Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TARIKH TASYRI’

Konstelasi politik dan pengaruhnya terhadap perkembangan hukum islam pasca


Rasullullah SAW

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Isl tarikh tasyri’

Dosen Pengampu: Achmad Kholik, LC., M.Ag.

Disusun oleh:

Yudhi Prasetyo 33030180036

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYA`RIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kesempatan dan waktu
untuk menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul ‟Konstelasi politik dan
pengaruhnya terhadap perkembangan hukum islam pasca Rasullullah SAW”. Makalah ini
disusun dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti matakuliah Tarikh
Tasyri’. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi tambahan dalam pembelajaran serta
menambah wawasan pengetahuan yang lebih bagi pembaca tentang pengulangan. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada teman-teman dan pihak tertentu, karena dalam
penyusunan makalah ini penulis tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari teman-
teman serta semua pihak tertentu.Semoga Allah berkenan membalas budi bagi semua
pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan dan pengetahuan penulis. Oleh sebab
itu, dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata penyusun mengharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 8 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
A. Sistem Politik pada masa Khulafaur Rasyidin...............................................................................5
B. Khalifaur Rasyidah atau Khulafaur Rasyidin dan biografi singkatnya.......................................8
C. Gerakan dakwah yang dilakukan pada masa Khulafa’ur Rasyidin...........................................10
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politik merupakan hal yang tidak terlepas dari kekuasaan sehingga dalam berpolitik
dibutuhkan penguasa yang dipercaya oleh rakyat dan untuk rakyat. Politik merupakam
pembahasan yang tidak terlepas dari pembentukan Negara. Negara membutuhkan seorang
pemimpin untuk menyelamatkan umat. Memanglah dalam Alquran maupun hadis tidak
ditemukan secara gamblang konsep tentang Negara. Hal ini tentu bisa dimaklumi karena konsep
Negara atau nation-state seperti sekarang ini baru muncul pada abad ke-16 yang dikemukakan
oleh Nicolo Machiavelli. Namun demikian, bukan berarti bahwa konsep Negara itu tidak ada
sama sekali dalam Islam. Secara substantif, terdapat sejumlah ayat Alquran dan hadis yang
menunjukkan adanya pemerintahan pada umat Islam. Politik Islam memiliki corak yang berbeda
dari politik barat. Ciri umum politik ketatanegaraan Islam pada masa klasik ditandai oleh
pandangan mereka yang bersifat khalifah sentris. Kepala Negara atau khalifah memegang
peranan penting dan memiliki kekuasaan yang sangat luas. Rakyat dituntut untuk mematuhi
kepala Negara, bahkan di kalangan sebagian pemikir sunni terkadang sangat
berlebihan.Khulafaur Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman
ibn Affan Radhiallahu Ta’ala anhum, dan Ali ibn Abi Thalib Karamallahu Wajhahu dimana
sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang Islami karena berundang-
undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem politik pada masa Khulafaur Rasyidin ?
2. Siapa saja yang dimaksud dengan Khalifaur Rasyidah atau Khulafaur Rasyidin
berikut biografi singkatnya ?
3. Gerakan dakwah apa saja yang beliau lalukan demi terjaganya ajaran Islam hingga
sekarang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem politik pada masa Khulafaur Rasyidin
2. Untuk mengetahui Khalifaur Rasyidah atau Khulafaur Rasyidin berikut biografi
singkatnya
3. Untuk mengetahui Gerakan dakwah yang beliau lalukan demi terjaganya ajaran Islam
hingga sekarang
BAB II

PEBAHASAN
A. Sistem Politik pada masa Khulafaur Rasyidin
1. Awal Persoalan

Meninggalnya Nabi Muhammad SAW, menimbulkan kevakuman


pemimpin yang hampir tidak mungkin digantikan oleh orang lain. Ia bukan
hanya seorang pemimpin negara (sebagai pemimpin negara mungkin ada
orang yang bisa menggantikannya), tetapi juga seorang nabi, pembuat
undang-undang, guru spiritual, dan pribadi yang mempunyai visi trasendental.
Sangat sulit menggantikan Muhammad dalam kualitas-kualitas tersebut.1 Nabi
Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliu wafat.
Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin
sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat,
belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar
berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan
siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup
alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama
merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Hal ini sebagaimana yang
sudah dijelaskan di awal pembahasan masalah Khulafaur Rasyidin.

