awal, tengah maupun akhir matannya,
kitab-kitab yang diperlukan atau referensi yang paling representative untuk metode ini yaitu
kitab karya Arnold John Wensinck dengan judul al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-
Nawawi, dengan penerjemah Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Kitab ini merupakan kitab kamus
dari 9 kitab hadits, yakni sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmizi,
Sunan al-Nasai,Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad
Ahmad ibn Hambal.

Mu’jam Mufahras li Alfadh al-Hadits an-Nabawy merupakan sebuah kamus pencarian


hadits kata per kata. Dengan kamus ini, kita dimungkinkan untuk bisa mencari hadits lengkap
dengan riwayatnya walaupun kita hanya ingat sebagian redaksi bahkan hanya ingat satu kata
saja. Dan kita juga bisa melihat berapa kali sebuah kalimah/kata disebutkan di dalam kitab
kumpulan hadits lengkap beserta nama kitab disebutkannya dengan nama bab dan nomor
haditsnya.

Sebagai Contoh kita ingin mencari ayat yang di dalamnya terdapat kata “‫”شذ‬/
“syadzdza” maka kita cari pada Bab huruf Syin. Setelah ketemu akan ada kode nama penulis
hadits (semisal ta’ untuk Tirmidzi), nama bab (semisal bab fitan), dan nomor haditsnya. Pada
dasarnya kamus ini sama dengan kamus lain dimana kita harus melihat daftar isi yang tentu
saja akan menjelaskan halaman secara urut dari alif, ba’, ta’, hingga ya’.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk penulis. Penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
memperoleh ilmu dan menambah wawasan terkait materi yang disampaikan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah selanjutnya agar
lebih baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

H. Izzan, Ahmad M.Ag. STUDI TAKHRIJ HADIS, (Kajian Tentang Takhrij Melalui
Kata-Kata Dalam Matan Hadis, 2012).

https://ahmadmusliminblog.wordpress.com/2016/08/07/takhrij-al-hadits/

https://insantri.com/download-al-mujam-al-mufahras-li-alfadh-al-hadits-an-nabawy-
kamus-pencarian-hadits-pdf/

Dr mahmud At thoman,Ushul at takhrij wadirasat Asanid ( darul Qur’anul karim)


Beirut

21

Anda mungkin juga menyukai