Anda di halaman 1dari 10

Hadits Diera Pasca Tabi' Al-tabi'in

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu: Dr. H. Ah. Nasich Hidayatullah MHI

Oleh ;

MUHAMMAD RIO FERDINAN

(07040320138)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam dicurahkan kepada
baginda besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan umat-
Nya termasuk kita semua yang dimuliakan Allah SWT.

Adapun tujuan menyusun makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang “Hadits Diera Pasca Tabi' Al-tabi'in”. Saya mengucapkan terima kasih
atas bimbingannya, khususnya pada dosen pengampu Ulumul Hadits Bapak Nasich
Hidayatullah sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapatnya kekurangan


dalam pengerjaannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun
demi perbaikan kedepannya.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi
kita semua.

Nganjuk, 1 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I: PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

C. Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Perkembangan Hadis diera pasca tabi’ al tabi’in.......................................... 2

B. Karya-karya kitab hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in..................................... 5

BAB III: PENUTUP.................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................... 9

B. Saran............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Istilah hadis biasanya
mengacu pada segala sesuatu yang terjadi sebelum maupun setelah kenabiannya. Sejarah dan
perkembangan hadis dapat dilihat dari dua aspek penting, yaitu periwayatan dan
pendewanannya. Dari keduanya dapat diketahui proses dan transformasi yang berkaitan
dengan perkataan, perbuatan, hal ihwal, sifat dan taqrir dari Nabi SAW kepada para sahabat
dan seterusnya hingga munculnya kitab-kitab himpunan hadis untuk dijadikan pedoman dalam
kehidupan ini.

Pada masa Tabi’in sudah mulai berkembang penghimpunan hadis (al-jam’u wa al-
tadwin),meskipun masih ada percampuran antara hadis Nabi dengan fatwa sahabat. Barulah di
era tabi’ al-tabi’in hadis telah dibukukan, bahkan era ini menjadi masa kejayaan kodifikasi
hadis. Kodifikasi dilakukan berdasar perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz, khalifah
kedelapan Bani Umayyah yang kebijakannya ditindaklanjuti oleh ulama diberbagai daerah
hingga pada masa berikutnya hadis terbukukan dalam kitab hadis. Setelah era tabi’ al-tabi’in,
yaitu masa abad III, IV-VII dan seterusnya yang terjadi pada hadis adalah penghimpunan dan
penerbitan secara sistematik (al-jam’u wa at-tartib wa at-tanzhim). Dengan
demikian,bagaimana perkembangan tradisi periwayatan hadis diera setelah tabi’ tabi’in akan
menjadi pembahasan artikel ini.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in?


2. Apa saja karya-karya kitab hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in?

C.Tujuan

1. Mengetahui perkembangan hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in


2. Mengetahui karya-karya kitab hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Hadis diera pasca tabi’ al tabi’in

Hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in bisa juga dikenal kodifikasi hadis secara resmi yaitu
pada abad ke 3H, 4-7H,7 sampai sekarang. Pada permulaan abad ke 3H, para ulama mulai
berusaha menyusun kitab-kitab musnad yang memuat hadis Nabi dan memisahkannya dari
perkataan sahabat dan fatwa tabi’in. Penyusun kitabnya adalah Abu Daudal-Tayalisi (202 H).

Kitab yang sejenis dan paling memadai adalah adalah Musnad Imam Ahmad ibn
Hanbal, meskipun Imam Ahmad hidup pada masa sesudahnya. Walaupun sudah dipisahkan
dari perkataan sahabat dan fatwa tabi’in, hadis dalam kitab musnad masih bercampur antara
hadis yang shahih dan yang tidak shahih. Oleh karena itu pada masa pertengahan abad ke 3H
disusunlah kitab yang didalamnya benar-benar termuat hadis yang shahih, misalnya Shahih
Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at-Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibn Majah, dan Sunan
al-Nasa’i.1

Orang yang pertama menulis dan mengumpulkan hadis dalam satu bab tertentu adalah
al-Jarir Amir al-Sya’bi, beliau menyusun kitab hadis khusus tentang talak. Kemudian
diteruskan oleh Abdullah ibn Musa al-Abasy al-Kufi, Musaddad al-Basry, Asad ibn Musa dan
Na’im ibn Hammad al-Khaza’i. Pada abad ketiga ini muncul berbagai kitab hadis, maka
diadakan kritik terhadap matan dan sanad hadis serta jarh wa ta’dil dalam suatu hadis. Usaha
ini kemudian dikenal dengan istilah pentashihan dan penyaringan hadis dengan kriteria
tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh al-Bukhari dan beberapa muridnya, sehingga hadis
yang diproduksi termasuk hadis yang berskala nilainya. Al-Siba’i menyatakan bahwa setelah
masa Bukhari kegiatan pembukuan dan pengumpulan hadis terhenti. Yang berkembang hanya
tradisi penyempurnaan dan pengembangan hadis.2 Dengan usaha para ulama besar abad ke 3,
tersusunlah tiga macam kitab hadis,yaitu: kitab-kitab Shahih, kitab-kitab Sunan serta kitab-
kitab Musnad.