2. Pengertian Khalifah

Di dalam bukunya Fiqih Siyasah, Mujar Ibnu Syarif memaparkan bahwa


Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh
teritorial,sehingga kekhalifahan Islam meliputi berbagai suku dan bangsa.Pada
intinya, khalifah merupakan kepemimpin umum yang mengurusi agama dan
kenegaraan sebagai wakil dari nabi SAW. Dalam bahasa Ibn
Khaldun,kekhalifahan adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
muslimun di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan
memikul dakwah Islam ke seluruh dunia. 2 Menurut Watt, khalifah dalam
pengertian yang dipakai sebagai gelar Abu Bakar serta Khulafaur Rasyidin
adalah pengertian yang diambil dari pemakaian sehari-hari. Dalam bahasa

1
Asghar Ali Engineer. Asal-usul dan Perkembangan Islam.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.1999).hlm.213.
2
Mujar Ibnu Syarif,Khamami Zada. Fiqh Siyasah.(Jakarta: Erlangga.2008)hlm.205.
arab, khalifah mempunyai makna dasar pengganti. Dalam bahasa Arab kuno,
terjemahan lazim untuk khalifah adalah pembantu atau wakil pelaksana.
Jadi makna ini menunjukkan kepada orang-orang yang diberi kekuasaan
untuk melaksanakan sesuatu. Dari kata dasar pengganti atau wakil atau
pembantu inilah Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, serta Ali akhirnya
menyandang gelar sebagai Kalifah al Rasyidin, yang berarti mendapat
bimbingan yang benar. Karena mereka melaksanakan tugas sebagai pengganti
Nabi Muhammad SAW menjadi kepala negara Madinah al-Munawwaroh dan
sebagai pembantu rakyat dan wakil pelaksana mereka dalam mengelola
negara. Dengan demikian para Khalifah menggantikan kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW dalam menduduki jabatan duniawi sebagai pemimpin
politik kepala negara, dan jabatan ukhrawi sebagai pemimpin agama. Bukan
menggantikan nabi dalam jabatan kerasulan. Karena nabi tidak akan
tergantikan oleh siapapun dan tidak ada satu wahyu pun yang diturunkan
setelah berakhirnya kenabian Muhammad SAW.3

3. Sistem Politik Yang Dijalankan Pada Masa Khulafaur Rasyidin

1. Abu Bakar Al Shidiq : Politik Konsolidasi


Nama lengkapnya Abdullah ibn Abi Quhafaty at Tamimi. Pada zaman
sebelum Islam, ia bernama Abdul Ka’bah, kemudian oleh Nabi
Muhammad SAW diganti dengan Abdullah. Ia dijuluki pula dengan Abu
Bakar (pelopor pagi hari) sehingga nama ini yang banyak digunakan,
karena ia menjadi pelopor masuk Islam saat masyarakat Makkah masih
dalam kegelapan Jahiliyyah. Gelar Al Shidiq diperolehnya karena ia
segera membenarkan Nabi Muhammad SAW dalam berbagai peristiwa,
terutama tentang peristiwa Isra’ Mi’raj.4 Abu Bakar adalah pilihan yang
paling ideal, lantaran dialah yang semenjak awal telah mendampingi Nabi
Muhammad SAW, dan paling paham tentang risalah Nabi Muhammad
SAW.5 Masa kekhalifahan Abu Bakar yang berlangsung selama 2
tahun,11-13 H (632-634 M).
Perilaku politik yang dijalankan Abu Bakar adalah melakukan
ekspansi. Ada dua ekspansi yang dilakukan pemerintahan Abu Bakar,
yaitu :
(1). Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid ibn Walid.
Dalam ekspansi ini (tahun 634 M). Pasukan Islam dapat menguasai dan
3
Taufiqurrahman. Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. (Surabaya:Pustaka Islamika.2003).hlm.60.

