FAKULTAS SYARIAH
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Tanda-tanda Kebangunan Tasyri’ di Era Modern.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
BAB II Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode modern merupakan zaman kebangkitan Islam.Pada periode
pertengahan umat Islam mengalami kemunduran baik bidang pendidikan,
pengetahuan, sosial maupun bidang-bidang yang terkait dengan politik,
budaya dan teknologi. Periode modern ini dikenal dengan zaman
pembaharuan. Kata “pembaharuan” seakan-akan identik dengan modernisasi
yang lahir di dunia Barat.1 Modernisasi diambil dari kata dasar “modern” yang
artinya terbaru, cara baru, mutakhir atau sikap dan cara berpikir serta
bertindak sesuai dengan tuntunan zaman.2 Sedangkan modernisasi adalah
proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai masyarakat untuk bisa hidup
sesuai dengan tuntunan hidup masa kini. Artinya cara berfikir, aliran gerakan
dan usaha untuk merubah faham, adat-istiadat dan sebagainya, untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.3
Pembaharuan dalam Islam muncul karena mempunyai tujuan yaitu untuk
membawa umat Islam kepada kemajuan. Sebab pada periode pertengahan
umat Islam sudah sedemikian tertinggal jauh dibelakang peradaban Barat.
Sedangkan pada masa modern ini, keadaan malah menjadi terbalik. Justru
umat Islam yang ingin belajar dari Barat lantaran kemajuan bangsa Barat
dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan peradabannya. Potret ”keluguan”
sekaligus ketertinggalan umat muslim sebagai dimaksud jelas menyerukan
bangkitnya kesadaran bahwa keadaan umat Islam sudah demikian tertinggal
jauh di belakang peradaban Barat. Hubungan Islam dengan Barat sekarang
sangat berlainan sekali antara hubungan Islam dengan Barat ketika periode
klasik.4 Dengan demikian, muncullah apa yang disebut pemikiran dan aliran
1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), 45
2
Leonardo. D. Marsam, Kamus Praktis Bahasa Indonesia ( Surabaya: Karya Utama, 1983), 179.
3
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 11.
4
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1998), 27
1
pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Para pemuka Islam kembali
mengeluarkan pemikirannya bagaimana caranya membuat umat Islam kembali
maju sebagaimana pada periode klasik. Artinya mereka berusaha
menggerakkan umat Islam untuk memperbaharui kehidupan serta mendorong
mereka untuk mengusir dominasi kekuatan asing di negeri-negeri Islam.5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanda-tanda kebangkitan kembali tasyri di era modern?
2. Bagaimana faktor sosial yang melatarbelakangi kemunculan tasyri di era
modern?
3. Bagaimana keadaan tasyri’ di era modern dan sumber tasyri’?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tanda-tanda kebangkitan kembali tasyri di era modern
2. Mengetahui faktor sosial yang melatarbelakangi kemunculan tasyri di era
modern
3. Mengetahui keadaan tasyri’ di era modern dan sumber tasyri’
5
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Surabaya: Anika Bahagia, 2010), 155.
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
Joseph schactt. pengantar hukum islam. Departemen Agama RI..1985
3
dalam nash yang menjadi pegangan, pendapat tersebut dipilih yang
paling benar kemudian dibandingkan kembali dengan hukum positif.
Berbeda dengan perbandingan yang dilakukan masa fuqaha zaman
dulu, sistem perbandingan di era modern bukan untuk menguatkan
aliran atau madzhab tertentu tetapi semata untuk mempelajari
pendapat-pendapat tentang suatu persoalan, dengan menjelaskan
pendapat imam madzhab dan dipilih yang lebih kuat dalilnya sehingga
terciptalah rujukan yang mampu menciptakan kemaslahatan.7
Pada era modern ini banyak didirikan perguruan tinggi dan kampus
kampus islam yang berkualitas dan mempelajari hukum-hukum islam,
sarjana dan lulusan banyak diantaranya yang sudah menciptakan karya
tulis dan saling memperbadingkan karya-karya tersebut sehingga
timbullah sistem pembelajaran dan penulisan hukum yang dinamis.