Sedangkan abad IV-VI merupakan masa pemeliharaan, penertiban, penambahan,dan


penghimpunan (ashr al-tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-jam’u). Dengan karakteristik

1
Masturi Ilham, Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi dari Tinjauan Sejarah, ADDIN: Media DialektikaI lmu Islam,
Volume 7, Nomor 2, (Agustus 2013), 287(diakses pada 01 November 2021)
2
Agus Sholahudin, Ulumul Hadis, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), 45

2
penulisan hadis berbentuk Mu’jam (Ensiklopedi), Shahih (himpunan Shahih saja), mustadrak
(susulan shahih), Sunan al-Jam’u (gabungan antara dua atau beberapa kitab hadis), ikhtishar
(resume),istikhraj dan syarah (ulasan). Pada masa berikutnya, yakni abad ke 7-8 H dan
berikutnya disebut dengan masa penghimpunan dan pembukuan hadis secara sistematik (al-
Jam’u wa at-Tanzhim).3

Setelah pemerintahan Abbasiyyah jatuh ke bangsa Tartar pada tahun 656 H, maka pusat
pemerintahan pindah dari Baghdad ke Kairo, Mesir dan India. Pada masa ini banyak kepala
pemerintahan yang berkecimpung dalam bidang ilmu hadis, seperti al-Barquq. Di samping itu
ada juga usaha dari ulama India dalam mengembangkan kitab-kitab hadis. Di antaranya Ulumul
Hadis karangan al-Hakim. Demikian perkembangan penulisan dan pengkodifikasian hadis
sampai abad 12 H. Mulai abad terakhir ini sampai sekarang dapat dikatakan tidak ada kegiatan
yang berarti dari para ulama dalam bidang hadis, kecuali hanya membaca, memahami, takhrij,
dan memberikan syarah hadis-hadis yang telah terhimpun sebelumnya.4

B. Karya-karya kitab hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in

Adapun kitab-kitab yang disusun dan dibukukan pada abad ke 3H, yang terkenal yaitu:

1. Al-Musnad, susunan Musa Ibn Abdillah al-Abasy


2. Al-Musnad, susunan Musaddad Ibn Musarhad.
3. Al-Musnad, susunan Abu Daud ath-Thayalisy (kitab ini dikumpulkan oleh para
penghafal hadis berdasar kepada riwayat Yunus Ibn Habib dari Ath-Thayalisy)
4. Al-Musnad, susunan Nu‟aim Ibn Hammad.
5. Al-Musnad, susunan Abu Ya‟la al-Maushily.
6. Al-Musnad, susunan Al-Humaidy.
7. Al-Musnad, susunan Ali al-Madiny.
8. Al-Musnad, susunan Abed Ibn Humaid.
9. Al-Musnad al-Mu‟allal, susunan Al-Bazzar.
10. Al-Musnad, susunan Baqy Ibn Makhlad (201-296 H).
11. Al-Musnad, susunan Ibnu Rahawaih (237 H).
12. Al-Musnad, susunan Ahmad Ibn Hanbal.
13. Al-Musnad, susunan Muhammad Ibn Nashr al-Marwazy.
14. Al-Musnad, susunan Abu Bakar Ibn Abi Syaibah (235 H).

3
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta:Amzah, 2008), 61
4
Ibid, 63

3
15. Al-Musnad, susunan Abu al-Qasim al-Baghawy (214 H).
16. Al-Musnad, susunan Utsman Ibn Abi Syaibah (293 H).
17. Al-Musnad, susunan Abu al-Husain Ibn Muhammad al-Masarkhasy (298 H).
18. Al-Musnad, susunan Ad-Darimy.
19. Al-Musnad, susunan Said Ibn Manshur.
20. Al-Musnad, susunan Al-Imam Ibn Jabir.

Pada masa ini tersusun 6 kitab hadits terkenal yang bisa disebut Kutub al-Sittah, yaitu:

1. Al-Jami‟al-Shahih karya Imam al-Bukhari (194-252 H).


2. Al-Jami‟ al-Shahih karya Imam Muslim (204-261 H).
3. Al-Sunan Abu Dawud karya Abu Dawud (202-261 H).
4. Al-Sunan karya al-Tirmidzi (200-279 H).
5. Al-Sunan karya al-Nasa‟ie (215-302 H).
6. Al-Sunan karya Ibn Madjah (207-273 H).5

Adapun kitab-kitab hadis yang tersusun dalam abad 4-7 H

1. Kitab Syarah ialah kitab hadis yang memperjelas dan mengomentari hadits-hadits
tertentu yang sudah tersusun dalam beberapa kitab hadits sebelumnya.
2. Kitab Mustakhrij ialah kitab hadits yang metode pengumpulan haditsnya dengan cara
mengambil hadits dari ulama tertentu lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri yang
berbeda dari sanad ulama hadits tersebut.
3. Kitab Athraf ialah kitab hadis yang hanya memuat sebagian matan hadits, tetapi
sanadnya ditulis lengkap.
4. Kitab Mustadrak ialah kitab yang memuat hadits-hadits yang memenuhi syarat-syarat
Bukhari dan Muslim atau syarat salah satu dari keduanya.
5. Kitab Jami’ ialah kitab yang memuat hadits-hadits yang telah termuat dalam kitab-kitab
yang telah ada.