4
Shaban, SejarahIslam, (Jakarta : Rajawali,1993),25.

5
Hassan Ibrahim Hassan, Tarikh Al Islam I, (Kairo : Maktabah Al Misriyyah 1979),205. Lihat juga
padaSyalabi.Sejarah dan kebudayaan Islam I, Jakarta,jaya Murni,226.
menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di
Persia
(2) Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang,yaitu
Ubaidah,Amr ibn Ash,Yazid ibn Sofyan,dan Syurahbil. Ekspansi yang
dilakukan oleh keempat panglima perangnya ini dikuatkan lagi dengan
kehadiran Khalid ibn Walid untuk menguasai wilayah tersebut. Karena
kemenangan tersebut akan sangat besar artinya bagi penguasaan daerah-
daerah lain di barat dan utara. Akhirnya pasukan Islam di bawah panglima
Khalid dapat mengalahkan pasukan Romawi dalam peperangan Ajnadain
pada tahun 634 M.6
2. Umar ibn Al Khattab Al faruq : Politik Ekspansi
Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abd.Al Uzza merupakan keturunan
dari ‘Adi, salah satu suku bangsa Quraisy yang terpandang mulia. Ia lahir
lebih muda 4 tahun dari Rasulullah di Makkah. Umar dibesarkan dalam
lingkungan yang meskipun kecil dan tidak kaya, tapi menonjol di bidang
ilmu. Karena itu, kabilah ini sering dipercaya untuk menyelesaikan
berbagai perselisihan dalam suku Quraisy, seperti pernah dilakukan oleh
kakenya Nufail ibn al uzza yang sukses menyelesaikan persengketaan
antara Abd al Muttahlib dengan Hazid ibn Umayyah.7 Umar menjabat
sebagai khalifah selama 10 tahun, dari tahun 13-23 H (634-644 M). Dalam
masa pemerintahannya, Umar melakukan beberapa langkan politik.
Langkah politik ekspansi merupakan langkah yang paling populer selama
pemerintahan Umar.
3. Usman ibn Affan : Politik Sentralistik dan Nepotisme
Ia bernama Usman bin Affan ibn Abdul al Ash ibn Umayyah.dengan
demikian ia berasal dari bani Umayyah,walaupun tidak dimasukkan dalam
dinasti Umayyah yang berkuasa setelah Khalifah Ali. Ia lahir di Makkah
dari trah bangsawan Makkah yang sangat dihormat,dua tahun setelah
kelahiran Nabi Muhammad atau seusia Abu Bakar. Usman merupakan
sahabat nabi yang sangat kaya raya tetapi berlaku sederhana dengan lebih
menggunakan kekayaannya untuk kejayaan Islam.Usman menjabat
sebagai khalifah selama 12 tahun,dari tahun 23-35 H (644-655 M),
merupakan masa pemerintahan yang terpanjang di antara khulafa al
Rasyidin. Masa pemerintahan Usman terbagi atas dua periode, yaitu : 6
tahun pertama merupakan pemerintahan yang baik, dan 6 tahun kedua
merupakan masa pemerintahan yang buruk.8 Kebijakan politik yang

6
Ira M Lapidus, Sejarah Sarid Ummat Islam,( Jakarta : Rajawalim1999),168.
7
Abbas Mahmud Al Aqqod, Abqoriyatu Umar, (Kairo Darus Sya’b,1969),27-28.

8
Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara, Jakarta Ui Press, 1991,25-24.
dilakukan Usman adalah melanjutkan ekspansi yang dilakukan Umar ke
berbnagai wilayah di front barat,timur dan utara.
4. Ali bin Abi Thalib
Ia bernama Ali ibn Abi Thalib ibn Abdul Muthalib, sepupu Nabi
Muhammad dan menantunya karena ia menikah dengan Fatimah binti
Muhammad. Ali merupakan sahabat nabi semenjak anak-anak. Ketika
berumur 12 tahun telah masuk Islam dan mengakui risalah. Sebagai anak
Abu Thalib yang secara materi sangat kekurangan dan ditempa dengan
tauladan ayahnya yang berakhlak mulia dan terhormat, telah membentuk
Ali mempunyai watak yang lebih mementingkan aspek spiritual, sehingga
sepanjang sejarahnya Ali lebih berkonsentrasi pada perjuangan
menegakkan Islam, keagamaan, dan keilmuan tanpa menoleh sedikitpun
pada aspek duniawi. Masa pemerintahannya berlangsung selama 5
tahun,dari 36-41 H (656-661 M), diwarnai oleh timbulnya banyak
kekacauan, dan pemberontakan-pemberontakan. Pengangkatannya sebagai
khalifah tidak dilaksanakan sebagaimana yang telah dialami oleh khalifah-
khalifah sebelumnya.
Hal ini disebabkan, karena Usman tidak sempat menunjuk pengganti
atau membentuk dewan formatur untuk memilih khalifah. Ali diangkat
melalui proses pembai’atan langsung yang dilakukan oleh masyarakat
Islam di Madinah, secara terbuka di masjid termasuk dihadiri kaum
Muhajirin dan Anshar.
Setelah dibai’atnya Ali sebagai khalifah, dikeluarkannya 2 buah
ketetapan : (1). Memecat kepala-kepala daerah angkatan Usman.
Dikirimnya kepala daerah baru yang akan menggantikan. Semua
kepala daerah angkatan Ali itu ter[paksa kembali dsaja ke
Madinah,karena tak dapat memasuki daerah yang ditetapkannya.9
(2). Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan Usman
kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian
juga hibah atau pemberian Usman kepada siapapun yang tiada beralasan,
diambil Ali kembali.