7
Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam, (Islamabad: Risalah Gusti, 1995) Hal.155
8
Dr.H. roibin. Penetapan hukum islam, (Malang : uin maliki press, 2017) hlm.102
4
mengingatkan bahwa ijtihad–ijtihad yang dilakukan bisa kemasukan
salah.
Hukum islam dalam negara termaktub dalam perundang-undangan
negara yang telah dilakukan jauh sebelumnya majalatul ahkam al
adliyyah dan qaunul ailaat dalam negara turki merupakan perwujudan
nyata penempatan hukum islam dalam hukum negara. Dalam
indonesia sendiri terdapat kompilasi hukum islam atau KHI telah
disebar luaskan dengan instruksi presiden no 1 tahun 1991
5
berarti pembaharuan. Tradisi pembaharuan ini pada hakikatnya
menggambarkan usaha perseorangan atau kelompok untuk
mewujudkan Islam secara terang-terangan dan tegas sesuai
dengan wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW, tanpa
adanya sesuatu yang mengada-ada. Tajdid dalam konteks ini
meliputi upaya keimana, seruan kembali kepada al-qur’an dan
al-Hadits, dengan demikian masyarakat muslim ketika itu
memiliki dasar paradigmatic keagamaan yang kokoh.
2. Munculnya jargon kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
Pada hakikatnya apa yang disebut dengan pembaharuan atau
yang identik dengan kebangkitan hanya akan terjadi jika tradisi
dasar yang mendasari gerak secara total telah ada dan telah
dirumuskan. Dengan berdasar pada dua sumber sebagai dasar
paradigma kehidupannya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits maka
masyarakat muslim baru dapat menggunakannya sebagai dasar
penilaian dan dasar menemukan hokum suatu permasalahan,
perkara, peristiwa, dan praktik-praktik yang terjadi dalam
masyarakat. Atas dasar itu John L. Esposito mengatakan bahwa
dengan adanya dasar dua sumber tersebut memungkinkan
dikeluarkan seruan membentuk kembali masyarakat atas dasar
ketetapan yang ada dalam kitab suci.
3. Dibukanya kembali pintu ijtihad, secara bahasa ia berarti upaya
sungguh-sungguh untuk merealisasikan salah satu
permasalahan. Sedangkan secara istilahi M. al-Khudlary
mengatakan bahwa ijtihad adalah aktivitas untuk memperoleh
pengetahuan istinbath hokum syara’dari dalil-dalil terperinci
dalam syari’ah. Sebab ketika itu, ijtihad telah ditutup. Dengan
demikian aktifitas kreatif dan dinamis melakukan istimbat
hokum dalam masyarakat otomatis terjadi stagnan. Tentu saja
dengan kondisinya seperti itu para ulama ketika itu tidak dapat
melakukan aktivitas apa-apa. Dengan demikian apa yang
6
disebut sebagai proses tasyri’ atau penetapan hokum ketika itu
tidak mengalami perkembangan sama sekali.
4. Berkembangnya tasyri’ pada masa modern. Banyak beberapa
masail fiqhiyah yang belum pernah muncul pada masa-masa
sebelumnya, pada masa modern ini berkembang. Suatu contoh
persoalan perubahan kelamin, pencangkoan jantung, cloning,
nikah melalui SMS, dan masih banyak permasalahan-
permasalahan hukum yang lain yang harus diselesaikan pada
era itu. Yang hingga kini masih menyisakan persolan tersendiri.
7
berpikir induktif kemudian melahirkan metode-metode observasi,
penyelidikan dan eksperimen, perlu negara sendiri bagi umat islam
india, terpisah dari negara hindu”
5. Jamaluddin Al Afghani (1839-1897)
Beliau bergerak dibidang politik.10 Kejayaan kembali umat islam
terwujud kalau kembali kepada ajaran islam yang murni dengan
meneladani pola hidup sahabat khususnya Khulafa' Al-Rasyidin.
Perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi barat secara politik,
ekonomi dan kebudayaan. Pengakuan terhadap keunggulan barat
dalam ilmu dan teknologi, dimana umat islam harus belajar tetangnya.
Pada saat ini muslim telah banyak mengalami perubahan dalam segala
bidang. Baik itu berasal dari muslim sendiri maupun dari luar. Di era modern
yang banyak mengalami perubahan ini perlu adanya pembaharuan hukum
islam. Namun dalam pembaharuan hukum islam tidak boleh merubah hukum
yang ada, artinya kita hanya boleh menetapkan hukum baru yang belum ada
pada masa Rasulullah dan sahabat, sedangkan hukum yang telah ada tidak
boleh dirubah ataupun diperbarui. Pembaharuan hukum islam terdiri dari dua
kata, yaitu “pembaharuan” yang berarti modernisasi, atau suatu upaya untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Kemudian “hukum islam” yaitu, upaya para
ahli hukum untuk menerapkan syari’at atas kebutuhan masyarakat. Dalam hal
ini hukum islam lebih dekat dengan fiqih, bukan syari’at.11
Dari sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa hukum islam itu tidak lepas
dari pembaharuan. Untuk melakukan suatu pembaharuan di zaman modern
ini, maka harus ditempuh melalui beberapa metode yaitu :
10
Dr.H. roibin. Penetapan hukum islam, (Malang : uin maliki press, 2017) hlm.101
11
Zainudin ali, hukum islam (Jakarta : Sinar Grafika, 2006) hlm.68
8
1. Pemahman terhadap alquran
Untuk mengadakan pembaharuan hukum islam, hal ini dilakukan
dengan rekonstruksi untuk mengartikan ayat-ayat Alquran dalam
konteks pemahaman asbabun nuzul memperhatikan makna atau
substansi ayat tersebut. Perlu ditekankan bahwa Alquran merupakan
sumber hukum yang pertama, sebagaimana yng diungkapkan Allah
dalam Surah An-Nisa’
12
Abdul majid Asu-syarafi, ijtihad kolektif, (Jakarta:pustaka Al-Kautsar, 2002) hlm.34
9
perlu pendekatan rasional (ta’aqquli) dalam pembaharuan hukum
islam.
4. Penekanan zawajir dan jawabir
Dalam masalah hukum pidana ada unsur zawajir dan jawabir. Jawabir
berarti dengan hukum itu dosa atau kesalahan pelaku pidana harus
dilakukan sesuai dengan nash, seperti pencuri yang dihukum dengan
potong tangan, pezina muhson dengan dirajam, dan pezina ghoiru
muhson didera. Sedangkan zawajir adalah hukum yang bertujuan
membuat jera pelaku pidana sehingga tidak mengulanginya lagi.
Dalam pembaharuan hukum islam mengenai pidana, yang harus
ditekankan adalah zawajir dengan demikian hukum pidana tidak terikat
pada apa yang tertera dalam nash.13
5. Ijma’
Dalam pandangan jumhur ulama’ ijma’ mempunyai bobot yang sangat
kuat dalam menetapkan hukum-hukum yang bersifat ijtihadiyah
setelah nash-nash agama, karena ijma’ bersandar pada dalil syar’i.
6. Cara penetapan ‘illat
Kaidah-kaidah yang dirumuskan untuk mendeteksi ‘illat hukum yang
biasanya dibicarakan berkaitan dengan qiyas. Dalam kaidah pokok
dikatakan bahwa “hukum beredar sesuai dengan ‘illatnya”. Hal ini
ditempuh dengan merumuskan kaidah dan mencari ‘illat yang baru.
7. Maslahah Mursalah
Dimana ada kemaslahatan disana ada hukum Allah Swt. ini adalah
ungkapan populer dikalangan ulama. Dalam hal ini mursalah dijadikan
dalil hukum dan dapat ditetapkan hukum bagi banyak masalah baru
yang tidak disinggung oleh Alquran dan Sunnah.
