Pendahuluan
Tujuan Oksidentalisme
1
Dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Hasan Hanafi, pemikir muslim
modernis dari Mesir, adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan
revolusioner, seperti Islam kiri, oksidentalisme, Tema-tema tersebut ia kemas dalam rangkaian proyek
besar; pembaruan pemikiran Islam, dan upaya membangkitkan umat dari ketertinggalan dan
kolonialisme modern. Lihat Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyikapi Barat: Dasar-
dasar Oksidentalisme, (Jakarta: Suka Press, 2008), 88.
1
Barat dengan mudah2. Oleh karenanya perlu adanya kajian Oksidentalisme. Hal ini
juga yang mendasari tujuan Hassan Hanafi dalam oksidentalismenya.
2
Eko Prasetyo, Astaghfirullah: Islam Jangan Dijual (Yogyakarta: resist Book, 2007), 46.
3
Abdurrohman Kasdi dan Umma Farida, “Oksidentalisme sebagai Pilar Pembaharuan (Telaah
terhadap Pemikiran Hassan Hanafi), dalam Fikrah, Vol. 1, No. 2, 2013, 241.
4
Hasan Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat terj. M. Najib Buchori
(Jakarta: Paramadina, 2000), 51-58.
2
utama adalah penjajahan (Barat), Ummat Islam harus menentang penjajahan dimana
dan kapan pun, Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan-
Islamisme). Persatuan umat Islam dianggap sangat penting untuk memperkokoh jati
diri Islam dari pengaruh-pengaruh Barat6. Dengan demikian, sangatlah jelas tujuan
Jamaluddin Al-Afgani adalah untuk membebaskan umat Islam dari pengaruh-
pengaruh Barat dengan jalan persatuan umat Islam.
Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian
keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang
5
Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di As’adabad, dekat Kanar di Distrik Kabul, Afghanistan,
pada tahun 1838 (1254 H). Al-afghani menghabiskan masa kecilnya di Afghanistan, namun banyak
berjuang di Mesir, India bahkan Perancis. Pada usia 18 tahun di Kabul, Jamaluddin tidak hanya
menguasai ilmu keagamaan tetapi juga mendalami filsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran,
sains, astronomi dan astrologi. Ayahnya bernama Sayyid Sand. Lihat Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh
Islam Yang Berpengaruh, (Jakarta : Gema Insani, 2006), 75.
6
Burhanuddin Daya, Pergumulan… 51.
7
Akmal Hawi, “Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani (Jamal ad-Din Al-Afghani) (1838-1897)”,
dalam Medina-Te, Vol. 16, No. 1, 2017, 14.
8
Ibiid…, 14.
3
mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme.
Menurut Afghani9, asosiasi politik itu harus meliputi seluruh umat Islam dari segala
penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka, termasuk
Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan. Ikatan tersebut, yang
didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membina kesetiakawanan dan
persatuan umat Islam dalam perjuangan yang pertama, menentang tiap sistem
pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang dan menggantikannya dengan
sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal
mana juga berarti menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu serta
menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Penutup
Daftar Pustaka
9
Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam
(Jakarta : Rajawali Press, 1998), 55.
4
Asmuni, Yusron. 1998. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan
dalam Islam. Jakarta : Rajawali Press.
Hanafi, Hasan. 2000. Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat terj. M.
Najib Buchori. Jakarta: Paramadina.
Prasetyo, Eko. 2007. Astaghfirullah: Islam Jangan Dijual. Yogyakarta: resist Book.