B. Khalifaur Rasyidah atau Khulafaur Rasyidin dan biografi singkatnya


1. Abu Bakar As-Shidiq
Nama asli Abu Bakar Ash-Shidiq ialah Abdullah ibn Abi Quhaafah ‘Utsman ibn
Umar, yang sanad keturunannya masih bersambung dengan Nabi SAW yaitu pada
Ka’ab. Beliau dilahirkan 5 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.Adapun
pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah dilakukan atas kesepakatan orang
Muhajirin dan Anshor lantaran terjadinya kevakuman dalam kepemimpinan umat

9
At Thabari III:456.
Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW.Sedangkan orang yang pertama kali
membaiat Abu Bakar menjadi khalifah ialah Umar ibn Khatthab kemudian diikuti
oleh seluruh orang Muhajirin dan Anshor.
2. Umar ibn Khatthab
Umar ibn Khattab dilahirkan 13 tahun setelah tahun kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Nama asli Khalifah Umar ibn Khatab ibn Nufail ibn Abdil Uzza
ibn Rabbah. Beliau juga dijuluki Abu Hafshin yang didapatkan dari Nabi Muhammad
SAW, karena Nabi Muhammad SWA melihat sifat tegas yang dimilikinya. Abu
Hafshin adalah julukan bagi singa. Beliau adalah orang pertama yang dijuluki sebagai
Amirul Mukminin secara luas oleh umat. Kekhalifahan Umar ibn Al Khaththab
berlangsung selama 10 tahun, 6 bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil
Akhir 13 Hijriyah hingga 26 Dzulhijjah Tahun 23 Hijriyah.10
3. ‘Utsman ibn ‘Affan
‘Utsman ibn ‘Affan adalah seorang saudagar atau pedagang, ia termasuk
saudagar yang sukses dan berhasil, beliau terkenal lembut, sabar, tekun dan pemurah.
Dengan ketekunan yang dimilikinya serta kemurahan hatinya dalam berdagang, pada
usia yang masih muda, ia sudah berdagang di negeri Syam dan Hirah. Pada waktu itu,
negeri Syam masih dijajah kerajaan Romawi, sedangkan Hijrah merupakan jajahan
Persia. Dengan berbekal pengalaman berdagang, ia memiliki kakayaan yang banyak
dan sahabat yang banyak. Beliau berasal dari suku Umayyah ibn Abdu Syams ibn
Abdu Manaf, dengan nama asli ‘Utsman ibn ‘Affan ibn Abi al-Ash. Sebelum Beliau
masuk Islam beliau tidak banyak mengetahui tentang Nabi Muhammad SAW, Beliau
hanya mengetahui tentang beberapa kepribadian Nabi Muhammad SAW dari perang
lain. Yang Beliau ketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kejujuran. Selain
itu, ia juga mengetahui sedikit tentang kepemimipinan Nabi Muhammad SAW.
Adapun keinginan Beliau bertemu dengan Nabi Muhammad SAW kemudian
disampaikan kepada sahabatnya, yaitu Abu Bakar. Kebetulan, rumah Abu Bakar tidak
terlalu jauh dari rumahnya. Beliau masuk Islam sebelum Nabi Muhammad SAW
masuk ke Darul Arqam. Beliau adalah seorang yang kaya raya. Beliau menjabat
sebagai khalifah sesudah ‘Umar ibn Al Khaththab r.a berdasarkan kesepakatan ahlu
syura. Beliau dilahirkan 5 tahun setelah tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Beliau terus menjabat khalifah hingga terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijah
tahun 35 Hijriyah dalam usia 90 tahun. Menurut salah satu pendapat ulama,
Kekhalifahan beliau berlangsung selama 12 tahun kurang tahun 35 Hijriyah hingga
19 Ramadhan tahun 40 hijriyah.11
4. Ali ibn Abi Thalib

