Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PEMBUKUAN HADITS MASA DINASTI ABBASIYAH DAN CORAK-


CORAK PENULISANNYA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits

Dosen pengampu : Riqqoh Khofiya, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Siti Aminah

X.03/20.21/05.195

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ULUM SURAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang
benderang addinul islam .
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Riqqoh Khofiya,
S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu Ulumul Hadits yang telah mengampu kami,
kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membatu kami menyelesaikan makalah ini.
Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, kami
meminta maaf jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran
dan kritiknya untuk memperbaiki pembahasan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Surakarta, 12 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................4

C. Tujuan....................................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

PEMBAHASAN................................................................................................................5

A. Sejarah Perkembangan dan Pembukuan Hadits Pada Masa Dinasti Abbasiyah......5

B. Corak Penulisan Hadits Pada Masa Dinasti Abbasiyah..........................................7

BAB III............................................................................................................................10

PENUTUP.......................................................................................................................10

A. Kesimpulan..........................................................................................................10

B. Saran....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu bukti kejayaan
umat Islam di masa lampau. Dan dinasti ini sendiri adalah masa gemilang
Islam karena pada masa ini mulai diadakannya penerjemahan buku-buku asing
dengan dukungan pemerintahan setempat yang ditunjang dengan banyak
fasilitas-fasilitas yang sangat menunjang kebangkitan bagi pengetahuan pada
masa itu.
Dengan mengkaji sejarah hadits pada dinasti ini, diharapkan bisa
membangkitkan semangat kita sebagaimana semangat para ilmuwan-ilmuwan
muslim terdahulu khususnya dalam perkembangan pembukuan hadis-hadis
nabi, yang pada masa ini dibukukannya kutub as-sittah oleh para imam-imam
hadis yang sampai saat ini masih menjadi sumber rujukan utama dalam
mencari hadis-hadis nabi. Oleh karena itu, pembahasan pada makalah ini
mengenai perkembangan hadis dan tentang peradaban dan kebudayaan pada
Dinasti Abbasiyah. Sehingga kita tahu bagaimana perkembangan kebudayaan
hebat dan pengetahuan khususnya hadis yang kita perdalami saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan dan pembukuan hadits pada masa
Dinasti Abbasiyah?
2. Apa corak-corak penulisan hadits pada masa Dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah pembukuan hadits pada masa Dinasti
Abbasiyah.
2. Untuk mengetahui corak penulisan hadits pada masa Dinasti Abbasiyah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan dan Pembukuan Hadits Pada Masa Dinasti


Abbasiyah
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana
disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan
khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Al-Abbas. Kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M). 1 Dengan demikian, pada masa ini
mencangkup pada tiga periode perkembangan hadis.
Dalam periode pertama, merupakan masa pengumpulan dan
pengumpulan hadis. Pada masa ini sebenarnya melanjutkan proyek
pengumpulan hadis pada masa dinasti Bani Umayyah yang dipelopori oleh
Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz dengan menyuruh para ulama untuk
menyelesaikan proyek mulia ini.
Semua ulama besar yang membukukan hadis adalah ahli-ahli hadis
abad ke-2 Hijrah. Kita menyayangkan kitab Az-Zuhry dan Ibnu Juraij itu tidak
diketahui di mana sekarang ini. Kitab hadis paling tua yang ada di tangan
umat islam dewasa ini ialah Al-Muwaththa’ susunan Imam Malik atas perintah
Khalifah Al-Manshur ketika dia pergi naik haji pada tahun 144 H. (143H).2
Di antara kitab-kitab abad ke-2 yang mendapat perhatian ulama secara
umum adalah Al-Muwaththa’ (susunan Imam Malik), Al-Musnad dan
Mukhtalif al-Hadis (susunan Imam Asy-Syafi’y) serta As-Sirah an-Nabawiyah
atau Al-Maghazi wa as-Siyar (susunan Ibnu Ishaq).3 Dalam abad ini pula,

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 49.
2
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 54.
3
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 55.