Adapun kitab-kitab yang tersusun dalam abad ke-7 Hijriyah sampai sekarang

1. Ath-Targhib, susunan Al-Hafizh Abdul Azhim Ibn Abd al-Qawy Ibn Abdullah al-
Mundziry (656 H).
2. Al-Jami’ baina ash-Shahihain, susunan Ahmad Ibn Muhammad al-Qurthuby, yang
terkenal dengan nama Ibnu Hujjah (642 H).

5
TM. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Hadis, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009), 59-70

4
3. Muntaqa Al-Akhbar fi al-Ahkam, susunan Majduddin Abul Barakah Abd asSalam Ibn
Abdillah Ibn Abi al-Qasim al-Harrany (652 H).
4. Al-Mukhtarah, susunan Muhammad Ibn Abdil Wahid al-Maqdisy (643 H) yang
mentashih hadis yang belum ditashih oleh ulama sebelumnya.
5. Riyadh ash-Shalihin, oleh Imam An-Nawawy. Kitab ini telah disyarahkan oleh Ibnu
Ruslan ash-Shiddiqy dalam kitab Dalil al-Falihin.
6. Al-Arbain, oleh An-Nawawy dan telah disyarahkan oleh banyak ulama, di antaranya
Ahmad Hijazy al-Faryany dalam kitab Al-Majelis ats-Tsaniyah ‘ala al-Arba’in an-
Nawawiyah.
7. Jami‟ al-Masanid was-Sunan al-Hadis ila Aqwami Sanan, susunan Al-Hafizh Ibnu
Katsir.
8. Al-Ilmam fi Ahadis al-Ahkam, susunan Al-Imam Ibnu Daqiq al-Ied (792 H). Kitab ini
telah disyarahkan oleh penulisnya dalam kitabnya Al-Imam.
9. Ith-haf al-Khiyar bi Zawa‟id al-Masanid al-„Asyrah, susunan Muhammad Ibn Abu
Bakar al-Baghawy (804 H).
10. Bulugh Al-Maram, susunan Al-Hafizh Al-Asqalany. Di dalamnya dikumpulkan
sejumlah 1.400 hadis.
11. Majma’ az-Zawa’id wa Mamba’ al-Fawa’id, susunan Al-Hafizh Abu al-Hasan
Ali Ibn Abi Bakr Ibn Sulaiman asy-Syafi’y al-Haitamay (1303 H). Di dalamnya
dikumpulkan Zawa’id dari musnad-musnad Ahmad, Abu Ya’la, Al-Bazzar dan
Mu’jam Ath-Thabrany.6

6
TM. Hasbi ash-shiddieqy, Op cit, 88-93

5
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Hadis diera pasca tabi’ al-tabi’in bisa juga dikenal kodifikasi hadis secara resmi yaitu
pada abad ke 3H, 4-7H,7 sampai sekarang. Pada permulaan abad ke 3H, para ulama mulai
berusaha menyusun kitab-kitab musnad yang memuat hadis Nabi dan memisahkannya dari
perkataan sahabat dan fatwa tabi’in. Oleh karena itu pada masa pertengahan abad ke 3H
disusunlah kitab yang didalamnya benar-benar termuat hadis yang shahih, misalnya Shahih
Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at-Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibn Majah, dan Sunan
al-Nasa’i.

Sedangkan abad IV-VI merupakan masa pemeliharaan, penertiban, penambahan,dan


penghimpunan (ashr al-tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-jam’u). Dengan karakteristik
penulisan hadis berbentuk Mu’jam (Ensiklopedi), Shahih (himpunan Shahih saja), mustadrak
(susulan shahih), Sunan al-Jam’u (gabungan antara dua atau beberapa kitab hadis), ikhtishar
(resume),istikhraj dan syarah (ulasan). Pada masa berikutnya, yakni abad ke 7-8 H dan
berikutnya disebut dengan masa penghimpunan dan pembukuan hadis secara sistematik (al-
Jam’u wa at-Tanzhim)

B.Saran

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan orang yang
mendengarkannya. Tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan, maka dari itu saya akan menerima kritikan-kritikan atau saran-saran para pembaca
maupun pendengar demi kesempurnaan makalah saya ini.

6
DAFTAR PUSTAKA

As-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis.


Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.

Ilham, Masturi, Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi dari Tinjauan Sejarah, ADDIN:
Media Dialektika Ilmu Islam, Volume 7, Nomor 2, 2013

Sholahudin, Agus, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2008

Majid, Abdul Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008

Anda mungkin juga menyukai