10
Asghar Ali Engineer. Asal-usul dan Perkembangan Islam.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.1999).hlm.213.

11
Mujar Ibnu Syarif,Khamami Zada. Fiqh Siyasah.(Jakarta: Erlangga.2008)hlm.205.
Ali Ibn Abi Thalib lahir 32 tahun setelah tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Beliau merupakan putra dari paman Nabi Muhammad SAW yang mempunyai nama
asli Ali ibn Abi Thalib ibn Abdul Mutholib ibn Hasyim. Ali ibn Abi Thalib adalah
orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Rasulullah
shallallahu‘Alaihi Wasallam menyerahkan kepadanya bendera jihad pada saat perang
Khaibar, yang dengan perantara perjuangannyalah Allah memenangkan umat Islam
dalam pertempuran. Beliau dibai’at sebagai khalifah setelah khalifah ‘Utsman
terbunuh. Beliau menjadi khalifah secara syar’i hingga wafat dalam keadaan mati
syahid pada bulan Ramadhan tahun 40 Hijriyah dalam usia 63 tahun. Kehalifahan Ali
berlangsung selama 4 tahun 9 bulan, sejak 19 Dzulhijah 12 hari.

C. Gerakan dakwah yang dilakukan pada masa Khulafa’ur Rasyidin


1) Dakwah pada masa Abu Bakar As-Shidiq

Abu Bakar yang memerintah selama dua setengah tahun tepatnya dua
tahun tiga bulan dua puluh hari. Walau masa pemerintahannya sangat singkat,
namun sarat dengan amal dan jihad. Di saat Abu Bakar memerintah, tiba-tiba
Madinah dikejutkan oleh gerakan yang menggerogoti sistem Islam yang meluas
hampir ke semenanjung Arabia. Bentuk gerakan tersebut ialah : murtad dari
agama Islam karena mengikuti nabi palsu yaitu Musailamah al-Kadzab, Thulaihah
al-Asad dan al-Aswad al-Anasi dari Yaman. Kemudian muncul gerakan
keengganan (membangkang) untuk membayar zakat karena mengikuti Malik ibn
Nawiroh dari Bani Tamim. Selain menghadapi rongrongan dari dalam Islam
sendiri Abu Bakar juga melakukan ekspansi wilayah keluar daerah diantara
hingga mencapai Bashrah, Qatar, Kuwait, Iraq, bahkan hingga daerah kekuasaan
kekaisaran Romawi yang meliputi Mesir, Syiria, dan Palestina.
Gerakan dakwah yang paling menonjol pada Khalifah Abu Bakar, ialah
pengumpulan Al-Qur’an. Alasan utama dikumpulkannya Al-Qur’an, ialah rasa
kekhawatiran seorang Umar ibn Khatthab terhadap masa depan Islam jika kadar
intinya yang menjaga Islam dengan Al- Qur’an (Qurra dan Huffadz) gugur satu
per satu di medan perang.12
2) Dakwah pada masa Umar ibn Khatthab
a. Penyempurnaan Fath Irak
Irak dijadikan pangkalan kekuatan kaum Muslimin untuk melakukan perluasan ke
negeri-negeri Persia lainnya. Irak saat itu meliputi kawasan Kuffah (ibu kota Islam pada
masa Ali), kemudian Baghdad (ibu kota Islam pada masa Abbasiyah), dan Samra yang
didirika pada masa Mu’tasyim.