5
mulai dipisahkan hadis-hadis tafsir dari umum hadis dan mulai pula
dipisahkan hadis-hadis sirah dan maghazi-nya.4
Pada periode kedua ini merupakan masa pentashihan dan kaidah-
kaidahnya. Dalam abad ke-3 Hijrah, upaya pembukuan hadis mulai melonjak
setelah datangnya kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik yang disambut
gembira oleh umat Islam saat itu.
Pada mulanya, ulama Islam mengumpulkan hadis yang terdapat di kota
mereka masing-masing. Sebagian kecil saja di antara mereka yang pergi ke
kota lain untuk kepentingan hadis. Keadaan ini dipecahkan oleh Al-Bukhary.
Beliaulah yang mula-mula meluaskan daerah-daerah yang dikunjungi untuk
mencari hadis.
Ringkasnya, Al-Bukhary membuat langkah baru untuk mengumpulkan
hadis yang tersebar di berbagai daerah. Enam belas tahun lamanya beliau terus
menerus menjelajah untuk menyiapkan kitab Shahih-nya.5 Al-Bukhary
menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama Al-Jami’ ash-Shahih yang
membukukan hadis-hadis yang dianggap shahih saja. Kemudian usaha Al-
Bukhary ini diikuti pula oleh muridnya yang sangat alim, yaitu Imam
Muslim.6
Sesudah Shahih al-Bukhary dan Shahih Muslim tersusun, muncul pula
beberapa orang imam lain menuruti jejak kedua pujangga tersebut, seperti Abu
Daud (Sunan Abi Daud), At-Tirmidzy (Sunan at-Tirmidzy), dan An-Nasa’y
(Sunan an-Nasa’y). Itulah yang kemudian terkenal dalam kalangan
masyarakat ulama dengan kitab-kitab pokok yang lima (Al-Ushul al-
Khamsah).
Di samping itu Ibnu Majah berupaya menyusun sebuah kitab Sunan
yakni Sunan Ibni Majah. Kitab ini oleh sebagian ulama digolongkan dalam
kitab-kitab induk, lalu menjadikan kitab-kitab induk itu enam buah banyaknya
terkenal dengan nama Al-Kutub as-Sittah.7

4
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 57.
5
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 60.
6
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 61.
7
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 61- 62.

6
Pada mulanya ulama menerima hadis dari para perawi, lalu menulis ke
dalam bukunya, dengan tidak menetapkan syarat-syarat menerimanya dan
tidak memperhatikan shahih tidaknya. Musuh yang berkedok dan berselimut
islam melihat kegiatan-kegiatan ulama hadis dalam mengumpulkan hadis pun
menambah upaya untuk mengacaubalaukan hadis yaitu dengan menambahkan
lafalnya atau membuat hadis maudhu’.
Melihat kesungguhan musuh-musuh Islam dan menyadari akibat-
akibat perbuatan mereka, maka para ulama hadis bersungguh-sungguh
membahas keadaan perawi-perawi dari berbagai segi, yakni keadilan, tempat,
kediaman, masa dan lain-lain, serta memisahkan hadis-hadis yang shahih dari
yang dha’if yakni menshahihkan hadis.
Ringkasnya, lahirlah tunas Ilmu Diroyah (Ilmu Dirayah al-Hadis)
yang banyak macamnya di samping Ilmu Riwayah (Ilmu Riwayah al-Hadis).8

Kemudian pada periode ketiga atau yang terakhir di masa Bani


Abbasiyah ini merupakan masa Tahdzib, Istidrak, menyusun Jawami’,
Zawa’id dan Athraf.9

B. Corak Penulisan Hadits Pada Masa Dinasti Abbasiyah


Perlu diketahui bersama bahwa pada masa periode ketiga atau masa
yang terakhir di masa Bani Abbasiyah ini ditemukan perbedaan yang
mencolok dalam meletakkan sistem penulisan karya ilmiah, khususnya dalam
bidang hadis, sebab pada masa ini, sudah terjadi pemisahan dua pola dan
sistem pemikiran di kalangan para ulama, bahkan menjadi awal terjadinya
pemisahan antara kelompok ulama mutaqoddimin dan muta’akhirin, yaitu:
a). Mutaqoddimin ialah ulama yang hidup sebelum tahun 300 H. Sistem
penulisan hadis-hadis koleksi mereka dalam kitab-kitab koleksinya, dengan
menggunakan pola mendengar hadis langsung dari para guru mereka, lalu
melakukan penelitian sendiri terhadap matan hadis dan perawinya.10
8
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 60 - 61.
9
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 79.
10
Muhammad Ma’shum Zein, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah,
2008), hlm. 76.