8. Sadd Az-zari’ah
13
Abdul majid Asu-syarafi, ijtihad kolektif, (Jakarta:pustaka Al-Kautsar, 2002) hlm.36
10
mengantarkan kepada sesuatu yang dilarang (mamnu’).14 Sebagaimana
halnya dengan qiyas, dilihat dari aspek aplikasinya, sadd adz-
dzari’ah merupakan salah satu metode pengambilan keputusan
hukum (istinbath al-hukm) dalam Islam. Namun dilihat dari di sisi
produk hukumnya, sadd adz-dzari’ah adalah salah satu sumber
hukum. Tetapi, tidak semua ulama sepakat dengan sadd adz-
dzariah sebagai metode dalam menetapkan hukum. Secara umum
berbagai pandangan ulama’ bisa diklasifikasikan dalam 3 kelompok
yaitu, ada yang menerima sepenuhnya yaitu madzhab maliki dan
madzhab hambali. Ada yang tidak menerima sepenuhnya seperti
madzhab hanafi dan madzhab syafi’i dan ada yang menolak
sepenuhnya yaitu madzhab zahiri.
11
Menurut para fukaha, tidak ada ijtihad terhadap nash qat’i (nas yang
tidak dapat diganggu gugat). Tetapi kalau demikian halnya, maka
hukum Islam menjadi kaku. Sedangkan kita perpegang pada motto: al-
Islam salih li kulli zaman wa makan dan tagayyur al-ahkam bi
tagayyur al-amkinah wa al-zaman. Untuk menghadapi masalah ini
qat’i diklasifikasikan menjadi: Qat’i fi jami’ al-Ahwal dan Qot’i fi
ba’d al-Ahwal. Pada qot’I fi al-Ahwal tidak berlaku ijtihad, Sedangkan
pada qot’I fi ba’d al-Ahwal ijtihad dapat diberlakukan. Tidak semua
hukum qat’I dari segi penerapanya (tatbiq) berlaku pada semua zaman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
1. Tanda-tanda kembalinya hukum islam di era modern dapat dilihat dalam
sistem mempelajari dan menuliskan hukum islam, dan posisi hukum islam
dalam hukum negara. Cara mempelajari hukum islam pada era modern
adalah dengan perbandingan, yaitu membandingkan pendapat yang
berbeda tentang suatu masalah dan alasannya yaitu ketentuan hukum
masalah tersebut dalam nash yang menjadi pegangan, pendapat tersebut
dipilih yang paling benar kemudian dibandingkan kembali dengan hukum
positif.
2. Gerakan kebangkitan kembali Tasyri’ islam adalah munculnya gerakan
baru oleh para ahli hukum islam yang disebut salaf (salaffiyah) yan ingin
kembali kepada kemurnian ajaran islam yaitu, Alquran dan sunnah nabi.
3. Pembaharuan hukum islam terdiri dari dua kata, yaitu “pembaharuan”
yang berarti modernisasi, atau suatu upaya untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Kemudian “hukum islam” yaitu, upaya para ahli hukum untuk
menerapkan syari’at atas kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini hukum
islam lebih dekat dengan fiqih, bukan syari’at
DAFTAR PUSTAKA
13
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Surabaya: Anika Bahagia,
2010.
Dr.H. roibin, Penetapan hukum islam, Malang : uin maliki press, 2017.
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam ,Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Ibrahim bin Musa al-Lakhmi al-Gharnathi al-Maliki (asy-Syathibi), al-Muwafaqat
fi Ushul al-Fiqh, Beirut: Dara l-Ma’rifah, tt.
Leonardo. D. Marsam, Kamus Praktis Bahasa Indonesia Surabaya: Karya Utama,
1983.
.
Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam, Islamabad: Risalah Gusti, 1995.
Murodi,Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah, Semarang:PTKaryaToha
Putra,1987)
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
14