12
Abdul Azizi Thaba,Islam dan Negara,(Jakarta :Gema Insani,1996),102.
b. Iran

Setelah Irak ditaklukkan, kemudian negeri-negeri lain pun di Persia juga ditaklukkan,
diantaranya negeri-negeri di seberang sungai. Dengan demikian habislah riwayat
Imperium Persia.

c. Syam dan Palestina

Ketika khalifah pertama Abu bakar meninggal dunia sedang berlangsung di Syam
dibawah komando Khalid ibnn Walid, dibantu oleh Abu Ubaidah ibn Jarrah, Amr ibn
Ash, Yazid ibn Abi Sufyan Syurahbil ibn Hasanah. Ketika Umar diangkat menjadi
Khalifah, beliau mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima teringgi untuk kawasan
Syam. Khalid dikirimi surat pengunduran dirinya sa’at perang sedang berlangsung. Pakar
sejarah berpendapat, peristiwa ini terjadi pada perang Yarmuk. Khalid menerima
keputusan itu, beliau tetap aktif ikut dalam peperangan dibawah komando Abu Ubaidah.
Sebagian ahli sejarah mengatakan, ditunjuknya Abu Ubaidah oleh Umar karena kondisi
di lapangan saat itu membutuhkan pemimpin yang kriterianya ada pada Abu Ubaidah,
beliau memiliki keahlian dalam hal lobby dan administrasi, sedangkan keahlian Khalid
adalah strategi perang.

d. Yordania
Dalam upaya perluasan daerah kewilayah ini, kaum muslimin harus mengambil
jalan terakhir, yaitu menghadapi pasukan Romawi yang tidak mau mempersilahkan
kaum muslimin melakukan dakwah secara damai. Kaum muslimin berhasil
memenangkan pertempuran.
e. Syiria
Pasukan Islam melanjutan perjalanannya menuju Dimasyq (damaskus) dibawah
komando Ubaidillah ibn Jarrah. Setelah Syiria tunduk, pasukan bergerak menuju ke utara.
Yaitu Hims, Hamat, Halb, Shoid, dan Bairut.
f. Palestina
Sejak terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj, negeri Palestina tidak bisa dipisahkan
dengan kaum muslimin. Aqhsa adalah negeri suci ketiga yang diperintahkan kepada
kaum muslimin untuk dikunjungi. Berdasarkan kenyataan tersebut, kaum muslimin betul-
betul serius untuk membebaskan negeri ini dari kekuasaan Romawi. Namun akhirnya
mereka memilih damai, dan meminta kepada pasukan agar langsung menghadirkan Umar
ibn Khatthab perihal tersebut. Di pintu negeri Palestina, Umar disambut oleh Beartrick
Ciprunius dan sebagian pemimpin kaum muslimin. Pada kesepakatan itu, Umar membuat
kesepakatan untuk memberikan rasa aman, yaitu keamanan harta benda dan jiwa, serta
syiar keagamaan kepada penduduk asli. Kesepakatan itu dikenal dengan perjanjian Umar.
Ketika waktu sholat ashar Umar menolak untuk sholat di gereja Qiamat, tetapi beliau
sholat di luarnya, khawatir dikemudian hari kaum muslimin mengikuti sunnah Umar.
Perbuatan Umar ini menegaskan bagaimana toleransi kaum muslimin dengan orang yang
tidak seagama.

g. Ekspedisi kawasan Maghribi

Ekspedisi penyiaran Islam keluar kawasan Arab, kemudian memecah diri ke


beberapa penjuru. Disamping gerakan kearah Timur mereka juga bergerak kearah Barat.
Pasukan sebesar 4.000 orang prajurit muslim bergerak ke Mesir dibawah Panglima Amr
ibn Ash. Sepanjang perjalanan pasukannya makin bertambah, sampai mencapai 20.000
orang. Hal ini menimbulkan kesan bagi orang Islam telah membangkitkan daya tarik
untuk bergabung dalam pasukan dibawah panji-panji Islam. Sukses kembali ada di
prajurit berkuda kaum muslimin yang telah terlatih pula. Seruan kalimat Allahu akbar
disetiap medan perang tampaknya menimbulkan efek ganda.