7
Pada masa ini penulisan hadits telah terjadi, namun masih dalam
bentuk tulisan-tulisan individu dan belum terpisah antara satu dengan yang
lainnya, mengingat karena memiliki bentuk pembatasan periwayatan. Bentuk-
bentuk pembatasan-pembatasan tersebut adalah:11
1. Pada masa Rasulullah SAW terjadi pelarangan penulisan hadits dari beliau,
karena kekhawatiran tercampurnya Al-Qur’an dengan hadits.
2. Pada masa Sahabat Nabi SAW terjadi pembatasan riwayat karena
kekhawatiran para khulafa Ar-Rasyidin umat islam mengkonsentrasikan diri
mencari dan menghafalkan hadits dan mengabaikan Al-Qur'an.
3. Pada masa Tabi’in periwayatan masih terbatas periwayatan lisan dan tulisan
yang terdapat dalam individu-individu.
Periode ini merupakan periode lahirnya kitab-kitab riwayah seperti:
Mushannaf, Muwaththa’, Musnad, Sunan, dan Shahih.
b). Muta’akhirin, yaitu ulama yang hidup setelah tahun 300 H. Sistem
penulisan hadis-hadis mereka dalam kitab koleksinya, menggunakan pola
menghimpun hadis-hadis dengan tetap berpegang pada kitab-kitab koleksi
hadis yang sudah ada, sehingga usaha mereka terbatas hanya pada penyusunan
hadis-hadis secara lebih sistematis atau hanya membuat resume (ringkasan)
atau mensyarahi kitab-kitab yang sudah ada.12
Ringkasnya, para ulama muta’akhirin ini menyusun kitab-kitab hadis
yang telah ada berdasarkan metode-metode mereka dalam mengumpukan
hadis-hadis mereka. Dan dalam tiap metode tersebut memiliki nama kitab-
kitab tersendiri, diantaranya:
1. Kitab Athraf adalah kitab yang disusun dengan cara menyebutkan bagian –
bagian matan dari hadits-hadits tertentu kemudian menjelaskan sanad dan
matannya.
2. Kitab Mustakhraj adalah kitab hadits yang memuat matan-matan hadits
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim atau selain keduanya,

11
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, Cet. IV. (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 48
12
Muhammad Ma’shum Zein, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah,
2008), hlm. 76.

8
kemudian penyusun meriwayatkan matan-matan hadits tersebut dengan
sanad yang berbeda.
3. Kitab Al-Mustadrak adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan syarat-
syarat Al-Bukhari dan Muslim atau salah satu diantara keduanya.
4. Kitab Jami’ adalah kitab kitab himpunan hadits dari kitab-kitab yang telah
ada, diantara kitab-kitab yang tersusun dalam bentuk seperti ini adalah
kitab-kitab yang menghimpun dari Sahih Al-Bukhari dan Muslim.
Dan kitab-kitab inilah juga merupakan salah satu bukti perkembangan
keilmuan tentang hadis-hadis pada masanya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan dan pembukuan Hadits pada masa Dinasti Abbasiyah
terbagi menjadi tiga periode:

1. Periode pertama adalah masa pengumpulan dan pengumpulan hadis.


2. Periode kedua adalah masa pentashihan dan kaidah-kaidahnya.
3. Periode ketiga adalah masa Tahdzib, Istidrak, menyusun Jawami’,
Zawa’id dan Athraf.
Sistem penulisan karya ilmiah pada masa Dinasti Abbasiyah
khususnya dalam bidang hadis, sudah terjadi pemisahan dua pola dan sistem
pemikiran di kalangan para ulama, yaitu antara kelompok ulama
mutaqoddimin dan muta’akhirin.

B. Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka penulis mengharapkan
kritikan yang dapat mendukung lebih baiknya dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu


Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Khon, Abdul Majid. 2010. Ulumul Hadits. Cet IV. Jakarta: Amzah.
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Zein, Muhammad Ma’shum. 2008. Ulumul Hadits & Musthalah Hadits. Jombang:
Darul Hikmah.

11

Anda mungkin juga menyukai