Disatu sisi, berhasil membangkitkan semangat dan ketegaran bagi umat Islam
dalam melaksanakan misi suci mereka dalam penyeban Islam. Langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh Khalid ibn Walid adalah menjadikan kota Heliopolis sebagai ibu kota
Islam di Mesir. Dalam perkembangan selanjutnya kota ini dikenal dengan sebutan Cairo
Lama yang kelak mejadi ibu kota Mesir. Setelah mendapatkan izin dan restu khalifah
pasukan Amr ibn Ash meneruskan ekspedisinya ke kawasan matahari tenggelam di jalur
Afrika Utara. Dalam ungkapan bahasa Arab, kawasan itu disebut kawasan Magribi, yang
berasal dari dari kata ghurubi syamsy yang berarti tenggelam matahari. Tidak seorang
prajurit dan orang Arab berhak atas kawasan baru itu. Semua kawasan dan kekayaan baru
langsung menjadi milik Islam. Penguasa setempat tidak dipaksa untuk memeluk Islam,
kecuali atas kemauan sendiri. Mereka diberi hak untuk meneruskan kepemimpinan
otonom di kawasan mereka, namun tetap berkewajiban untuk membayar pajak
perlindungan (jizyah) kepada kekhalifahan di Madinah.13

3) Dakwah pada masa ‘Utsman ibn ‘Affan

Melalui proses yang panjang, maka terpilihlah ‘Utsman ibn ‘Affan sebagai khalifah.
Pada masa kekhalifahannya langkah yang diambil ialah sebagai berikut:

a. Perluasan wilayah
Pada masa khalifah ‘Utsman inilah pertama kali dibentuk angkatan laut untuk
menyerang daerah kepulauan yang terletak di laut tengah. Masa ini juga dibangun
kapal perang sehingga dapat menaklukkan wilayah hingga mencapai Asia dan
Afrika, seperti daerah Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes dan sisa dari wilayah Persia.
b. Sosial budaya
13
Taufiqurrahman. Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. (Surabaya:Pustaka Islamika.2003).hlm.60.
Membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur
pembagian air ke kota. Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah,
penginapan para tamu dalam berbagai bentuk serta memperluas Masjid
Nabawi di Madinah. Namun pada pertengahan kedua pemerintah ‘Utsman
retak ditimpa perpecahan yang disebabkan karena kebijakan ‘Utsman dalam
mengganti para gubernur yang diangkat Umar yang didominasi dari keluarga
Bani Umayyah. Sebagai contohnya, khalifah ‘Utsman mengganti Sa’ad ibn
Abi Waqash yang merupakan gubernur Kufah dengan Walid ibn Uqbah yang
merupakan saudara se-ibu khalifah ‘Utsman.
c. Penetapan Mushaf ‘Utsmani
Umat Islam pada masa khalifah ‘Utsman tinggal dalam wilayah yang
sangat luas dan terpencar-pencar, sehingga penduduk masing-masing daerah
tersebut membaca ayat-ayat Al- Qur’an menurut bacaan yang mereka pelajari
dari tokoh sahabat yang terkenal dari wilayah mereka (di Syiria masyarakat
mengacu pada bacaan Ubay ibn Ka’ab, di Kufah masyarakat mengacu pada
bacaan Abdullah ibn Mas’ud). Persoalan tersebut menimbulkan perselisihan
di kalangan umat Islam. Untuk mengatasi hal tersebut, khalifah ‘Utsman
membentuk sebuah tim yang bertugas untuk menyalin dan mengkodifikasikan
ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam satu mushaf resmi yang diketuai oleh Zaid ibn
Tsabit. Mushaf tersebut dibuat lima buah, empat buah dikirim ke wilayah
Makkah, Syiria, Kufah, Bashrah dan satu tinggal di Madinah. Mushaf hasil
kerja dari tim kodifikasi Al Qur’an pada masa khalifah ‘Utsman yang tinggal
di Madinah disebut dengan Mushaf ‘Utsmani atau Mushaf Al-Imam yang
sampai sekarang masih kita gunakan, bahan digunakan di selruh penjuru
dunia.14
4) Dakwah pada masa Ali ibn Abi Thalib
Sejarah kepemimpinan khalifah Ali adalah sejarah terakhir masa
kekhalifahan umat Islam dalam sejarah setelah masa kenabian. Pada saat diangkat
menjadi khalifah, mewarisi kondisi yang sedang kacau. Ketegangan politik terjadi
akibat pembunuhan atas khalifah ‘Utsman. Seluruh jabatan gubernur saat itu
hampir seluruhnya diduduki oleh keluarga Umayyah. Para gubernur ini menuntut
Ali untuk mengadili pembunuh ‘Utsman. Gerakan dakwah yang telah dilakukan
oleh khalifah Ali secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut:
a) Merombak para pejabat teras, terutama pejabat yang di dominasi
oleh keluarga Bani Umayyah.
b) Menyamakan kedudukan seseorang dimata hukum. Seperti ketika
khalifah Ali menuduh seorang Yahudi mengambil baju besi kepada hakim.
Dipihak Ali memiliki keyakinan, bahwa si Yahudi tersebut mencuri baju besinya.
Sedangkan di pihak Yahudi bersikukuh, bahwa baju besi itu ia dapat dengan

14
Shaban, SejarahIslam, (Jakarta : Rajawali,1993),25.
membelinya dari orang lain. Hakim pun kemudian memutuskan bahwa yang
berhak atas baju besi itu adalah si Yahudi karena dari pihak Ali tidak dapat
menghadirkan saksi bahwa baju besi itu milik beliau. Hal inilah yang membuat si
Yahudi terkesima dan terkagum-kagum, betapa adilnya hukum Islam. Bahkan
karena kejadian ini sampai membuat si Yahudi bersyahadat dan menyatakan ke-
Islamannya.15

15
Hassan Ibrahim Hassan, Tarikh Al Islam I, (Kairo : Maktabah Al Misriyyah 1979),205. Lihat juga
padaSyalabi.Sejarah dan kebudayaan Islam I, Jakarta,jaya Murni,226.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perlu dijelaskan bahwa khilafah yang timbul setelah wafatnya Rasulullah tidak
berbentuk kerajaan, dalam arti kepala negara dipilih, dan tidak didasarkan turun-temurun.
Tampilnya Abu Bakar al-Shidiq sebagai khalifah (11 H/632 vM-13 H/634 M) merupakan
awal terbentuknya pemerintahan model khilafah dalam sejarah Islam yang berpusat di
Madinah. Sepeninggal Abu Bakar al-Shidiq, Umar bin al-Khattab mendapat kepercayaan
sebagai khalifah kedua. Tampilnya Umar sebagai khalifah kedua (13 H/634 M-23 H/644 M)
tidak melalui pemilihan dalam satu forum musyawarah terbuka, tetapi melalui penunjukkan
atau wasiat oleh pendahulunya. Sementara itu, Usman bin Affan menjadi khalifah ketiga (23
H/644M- 35H/656M) dipilih oleh sekelompok orang yang terdiri dari 6 orang yang
ditentukan Umar sebelum wafat. Pasca wafatnya Umar, keenam orang tersebut berkumpul
untuk bermusyawarah. Atas inisiatif Abdurrahman ibn Auf, terjadilah permusyawarahan
yang akhirnya sepakat memilih Usman bin Affan sebagai pengganti Umar bin Khattab
dengan pertimbangan lebih tua dan lebih lunak sifatnya. Pasca pembunuhan Usman oleh para
pemberontak, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah melalui pemilihan. Tetapi proses
pemilihan itu menurut Munawir Syadzali jauh dari sempurna. Semasa kepemimpinannya Ali
memerintah selama 5 tahun (35 H/656 M-40 H/660 M) dan di akhir kepemimpinannya ia pun
terbunuh oleh para pemberontak. Ciri yang menonjol dari sisitem pemerintahan yang mereka
jalankan terletak pada mekanisme musyawarah bukan dari turun temurun. Tidak ada satupun
dari 4 khalifah tersebut yang menurunkan kekuasannya pada sanak kerabatnya. Musyawarah
menjadi cara yang ditempuh dalam menjalankan kekuasaan sesuai dengan apa yang diajarkan
Rasulullah SAW.

DAFTAR PUSTAKA
Engineer, Asghar Ali. Asal-Usul dan Perkembangan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.1999.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Al Husna.1992.

Watt, William montgemory. Butir-butir Hikmah Sejarah Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.2002.

Engineer, Asghar Ali. Devolusi Negara Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.2003.

Zada, Mujar ibnu Syarif Khamami. Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran politik Islam. Jakarta :
Erlangga. 2008.

Taufiqurrahman. Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. Surabaya : Pustaka Islamika.2003.

Anda mungkin juga menyukai